Anda di halaman 1dari 22

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 1/15

Ditetapkan oleh :
Direktur RSIA dr. Hj. Karmini EH
STANDAR PROSEDUR Tanggal terbit
OPERASIONAL 01 Januari 2018

dr. Wulan Dwi Sakinah


PENGERTIAN Resusitasi neonatus merupakan suatu prosedur yang
diaplikasikan untuk neonatus yang gagal bernafas secara spontan
dan adekuat
TUJUAN Membantu neonatus agar bisa bernafas secara spontan
KEBIJAKAN Surat Keputusan Direktur RSIA dr. Hj. Karmini EH
PROSEDUR A. Persiapan Resusitasi
Mengantisipasi bayi lahir dengan depresi/asfiksia
1. Meninjau riwayat antepartum
2. Meninjau riwayat intrapartum

Persiapan yang adekuat:


1. Alat pemanas siap pakai
Alat resusitasi siap pakai
2. 1 set oksigen
3. Alat penghisap:
a. Balon penghisap (buble syringe)
b. Penghisap mekanis dan tabung
c. Kateter penghisap NO. DOKUMEN.5F, 6F, 8F, 10F,
12f dan 14f
d. Sonde minuman NO. DOKUMEN 8F dan spuit 20
cc
e. Penghisap mekoneum
4. Alat sungkup dan balon resusitasi:
a. Sungkup berukuran untuk bayi cukup bulan dan
kurang bulan/prematur
b. Balon resusitasi neonatus dengan katup penurun
tekanan dan mampu memberikan oksigen 90-100%.
Pipa saluran napas untuk bayi cukup dan kurang
bulan
5. Alat intubasi:
a. Laringoskop dengan daun lurus No.0 untuk bayi
kurang bulan dan No.1 untuk bayi cukup bulan.
b. Lampu dan baterai ekstra untuk laringoskop
c. Pipa endotrakeal ukuran 2,5; 3,0; 3,5 dan 4,0 mm
d. Stilet
e. Gunting
f. Sarung tangan
g. Plester, kapas alkohol dan sungkup laring
h. Alat pendeteksi CO2 (kapnograf)

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 2/15

6. Obat-obat:
a. Epinephrine 1:10.000 dalam ampul 3 ml atau 10 ml
b. Naloxone hydrochloride 0,4 mg/ml dalam ampul 1
ml atau 1 mg/ml dalam ampul 2 ml
c. Volume expander, salah satu dari yang berikut ini:
1) 5% larutan Albumin-Saline
2) Larutan NaCl 0,9%
3) Larutan Ringer Laktat
d. Bikarbonas natrikus 4,2% (5 mEq/10 ml) dalam
ampul 10 ml
e. Larutan Dextrose 10% 250 ml
f. Aquabidesh steril 30 ml
g. Larutan NaCl 0,9% 30 ml
7. lain-lain:
a. Stetoskop
b. Plester ½ atau ¾ inci (±1,25 – 2 cm)
c. Semprit untuk 1,3,5,10,20 dan 50 ml
d. Jarum berukuran 18,21 dan 25
e. Kapas alkohol
f. Baki untuk kateterisasi arteri umbilikalis, gunting
dan larutan yodium.
g. Kateter umbilicus berukuran 3,5 F dan 5F
h. Three way stopcocks
i. sonde lambung berukuran 5F
8. Paling sedikit satu orang yang terapil dalam melakukan
resusitasi bayi baru lahir siap di kamar bersalin dan dua
orang lainnya untuk membantu dalam keadaan resusitasi
darurat

B. Pemilihan, Pemasangan dan Pengujian Alat


Pemilihan Alat
1. Dipilih peralatan yang dirancang khusus untuk bayi baru
lahir dengan mempertimbangkan:
a. Kemampuan oksigen
b. Ukuran balon resusitasi
c. Ukuran sungkup
d. Aman
2. Oksigen:
a. Dibutuhkan sumber oksigen 100% bersama pipa
oksigen dan alat pengukurnya
b. VTP pada bayi baru lahir harus konsentrasi oksigen
90-100% yang dapat dilakukan dengan salah satu
alat berikut ini:
1) Balon mengembang sendiri dengan tempat
penyimpanan oksigen
2) Balon anestesi
3. Sungkup:
Harus dipilih sungkup dengan ukuran yang tepat, yaitu
dapat menutupi dagu, mulut dan hidung bayi, tetapi
tidak menutupi mata. Sungkup terlalu lebar dapat
merusak mata. Sungkup terlalu sempit tidak menutupi
mulut dan hidung.

RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No Revisi Halaman
15/PRWTNA/01/2018 0 3/15

RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH


a. Ada 2 bentuk sungkup, yaitu bentuk bundar dan
bentuk anatomic. Dipilih bentuk anatomic, karena
sesuai dengan bentuk muka sehingga lebih mudah
dipasang dan kecil kemungkinan menyebabkan
kerusakan mata karena tepinya di bentuk mengikuti
lekuk antara hidung dan mata.
b. Ada 2 jenis tepi sungkup, yaitu yang mempunyai tepi
dengan bantalan dan bertepi tanpa bantalan.
Dipilih sungkup yang bertepi dengan bantalan karena
memberi keuntungan:
1) Tepi sungkup lebih mudah disesuaikan dengan
muka bayi, sehingga lebih mudah melekat.
2) Tidak memerlukan tekanan yang terlalu tinggi
agar melekat
3) Kecil kemungkinan mencederai mata bayi,
meskipun letak sungkup tidak benar
c. Sungkup tidak digunakan pada kasus hernia
diafragmatika
4. Balon Resusitasi:
a. Ukuran balon untuk bayi baru lahir tidak boleh
melebihi 750 ml, karena bayi cukup bulan hanya
membutuhkan 20-30 ml setiap ventilasi (6-8ml/kg);
ukuran balon lebih besar dari 750 ml sulit untuk
memberikan volume kecil.
b. Beberapa balon mengembang sendiri mempunyai
kapasitas sekecil 240 ml
5. Pipa ET (endotrakeal):
a. Yang dipilih ialah pipa ET sekali pakai (disposable)
steril dengan diameter pipa yang sama
b. Pilihlah ukuran pipa sesuai dengan berat badan bayi:
Berat Badan Bayi (gram) Ukuran Pipa ET (mm)
< 1000 2,5
1000-2000 3,0
2000-3000 3,5
>3000 3,5-4,0
6. Laringoskop:
Pilihlah laringoskop dengan lidah (daun laringoskop)
yang lurus.
a. Untuk bayi kurang bulanpilih no. 0
b. Untuk bayi cukup bulan pilih no 1
7. Kateter Penghisap:
a. Yang disiapkan ialah No 10F
b. Apabila pipa ET sudah terpasang dan akan
dipertahankan agak lama, seandainya perlu
dilakukan penghisapan lendir dapat digunakan
kateter No.5F, 6F dan 8F.
8. Stetoskop
9. Plester untuk fiksasi pipa ET ke kulit wajah bayi
Pemasangan Alat
1. Oksigen
Oksigen 100% dan saluran oksigen telah dihubungkan
dan siap dipakai
2. Balon
Balon dipasang dan dihubungkan dengan sumber
oksigen

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 4/15

3. Sungkup
Sungkup dihubungkan dengan balon
4. Pipa ET
a. Pipa ET dipotong secara diagonal pada angka 13 cm
untuk memudahkan intubasi dan menghindarkan
pipa masuk terlalu jauh.
b. sambungkan pipa dipasang kembali pada ujung pipa
yang telah dipotong. Apabila perlu sambungan pipa
diganti dengan sambungan pipa yang sesuai agar
tidak mudah terlepas pada waktu intubasi.
c. Agar pipa ET lebuh kaku dan mudah dilengkungkan
sehingga mempermudah intubasi masukkanlah stilet
ke dalam pipa ET.
d. Setelat stilet dipasang, herus diperhatikan bahwa
ujung stilet tidak keluar dari ujung pipa ET untuk
mencegah trauma jaringan; dan pangkal stilet
dilengkungkan sedemikian rupa sehingga tidak
mungkin masuk lebih dalam pada waktu intubasi.
5. Laringoskop
a. Pasang daun laringoskop pada pegangannya
b. Hidupkan lampu laringoskop untuk mengetahui
apakah lampu dan baterai baik
c. Periksa apakah lampu terpasang dengan baik,
sehingga tidak lepas/jatuh pada waktu intubasi
6. Mesin Penghisap
Mesin penghisap harus siap pakai, dan tekanan diatur
sedemikian rupa sehingga tekanan negative tidak lebih
dari 100 mmHg apabila pipa mesin disumbat.
Menguji Alat:
1. Menguji balon anestesi
a. Hubungkan balon dengan sumber oksigen
b. Pasang pengukuran aliran pada 5-8 liter/menit
c. Tutup sungkup dengan telapak tangan anda. Kalau
balon mempunyai katup pengontrol aliran, alur katup
sedemikian rupa sehingga balon tidak terlalu
berkembang.
d. Periksa apakah balon terisi sempurna. Apabila tidak:
 Apakah balon retak?
 Apakah katup pengontrol aliran terbuka?
 Apakah pengukuran tekanan hilang?
 Apakah aliran ke pasien (ke tangan anda) benar-
benar tertutup?
e. Apabila balon terisi, pijatlah balonnya
 Apakah anda merasakan adanya tekanan pada
tangan anda?
 Apakah pengukuran tekanan menunjukan tekanan
30-40 cm H2O?
Apabila balon tidak terisi sempurna atau tidak
memberikan tekanan dengan baik, ambil balon lain dan
coba sekali lagi.
2. Menguji balon mengembang sendiri
a. Tutup sungkup dengan telapak tangan anda.
b. Balon diperas:
 Apakah terasa ada tekanan pada telapak tangan
anda?

