PARIWISATA
STUDI KEPUSAN DAN KETIDAKPUASAN WISATAWAN YANG BERKUNJUNG
KE SANGEH DAN ALAS KEDATON
Yayu Indrawati dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi
Denpasar
Halaman ISSN
JAP Volume 14 Nomor 2 Desember
1-78 1410-3729
2014
Volume 14 Nomor 2 Tahun 2014
SUSUNAN REDAKSI
PENANGGUNG JAWAB
Drs. I Made Sendra, M.Si. (Dekan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana)
PENASEHAT
Ni Ketut Arismayanti, SST.Par., M.Par. (Pembantu Dekan I Fakultas Pariwisata Universitas Udayana)
I Gusti Putu Bagus Sasrawan Mananda, SST.Par., MM., M.Par. (Pembantu Dekan II
Fakultas Pariwisata Universitas Udayana)
I Gusti Ngurah Widyatmaja, SST.Par., M.Par. (Pembantu Dekan III Fakultas Pariwisata Universitas Udayana)
KETUA
Drs. Ida Bagus Ketut Astina, M.Si.
MITRA BESTARI
Prof. Adnyana Manuaba, M.Hons.F.Erg.S.FIPS,SF. (Universitas Udayana)
Prof. Dr. I Wayan Ardika, MA. (Universitas Udayana)
Prof. Dr. Michael Hichcoch (University of North London)
Prof. Dae-Sik Je, M.Pd. (Young San University – Korsel)
Prof. Dr. Ir. I Gede Pitana, M.Sc. (Universitas Udayana)
Prof. Dr. I Made Sukarsa, SE., MS. (Universitas Udayana)
Prof. Dr. I Nyoman Sirtha, SH., MS. (Universitas Udayana)
Dr. Hans-Henje Hild (SES Bonn – German)
PENYUNTING PELAKSANA
I Wayan Suardana, SST.Par., M.Par.
IGA. Oka Mahagangga, S.Sos., M.Si.
I Made Kusuma Negara, SE., M.Par.
Made Sukana, SST.Par., M.Par., MBA.
I Nyoman Sukma Arida, S.Si., M.Si.
Yayu Indrawati, SS., M.Par.
I Gde Indra Bhaskara, SST.Par., M.Sc.
ALAMAT
Fakultas Pariwisata Universitas Udayana
Jl. Dr. R. Goris 7 Denpasar Bali, Telp/Fax : 0361-223798
E-mail : kusumatourism@gmail.com.
PENGANTAR REDAKSI ANALISIS PARIWISATA
Beberapa tulisan ilmiah yang ditampilkan kali ini diharapkan mampu memenuhi dahaga para
akademisi, mahasiswa dan stakeholders pariwisata yang hingga saat ini masih sulit mendapatkan
literatur-literatur ilmiah bidang kepariwisataan di Indonesia. Diantaranya memuat tentang studi
kepusan dan ketidakpuasan wisatawan yang berkunjung pada destinasi Sangeh dan Alas Kedaton oleh
Yayu Indrawati dan Luh Gede Leli Kusuma Dewi, klasifikasi industri pariwisata spa di kawasan Badung
Selatan oleh Irma Rahyuda, Putu Sucita Yanthy, dan Ni Putu Sri Aryanti. Kajian tentang etnografi
komunikasi dalam Grebeg Sudiro juga dikupas oleh Anik Wulansari dan Chusmeru, dan dalam edisi ini
ditutup oleh tulisan I Gusti Putu Bagus Sasrawan Mananda tentang kinerja keuangan salah satu
perusahaan MICE.
Kami sangat menanti partisipasi pembaca yang terhormat untuk menuangkan hasil riset dan
kajian dalam bentuk artikel ilmiah, sehingga dapat memberikan manfaat yang besar bagi kemajuan
dunia ilmiah kepariwisataan dan dapat terpublikasikan secara luas.
Selamat membaca.
Redaksi
DAFTAR ISI
1. Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar Bali
*E-mail : indrawati.tourism@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini menggunakan metode, kualitatif dan kuantitatif maka kegiatan penelitian dilakukan
dengan mengadakan kegiatan fokus grup interviu dengan pengelola dan pemandu lokal, interviu dengan
wisatawan serta ekplorasi kepuasan dan ketidakpuasan wisatawan dengan mengisi kuesioner pertanyaan
terbuka (metode kualitatif). Sedangkan metode kuantitatif dilakukan dengan memberikan wisatawan
kuesioner untuk menjawab pertanyaan tertutup yang diajukan kepada wisatawan yang selanjutnya
dianalisis secara deskriptif kuantitatif.
Berdasarkan kegiatan wawancara serta pengisian kuesioner, dapat digambarkan kepuasan dan
ketidakpuasan dari 100 wisatawan mancanegara dan nusantara yang berkunjung pada daya tarik wisata
Sangeh dan. Alas Kedaton. Adapun kepuasan wisatawan mancanegara maupun nusantara pada daya tarik
wisata Sangeh sebagai berikut: 1) lingkungan yang sangat bersih, 2) fasilitas parkir yang luas. Sedangkan
penyebab ketidakpuasan adalah: 1) kemampuan pemandu wisata lokal dalam memberikan informasi
yang kurang akurat terutama dalam bahasa inggris dan bahasa asing lainnya 2) kurangnya keramahan
pemandu lokal terhadap wisatawan, hal ini disebabkan kurangnya pelatihan pelayanan prima dan
pelatihan cara pemanduan wisatawan.
Sedangkan penyebab kepuasan wisatawan pada daya tarik wisata Alas Kedaton adalah: 1)
keramahan pemandu wisata lokal 2) kemampuan dalam banyak bahasa (bahasa inggris, jepang, prancis,
dan spanyol), 3) penataan toko cendera mata yang sangat rapi, Penyebab ketidakpuasan wisatawan
mancanegara maupun nusantara pada daya tarik wisata Alas Kedaton adalah: 1) kebersihan toilet, 2)
akses jalan yang masih rusak, 3) lingkungan parkir masih kurang bersih, 4) kurangnya variasi cendera
mata yang dijual oleh pemilik toko cendera mata.
Adapun perbedaan ketidakpuasan dan kepuasan wisatawan mancanegara dan nusantara dari hasil
penelitian ini adalah, wisatawan nusantara kurang puas dengan variasi yang dijual oleh pemilik cendera
mata dan tidak adanya mushola bagi wisatawan yang beragama muslim. Sedang wisatawan mancanegara
sangat tidak puas bila diarahkan untuk berbelanja pada toko cendera mata. Penelitian ini juga
menghasilkan persamaan persepsi wisatawan mancanegara dan nusantara tentang kebersihah
lingkungan dan toilet, fasilitas jalan yang memadai serta keramahan sebagai syarata mutlak dalam
pengelolaan daya tarik wisata atau suatu destinasi pariwisata.
1
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Prancis dan Spanyol, pada tahun 2010 Nusantara mengalami penurunan. Pada tahun-
(UNWTO,2011:1). Harus diakui bahwa kawasan tahun sebelumnya, kunjungan wisatawan
Asia dan Pacifik merupakan destinasi pariwisata mencapai rata-rata setiap harinya 1500
yang diperkirakan mengalami pertumbuhan wisatawan setiap harinya. Namun data pada
yang pesat, mencapai 204 juta wisatawan, tahun 2012 menunjukkan kunjungan wsiatawan
dengan rata-rata pertumbuhan sebesar 22 hanya mencapai rata-rata 300 wisatawan
persen. Kawasan Eropa masih menduduki posisi (Sumber Laporan Keuangan Pengelola Daya
tertinggi dengan jumlah kunjungan wisatawan Tarik Wisata, 2012).
mencapai 477 juta dengan pertumbuhan sebesar Hal ini juga dialami oleh daya tarik wisata
50 persen, sedangkan kawasan Amerika dan Sangeh, yang mengalami penurunan sejak
Timur Tengah mencapai masing-masing 150 juta adanya kasus wisatawan yang digigit kera di
(16%) dan 60 juta (6%), Afrika hanya mencapai Sangeh. Kemudian terjadi perubahan
pertumbuhan 6 persen kedatangan wisatawan manajemen pengelolaan oleh Desa Adat Sangeh,
mencapai 49 juta wisatawan. dengan dipilihnya seorang manajer yang
Pariwisata sebagai suatu industri masih profesional, sehingga kunjungan berangsur-
menjadi primadona bagi setiap negara, baik angsur mengalami peningkatan. Apakah yang
dilihat dari kunjungan wisatawan maupun mengalami penurunan, padahal kunjungan
penerimaan yang diperoleh dari pembelanjaan wisatawan di berbagai belahan dunia mengalami
wisatawan pada suatu destinasi pariwisata. peningkatan.
