) SEBAGAI
FITOREMEDIATOR DENGAN KEPADATAN BERBEDA TERHADAP
PENURUNAN KADAR AMONIA, NITRAT DAN NITRIT PADA LIMBAH
BUDIDAYA
SKRIPSI
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
PENGARUH PEMBERIAN KAYU APU (Pistia stratiotes L.) SEBAGAI
FITOREMEDIATOR DENGAN KEPADATAN BERBEDA TERHADAP
PENURUNAN KADAR AMONIA, NITRAT DAN NITRIT PADA LIMBAH
BUDIDAYA
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Strata
Satu (S1) Jurusan Perikanan Program Studi Akuakultur
JURUSAN PERIKANAN
FAKULTAS PERTANIAN PETERNAKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
2022
ii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
DEVI PUTRI RACHMAWATI
NIM: 20181060311087
Disetujui oleh:
Malang,
Menyetujui:
Ir. Henik Sukorini, M.P., Ph.D., IPM Dr. Hany Handajani, S.Pi, M.Si
NIP: 105.9311.0359 NIP: 110.0309.0406
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Oleh:
DEVI PUTRI RACHMAWATI
201810260311087
Malang,………………
Mengetahui :
Dr. Ir. Aris Winaya, MM., M.Si,, IPU Dr. Hany Handajani, S.Pi., M.Si
NIP : 196405141990331002 NIP: 110.0309.0406
iv
SURAT PERNYATAAN
2. Skripsi ini adalah milik saya sendiri yang disusun berdasarkan serangkaian
penelitian yang saya lakukan dan belum pernah diajukan untuk memperoleh
gelar pada program sejenis di perguruan tinggi manapun, semua data dan
informasi yang digunakan telah dinyatakan secara jelas dan dapat diperiksa
kebenarannya.
3. Penulisan skripsi ini tidak ada plagiasi, duplikasi ataupun replikasi terhadap hasil
penelitian ini dari pihak-pihak manapun yang menyebabkan hasil penelitian ini
tidak otentik, kecuali secara tertulis diacu dalam skripsi dan disebutkan
rujukannya dalam daftar pustaka.
4. Skripsi ini disusun berdasarkan persetujuan dan bimbingan dari dewan
pembimbing dan telah diuji dihadapan dewan penguji tugas akhir Jurusan
Perikanan Fakultas Pertanian Peternakan Universitas Muhammadiyah Malang.
Demikian surat pernyatan ini saya buat dengan sebenar-benarnya dan
bertanggung jawab terhadap pernyataan ini.
v
KATA PENGANTAR
vi
DAFTAR ISI
COVER .................................................................................................................. ii
HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii
SURAT PERNYATAAN .......................................................................................v
KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi
DAFTAR ISI ........................................................................................................ vii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... viii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ ix
Abstrak .....................................................................................................................1
PENDAHULUAN ...................................................................................................1
METODOLOGI PENELITIAN ...........................................................................1
HASIL DAN PEMBAHASAN ..............................................................................2
Amonia ................................................................................................................2
Nitrit ....................................................................................................................2
Nitrat ...................................................................................................................3
Total Bakteri .......................................................................................................3
Pertumbuhan Kayu Apu ...................................................................................4
Suhu .....................................................................................................................4
pH ........................................................................................................................5
KESIMPULAN .......................................................................................................5
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................5
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Pengamatan Total Bakteri ..........................................................................4
Tabel 2 Pertumbuhan Tanaman ...............................................................................4
ix
Pengaruh Pemberian Kayu Apu (Pistia stratiotes L.) sebagai Fitoremediator dengan
Kepadatan Berbeda Terhadap Penurunan Kadar Amonia, Nitrat dan Nitrit pada
Limbah Budidaya
Devi Putri Rachmawati1, Sri Dwi Hastuti2, Dony Prasetyo2
Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas
Muhammadiyah Malang
Jl. Raya Tlogomas No. 246 Malang, Jawa Timur
Email: devirachma17@gmail.com
Abstrak
Limbah budidaya yang mengandung senyawa nitrogen bila dialirkan secara langsung ke
perairan sekitar akan menyebabkan pencemaran air pada perairan tersebut sehingga
dibutuhkan pengolahan limbah budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana konsentrasi ammonia, nitrat dan nitrit ketika media pemeliharaan diberi tanaman
kayu apu (Pistia stratiotes L) dengan kepadatan yang berbeda. Penelitian ini dilakukan
menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan kepadatan tumbuhan yang berbeda
(0gr, 45gr, 90gr, 135gr) selama 14 hari. Air limbah budidaya berasal dari Laboratorium
Perikanan, Fakultas Pertanian Peternakan, Universitas Muhammadiyah Malang. Pada awal
penelitian konsentrasi ammonia 8 mg/L, nitrit 5 mg/L dan nitrat 5 mg/L. Penurunan
konsentrasi ammonia paling efektif terjadi pada kepadatan kayu apu sebanyak 90gr/33L
dengan penurunan hingga 2,72 mg/L. Sedangkan penurunan konsentrasi nitrit terjadi pada
kepadatan kayu apu 0gr dengan penurunan hingga 0,12 mg/L pada akhir penelitian.