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 5/15
 Apakah pengukur tekanan menunjukan tekanan
30-40 cm H2O?
 Dapatkah anda memaksa membuka katup
pembebas tekanan?
 Apakah katup terpasang dan dapat bergerak
semestinya?
c. Apabila tidak:
 Apakah balon rusak atau robek?
 Apakah pengukur tekanan hilang?
 Apakah katup pembebas tekanan hilang atau
terlalu kencang?
 Apakah aliran ke pasien (ke tangan anda) tertutup
total?
d. Apabila balon dapat memberikan tekanan dengan
baik, system pengamanan bekerja dengan baik,
sedangkan saluran sungkup-pasien tertutup, periksa
untuk melihat: apakah balon mengembang kembali
dengan cepat apabila anda melepaskan gengaman
anda?
e. Apabila terdapat masalah pada balon, siapkan balon
yang lain.
3. Menguji sungkup
Periksa sungkup dengan teliti apakah terdapat retak atau
ada kerusakan.

C. Mencegah Kehilangan Panas dan Mengeringkan Tubuh


Bayi
1. Apabilamenggunakan alat pemancaran panas, alat
pemancar panas telah diaktifkan sebelumnya sehingga
tempat meletakkan bayi hangat.
2. Segera setelah bayi lahir diletakkan di bawah alat
pemancar panas, tubuh dan kepala bayi dikeringkan untuk
menghilangkan air ketuban dan mencegah kehilangan
suhu tubuh melalui eksplorasi dengan menggunakan
handuk atau selimut hangat.
Apabila diperlukan penghisap mekoneum, dianjurkan
untuk menunda pengeringan tubuh yaitu setelah
mekoneum dihisap dari trakea.
3. Apabila bayi sangat kecil (berat badan kurang dari 1500
gram) atau apabila suhu ruangan sangat dingin dianjurkan
menutup bayi dengan sehelai plastic tipis yang tembus
pandang, sehingga frekuensi denyut jantung bayi dapat
diperiksa dengan stetoskop dan bayi dapat diobservasi.
D. Meletakkan Bayi Dala Posisi Yang Benar
1. bayi diletakkan terlentang di alas yang datar, kepala lurus
dan leher sedikit tengadah (ekstensi).
2. Untuk mempertahankan agar leher tetap tengadah,
letakkan handuk atau selimut hangat atau kain yang
digulung di bawah bahu bayi, sehingga bahu terangkat
sampai ¾ sampai 1 inci (2-3 cm)
a. Jangan menengadahkan leher secara berlebihan,
karena glottis akan terdorong ke atas melewati arah
pandang dan trakea lebih sempit.
b. Apabila leher kurang tengadah,maka glottis tidak
dapat dilihat.

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 6/15

E. Membersihkan Jalan Napas


1. kepala bayi dimiringkan agar cairan berkumpul di mulut
dan tidak di faring bagian belakang, sehingga mudah
disingkirkan dan tidak masuk ke trakea dan paru-paru.
2. Mulut dibersihkan terlebih dahulu dengan maksud:
a. Cairan tidak teraspirasi
b. Hisapan hidung akan menimbulkan pernapasan
megap-megap (gasping)
3. Apabila mekoneum kental dan bayi mengalami depresi,
harus dilakukan penghisapan dari trakea dengan
menggunakan pipa endotrakeal (pipa ET).
a. Dilakukan penghisapan yang kontinyu sambil menarik
pipa ET keluar. Penghisapan yang kontinyu tidak boleh
melebihi 3-5 detik.
 Penghisapan melalui pipa ET dapat dilakukan
dengan menggunakan adaptor dan alat penghisapan
yang dipasang di dinding ruangan dengan tekanan
negative yang diatur tidak boleh melebihi 100
mmHg.
 Intubasi ulangan yang diikuti penghisapan perlu
dilakukanbeberapa kali sampai cairan yang dihisap
bersih dari mekoneum.
 Apabila bayi mengalami depresi berat, walaupun
masih tersisa sedikit mekoneum di jalan napas, harus
dilakukan ventilasi dengan tekanan positif (VTP).
PERHATIKAN!
b. Jangan pernah mencoba mengeluarkan mekoneum
kental dari trakea dengan memasukkan kateter
penghisap melalui pipa ET, karena ukuran kateter yang
dapat masuk melalui pipa ET neonatus terlalu kecil
untuk dapat mengeluarkan mekoneum.
F. Menilai Bayi
1. Penilaian bayi dilakukan berdasarkan 3 gejala yang
sangat penting bagi kelanjutan hidup bayi:
a. Usaha bernapas
b. Frekwensi denyut jantung
c. Warna kulit
Menilai Usaha Bernapas
2. Apabila bayi bernapas secara spontan dan memadai,
dilanjutkan dengan menilai frekuensi denyut jantung.
a. Apabila bayi mengalami apnoe atau sukar bernapas
(megap-megap atau gasping) dilakukan rangsangan
taktil dengan menepuk-nepuk atau menyentil telapak
kaki bayi atau menggosok-gosok punggung bayi
sambil memberikan oksigen.
b. Apabila setelah 30 detik tidak terjadi reaksi atas
rangsangan taktil, dimulai tindakan VTP (ventilasi
tekanan positif).
3. Pemberian oksigen:
a. Pemberian oksigen harus berkonsentrasi 100% (yang
diperoleh dari tabung oksigen) dengan menggunakan
sungkup oksigen alat resusitasi lain agar oksigen tidak
tercampur dengan udara (konsentrasi oksigen dalam
udara 21%) yang akan menurunkan konsentrasi
oksigen yang diberikan.