Dilihat dari sisi penerimaan (receipts), kawasan Banyak studi yang berkaitan dengan
Eropa masih mendominasi, dengan jumlah kepuasan dan ketidak puasan dilakukan para
penerimaan mencapai 406 triliun dolar Amerika akademisi, baik yang bersifat konseptual
(44%), Asia dan Facifik mencapai 249 triliun maupun empiris (seperti Dmitrovic et al 2009;
dolar Amerika, (27%). Kawasan Amerika, Timur Bougies et al, 2003; Rodrigues dan Martin, 2008;
Tengah dan Amerika masing-masing mencapai Nimako, 2012).Menunjukkan bahwa pentingnya
182 miliar dolar Amerika (20%), Timur Tengah memahami, mengevaluasi konstruk kepuasan
lima puluh triliun dolar Amerka (5%) dan dan ketidak kepuasan sebagai dua konstruk
kawasan Afrika mencapai 31 trilun dolar yang harus dibedakan. Sehingga dapat dijadikan
Amerika atau sebesar tiga persen (UNWTO, strategi untuk memuaskan konsumen dan
2011: 1). pemulihan yang harus dilakukan karena adanya
Sektor pariwisata sampai saat ini masih kesalahan layanan yang ditunjukkan oleh
menjadi motor penggerak perekonomian Bali konstruk dan indikator ketidakpuasan.
(BPS. Bali, 2010: 363), pariwisata juga Adapun tujuan penelitian adalah untuk
digambarkan menjadi andalan sebagai sumber mengetahui faktor –faktor yang mempengaruhi
pendapatan yang diperkirakan menyumbang kepuasan dan ketidakpuasan wisatawan yang
sebesar 51,6 persen terhadap pendapatan berkunjung pada suatu destinasi atau daya tarik
masyarakat Bali, pada tahun 1999 (Erawan,1999 wisata.Untuk membangun suatu model strategi
dalam Wiranatha dkk.2008). Dengan demikian pemasran destinasi pariwisata berbasis perilaku
Bali telah bersaing dalam percaturan pariwisata konsumen.
tidak hanya dalam konteks Nasional namun juga
Internasional. Karena Bali sebagai suatu
destinasi pariwisata Internasional, dikunjungi TINJAUAN PUSTAKA
sekitar 53 negara di Dunia (Dinas Pariwisata
Provinsi Bali, 2011). Pariwisata Sebagai Suatu Sistem
Kedatangan wisatawan Mancanegara Seperti digambarkan sepintas
maupun wisatawan Nusantara ke Bali juga sebelumnya, pariwisata sebagai suatu sistem
mengalami fluktuasi, dengan rata-rata dijelaskan oleh Leiper (2004:52-53), sebagai
pertumbuhan mencapai 19 persen (Dinas gabungan dari berbagai elemen dimana satu
Pariwisata Provinsi Bali, 2011), pertumbuhan dengan yang lainnya saling tergantung dan
pariwisata Bali lebih tinggi dari pertumbuhan mempengaruhi, tiga elemen tersebut adalah 1).
pariwisata dunia yang hanya mencapai rata-rata Daerah asal wisatawan (Traveller-generating
4 persen per tahun (UNWTO, 2012: 1). region atau TGR), 2). Daerah tujuan wisatawan
Pertumbuhan kunjungan wisatawan ke daya (Tourst destination region atau TDR), 3). Daerah
tarik wisata yang ada di Bali juga mengalami persilangan antara daerah asal dengan daerah
pertumbuhan menurun, seperti pada daya tarik tujuan (TRR) (Leiper,2004). TGR
wisata Kintamani, Sangeh dan Alas Kedaton. menggambarkan keadaan suatu negara dimana
Pada daya tarik wisata Alas Kedaton misalnya, wisatawan itu berasal, dimana keputusan untuk
kunjungan wisatawan Mancanegara maupun melakukan perjalanan juga dipengaruhi oleh
2
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
lingkungan mereka, seprti pendapatan mereka, Konsep kepuasan pelanggan memiliki sejarah
keamanan negara mereka serta kestabilan yang sangat panjang dalam dunia pemasaran
ekonomi mereka. Sedangkah TDC adalah daerah (Cardozo, 1965, dalam Merit, 1992), ratusan
asal wisatawan seperti Bali, adalah suatu artikel yang telah membahas tentang ekspektasi
destinasi dimana, dikawasan ini tersedia dan kepuasan serta ketidak puasan dan tidak
berbagai prasarana dan sarana yang harus ada. ketinggalan prilaku komplain /complain
Ketiga adalah adanya suatu tempat yang behavior (Perkins, 1991 dalam Merit, 1992).
merupakan lalu lintas dari TGC dan TDC yang Kepuasan konsumen atau customer satisfaction
disingkat dengan TRR, dimana kemungkinan adalah sebagai inti dari periode setelah
konsumen melakukan persinggahan didaerah pembelian (Westbrook & Oliver dalam Merit,
tersebut. 1992) yang menjadi sumber terjadinya
Pariwisata sebagai suatu sistem juga pembelian ulang.
digambarkan oleh Morison (1998) yang terdiri
dari empat elemen,dimana satu elemen dengan Pengertian Destinasi Pariwisata
lainnya saling berhubungan, dan Destinasi menurut Richarson and Fluker
ketergantungan, empat elemen tersebut adalah: (2004:48) adalah tempat yang signifikan yang
1). Daerah asal wisatawan atau Tourist dikunjungi dalam suatu petjalanan, Richard and
Generating Gountry (TGC), 2). Tourist Fluker menekankan destinasi dari sudut
Destinastion Country (TDC) serta dihubungkan pandang tempat (Place) dan signifikan atau
dengan dua elemen yaitu 3). Travel dan 4). memadai. Sehingga destinasi harus bermanfaat
Marketing. Mill and Morrison (1998 dalam bagi konsumen serta tersedia berbagai atribut
Hsu,et.al.2008). Travel menghubungkan TGC terutama prasarana dan sarana pariwisata.
dengan TDC sedangkan Marketing Sedangkan Kotler (1999) mengatakan destinasi
menghubungkan antara TDC dengan TGC. adalah suatu tempat dengan berbagai bentuk
Dengan demikian, pariwisata sebagai yang nyata atau dipersepsikan oleh konsumen.
suatu sistem dapat digambarkan sebagai peran Berbagai atribut yang diharapkan dan
empat elemen yang saling ketergantungan satu diinginkan oleh wisatawan terhadap suatu
dengan yang yang lainnya. Seperti TGC adalah destinasi dan pada saat yang bersamaan imej
daearah asal wisatawan, dimana mereka suatu destasi wisata telah diidentifikasi sebagai
memiliki karakteristik yang dapat dilihat dari faktor yang mempengaruhi pengambilan
aspek eografis, demografi psikografi dan keputusan oleh wisatawan baik dalam aspek
behaviour (Richarson and Fluker (2004:46). koqnitif maupun behavior (Mohamed,
Sehingga pasar dapat di segmentasi dapat 2009:230). Sehingga bagi destinasi merupakan
dikatagorikan menjadi beberapa kelompok suatu peluang untuk bersaing dan menyediakan
berdasarkan kebiasaanya (habit), kesukaannya produk yang bervariasi dan bernilai, sehingga
(preferences), kelompok dan individu, tujuan dapat meningkatkan kualitas pengalaman
perjalanan, demografis dan psikografis. Gee,et.al wisatawan (Moscardo et.al, 1996:62; Shaw,
(1997:48) 2009:31).
Sedangkan Tourism Destination Country Destinasi sering diistilahkan juga dengan
(TDC) atau daerah tujuan wisata, adalah tempat sebutan destination area.WTO (1995c) dalam
dimana wisatawan akan berkeunjung dan Richarson and Fluker (2004:48). Destinasi juga
berbagai produk ditawarkan baik yang bersifat sering diistilahkan dengan ”region” sehingga
tangible maupun intangible. Berbagai fasilitas sering digabungkan istilahnya menjadi
harus ada pada suatu destinasi diantaranya ”destination region”. Leiper (2004:51). Menurut
akomodasi, trasnportasi, makanan, toko cendera Pike (2008:24) destinasi dari sudut pandang
mata dan segala sesuatu yang dapat dilihat atau permintaan adalah suatu tempat yang menarik
menikmati produk yang telah disediakan pengunjung untuk tinggal sementara. Sedangkan
tersebut Richarson and Fluker (2004:49). Rubies dalam Pike (2008:24) menyatakan
bahwa suatu destinasi adalah ruang geografis
Konsep Kepuasan Pelanggan yang didalamnya terdapat klaster berbagai
Pembahasan tentang kepuasan pelanggan sumber daya pariwisata.
menjadi bahan diskusi yang tidak pernah habis- Dari definisi yang diberikan oleh
habisnya bagi para akademisi ataupun para beberapa peneliti, dapat digambarkan destinasi
pengambil kebijakan yang terkait langsung pariwisata adalah suatu kesatuan unit geografis
dengan konsumen atau pembeli. Beberapa yang didalamnya terdapat berabagai sarana dan
peneliti atau pemerhati masalah kepuasan prasarana pariwisata serta msayarakat yang
pelanggan mengemukakan pentingnya menjadi daya tarik bagi wisatawan.
mempelajari tentang kepuasan pelanggan.
3
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
4
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
5
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
6
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
*E-mail : merryoming@yahoo.com
ABSTRACT
This research is an explanatory research, which aims to determine the effect of service quality towards
customers’ satisfaction of Singapore Airlines at Ngurah Rai International Airport. Based on the results of
research conducted, it can be seen that there was a significant effect of test F value of 0.000 which is smaller
than 5% indicates that the independent variable that is tangible, assurance, reliability, emphaty, and
responsiveness simultaneous effect on the customers’satisfaction of Singapore Airlines at Ngurah Rai Airport
5% significance level. While partially significance value 0.000, assurance with a significance value of 0.33,
reliability with a significance value of 0.027, emphaty with a significance value of 0.044 and responsive with
a significance value of 0.026, this can be seen from significance value of less than 5%.