Penurunan konsentrasi nitrat terjadi pada kepadatan kayu apu 0gr dengan penurunan hingga
2,83 mg/L pada akhir penelitian.
Kata Kunci: amonia, nitrit, nitrat, limbah budidaya, fitoremediasi, Kayu Apu (Pistia
Stratiotes).
Abstract
Aquaculture waste containing nitrogen compounds when channeled directly into the
surrounding waters will cause water pollution in these waters so that aquaculture waste
treatment is needed. This study aims to find out how the concentrations of ammonia, nitrate
and nitrite are when the rearing medium is given water cabbage (Pistia stratiotes L) with
different densities. This research was conducted using a completely randomized design (CRD)
with different plant densities (0gr, 45gr, 90gr, 135gr) for 14 days. Aquaculture wastewater
comes from the Fisheries Laboratory, Faculty of Animal Husbandry Agriculture, University of
Muhammadiyah Malang. At the beginning of the study the concentration of ammonia was 8
mg/L, nitrite was 5 mg/L and nitrate was 5 mg/L. The most effective reduction in ammonia
concentration occurred at a water cabbage density of 90gr/33L with a decrease of up to 2.72
mg/L. Meanwhile, the decrease in nitrite concentration occurred at a density of 0gr of water
cabbage with a decrease of up to 0.12 mg/L at the end of the study. The decrease in nitrate
concentration occurred at a density of 0 gr of water cabbage with a decrease of up to 2.83
mg/L at the end of the study.
Keywords: ammonia, nitrite, nitrate, aquaculture waste, phytoremediation, water cabbage
1
PENDAHULUAN obor memiliki daya serap tinggi terhadap
Pada pengolahan suatu limbah cair logam berat.
terdapat berbagai cara yang dapat dilakukan Kayu apu (Pistia stratiotes L.)
antara lain secara kimia, fisika, ataupun merupakan tumbuhan yang hidup pada
biologi. Pengolahan limbah secara kimia media air, memiliki kecepatan tumbuh yang
dilakukan menggunakan bahan kimia, tinggi sehingga sering dianggap sebagai
secara fisika dilakukan dengan sedimentasi, hama. Meskipun banyak yang menganggap
filterisasi, dan screening (Leany, 2020). bahwa tumbuhan kayu apu ini sebagai hama
Secara biologi, salah satu metode yang pada perairan, namun tumbuhan ini dapat
digunakan pada pengolahan limbah cair dimanfaatkan dalam proses pengolahan
yaitu dengan menggunakan metode limbah cair. Tumbuhan kayu apu ini dapat
fitoremediasi. Metode fitoremediasi menyerap berbagai zat yang ada pada air.
merupakan metode yang memanfaatkan Menurut penelitian yang dilakukan
tumbuhan tertentu dalam mengekstrak, Tampubolon et al., (2020) pada kolam yang
menurunkan maupun menghilangkan berisi 12 tanaman kayu apu mampu
kontaminan dari air dan tanah (Indah, 2014). menurunkan nilai BOD sampai dengan 10
Pendapat lain tentang fitoremediasi menurut mg/L (95,83%), COD 15,97 mg/L (95,01%)
Pandia et al. (2018) adalah sebuah sistem dan TSS 17,66 mg/L (96,09) dalam rentang
yang mana pada tanaman tertentu dapat waktu 12 hari. Oktaviani et al., (2020)
bekerjasama dengan mikroorganisme pada menyatakan tanaman kayu apu mampu
tanah, koral atau air dalam mengubah zat mengolah limbah berupa logam berat, zat
kontaminan atau pencemar menjadi tidak organik dan anorganik sehingga termasuk
berbahaya hingga menjadi bahan yang pada salah satu tanaman fitoremediator.
ekonomis. Pengolahan limbah cair Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk
menggunakan metode ini memiliki mengetahui manfaat kayu apu (Pistia
keuntungan sendiri yaitu tidak memicu stratiotes L.) dalam mereduksi limbah
adanya efek samping yang dapat budidaya.