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 7/15

b. Kecepatan aliran oksigen paling sedikit 5 liter/menit


c. Apabila sungkup tidak tersedia, oksigen 100%
diberikan melalui pipa yang ditutupi tangan di atas
muka bayi dan aliran oksigen tetap terkonsentrasi pada
muka bayi dengan kecepatan 5 liter/menit.
4. Untuk mencegah kehilangan panas dan pengeringan
mukosa saluran napas, oksigen yang diberikan perlu
dihangatkan dan dilembabkan melalui pipa berdiameter
besar.
Menilai Frekuensi Denyut Jantung Bayi:
5. Segera setelah menilai usaha bernapas dan melakukan
tindakan yang diperlukan, tanpa memperhatikan
pernapasan apakah spontan normal atau tidak, segera
dilakukan penilaian frekuensi denyut jantung bayi.
6. Penilaian frekuensi jantung dilakukan dengan
menggunakan stetoskop atau meraba denyut tali pusat
atau denyut arteri brakialis. Meraba arteri mempunyai
keuntungan karena dapat memantau frekuensi denyut
jantung bayi secara terus menerus.
7. Hasil penilaian:
a. Apabila frekuensi denyut jantung lebih dari
100/menit dan bayi bernapas spontan, dilanjutkan
dengan menilai warna kulit.
b. Apabila frekuensi denyut jantung kurang dari
100/menit, walaupun bayi bernapas spontan, menjadi
indikasi untuk dilakukanVTP.
Menilai Warna Kulit:
8. Penilaian warna kulit dilakukan apabila bayi bernapas
spontan dan frekuensi denyut jantung bayi lebih dari
100/menit.
Hasil Penilaian:
9. Apabila terdapat sianosis sentral, oksigen tetap diberikan.
10. Apabila terdapat sianosis perifer, oksigen tidak perlu
diberikan. Sianosis perifer disebabkan oleh karena
peredaran darah yang masih lamban, antara lain karena
suhu ruang bersalin yang dingin, bukan akibat
hipoksemia.

G. Ventilasi Tekanan Positif


1. Pastikan bayi diletakkan pada posisi yang benar.
2. Posisi pelaksana ventilasi bertekanan positif (VTP)
berdiri di sebelah atau dekat kepala bayi.
3. Balon dipegang dengan tangan kanan dan sungkup
dengan tangan kiri (bagi yang kidal cara memegang
sebaliknya).
4. Posisi balon sedemikian rupa sehingga tidak menghalangi
pandangan mata ke dada bayi untuk melihat gerak turun
naik dada bayi selama VTP.
5. Posisi sungkup:
a. Sungkup harus diletakkan di wajah bayi sedemikian
rupa sehingga menutupi hidung, mulut dan tepi dagu
tertutup tepat dengan pinggiran sungkup, tetapi tidak
menutupi mata.

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 8/15

b. Hal itu dilakukan dengan mulai mencakup dagu dulu


baru kemudian menutupi hidung. Sungkup yang
berbentuk lancip (anatomic), bagian lancip harus
pada posisi mencakup hidung.
c. Sungkup diletakkan di muka dengan cara
menggunakan ibu jari dan telunjuk dan atau jari
tengah melingkar hampir sebagian sungkup,
sedangkan jari manis menyangga agar dagu tetap
dalam sungkup.
d. Pengetatan sungkup dapat dilakukan dengan sedikit
menekan tepinya ke muka bayi sehingga posisinya
tepat.
Yang Harus Diperhatikan!
Jangan menekan sungkup ke muka. Terlalu menekan akan
mendatarkan belakang kepala dan melukai muka.
Jangan menekan daerah trakea. Anda dapat menghambat arus
udara.
Jangan sampai jari anda atau bagian dari tangan anda atau bagian
apapun dari alat mengenai mata bayi.
6. Memeriksa lekatan:
Pada saat balon ditekan untuk pertama kali, lekatan
diperiksa apakah tidak bocor dengan cara melihat apakah
dada bayi naik dan tidak ada kebocoran di tempat
lekatan.
7. Cara menekan balon:
Jangan sekali-kali menekan habis balon untuk
mengembangkan paru-paru bayi, karena volume paru-
paru bayi hanya sebagian kecil dari volume balon.
Agar VTP efektif, kecepatan memompa (kecepatan
ventilasi) dan tekanan ventilasi harus sesuai.
8. Kecepatan ventilasi:
Kecepatan ventilasi sebaiknya 40-60 kali/menit.
Kecepatan ini dicapai dengan memompa balon sebagai
berikut. Pompa – dua (lepas) – tiga (lepas) – pompa – dua
(lepas) – tiga (lepas) – pompa dan seterusnya.
9. Tekanan ventilasi:
a. Tekanan ventilasi yang dibutuhkan sebagai beikut:
b. Napas pertama setelah lahir, membutuhkan 15-20 cm
H2O.
c. Bayi dengan kondisi/penyakit paru-paru yang
berakibat turunnya compliance, membutuhkan 20-40
cm H2O.
d. Tekanan ventilasi hanya dapat diatur apabila
digunakan balon yang mempunyai pengukur
tekanan.
10. Observasi gerak dada bayi:
Adanya gerakan dada bayi turun naik merupakan bukti
bahwa sungkup terpasang dengan baik dan paru-paru
mengembang. Bayi seperti menarik napas dangkal.
Apabila dada bergerak maksimum, bayi seperti menarik
napas panjang, menunjukan paru-paru terlalu
mengembang, yang berarti tekanan yang diberikan terlalu
tinggi. Hal ini dapat menyebabkan pneumothoraks.