The most dominant variable effects on the customers’ satisfaction of Singapore Airlines at Ngurah Rai
international airport is reliability variables have the greatest value of 0.233 and 0.208 for responsiveness
variable, the variable assurance is 0.254, tangibles variable is 0,173 and of emphaty variable is 0,168.
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian explanatory research, yang bertujuan untuk mengetahui
pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan pelanggan jasa penerbangan Singapore Airlines di
Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan maka dapat diketahui bahwa ada pengaruh nilai
signifikan dari uji F yaitu sebesar 0,000 yang lebih kecil dari 5% mengindikasikan bahwa variabel bebas
yaitu tangible (TV) ,assurance (VA) ,reliability (RV), emphaty (EV), dan responsiveness (Resv V)
berpengaruh secara simultan terhadap satisfaction pelanggan jasa penerbangan Singapore Airlines di
Bandara Ngurah Rai Bali pada tingkat signifikansi 5%. Sedangkan secara parsial dapat diketahui nilai
signifikasi 0,000, assurance dengan nilai signifikasi sebesar 0,33, reliability dengan nilai signifikasi 0,027,
emphaty dengan nilai signifikasi 0,044 dan responsive dengan nilai signifikasi 0,026, hal ini dapat dilihat
dari nilai signifikansi yang lebih kecil dari 5%.
Variabel yang paling dominan pengaruhnya terhadap kepuasan pelanggan jasa penerbangan
Singapore Airlines di Bandara Ngurah Rai Bali adalah variable reliability memiliki nilai terbesar yaitu
0,232, kemudian variabel responsiveness sebesar 0,208, variabel assurance sebesar 0,207, variabel
Tangibles sebesar 0,173 dan variabel Emphaty sebesar 0,168.
7
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
bervariatif sehingga menimbulkan persaingan flight dengan pelayanan sesuai dengan standar
dalam dunia penerbangan baik itu maskapai internasional dan tetap diminati oleh konsumen
penerbangan Nasional maupun asing. Hal itu dikelasnya. Dilihat dari kualitas pelayanan,
dapat dilihat dari ketatnya persaingan Singapore Airlines telah membuktikan dengan
pelayanan, harga dan promosi yang ditawarkan penghargaan bergengsi yang diraih maskapai ini
berbagai maskapai penerbangan. Pesatnya pada tahun 2013 dibidang pelayanan kategori
perkembangan industry penerbangan saat ini Maskapai Penerbangan Internasional yaitu
menyebabkan banyaknya lahir maskapai penghargaan “Service Quality Award” dari
penerbangan baru dengan penawaran harga, Service Excellence Magazine and Centre for
rute, armada pesawat dan pelayanan yang Customer Satisfaction & Loyalty. Hasil
menggiurkan. Hal ini didorong oleh peraturan penghargaan ini didapatkan berdasarkan
pemerintah yang mempermudah izin untuk wawancara langsung terhadap 3000 responden
membuka penerbangan baru. penumpang premium dan kelas menengah di
Efek multiplier yang ditimbulkan bisnis empat kota besar di Indonesia, yakni Jakarta,
penerbangan akhir-akhir ini cukup tinggi karena Semarang, Surabaya dan Medan.
merangsang timbulnya industry jasa baru (http://m.okezone.com). Melihat dari hasil
seperti hotel, biro perjalanan wisata dan yang survey ternyata Maskapai Penerbangan
lainnya. Sehingga tenaga kerja yang diserap pun Singapore Airline tetap menjadi pilihan
semakin besar yang berarti perputaran customer untuk kelas menengah keatas yang
perekonomian semakin baik. Dengan semakin pada akhirnya memilih kualitas prima
banyaknya maskapai penerbangan di Indonesia dibandingkan dengan harga yang murah.
menyebabkan persaingan semakin ketat Maskapai Penerbangan Singapore Airlines
terutama dalam persaingan harga. Maskapai dalam menghadapi pesaing tidak terlalu takut
penerbangan berlomba-lomba untuk dengan kebijakan-kebijakan para pesaingnya.
menawarkan harga-harga tiket promo yang Hal ini disebabkan karena perusahaan tersebut
sangat murah. Seperti yang dilakukan Maskapai sudah memiliki standard Internasional dan
Air Asia, Lion Air dan Tiger Air untuk Jurusan persepsi masyarakatpun dapat dikatakan positif.
Denpasar (DPS)-Singapore(SIN) yang Hal ini didukung berbagai pelayanan yang prima
memberikan harga tiket berkisar Rp. 860.000 dan fasilitas yang canggih serta ketepatan waktu
hingga Rp. 1.000.000. Penerbangan dengan dan empati sehingga dapat bertahan, bersaing
harga murah (low cost flight) saat ini menjadi dan menguasai pangsa pasar.
pilihan terbesar calon penumpang untuk Berdasarkan uraian pada latar belakang,
bepergian, Hal ini menyebabkan maskapai maka tujuan penelitian ini adalah :
penerbangan yang termasuk dalam 1. Untuk mengetahui dan menganalisis
penerbangan premium atau high cost flight pengaruh kualitas pelayanan yang terdiri
mulai memasang strategi untuk melawan dari (tangibles, responsiveness, assurance,
persaingan yang diberikan oleh maskapai dan emphaty) terhadap kepuasan
penerbangan murah. Begitu juga dengan pelanggan Singapore Airlines di Bandara
Singapore Airline maskapai penerbangan asing Internasional Ngurah Rai Bali.
yang sudah memiliki nama dan kualitas 2. Untuk mengetahui pengaruh variabel mana
tersendiri di mata dunia tetap mencoba yang dominan dari kualitas pelayanan
mempertahankan kualitas pelayanan yang (tangibles, responsiveness, assurance, dan
diberikan kepada penumpang. emphaty) terhadap kepuasan pelanggan
Perang diskon yang terjadi pada jasa Singapore Airlines di Bandara Internasional
penerbangan di satu sisi positif dan disisi lain Ngurah Rai Bali.
bisa menjadi negatif. Pada sisi yang positif,
jumlah penumpang pesawat akan semakin
meningkat atau bahkan minat masyarakat untuk TINJAUAN PUSTAKA
menggunakan jasa penerbangan akan semakin
positif dibandingkan denngan menggunakan Penelitian Sebelumnya
jasa transportasi lain. Pada sisi negatif karena Sri Astuti (2011) meneliti dengan judul:
jumlah penumpang meningkat maka “Analisis Kualitas Pelayanan Check-In terhadap
kenyamanan dan keselamatan penerbangan Kepuasan Penumpang di Terminal
kurang mendapat perhatian yang cukup serius Keberangkatan Internasional Bandar Udara
dari pihak maskapai. Ngurah Rai oleh PT. Gapura Angkasa”. Kualitas
Singapore Airline dalam hal persaingan pelayanan yang dilihat dari lima dimensi yaitu
harga tetap konsisten melayani penerbangan tangibles, reliability, responsivemess, assurance,
yang termasuk dalam high cost fligt/premium emphaty mempunyai pengaruh yang signifikan
8
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
terhadap kepuasan pelanggan secara simultan juga besifat heteoginious (heterogen) pelayanan
dan parsial. Berdasarkan hasil analisis uji F yang dihasilkan oleh manusia, maka hasil dari
dengan program SPSS versi 15.0 dapat dilihat suatu pelayanan yang dilakukan akan berbeda
nilai signifikan dari uji F yaitu sebesar 0,000 tergantung pada persepsi yang menerimanya,
yang lebih kecil dari 5% mengindikasikan bahwa dimana persepsi tersebut akan dipengaruhi oleh
variabel bebas yaitu tangible (X1), assurance pengalaman dan pengetahuan masing-masing
(X2), reliability (X3), emphaty (X4) dan penerima layanan. Simultaneous production and
responsiveness (X5) berpengaruh secara simultan consumtion atau produksi dan konsumsi terjadi
terhadap satisfaction wisatawan asing yang dalam waktu bersamaan artinya proses
ditangani oleh PT Gapura Angkasa pada saat pelayanan itu merupakan produk pelayanan itu
check in di terminal keberangkatan internasional sendiri. Pada saat provider memproduksi produk
bandara Ngurah Rai pada tingkat signifikansi pelayanan pada saat yang sama produk
5%. Metode penelitian ini memiliki persamaan pelayanan tersebut dijual. Perehisbility (Rentan)
dalam penelitian kali ini adalah sama-sama dimana produk pelayanan sangat rentan karena
meneliti tentang kepuasan penumpang produk pelayanan tidak dapat disimpan, tidak
pelanggan jasa penerbangan. Adapun dapat dijual kembali atau dikembalikan, karena
perbedaannya dalam pengkajian jenis sifatnya tidak dapat dipisahkan antar produksi
penerbangan serta penelitian ini lebih mendetail dan konsumsi. Pelayanan atau jasa menurut
dalam pembahasan lima dimensi dari kualitas Rangkuti (2003:27) merupakan pemberian
pelayanan serta indikator-indikatornya. suatu kinerja atau tindakan tak kasat mata dari
Ida Manullang (2008) meneliti dengan satu pihak ke pihak lain.