membahayakan lingkungan sekitar, mudah,
murah dan efisien apabila diaplikasikan METODOLOGI PENELITIAN
pada industri (Indah, 2014). Terdapat Penelitian dilaksanakan di Laboratorium
bebrapa tumbuhan air yang dapat Perikanan Fakultas Pertanian-Peternakan
dimanfaatkan sebagai fitoremediator yaitu Universitas Muhammadiyah Malang selama
eceng gondok, kayu apu, kiambang, dan 14 hari. Tumbuhan kayu apu (Pistia
kangkung air. Pada penelitian yang stratiotes L.) yang digunakan berasal dari
dilakukan Indah (2014) tanaman air yang daerah sekitar Jetis, Kec. Dau, Kab. Malang
dapat digunakan sebagai remediator antara yang kemudian di aklimatisasi selama 7 hari
lain eceng gondok, kangkung air dan kayu menggunakan air bersih dengan tujuan agar
apu dalam menurunkan bahan organik tanaman mampu beradaptasi pada
limbah cair tahu. Penelitian lain yang lingkungan baru (Oktaviani et al., 2020).
dilakukan oleh (Pandia et al., 2018) tentang Limbah budidaya yang digunakan berasal
tumbuhan fitoremediasi seperti tumbuhan dari Laboratorium Perikanan Universitas
obor, eceng gondok dan kiambang Muhammadiyah Malang.
mendapatkan kesimpulan bahwa tumbuhan Penelitian ini menggunakan metode
eksperimental laboratoris, yaitu penelitian
1
yang diberi perlakuan dengan tujuan
memanipulasi objek penelitian disertai
adanya kontrol (Irsan et al., 2021). Media
penelitian yang digunakan berupa akuarium
kemudian diisi dengan air limbah budidaya
sebanyak 33L. Rancangan penelitian yang
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan berat kayu apu
yang berbeda yaitu 0gr, 45gr, 90gr dan Gambar 1 Pengamatan Konsentrasi Amonia
135gr yang diulang sebanyak 3 kali. selama Penelitian
Pengujian parameter ammonia, nitrit, dan
nitrat dilakukan setiap seminggu sekali. Gambar 1 menunjukkan adanya
Pada parameter jumlah koloni bakteri dan penurunan konsentrasi ammonia pada
pertumbuhan bobot basah tumbuhan semua perlakuan. Pada awal penelitian,
dilakukan pada awal penelitian dan akhir konsentrasi ammonia sebesar 8 mg/L
penelitian, selain itu dilakukan pengukuran dimasing-masing akuarium. Pada minggu
suhu dan pH air setiap harinya. kedua, konsentrasi ammonia mengalami
Data yang didapatkan dari penelitian ini penurunan yaitu P1 sebesar 7,97 mg/L; P2
dianalisis menggunakan SPSS untuk sebesar 7,73 mg/L; P3 sebesar 7,88 mg/L;
mengetahui apakah perbedaan kepadatan dan P4 sebesar 7,42 mg/L. Pada minggu
mempengaruhi banyaknya kandungan terakhir penelitian, P1 memiliki rata-rata
bahan organik yang terserap (Ningrum et al., kadar ammonia 7,97 mg/L, P2 3,94 mg/L,
2020). Uji yang dilakukan berupa uji one- P3 2,72 mg/L; dan P4 3.09 mg/L. Penurunan
way ANOVA. Analisis statistik konsentrasi ammonia paling tinggi terdapat
menggunakan uji F dengan tingkat pada minggu terakhir penelitian pada
signifikasinya 0,05 atau 5%. perlakuan 3 atau perlakuan yang memiliki
kepadatan tumbuhan kayu apu sebesar 90gr.
HASIL DAN PEMBAHASAN Penurunan konsentrasi ammonia terjadi
Amonia karena kayu apu dapat langsung
Konsentrasi ammonia sejatinya ada memanfaatkan N dari dalam air media
secara alami pada perairan, hal ini terjadi budidaya. Didukung dengan pernyataan dari
karena adanya proses amonifikasi, namun (Nirmala et al., 2016) kayu apu dapat
keberadaanya dapat berubah dengan adanya memanfaatkan ammonia nitrogen yang
proses oksidasi oleh bakteri menjadi nitrit berasal dari sisa metabolisme dan sisa pakan
(Pribadi et al., 2016). Kadar amonia yang terakumulasi didalam air.
bergantung pada pH dan suhu. Pada pH
rendah konsentrasi ammonia pada perairan Nitrit
lebih rendah, sedangkan pada pH tinggi Gambar 2 menunjukkan konsentrasi
ammonia pada perairan lebih tinggi (Pribadi nitrit mengalami fluktiatif selama 14 hari.