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 9/15

11. Observasi gerak perut bayi:


Gerak perut bayi dapat dipakai sebagai pedoman
ventilasi yang efektif. Gerak perut mungkin disebabkan
masuknya udara ke dalam lambung.
12. Penilaian suara napas bilateral:
Suara napas didengar dengan menggunakan stetoskop.
Adanya suara napas di kedua paru-paru merupakan
indikasi bahwa bayi mendapat ventilasi yang benar.
13. Observasi pengembangan dada bayi:
a. Apabila anda terlalu berkembang, kurangi tekanan
dengan mengurangi meremas balon.
b. Apabila dada kurang berkembang, mungkin
disebabkan oleh salah satu penyebab berikut:
 Pelekatan sungkup kurang sempurna.
 Arus udara terhambat.
 Tidak cukup tekanan.
c. Pelekatan sungkup kurang sempurna:
 Terdengar udara keluar (bocor) dari sekitar
sungkup.
 Yang sering bocor adalah antara pipi dan
pangkal hidung.
 Ulangi lagi pemasangan sungkup dan di coba
dilekatkan lebih baik.
 Tepi sungkup sedikit ditekan, jangan menekan
terlalu kuat ke muka bayi.
d. Arus udara terhambat:
Cara melakukan koreksi sebagai berikut:
 Periksa posisi bayi dan ekstensikan leher bayi
lebih jauh.
 Periksa mulut, orofaring dan sekresi. Bila perlu
hisap cairan dalam mulut dan hidung.
 Dicoba dilakukan ventilasi dengan mulut bayi
sedikit terbuka, dengan memasang jalan udara
melalui mulut.
e. Tidak cukup tekanan:
 Naikkan tekanan sehingga tampak dada bayi
turun naik.
 Tinggikan tekanan yang diberikan sesuai dengan
jenis alat yang dipakai.
 Bila menggunakan balon dengan pengukur
tekanan, naikkan tekanan sehingga timbul
pernapasan yang mudah.
 Bila menggunakan balon dengan katup
pelepas tekanan naikkan tekanan sehingga
katup bergerak.
 Bila dibutuhkan tekanan yang lebih tinggi
dan dimungkinkan untuk menutup katup,
maka dilakukan dengan menaikkan tekanan
secara hati-hati.
Apabila dengan tahapan di atas dada bayi masih tetap
kurang berkembang sebaiknya dilakukan intubasi
endotrakeal dan ventilasi pipa balon!
RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 10/15

H. Menilai Frekuensi Denyut Jantung Bayi Pada Saat VTP


1. Saat menilai:
Frekuensi denyut jantung bayi dinilai setelah selesai
melakukan ventilasi 15-20 detik.
2. Cara menilai:
Ada 2 cara untuk menilai frekuensi denyut jantung bayi:
a. Menggunakan stetoskop mendengarkan denyut
jantung di apeks
b. Meraba denyut jantung arteri umbilikalis atau arteri
brakialis
3. Cara menghitung:
Frekuensi denyut jantung dihitung dengan cara
menghitung jumlah denyut jantung dalam 6 detik
dikalikan 10, sehingga diperoleh frekuensi jantung per
menit.
4. Kategori frekuensi denyut jantung:
Frekuensi denyut jantung bayi dibagi dalam 3 kategori:
a. Lebih dari 100 kali/menit
b. Antara 60-100 kali/menit
c. Kurang dari 60 kali/menit