judul : “Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Menurut Fitzsimmons (1994), kualitas
Kepuasan Pelanggan Jasa Penerbangan PT. pelayanan merupakan sesuatu yang kompleks
Garuda Indonesia Airlines Di Bandara Polonia sehingga cocok dijadikan dimensi yang
Medan”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemudian dijabarkan melalui beberapa
kualitas pelayanan yang dilihat dari lima indikator dalam menentukan kualitas suatu
dimensi yaitu tangibles, reliability, pelayanan. Dimensi-dimensi yang dimaksud
responsivemess, assurance, emphaty secara adalah :
simultan maupun parsial berpengaruh signifikan 1. Reliability (kehandalan) yaitu kemauan
terhadap kepuasan pelangan jasa penerbangan. untuk memberi pelayanan secara tepat dan
Variabel yang dominan memiliki pengaruh benar tentang jenis pelayanan yang telah
signifikan adalah reliability. Nilai Koefisien dijanjikan kepada pelanggan
determinasi (R Square) diperoleh 54,5% hal ini 2. Responsiveness (daya tanggap) yaitu
berarti bahwa variabel bebas mampu kesadaran atau keingginan para petugas
menjelaskan variabel terikat. Sedangkan sisanya untuk membantu pelanggan dan
sebesar 45,5% dijelaskan oleh variabel bebas memberikan pelayanan yang cepat
lainnya yang tidak dimasukkan dalam model 3. Assurance (jaminan) yaitu wawasan
penelitian ini. pengetahuan, kesopan santunan dan
percaya diri pemberi pelayanan sehingga
Pengertian Kualitas Pelayanan dapat menjamin pelanggan terhindar dari
Terdapat beberapa definisi tentang bahaya, resiko atau keragu-raguan, dan
pelayanan dalam kamus Umum Bahasa kekecewaan
Indonesia (2001:897) antara lain: “membantu 4. Emphaty (empati) yaitu perhatian individu
menyiapkan/mengurus apa-apa yg diperlukan terhadap kebutuhan terhadap kebutuhan
seseorang”, atau “usaha melayani kebutuhan dan keinginan pelanggan serta dalam
orang lain dengan memperoleh imbalan/uang”. kemudahan berkomunikasi
Suatu bentuk pelayanan memiliki karakter 5. Tangible (wujud fisik) yaitu sarana fisik
berbeda dengan produk nyata lainnya dan yang tersedia seperti bagunan,
dikatakan pelayanan tersebut memiliki empat perlengkapan, penampilan petugas, alat
karakter khusus yang tidak dimiliki oleh produk komunikasi, dan keberwujudan fisik
nyata (Nasution, 2004:8). Lebih jauh dikatakan
bahwa keempat karakter tersebut meliputi: (1) Pengertian Kepuasan Pelanggan
intangibility, (2) heteoginious, (3) simultaneous Menurut Kotler (2002:40) “satifactionn is
production and consumtion, (4) perehisbility. a person’s feeling of pleasure or disappointed
Pelayanan dikatakan bersifat intangibility resulting from comparing a product’s received
(tidak nyata) atau tidak dapat disentuh, hanya performance (or outcome) in relation to the
dapat dirasakan melalui proses yang diberikan person’s expectation”, (artinya pesan senang atau
oleh penyedia layanan (provider). Pelayanan kecewa seseorang sebagai hasil dari
9
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
perbandingan antara prestasi atau produk yang perusahaan dalam menentukan tingkat
dirasakan dan yang diharapkannya). kepuasan pelanggan, yaitu :
Kegiatan pemasaran yang dilakukan 1. Kualitas Produk
perusahaan pada prinsipnya akan bermuara Pelanggan akan merasa puas bila hasil
pada penciptaan nilai yang superior yang akan eavaluasi mereka menunjukkan bahwa
diberikan kepada pelanggan. Penciptaan nilai produk yang mereka gunakan berkualitas.
superiror akan menghasilkan tingkat kepuasan Konsumen nasional selalu menuntut produk
yang merupakan tingkat perasaan dimana yang berkualitas untuk setiap pengorbanan
seseorang menyatakan hasil perbandingan atas yang dilakukan untuk memperoleh produk
kinerja produk atau jasa yang diterima dan yang tersebut. Dalam hal ini, kualitas produk
diharapkan (Kotler, 1997). Untuk mengukur yangbaik akan memberikan nilai tambah di
tingkat kepuasan sangatlah perlu, dilakukan benak konsumen.
dengan mengetahui sejauhmana kualitas 2. Kualitas Pelayanan
pelayanan yang diberikan yang mampu Kualitas pelayanan terutama di bidang jasa,
menciptakan kepuasan pelanggan. pelanggan akan merasa puas bila mereka
Nasution (2004:41) memberi pengertian mendapatkan pelayanan yang baik atau
bahwa kualitas adalah kepuasan pelanggan yang sesuai dengan yang diharapkan.
sepenuhnya (full customer satisfaction). Pelanggan yang puas akan menunjukkan
Kepuasan pelanggan merupakan evaluasi purna kemungkinan untuk kembali membeli
beli dimana alternatif yang dipilih sekurang- produk yang sama. Pelanggan yang puas
kurangnya dapat memberikan hasil sama atau cenderung akan memberikan persepsi
bahkan melampaui harapan pelanggan terhadap produk perusahaan.
(Tjiptono, 2002) Ekspektasi atau harapan ideal 3. Emosional
konsumen menurut Zeithaml, (dalam Tjiptono, Pelanggan akan merasa bangga dan
2004:126) dipengaruhi oleh beberapa faktor mendapatkan keyakinan bahwa orang lain
dominan yaitu: personal needs, explicit Service akan kagum terhadap dia apabila
promises,Implicit Service Promises, word of mouth menggunakan produk dengan merk tertentu
communication, past experience. yang cenderung mempunyai tingkat
Menurut Sumarwan (2003) kepuasan kepuasan yang lebih tinggi. Kepuasan yang
adalah tingkat perasaan setelah diperoleh bukan kareba kualitas dari
membandingkan kinerja/hasil yang dirasakan produk tetapi nilai sosial atau self esteem
dengan harapannya. Jadi tingkat kepuasan yang membuat pelanggan menjadi puas
merupakan fungsi dari perbedaan antara yang terhadap merk tertentu.
dirasakan dengan harapan. Apabila kinerja 4. Harga
dibawah harapan maka pelanggan akan kecewa, Produk yang mempunyai kualitas yang sama
bila kinerja sesuai dengan harapan maka tetapi menetapkan harga yang relative
pelanggan akan sangat puas. murah akan memberikan nilai yang lebih
Berdasarkan pendapat para ahli diatas tinggi kepada pelanggannya.
bahwa kepuasan pelanggan merupakan fungsi 5. Biaya
harapan dan kinerja yaitu evaluasi pelanggan Pelanggan tidak perlu mengeluarkan biaya
terhadap kinerja produk/layanan yang sesuai tambahan atau tidak perlu membuang
atau melampaui harapan konsumen. Kepuasan waktu untuk mendapatkan suatu produk
pelanggan secara keseluruhan mempunyai tiga atau jasa cenderung puas terhadap produk
antecendent yaitu kualitas yang dirasakan, nilai atau jasa itu.
yang dirasakan dan harapan pelanggan. Pada
umumnya harapan pelanggan merupakan Pengertian Pemasaran
perkiraan akan keyakinan pelanggan tentang Pemasaran merupakan sebuah faktor
apa yang akan diterimanya bila ia membeli atau penting dalam suatu siklus yang bermula dan
mengkonsumsi suatu produk/jasa. Sedangkan berakhir dalam kebutuhan konsumen. Suatu
kinerja yang dirasakan adalah persepsi siklus akan berakhir apabila konsumen merasa
pelanggan terhadap apa yang ia terima setelah puas terhadap pemilikan suatu barang atau jasa.
mengkonsumsi produk yang dibeli. Siklus ini akan terjadi secara berulang-ulang
atau terus-menerus. Kegiatan pemasaran harus
Faktor-Faktor yang Menentukan Tingkat dapat memberikan kepuasan kepada konsumen
Kepuasan Pelanggan jika menginginkan usahanya berjalan terus
Menurut Lupiyodi (2001), terdapat lima menerus atau konsumen mempunyai pandangan
faktor utama yang harus diperhatikan oleh yang baik terhadap perusahaannya.