et al., 2016). Pada suhu tinggi konsentrasi Penurunan terjadi pada semua perlakuan
ammonia pada perairan rendah, sedangkan dengan penurunan tertinggi terjadi pada hari
pada suhu rendah konsentrasi ammonia ke-7. Konsentrasi nitrit terendah pada hari
meningkat (Wahyuningsih, Sri; Gitarama, ke-7 terdapat pada P4/135gr sebesar 0,07
2020). mg/L, sedangkan konsentrasi tertinggi
2
terdapat pada P1/kontrol sebesar 0,16 mg/L. 2011). Nitrat merupakan hasil dari proses
Namun pada hari ke-14 konsentrasi nitrit nitrifikasi yaitu proses yang mengubah
terendah terdapat P1/kontrol sebesar 0,12 ammonia menjadi nitrat yang dilakukan oleh
mg/L dan konsentrasi tertinggi pada bakteri nitrobacter pada kondisi perairan
P4/135gr sebesar 1,24 mg/L. yang aerob, selain itu nitrat juga dapat
digunakan sumber nutrisi bagi tanaman air
(Handajani et al., 2021). Pada perairan
umumnya konsentrasi nitrat tergolong tinggi
bila dibandingkan dengan senyawa lain.
3
kayu apu dengan kepadatan berbeda, Perlakuan Awal Akhir Pertumbuhan
menunjukkan bahwa kepadatan bakteri (gr) (gr) (gr)
tertinggi terdapat pada P1/control sebesar P2 45 131 86
3,6 x 1012 CFU/ml, sedangkan kepadatan P3 90 185.3 95,3
terendah terdapat pada P3 (90gr) sebesar P4 135 242.6 107,6
11,8 x 106 CFU/ml. Hasil pengamatan total Tabel 2 menunjukkan bahwa terdapat
bakteri dapat dilihat pada Tabel 1. pertumbuhan kayu apu pada masing-masing
Tabel 1 Pengamatan Total Bakteri perlakuan. Pertumbuhan kayu apu tertinggi
Perlakuan Awal Akhir terjadi pada P4 dengan penambahan bobot
(CFU/ml) (CFU/ml) basah tanaman sebesar 107,6 gr dan
P1 3,6 x 10 ± 12,2 x 1011 ±
12
terendah pada P2 sebesar 86 gr. Pada P4
0,0a 1,56b yang mengalami pertumbuhan bobot
12
P2 3,6 x 10 ± 45 x 1010 ± tumbuhan tertinggi hanya mampu
0,0a 1,31a menurunkan konsentrasi ammonia hingga
P3 3,6 x 10 ±12
11,8 x 106 ± 3,09 mg/L, konsentrasi ini tergolong kecil
0,0a 1,65a karena pada P3 yang mengalami
P4 3,6 x 1012 ± 28,2 x 107 ± pertumbuhan bobot sebesar 95,3 gr mampu
0,0a 5,29a menurunkan konsentrasi ammonia hingga
Pada Tabel 1 dapat dilihat bahwa pada 2,72 mg/L. Hal ini terjadi karena tanaman
minggu awal penelitian masing-masing pada P4 telah mencapai batas maksimum
perlakuan memiliki kepadatan bakteri yang penyerapan senyawa organik. Hal ini sejalan
sama yaitu sebanyak sebesar 3,6 x 1012 dengan penelitian Gata, (2021), tanaman ini
CFU/ml, namun pada minggu terakhir memiliki masa jenuh dalam menyerap
penelitian kepadatan bakteri mulai menurun sehingga pada hari ke 10-15 tanaman ini
pada tiap perlakuan. Pada P1 sebanyak 12,2 mulai melipat gandakan populasinya, dan
x 1011 CFU/ml; P2 sebanyak 45 x 1010 bila semakin banyak kayu apu yang tumbuh
CFU/ml; P3 sebanyak 11,8 x 106 CFU/ml; maka semakin sulit juga tanaman menyerap
dan P4 sebanyak 28,2 x 107 CFU/ml. kandungan yang berada dalam air limbah.
Penurunan kepadatan bakteri ini Selama proses penelitian, tanaman kayu apu
kemungkinan terjadi karena bakteri tidak juga mengalami perubahan morfologi
dapat memanfaatkan senyawa organik pada karena hal tersebut merupakan sebuah
air limbah sebagai sumber nutrisi. Hal ini bentuk respon tanaman terhadap air limbah
sesuai dengan penelitian yang dilakukan (Billah et al., 2020).