I. Langkah Selanjutnya:
1. Apabila frekuensi denyut jantung bayi > 100 kali/menit:
a. Apabila bayi mulai bernapas secara spontan:
 Dilakukan rangsangan taktil untuk merangsang
frekuensi dan dalamnya pernapasan
 VTP dapat dihentikan, oksigen arus bebas
diberikan.
 Kalau wajah bayi tampak merah, oksigen dapat
dikurangi secara bertahap
b. Apabila pernapasan spontan dan adekuat tidak
terjadi, VTP dilanjutkan.
2. Apabila frekuensi denyut jantung bayi 60-100 kali/menit
a. VTP dilanjutkan dengan memantau frekuensi denyut
jantung bayi.
b. Apabila frekuensi denyut jantung tetap/tidak
meningkat:
 Periksa ventilasi apakah adekuat?
 Apakah gerak dada cukup adekuat?
 Apakah posisi sungkup benar?
 Apakah posisi kepala bayi benar?
 Apakah tekanan ventilasi adekuat?
 Apakah udara dalam lambung mengganggu
gerakan dada?
 Apakah suara napas adekuat?
 Apakah oksigen yang diberikan benar-benar
100%?
 Apakah pipa oksigen telah terpasang ke balon &
pengukur arus?
 Apakah oksigen mengalir melalui pengukur arus?

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 11/15

 Bila menggunakan blender, apakah sudah diatur


100%?
 Bila menggunakan balon memompa sendiri,
apakah penampung oksigen sudah tersambung?
 Bila menggunakan tangki (bukan oksigen
dinding), apakah tangki berisi oksigen?
c. Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 80
kali/menit, dimulai kompresi dada bayi!
3. Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 kali/menit
a. VTP dilanjutkan
b. Periksa ventilasi apakah adekuat dan oksiegen yang
diberikan benar-benar 100%?
c. Segera dimulai kompresi dada bayi!
 Bila menggunakan balon memompa sendiri,
apakah penampung oksigen sudah tersambung?
 Bila menggunakan tangki (bukan oksigen
dinding), apakah tangki berisi oksigen?
d. Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 80
kali/menit, dimulai kompresi dada bayi!
4. Apabila frekuensi denyut jantung bayi < 60 kali/menit
a. VTP dilanjutkan
b. Periksa ventilasi apakah adekuat dan oksiegen
yang diberikan benar-benar 100%?
c. Segera dimulai kompresi dada bayi!
J. Memasang Kateter Orogastrik
1. Indikasi:
VTP dengan balon dan sungkup lebih lama dari 2 menit
harus dipasang kateter orogastrik dan tetap terpasang
selama ventilasi, oleh karena selama ventilasi udara dari
orofaring dapat masuk ke dalam esophagus dan lambung
yang berakibat:
a. Lambung yang terisi udara akan membesar dan
menekan diafragma menghalangi paru-paru
berkembang
b. Udara dalam lambung dapat menyebabkan regurgitasi
isi lambung yang mungkin menimbulkan aspirasi.
c. Udara dalam lambung dapat masuk ke usus,
menyebabkan perut kembung yang akan menekan
diafragma.
2. Alat yang dipakai:
a. Pipa orogastrik no.8F
b. Semprit 20 ml
3. Ukuran panjang pipa yang akan dimasukkan dengan cara
mengukur panjangnya mulai dari pangkal hidung ke daun
telinga bayi dan dari daun telinga ke prosesus sifoldeus
(ujung bawah tulang dada) bayi.
4. Masukkan pipa melalui mulut (hidung untuk ventilasi)

RESUSITASI NEONATUS
No. Dokumen No Revisi Halaman
15/PRWTNA/01/2018 0 12/15

RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH


5. Setelah pipa dimasukkan sesuai panjang yang diinginkan
(sesuai pengukuran sebelumnya), sambung dengan
semprit 20 ml dan hisap isi lambung dengan cepat dan
Halus.
6. Lepaskan semprit dari pipa. Biarkan ujung pipa terbuka
agar ada lubang udara ke lambung. Plester pipa ke pipi
bayi untuk fiksasi ujung pipa.
K. Kompresi Dada
1. Indikasi:
Apabila setelah 30 detik melakukan VTP dengan oksigen
100% frekuensi denyut jantung bayi: kurang dari 60
kali/menit
2. Posisi pelaksana kompresi dada:
Pelaksanaan menghadap ke dada bayi dengan kedua
tangannya dalam posisi yang benar.
3. Lokasi kompresi dada:
a. Kompresi dilakukan di 1/3 bagian bawah tulang dada
di bawah garis khayal yang menghubungkankedua
putting susu bayi.
b. hati-hati jangan menekan prosesus sifoideus
4. Teknik mengguanakan kedua ibu jari:
a. Kedua tangan melingkari dada bayi bagian lateral,
tempatkan kedua ibu jari di tulang dada di lokasi
kompresi, sedangkan jari-jari lainnya diletakkan di
punggung bayi.
b. Kedua ibu jari diletakkan berdampingan (untuk bayi
c. kecil ibu jari yang satu diletakkan di atas ibu jari yang
lainnya).
5. Teknik menggunakan 2 jari:
a. Ujung-ujung jari tengah dan jari telunjuk salah satu
tangan digunakan untuk kompresi dada.
b. Letakkan kedua jari tersebut tegak lurus tulang dada
di lokasi kompresi. Kompresi hanya dilakukan dengan
ujung-ujung jari tersebut.
c. Tangan yang lain diletakkan di punggung bayi,
menopang bagian belakang bayi, sehingga penekanan
pada jantung bayi di antara tulang dada dan tulang
belakang lebih efektif. Selain itu tangan yang
menopang bagian belakang bayi dapat merasakan
tekanan dan / dalamnya kompresi.
6. Dalamnya kompresi dada (dalamnya tekanan):
Dengan posisi jari-jari dan tangan yang benat, gunakan
tekanan yang cukup untuk menekan tulang dada kira-kira
sedalam 1/3 diameter antero posterior dada, kemudian
tekanan dilepaskan untuk memungkinkan pengisian
jatung. Yang dimaksudkan dengan 1 kompresi (1
tekanan) ialah tekanan ke bawah ditambah pembesaran
tekanan.
7. Kecepatan kompresi dada:
a. Rasio kompresi dada dan ventilasi dalam 1 menit ialah
90 kompresi dada dan 30 ventilasi (rasio 3:1). Dengan
demikian kompresi dada dilakukan 3 kali dalam 1 ½
detik dan ½ detik untuk ventilasi 1 kali.
b. Ibu jari atau ujung-ujung jari harus tetap kontak
dengan tempat kompresi dada sepanjang waktu, naik
pada saat penekanan maupun pada saat melepaskan
penekanan.