10
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Menurut Philip Kotler (1997) pemasaran jasa tersebut. Namun kondisi cepat atau
adalah suatu proses sosial dan manajerial yang lambatnya pertumbuhan jasa sangat bergantung
didalamnya individu dan kelompok pada penilaian pelanggan terhadap kinerja atau
mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan penampilan yang ditawarkan oleh pihak
inginkan dengan menciptakan, menawarkan dan produsen.
mempertukarkan produk yang bernilai dengan
pihak lain. Pemasaran adalah suatu kegiatan
usaha yang mengarahkan aliran barang dan jasa METODE
dari produsen kepada konsumen atau pemakai
(Basu Swasta, 1984) Sesuai dengan tujuan penelitian untuk
Menurut William J. Stanton (Basu Swasta, mengetahui dan menganalisis sejauhmana
1984) pemasaran adalah sistem keseluruhan pengaruh kualitas pelayanan terhadap kepuasan
dari kegiatan usaha yang ditujukan untuk pelanggan Singapore Airline untuk rute
merencanakan, menentukan harga, Denpasar-Singapura. Penelitian ini dilakukan
mempromosikan dan mendistribusikan barang Bandara Internasional Ngurah Rai Bali.
dan jasa yang dapat memuaskan kebutuhan Penelitian ini dilaksanakan dari bulan April
kepada pembelian yang ada maupun pembelian Sampai dengan Agustus 2014. Populasi dalam
yang potensial penelitian ini adalah penumpang yang telah
Berdasarkan penjelasan tentang definisi pernah menggunakan pesawat Singapore Airline
diatas, menunjukkan bahwa pemasaran dengan rute Denpasar-Singapura di Bandara
merupakan penjelasan tentang definisi kegiatan Ngurah Rai Bali. Masalah yang dibahas dalam
yang bersifat integral. Dimana pemasaran bukan penelitian ini adalah bagaimana kualitas
hanya sekedar suatu cara sederhana untuk pelayanan berpengaruh terhadap kepuasan
memaksimalkan target dari kegiatan penjualan pelanggan, maka untuk menganalisis masalah
(karena penjualan hanya merupakan suatu penelitian tersebut digunakan metode regresi
tahap dari proses pemasaran), melainkan berganda.
pemasaran juga dilakukan sebelum maupun
sesudah kegiatan penjualan.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep Pemasaran
Philip Kotler, (1997) mengemukakan Karakteristik Responden
bahwa pemasaran adalah kegiatan dan Berdasarkan jenis kelamin menunjukkan
kebutuhan melalui proses pertukaran. laki-laki sebanyak 58 orang (58%) dan
Sedangkan menurut Swasta dan Irawan, (2001) perempuan 42 orang (42%). Dari golongan
konsep pemasaran adalah sebuah falsafah bisnis umur wisatawan yang dipergunakan sebagai
yang menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan responden menunjukkan bahwa golongan umur
konsumen merupakan syarat ekonomi dan 18-34 tahun sebanyak 48 persen, 35-44 tahun
social bagi kelangsungan hidup perusahaan. sebanyak 32 persen, umur 45-54 tahun
Menurut Basu Swastha, (1984) pemasaran sebanyak 15 persen dan umur 56-64 tahun
merupakan suatu untuk memuaskan kebutuhan sebanyak 4 persen.
pembelian dan penjualan. Dengan demikian
dapat dikatakan bahwa hampir semua orang Analisis Regresi
baik secara langsung atau tidak langsung ikut Model yang digunakan dalam
berkecimpung dalam pemasaran , ini disebabkan menganalisa pengaruh tangibles, reliability,
mereka sama-sama memiliki keinginan dan responsiveness, assurance dan emphaty terhadap
kebutuhan yang diinginkan. customer satisfaction pelanggan yang ditangani
Singapore Airline di Bandara Internasional
Pengertian Jasa Ngurah Rai Bali adalah model regresi linier
Setiap kegiatan atau manfaat yang berganda dengan bantuan SPSS versi 17.0 serta
ditawarkan oleh suatu pihak pada pihak lain dan diuji dengan tingkat signifikansi 5%.
pada dasarnya tidak terwujud, serta tidak Nilai adjusted R square sebesar 0,831
menghasilkan kepemilikan sesuatu (Kotler, mempunyai arti bahwa 83,1% dari CS pelanggan
1994). Berdasarkan definisi diatas dapat diambil jasa penerbangan yang ditangani oleh Singapore
kesimpulan bahwa jasa atau pelayanan Airline di Bandara Internasional Ngurah Rai Bali
merupakan suatu kinerja yang tidak berwujud dipengaruh oleh variabel tangibles, reliability,
dan cepat hilang, tetapi tidak dirasakan daripada responsiveness, assurance dan emphaty
dimiliki, dimana pelanggan lebih dapat sedangkan sisanya sebesar 16,9% dipengaruhi
berpartisipasi aktif dalam proses mengkonsumsi
11
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
leh faktor-faktor lain yang tidak dijelaskan kepuasan pelanggan Singapore Airline di
dalam persamaan tersebut. Bandara Internasional Ngurah Rai Bali adalah
Nilai signifikan dari ujiF yaitu sebesar secara berturut-turut adalah variabel reliability,
0,000 yang lebih kecil dari 5% mengindikasikan responsiveness, assurance, tangibles, dan
bahwa variabel bebas yaitu tangibles, reliability, emphaty.
responsiveness, assurance dan emphaty
berpengaruh secara simultan terhadap Saran
satistification pelanggan yang ditangani Dengan mengetahui ada pengaruh yang
Singapore Airline di Bandara Ngurah Rai Bali positif antara reliability, responsiveness,
pada tingkat signifikan 5%. Dengan demikian, assurance, emphaty, dan tangible terhadap
maka model dianggap layak uji dan pembuktian kepuasan pelanggan Singapore Airlines di
hipotesis dapat dilanjutkan. Bandara Ngurah Rai Bali, baik secara bersama-
Analisis ini bertujuan untuk menguji sama maupun secara parsial serta mengetahui
pengaruh signifikan secara antara variabel karakteristik yang memberi pengaruh yang
bebas yaitu tangibles, reliability, responsiveness, dominan maka dapat disarankan agar
assurance dan emphaty terhadap customer mempertahankan varibael reliability sebagai
satisfaction pelanggan yang ditangani oleh sesuatu yang paling berpengaruh terhadap
Singapore Airline di Bandara Internasional kepuasan wisatawan. Sedangkan variabel-
Ngurah Rai Bali . Hubungan variabel-variabel variabel lainnya seperti tangibles, response venss,
bebas tersebut secara parsial dengan variabel assurance, dan emphaty perlu lebih ditingkatkan
terikat (Uji t) adalah variabel tangible dengan agar dapat memberikan kepuasan lebih bagi
nilai signifikansi 0,027, reliability dengan nilai pelanggan Singapore Airlines.
signifikan sebesar 0,027, responsiveness dengan
nilai signifikan 0,026, assurance dengan nilai
signiifkan sebesar 0,33 dan emphaty dengan DAFTAR PUSTAKA
nilai signifikan 0,044 secara statistik
berpengaruh terhadap customer satisfaction Arikunto, Suharsimi, 2002, Prosedur Penelitian:
pelanggan yang ditangani oleh Singapore Airline Suatu Pendekatan Praktek, Penerbit
di Bandara International Ngurah Rai Bali, hal ini Rineka Cipta, Jakarta.
dapat dilihat dari nilai signifikan yang lebih kecil ______. 2001. Badudu, J. S dan Sutan Mohammad
dari 5%. Zain. Kamus Umum Bahasa Indonesia.
Berdasarkan nilai standardized coefficient Jakarta: Pustaka Sinar Harapan Jakarta
beta dapat dinyatakan bahwa variabel yang Basu Swashta, 1984, Azas-azas Marketing, Edisi
paling dominan pengaruhnya terhadap Ketiga, Liberty, Yogyakarta
kepuasan pelanggan yang ditangani oleh Basu Swastha dan Irawan, 2001, Manajemen
Singapore Airline di Bandara Internasional Pemasaran Modern, Liberty, Yogyakarta
Ngurah Rai Bali adalah variabel reliability Damardjati, R.S. 1995. Istilah-istilah Dunia
memiliki nilai terbesar yaitu 0,232, kemudian Pariwisata. Jakarta:Pradnya Paramita
variabel responsiveness sebesar 0,208, variabel Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan. 1989.
assurance sebesar 0,207, variabel tangibles Kamus Besar Bahasa Indonesia.
sebesar 0,173, dan variabel emphaty sebesar Jakarta:Balai Pustaka
0,168. Fitzsimmons, 1994. Service Management for
Competitive Advantage.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis
SIMPULAN DAN SARAN Multivariate dengan program SPSS,
Edisi Ketiga Badan Penerbit Universitas
Simpulan Diponegoro, Semarang.
Berdasarkan hasil dan pembahasan Handoko, Hani, 1997, Manajemen Personalia
ditemukan terdapat pengaruh signifikan, SDM, Edisi Ketiga, BPFE, Yogyakarta
responsiveness, assurance, emphaty, dan tangible Kotler, Philip, 1997, Marketing Management
terhadap kepuasan pelanggan Singapore Analysis, Planning, Implementation and
Airlines di Bandara Internasional Ngurah Rai Control, 9th Edition, Prentice-Hall, New
Bali. Terdapat juga pengaruh signifikan Jersey.
reliability, responsiveness, assurance, emphaty, ______. 2000. Manajemen Pemasaran di Indonesia:
dan tangible secara parsial terhadap kepuasan Analisis, Perencanaan, Implementasi Dan
pelanggan Singapore Airlines di Bandara Pengendalian, Alih Bahasa: A.B. Susanto,
Internasional Ngurah Rai Bali. Variabel yang Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
paling dominan pengaruhnya terhadap
12
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
13
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
1. Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar Bali
*E-mail : irma.rahyuda@gmail.com
ABSTRACT
The aims of this study are to determine the phenomenon of spa development in the area of southern
Badung Regency trough collecting number of spa. As a result the number of spa in shoutern badung areas is
218 spas. The spas found can be clasify into four categories they are hotel/resort spa, day spa, salon spa and
retreat spa.