(Rossiana et al., 2012), terjadinya kenaikan
jumlah sel bakteri menandakan bakteri Suhu
tersebut dapat memanfaatkan senyawa pada Hasil pengukuran suhu pada setiap
media sebagai sumber nutrisi. perlakuan mendapatkan hasil yang hampir
sama berkisar 26,6 – 28,5ºC. Konsentrasi
Pertumbuhan Kayu Apu suhu pada masing – masing perlakuan tidak
Tabel 2 Pertumbuhan Tanaman mengalami perubahan signifikan. Hasil
Perlakuan Awal Akhir Pertumbuhan pengukuran parameter suhu terdapat pada
(gr) (gr) (gr) Gambar 4. Rerata suhu pada penelitian ini
P1 0 0 0 26,6 – 28,5ºC telah memenuhi batas suhu
optimum yang diperbolehkan yaitu suhu
4
optimum fitoremediasi berkisar antara 25 - penelitian (Oktaviani et al., 2020). Pada saat
30ºC serta berada pada batas suhu optimum fotosintesis tanaman berlangsung, CO2 akan
tanaman kayu apu tumbuh yaitu 22 -30ºC diubah menjadi C6H12O6 yang memerlukan
hidrogen dan energi. Hidrogen didapatkan
dari H+ yang diperoleh dari air limbah dan
udara. Sedangkan penurunan pH pada saat
penelitian, dapat disebabkan karena
kerusakan pada tanaman yang diakibatkan
karena nekrosis pada daun, bagian nekrosis
yang masuk ke dalam media tumbuh akan
terdekomposisi dan menghasilkan asam
Gambar 4 Pengamatan Suhu selama Penelitian humat yang menyebabkan pH menurun
(Oktaviani et al., 2020).
(Jamil et al., 2016).
Handajani, H., Widanarni, W., Budiardi, T., Nirmala, K., Wardani, S., Hastuti, Y. P., &
& Setiawati, M. (2021). Nurusallam, W. (2016). Penentuan
Phytoremediation by Echinodorus Bobot Kayu Apu (Pistia stratiotes L.)
palaefolius to Reduce Nitrogen and sebagai Fitoremediator dalam
Phosphate Waste of Intensive Culture Pendederan Ikan Gurami Lac. Ukuran
Anguilla bicolor in Recirculation 3 cm. Jurnal Akuakultur Indonesia,
Aquaculture Systems. International 15(2), 180.
Journal on Advanced Science, https://doi.org/10.19027/jai.15.2.180-
Engineering and Information 188
Technology, 11(2), 783–790.
https://doi.org/10.18517/ijaseit.11.2.95 Novaliana, A. (2011). Pengaruh kepadatan
21 eceng gondok terhadap pertumbuhan
benih ikan nila.pdf.
Hendrasarie, N.-, & Dieta, Y. A. (2019).
Kemampuan Adsorpsi Pb Dari Limbah Oktaviani, L., Nilandita, W., & Suprayogi,
Industri Oleh Tumbuhan Kayu D. (2020). Fitoremediasi Tanaman
Ambang (Lemna Minor), Kayu Apu Apu-Apu (Pistia Stratiotes) terhadap
(Pistia Stratiotes), Dan Eceng Gondok Kadar Logam Zn Berdasarkan Variasi
(Eichhornia Crassipes Solm). Jurnal Jumlah Tanaman. Al-Ard: Jurnal
Envirotek, 11(1), 39–45. Teknik Lingkungan, 6(1), 44–52.
https://doi.org/10.33005/envirotek.v11 https://doi.org/10.29080/alard.v6i1.98
i1.1368 1
Herlambang, P., & Hendriyanto, O. (2015). Pandia, S., Purba, E., & Hasan, W. (2018).
Fitoremediasi Limbah Deterjen Analisis Limbah Tumbuhan
Menggunakan Kayu Apu (Pistia Fitoremediasi (Typha Latifolia, Enceng
Stratiotes L.) Dan Genjer (Limnocharis Gondok, Kiambang) Dalam Menyerap
Flava L.). Jurnal Ilmiah Teknik Logam Berat. Serambi Engineering, III,
Lingkungan, 7(2), 100–114. 344–351.
6
Pribadi, R. N., Zaman, B., & Purwono, P.
(2016). Pengaruh Luas Penutupan
Kiambang (Salvinia Molesta) terhadap
Penurunan COD, Amonia, Nitrit, dan
Nitrat pada Limbah Cair Domestik
(Grey Water) dengan Sistem Kontinyu.
Jurnal Teknik Lingkungan, 5(4), 1–10.