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 13/15

c. Jika ibu jari atau ujung-ujung jari diangkat dari tulang


dada, maka:
 Membuang waktu untuk melokalisasi kembali
daerah penekanan
 Kehilangan control dalamnya penekanan
 Dapat menekan daerah lain yang salah dan dapat
menyebabkan cedera pada dada atau organ lain.
8. Konsistensi:
Yang terpenting ialah menjaga agar dalam dan kecepatan
penekanan tetap konsisten untuk memastikan sirkulasi
yang cukup.
Setiap interupsi penekanan akan menyebabkan
penurunan tekanan darah karena peredaran darah terhenti.
9. Mengontrol efektifitas:
Untuk mengetahui apakah darah mengalir secara efektif,
nadi harus dikontrol secara periodic dengan meraba nadi
misalnya di tali pusat, karotis, brakialis dan femoralis.
10. Evaluasi frekuensi:
a. Pada awal, setelah 30 detik tindakan kompresi dada
frekuensi denyut jantung bayi harus dikontrol, oleh
karena setelah frekuensi denyut jantung mencapai 80
kali/menit atau lebih tindakan kompresi dada
dihentikan.
b. Frekuensi denyut jantung bayi atau nadi dikontrol
tidak lebih dari 6 detik.
c. Apabila menggunakan stetoskop, ventilasi harus
dihentikan sementara pada saat menilai frekuensi
denyut jantung bayi agar suara napas tidak
mengaburkan denyut jantung .
d. Pada resusitasi kardiopulmonal yang lama,
pemantauan frekuensi denyut jantung bayi dapat
dikurangi.
11. Keputusan untuk menghentikan resusitasi
kardiopulmonal:
Resusitasi kardiopulmonal dihentikan apabila setelah 30
menit tindakan resusitasi dilakukan tidak ada respon dari
bayi.

L. Intubasi Endotrakeal
1. Indikasi
a. Apabila diperlukan VTP agak lama
b. Apabila ventilasi dengan balon dan sungkup tidak
efektif
c. Apabila perlu melakukan penghisapan trakea
d. Apabila dicurigai ada hernia diafragmatika
e. bayi baru lahir kurang bulan dengan berat < 1000 gr.
Memasang laringoskop dan melihat glotis
2. Menyiapkan pemasukan laringoskop:
a. Penolong berdiri di sisi atas kepala bayi
b. Nyalakan lampu laringoskop
c. Pegang laringoskop dengan ibu jari dan ketiga jari
tangan kiri (tidak peduli penolong kidal atau
normal) dan arahkan daun laringoskop ke sisi
berlawanan dengan penolong.

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 14/15
d. Pegang kepala bayi dengan sarung tangan kanan
3. Memasukan daun laringoskop:
a. Masukan daun laringoskop antara palatum dan lidah
b. Ujung daun laringoskop dimasukkan menyusuri
lidah secara perlahan ke pangkal lidah sampai di
vellecula (lekuk pangkal lidah dan epiglottis).
4. Melihat glottis:
a. Angkat daun laringoskop dengan cara mengangkat
seluruh laringoskop ke arah batang laringoskop
menunjuk, dengan demikian lidah akan terjulur
sedikit sehingga taring terlihat.
Jangan mengangkat ujung daun laringoskop dengan
menariknya ke arah penolong (mengungkit) karena
glottis tidak akan tampak dan pinggir alveoli akan
mendapat tekanan yang kuat yang akan merusak
pembentukan gigi kelak.
b. Langkah berikutnya ialah mengetahui (menentukan)
letak (posisi) daun laringoskop sudah betul atau salah
dengan cara melihat petunjuk.
Letak Tanda Petunjuk