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk memahami fenomena perkembangan spa melalui pengumpulan data
jumlah spa dan klasifikasi jenis spa yang berkembang di wilayah kabupaten badung selatan. Data jumlah
spa diperoleh berdasarkan temuan lapangan serta dilakukan pengamatan dan wawancara untuk
klasifikasi jenis – jenis spa tersebut. Hasil penelitian ini adalah total keseluruhan hasil temuan di lapangan
adalah sebanyak 218 spa. Dari data tersebut dapat diklasifikasikan jenis spa yang telah berkembang di
kawasan Badung selatan kedalam empat jenis spa yaitu Hotel/resort spa, day spa, salon spa, dan retreat
spa.
14
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
identifikasi maka perkembangan spa dapat 1. Club Spa : fasilitas yang ditawarkan dalam
diawasi pertumbuhannya sesuai dengan daya Club Spa ini memiliki tujuan untuk fitness
dukung kabupaten badung bagian selatan. Data dan pelayanan spa.
akurat mengenai keberadaan spa masih dirasa 2. Cruise Ship Spa : spa yang letaknya didalam
kurang karena beberapa kategori spa masih sebuah kapal pesiar dan juga memiliki
dikaitkan dengan salon untuk itu khususnya spa fasilitas tempat fitnes dan perawatan
diwilayah Kabupaten Badung Selatan dilakukan kesehatan serta pilihan makanan kesehatan
identifikasi jenis-jenisnya serta dikasifikasikan (spa cuisine)
kedalam bentuk-bentuk spa yang sudah 3. Day Spa : kegiatan pelayanan spa yang
berkembang secara global. Diharapkan hasil menawarkan pelayanan kesehatan bagi
klasifikasi spa yang berkembang di wilayah customer dan lokasinya tidak biasanya ada
Kabupaten Badung Selatan menjadi gambaran di tengah kota atau di lingkungan
dari fenomena perkembangan spa di Bali. masyarakat
4. Destination Spa : spa yang lokasinya
5. Medical Spa : spa yang melayani pasien yang
TINJAUAN PUSTAKA telah melewati pengobatan secara medis.
6. Mineral Spring Spa : Spa yang berlokasi di
Asosiasi Spa diseluruh dunia dekat atau di daerah pegunungan yang
mendefinisikan spa melalui tiga konsep yaitu mempunyai sumber mata air atau natural
konsep sejarah, konsep tradisi dan konsep resource
modern. Dalam konsep sejarah disebutkan 7. Resort/Hotel Spa : Spa yang letaknya di
bahwa spa adalah sebuah tempat dengan dalam resort dan hotel
sumber mata air suci yang dipercaya mampu 8. Airport Spa : spa yang ada di dalam airport
menyembuhkan dari berbagai penyakit, dan 9. Ayurvedic Spa : spa yang menyediakan
sumber mata air ini sangat erat kaitannya perawatan holistic (menggunakan produk-
dengan dunia spiritual dan mistis. Konsep produk alam) dan biasanya berasal dari
tradisional disebutkan bahwa spa sebagai pusat tatanan kehidupan dan budaya India
tradisi dalam hal penyembuhan dan pengobatan 10. Mobile Spa.
yang didasari dengan air, rekreasi dan relaksasi Tawil (2011:10) menyebutkan dalam
juga merupakan bagian dari hiburan dan penelitiannya “Classifying the Hotel Spa Tourist:
interaksi sosial dan konsep modern diakatakan A Multidimensional Qualitative Approach” , Fakta
fasilitas spa sekarang ini diperuntukkan untuk bahwa tidak ada definisi yang jelas tentang
kesehatan fisik dan emosional. Georgive dan pariwisata spa /spa tourism. Berbagai spa
Vasileva (2010:39). industri telah memberikan definisi, dan
Kim et al (2010:1), menyebutkan spa beberapa difinisi tersebut menyatakan bahwa
merupakan segmen pasar yang tumbuh pesat spa merupakan tempat yang khusus
dalam industri pariwisata. Berdasarkan memberikan pelayanan kesehatan dan
Internasional Spa Association 2009 jumlah lokasi perawatan yang berkelanjutan dalam mencegah
spa tumbuh pertahunnya rata-rata 20% delapan penyakit yang meliputi kegiatan berolah raga,
tahun terakhir. Spa diklasifikasikan dalam dua pengaturan nutrisi makanan dan relaksasi
jenis yaitu amenity spa dan destinasi spa, spa itu terhadap jiwa dan raga. Beberapa pandangan
bukanlah inti sebuah produk namun terdapat lain juga mengenai spa adalah secara geografi
pelayanan dan produk tambahan di dalamnya. spa merupakan tempat perawatan yang meliputi
Kedua jenis spa ini sama-sama menawarkan kegiatan dengan sumber mata air yang berasal
produk dan jasa untuk meningkatkan kualitas dari pegunungan, air laut, maupun suatu
hidup, mengurangi stress, dan ditambah dengan keadaan yang sengaja menggunakan air bawah
peremajaan kulit, secara singkat dapat tanah yang bertujuan dalam pencapaian
dikatakan bahwa spa sesungguhnya diharapkan kesehatan dan kegiatan leisure/aktifitas dalam
mampu mengubah gaya hidup, kecantikan dan waktu luang. Namun biasanya definisi spa
peningkatan kesehatan. tersebut terkait dalam tiga aspek yang meliputi
The International Spa Association telah lokasi, perawatan dan fasilitas yang disediakan
mendifinisikan spa sebagai sutau tempat untuk serta tujuan untuk dikunjungi.
melakukan perawatan kesehatan dalam
memperoleh kesejahteraan dalam kesehatan
tubuh , jiwa dan raga. Yang meliputi beberapa METODE
Tipe-tipe spa sebagai berikut dalam Leavy
(2003:6-11) : Penelitian ini menggunakan metode
kualitatif untuk memahami fenomena
15
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
perkembangan spa. Data yang dikumpulkan perkembangan spa yang ada di Bali khususnya
berupa foto, hasil catatan lapangan, dokumen pada wilayah Badung selatan yang
terkait mengenai perkembangan spa di kawasan perkembangannya sangat pesat dalam
Kabupaten Badung Selatan yang meliputi kaitannya pada penelitian ini. Tolok ukur
Tanjung benoa, kerobokan kelod, kerobokan tersebut dapat di peroleh dari
kaja, tibu beneng, canggu dan dalung. Hasil keanggotaan/member dari asosiasi yang telah
pengamatan di lapangan dan studi kepustakaan menjadi bagian dalam kegiatan pengembangan
disajikan secara deskriftif dengan didukung data pengetahuan dalam asosiasi tersebut.
kuantitatif berupa jumlah spa yang telah Beberapa hal yang sangat
berkembang di wilayah Kabupaten Badung dipertimbangkan dari keberadaan Bali Spa and
Selatan. Wellness Association (BSWA) adalah bertujuan
untuk mengembangkan industry spa di Bali
secara lokal, nasional dan international.
HASIL DAN PEMBAHASAN Eksistensi Bali Spa and Wellness Association
(BSWA) tidak saja terhadap pelayanan namun
Fenomena Perkembangan Pariwisata Spa di secara keseluruhan mewujudkan standard
Kabupaten Badung Selatan profesionalisme yang mampu bersaing secara
Bali Spa and Wellness Association adalah global sebagai penyalur tenaga spa yang
salah satu asosiasi non profit yang berdiri pada profesional, pelayanan international dan produk
tahun 2005 dan merupakan salah satu asosiasi yang berkualitas. Dari keseluruhan usahanya
spa yang aktif mewakili industri spa dan tersebut, Bali Spa and Wellness Association
kesehatan di Bali. Bali Spa and Wellness (BSWA) mampu mengumpulkan anggota dari
Association (BSWA) juga secara administrasi berbagai katagori spa yang ada di Bali sehingga
bernaung di bawah PHRI (Hotel dan Restoran data keanggotaan spa di Bali Spa and Wellness
Indonesia Association). Peran BSWA sangat vital Association (BSWA) dapat digunakan sebagai
dalam mengembangkan dan mempromosikan data dan suatu penemuan baru dari katagori spa
spa di Bali melalui program-program yang ada di Bali sebagai gambaran umum
kegiatannya antara lain dalam bidang terhadap karakteristik industri spa yang ada
pendidikan spa, perkembangan dan jaringan saat ini di wilayah Badung Selatan provinsi
international. Oleh karena itu keberadaan Bali dengan membandingkannya dengan data dari
Spa and Wellness Association (BSWA) perlu di dinas pariwisata kabupaten badung dan hasil
jadikan sebagai salah satu tolok ukur dari temuan dilapangan.
RESORT SPA
LAIN-LAIN 19%
29%
SALON SPA
1% HOTEL SPA
23%
DESTINATION SPA
1%
WELLNESS SPA DAY SPA
1% 20%
VILLA SPA
6%
Sumber : http://www.balispawellness-association.org/membership.html.
Data keanggotaan pada Tabel 1 kelompok katagori anggotanya, anggota Bali Spa
menunjukkan bahwa Bali Spa and Wellness and Wellness Association (BSWA) terdiri dari
Association (BSWA) menerima beberapa pemilik spa, pelaksana kegiatan spa ataupun
16
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
individu dan profesional seperti konsultan spa. sehingga konsep spa itu sendiri masih sangat
Pada Tabel 1 beberapa pemilik spa yang rancu. Konsep spa masih bercampur dengan
menjadi anggota spa memiliki kategori jenis spa konsep salon dan pemahaman pemerintah
yang berbeda-beda sesuai dengan konsep yang tentang spa juga belum memadai. Selain itu
berlaku. peran pemerintahan Badung terhadap
Pada Tabel 1 juga menunjukkan bahwa keberadaan spa di Bali khususnya
hotel spa memiliki presentasi jumlah perkembangan spa yang ada di wilayah Badung
keanggotaan yang paling besar dengan selatan dalam menentukan regulasi dan
persentasi sebesar 23%, kemudian katagori standarisasi jenis spa di wilayah ini masih
keanggotaan day spa atau spa independent yang sangat kurang keterlibatannya.
berkembang di luar katagori spa yang berada
pada wilayah resort, hotel, maupun villa menjadi Pendataan Spa dan Klasifikasi Jenis Spa yang
dominan sebesar 20%. Perlu di ketahui bahwa Berkembang di Kabupaten Badung
Bali Spa and Wellness Association (BSWA) Kabupaten Badung adalah satu dari
menerima keanggotaan tidak saja pada spa delapan kabupaten yang ada di Bali, secara
industri semata namun juga menampung administratif kabupaten Badung terbagi menjadi
keanggotaan di luar kegiatan spa seperti enam wilayah kecamatan yang terbentang dari
keanggotaan dengan katagori “lain-lain” sebesar bagian utara ke selatan yaitu kecamatan petang,
29% yang terdiri dari produk spa dan suplier, abiansemal, mengwi, Kuta utara dan Kuta
konsultan spa, suplier spa untuk furniture dan selatan. Sektor pariwisata di Kabupaten Badung
lembaga pendidikan bagi tenaga spa terapis. merupakan sektor yang paling diunggulkan, dan
Sehingga bisa dikatakan bahwa perkembangan berkontribusi terbesar terhadap PDRB
spa berdasarkan keanggotaan dari Bali Spa and Kabupaten Badung tiap tahunnya. Ini
Wellness Association (BSWA) menunjukkan tipe disebabkan oleh banyaknya Objek Daya Tarik
tipe spa yang berkembang saat ini di Bali adalah Wisata (ODTW) yang berada di Kabupaten
resort spa, hotel spa, villa spa, destinasi spa, day Badung, yang sebagian besar tersebar di
spa,wellness spa dan salon spa. Kecamatan Kuta Selatan dan Kuta.
Hal yang paling penting untuk digaris Perkembangan sektor pariwisata di Kabupaten
bawahi adalah sesuai dengan perkembangan spa Badung juga dipengaruhi dengan keberadaan
yang berlaku saat ini, Bali Spa and Wellness Bandara Ngurah Rai di Tuban, Kecamatan Kuta.
Association (BSWA) melansirkan secara umum wilayah-wilayah yang dijadikan sebagai
ada 7 jenis katagori spa dan beberapa mungkin kawasan pariwisata diantaranya Kabupaten
tidak di aplikasikan di Indonesia seperti Badung yang meliputi 3 kawasan yaitu Nusa
contohnya, club spa, cruise spa, day spa, Dua, Kuta, dan Tuban wilayah-wilayah ini
destination spa, medical spa, mineral springs ditetapkan Berdasarkan Peraturan Daerah
spa dan resort/hotel spa. Pada kenyataannya Provinsi Bali No. 16 tahun 2009, tentang
resort atau hotel spa memiliki definisi yang Rencana Tata Ruang Provinsi Bali.
sama, namun dalam keanggotaan pemilik resort Kegiatan wisata menjadi potensi andalan
spa dan hotel spa sebagai hal yang terpisah, dalam menunjang pembangunan di Kabupaten
sedangkan dalam perolehan data keanggotaan Badung, tercermin dengan pertumbuhan sarana
villa spa menjadi suatu yang menarik. Bahwa dan prasarana pariwisata dari tahun ke tahun
villa spa sendiri belum memiliki definisi yang yang semakin meningkat. Sentra wisata terbesar
jelas selain villa adalah jenis akomodasi dan di Kabupaten Badung adalah Kuta dan Nusa Dua.
memiliki salah satu konsep arsitektur yang Di Kawasan inilah terkonsentrasi puluhan hotel
disesuaikan dengan kebudayaan dan gaya berbintang dan hotel tidak berbintang serta
arsitektur dari daerahnya sendiri. Contohnya bentuk akomodasi lainnya. Akomodasi wisata di
pembangunan villa di bali disesuaikan dengan Kabupaten Badung terus meningkat, pada tahun
arsitektur Bali. Villa merupakan suatu bentuk 2009 akomodasi terbanyak adalah hotel melati
akomodasi yang didalamnya memiliki pelayanan sebanyak 455 unit dengan jumlah kamar 11.463
spa, sehingga jika sebuah spa yang ada dalam kamar, kemudian pondok wisata sebanyak 401
lokasi villa dapat disebut dengan villa spa. unit. Jumlah kamar seluruhnya dengan sebanyak
Dari gambaran perkembangan spa di 28.796 kamar.
kabupaten Badung maka dapat disimpulkan Sarana Pendukung Kepariwisataan
bahwa masih banyak para investor spa tidak terbagi menjadi 2 (dua) jenis yaitu sarana
memiliki pengetahuan yang cukup dalam prasarana pariwisata serta rekreasi dan hiburan
menentukan bidang bisnisnya khususnya spa, umum. Adapun yang termasuk sarana prasarana
masih banyak yang menggabungkan jenis pariwisata adalah restoran, rumah makan dan
perawatan salon dan spa secara bersama sama bar. Jumlah sarana pendukung akomodasi
17
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
wisata terus mengalami peningkatan terutama beberapa wilayah di badung yaitu Tanjung
jumlah restoran, yaitu dari 131 buah pada tahun benoa, Jimbaran, Kuta Utara: kerobokan, tibu
2005 menjadi 277 buah pada tahun 2009, bar beneng, canggu dan dalung. Berdasarkan data
dari 302 buah pada tahun 2005 menjadi 345 tersebut maka diperoleh gambaran umum
buah pada tahun 2009, dan rumah makan dari mengenai kondisi perkembangan spa yang
429 buah pada tahun 2005 menjadi 457 buah memiliki karakteristik berbeda-beda.
pada tahun 2009. Sarana rekreasi dan hiburan Berdasarkan penemuan dilapangan maka
umum di Kabupaten Badung juga mengalami diperoleh data jumlah spa di masing- masing
peningkatan yang cukup signifikan terutama wilayah yang disajikan dalam bentuk Tabel
pada sarana salon kecantikan dan spa yaitu pada Berdasarkan data ini maka terdapat penemuan
tahun 2005 terdapat 104 spa dan ditahun 2009 bahwa jenis spa yang ada di Kabupaten Badung
menjadi 171. dapat diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu
Dari sumber diatas untuk sarana spa Hotel/resort spa, day spa, salon spa, retreat spa.
mengalami peningkatan yang cukup signifikan Klasifikasi spa yang merupakan
setiap tahunnya. Ini berarti permintaan akan penemuan dalam penelitian ini akan diuraikan
spa semakin banyak dibutuhkan untuk melalui definisi dan standar berdasarkan
menunjang pariwisata di kabupaten Badung. literatur dan disesuaikan dengan hasil temuan
Namun setelah dilakukan penelusuran di dilapangan. Jenis-jenis spa yang telah
wilayah Kabupaten Badung Selatan masih berkembang sejauh ini di Bali , khususya pada
ditemukan banyak spa yang tidak sesuai dengan wilayah Badung Selatan pertumbuhannya
standar dan memenuhi kriteria spa hal ini memiliki keberagaman konsep jenis spa.
dikarenakan kurangnya pemahaman terhadap Perkembangan tersebut juga tidak mengenal
spa spa yang berkembang karena terlanjur bentuk pelayanan spa sehingga sering sekali
berdiri dan mengusung konsep masing- masing citra yang berkembang memberikan kesan
ataupun mengadopsi spa dari luar. kegiatan yang berkonotasi negatif seiring
Hasil penelusuran pada spa-spa yang ada dengan perkembangan pariwisata di Bali. jenis
di wilayah kabupaten badung bagian selatan spa apa saja yang telah berkembang di wilayah
ditemukan bahwa persebaran spa terbagi dalam Badung Selatan dijelaskan, sebagai berikut :
Berdasarkan data pada Tabel 2 maka dalam pendefinisian jenis spa yang telah
terdapat penemuan bahwa jenis spa yang berkembang di wilayah Badung Selatan, sebagai
berkembang di Kabupaten Badung dapat berikut:
diklasifikasikan menjadi empat jenis yaitu 1. Resor Spa/Hotel Spa
Hotel/resor spa, day spa, salon spa, retreat spa International Spa Asosiasi medefinisikan
dengan total jumlahnya adalah 218 spa. Masing- resort/hotel spa adalah spa yang berlokasi
masing jenis spa yang terdapat di Kabupaten di dalam sebuah resor atau hotel yang
Badung Selatan didefinisikan sebagaimana menyediakan tenaga yang profesional
kenyataan yang ditemukan lapangan serta dalam mengelola pelayanan di bidang spa
didukung dari beberapa literatur yang dapat meliputi kegiatan kebugaran dan kesehatan
mengungkapkan jenis-jenis spa karena yang menyeluruh. Resort ataupun Hotel
pertumbuhan spa di Kabupaten Badung Selatan spa merupakan sebuah akomodasi di mana
yang beragam. Berikut akan disajikan dalam terdapat pelayanan spa atau pusat rekreasi
beberapa definisi dan tabel yang mendukung spa yang biasanya di lengkapi kolam
18
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
renang, sauna, ruang uap dan jacuzzi di dimana bangunan resort spa memiliki
tambah kamar perawatan yang bangunan fisik lebih luas dan kegiatan pada
memberikan pengelolaan perawatan tubuh. pelayanan rekreasinya lebih terpusat
Resor adalah tempat, kota atau suatu dengan adanya fasilitas seperti golf,
bangunan yang dioperasionalkan khusus berkuda dan spa. Resort spa/hotel spa di
untuk kegiatan komersial seperti hotel. bali dapat di bagi menjadi bagi menjadi 3:
Resort merupakan kombinasi sebuah hotel 1). Resort spa, 2). Spa chain, 3). Spa
dan beberapa kegiatan rekreasi/recreation amenities.