 Benar  Glotis tampak di sebelah atas


dengan muara di bawah
 Kurang dalam  Lidah terlihat menutupi daun
 Terlalu dalam  Terlihat dinding eSPOhagus
 Lebih ke kiri  Di belakang faring sebagian
trakea di samping daun
c. Pada beberapa bayi, terutama bayi yang kecil,
penekanan di daerah faring akan memperlihatkan
glottis. Ini dilakukan sendiri oleh penolong
menggunakan jari ke empat dan kelima tangan kiri,
atau dilakukan oleh pembantu penolong dengan jari
telunjuk.
5. Penghisapan lendir:
Sewaktu memasukkan daun laringoskop, jikalau terdapat
secret/lendir menutupi jalan napas, dilakukan
penghisapan lendir menggunakan kateter sampai
epiglottis tampak dan untuk menghindarkan aspirasi
apabila bayi gasping.
6. Berhenti setelah 20 detik:
Tindakan intubasi dibatasi 20 detik untuk mencegah
hipoksia. Pada waktu berhenti, bayi distabilkan dengan
memompa balon dan sungkup.
7. Memasukkan pipa endotrakeal (et):
a. Syarat untuk memasukan pipa ET ialah: glottis dan
pita suara harus terlihat.
b. Untuk menghindari lapang pandang tertutup, maka
pipa ET dipegang dengan tangan kanan dan
dimasukkan dari sebelah kanan mulut bayi.
c. Tetap terlihat glottis. Pita suara harus terbuka.
Apabila pita suara menutup, ditunggu sampai
terbuka. Apabila setelah 20 detik pita suara belum
terbuka, hentikan upaya memasukkan pipa ET dan
lakukanlah ventilasi dengan balon dan sungkup.

RESUSITASI NEONATUS

No. Dokumen No Revisi Halaman


RSIA. Dr. Hj. KARMINI EH 15/PRWTNA/01/2018 0 15/15

d. Masukkanlah pipa ET di antara pita suara suara,


sampai sebatas garis tanda pita suara, agar ujung
pipa terletak dalam trakea di tengah antara pita suara
dan carina. Sewaktu memasukkan pipa ET, jangan
kenai pita suara dengan ujung pipa, karena dapat
menyebabkan spasme pita suara.
8. Mengeluarkan laringoskop:
a. Pipa ET dipegang dengan tangan kanan yang
bertumpu pada muka bayi, tekan ke bibir.
b. Laringoskop dikeluarkan dengan tangan kiri tanpa
mengganggu/menggeser pipa ET.
c. Cabut stilet dari pipa ET
9. Memastikan letak pipa endotrakeal (et):
a. Sambil memegang pipa ET, pasang sambungan pipa
ke balon resusitasi dan lakukan ventilasi sambil
memperhatikan dada dan perut bayi.
b. Apabila letak pipa ET betul akan terlihat:
c. Dada mengembang
d. Perut tidak mengembung sewaktu ventilasi.
10. Mendengarkan suara napas:
Mintalah kepada orang lain (pembantu) untuk mendengar
suara napas menggunakan stetoskop. Pastikan letak
stetoskop di pinggir bagian atas dada kiri dan kanan.
Apabila letak stetoskop lebih rendah, maka suara udara
yang masuk ke lambung dapat terdengar sebagai suara
napas.
11. Tanda pipa ET tepat terletak di tengah trakea:
a. Kedua sisi dada mengembang sewaktu dilakukan
ventilasi
b. Suara napas terdengar sama di kedua sisi dada
c. Tidak terdengar suara lambung
d. Perut tidak kembung
12. Tanda pipa ET terletak di bronkus:
a. Suara napas hanya terdengar di satu sisi paru-paru
b. Suara napas terdengar tidak sama keras.
c. Tidak terdengar suara di lambung
d. Perut tidak kembung
Tindakan : tarik pipa ET kurang lebih 1 cm
13. Tanda pipa ET terletak di esophagus:
a. Tidak terdengar suara napas
b. Terdengar suara udara masuk ke lambung
c. Perut tampak kembung
Tindakan : cabut pipa ET, diberi oksigen melalui balon
sungkup, masukkan lagi pipa ET
14. Memfiksasi pipa endotrakeal (et):
a. Perhatikan tanda cm pada pipa ET berubah letaknya
b. Jarak ujung pipa ET ke bibir menentukan dalamnya
pipa.
c. Fiksasi pipa ET ke wajah bayi dengan plester atau
dengan pemegang pipa yang dapat ditempelkan ke
wajah bayi.
d. Sebelumnya wajah bayi harus dikeringkan.
Larutan benzoin dapat digunakan untuk melindungi kulit dan
mempermudah lekatnya plester.
UNIT TERKAIT Bidang Perawatan

Anda mungkin juga menyukai