19
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
4. Salon spa adalah adalah kegiatan spa yang BSWA yang terdaftar hanya sekitar 85 spa yang
didominasi pada perawan kecantikan yang terdiri dari resort spa, hotel spa, villa spa,day
rata- rata ditemukan pada salon- salon spa,destinasi spa, wellness spa dan salon spa.
kecantikan. Perawatan kecantikan yang Data jumlah spa dari dinas pariwisata
dimaksud adalah perawatan wajah dan kabupaten badung sebanyak 164 spa yang
rambut terdaftar. Sehingga data temuan ini
Total keseluruhan hasil temuan di dibandingkan dengan hasil temuan lapangan
lapangan adalah sebanyak 218 jenis hotel spa, berbeda dengan data dari BSWA dan data spa di
day spa dan salon spa di wilayah Badung dinas pariwisata Badung.
Selatan, dibandingkan dengan data keanggotaan
20
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
dan data dari dinas pariwisata provinsi Bali Global Spa & Wellness Summit, www.
dirasa cukup jelas dan baik disajikan dalam Globalspaandwellnesssummit.org
pembahasan penelitian ini. namun tidak Global Spa Summit. 2011. Wellness Tourism and
menutupi bahwa penelitian ini memiliki Medical Tourism:Where Do Spas Fit?,
keterbatasan karena hanya di lakukan pada www.globalspasummit.org
wilayah Kabupaten Badung Selatan. Harapannya Gregorius. 2008. “Wisata Spa di Bali Makin
perkembangan spa yang cukup pesat khusunya Pesat” (Bali Post, 15 maret 2008)
Di Bali akan meningkatkan kedatangan International spa asosiation,
wisatawan dengan minat khusus untuk destinasi http://www.experienceispa.com/spa-
pariwisatanya. Tidak terbatas wisatawan goers/spa-101/types-of-spas/
mancanegara saja namun wisatawan domestik Kim, Soo Hyun, et al. 2010. A Predictive Model
juga memiliki minat yang besar terhadap spa Behaviour Intention to Spa Visiting: An
yang ada di Bali. Extended Theory of Planned behavior.
University of massachusetts:Amherst
Leavy.Hannelore.R,Bergel , et al. 2003 .The Spa
DAFTAR PUSTAKA Encyclopedia: A Guide to Treatments &
Their Benefits for Helath & Healing.
Bali Spa and Wellness Association Tawil, Rami F. 2011. Classifying the Hotel Spa
http://www.balispawellness- Tourist: A Multidimensional qualitative
association.org/membership.html Approach.Vol.1 No 20.International
Georgiev, Georgie and Maria Trionova Vasileva. Journal of Humanities and Social Science.
2010. Conceptualization of Balneo Spa and www.ijhssnet.com/journals/vol-1-no-20-
Wellness Establishment in Bulgaria, Vol.1. December_2011/15.pdf.
South West University:Bulgaria
21
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
1. Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar Bali
*E-mail : ratnasariubud@yahoo.com
ABSTRACT
Tourist attarctions performed in hotels are becoming attractions for visitors who are staying in those
hotels. Local communities living around the hotels can perform in the hotels and get benefits from these
activities. Aims of this reseach was to find out tourist attractions performed in star rated hotels around Kuta
Tourist Resort, Bali and benefits out of these activities.
This research was carried out on star rated hotels in Kuta Tourist Resort, the hotels of which were
concentrated on the western part of the tourist resort,ie. along Kuta beach, Legian Beach, and Seminyak
beach. Data were collected directly on site (primary data collection) or based on litterature review. Data
were collected through utilising proportional random sampling. Fifteen hotels were chosen as samples. Data
were tabulated on tables and qualitatively analysed and described.
Star rated hotels in Kuta Tourist Resort performed more socio culture performances, such as dancing
and Balinese gamelan performances (85%) than other attractions (nature, shopping and mice, and
education). Criteria of tourist attractions were 75% having the sense or theme of Bali. Fifty six (56) % of
tourist attractions were provided by the Balinese but not from the local community, while the rest (44%)
were provided by the local Balinese community. As many as 56% of performance were provided weekly.
About 75% of tourists were happy with the performances. Information on the performance were most (44%)
provided through other media than brocure, web site and pamphlet (such as banner). Every hotel has had a
written contract or an agreement with their providers. Contributions from hotels to the local community
dealing with their roles as providers of attractions, such as providing income or money, providing jobs,
providing clothes for performers, tools for performing, foods, providing free spots for performances, and
providing inputs for improvements of the performances. In additions, the relationship between the hotels and
community has been tighten because of the role of community in providing attractions in the hotels.
ABSTRAK
Atraksi wisata yang dipentaskan di hotel merupakan daya tarik bagi wisatawan yang menginap.
Masyarakat local yang berasal dari sekitar bisa berperan dalam pengembangan budaya di hotel hotel dan
tentunya aktivitas ini merupakan suatu kegiatan yang bisa menguntungkan atau mendapatkan
pendapatan dari pementasan-pementasan atraksi wisata. Penelitian ini bertujuan untuk Untuk
mengetahui jenis-jenis atraksi wisata yang dipentaskan dan kontribusi yang diperoleh masyarakat lokal
dari atraksi wisata yang dipentaskan di hotel-hotel bintang di kawasan pariwisata Kuta .
Penelitian ini mengambil lokasi hotel bintang di kawasan pariwisata Kuta, yang terkonsentrasi di
bagian barat, sekitar objek wisata utama yaitu sepanjang pantai Kuta, pantai Legian, pantai Seminyak.
Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah
proportional random sampling dengan jumlah sampel 16 buah hotel. Teknik analisis data yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif dengan mentabulasi data hasil penelitian .
Hasil penelitian menunjukkan bahwa hotel bintang di kawasan pariwisata Kuta lebih banyak
menyajikan atraksi sosial budaya seperti tari tarian, gamelan Bali sebanyak 81%, pihak hotel juga
mengkriteriakan yaitu bernuansa Bali 75%, penyedia jasa atraksi berasal dari masyarakat lokal bukan
dari desa sekitar 56%, pementasan yang dilakukan 56% mengatakan seminggu sekali, tanggapan tamu
terhadap pementasan rata rata puas sebesar 75%, cara meyebarluaskan melaui media lainnya seperti
22
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
spanduk atau banner 44%, dan setiap hotel sudah memiiki kerjasama atau kontrak tertulis dengan
penyedia jasa atraksi wisata. Kontribusi yang didapatkan dari kerjasama hotel dengan masyarakat lokal
seagai penyedia atraksi wisata adalah sebagai berikut; mendapatkan penghasilan atau kontribusi berupa
uang sebagai imbalan, mendapatkan pekerjaan tambahan, kontribusi berupa pakaian, alat-alat, dan
makanan, memberikan tempat di hotel secara gratis untuk melaksanakan atraksinya, kontribusi dalam
pengembangan dan kemajuan atraksi berupa keterampilan berkesenian, dan membangun hubungan yang
baik dengan pihak hotel di kawasan Kuta.
23
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
musik, wayang, dll), pameran lukisan, pameran bermakna bahwa masyarakat dapat mempunyai
pahatan, pameran ukiran, peragaan busana, dll. keinginan dan harapan yang bisa dikeluarkan
Menurut Inan (2013) jenis-jenis atraksi-atraksi terebih untuk kepentingan pengembangan
wisata berupa : pariwisata sehingga nantinya bisa dijadikan
1. Atraksi alam : pemandangan laut, pantai, masukan pada pengembangan pariwisata
pegunungan, sinar matahari, flora, fauna. selanjutnya. Sedangkan pada peran pembagian
2. Atraksi sosial budaya : atraksi sejarah, manfaat pariwisata, dimaksudkan bahwa
atraksi kesenian, cara hidup masyarakat, masyarakat memiliki kesempatan mendapatkan
yang berkaitan dengan kehidupan politik, manfaat ekonomi dengan adanya pariwisata.
yang berkaitan dengan antropologi, yang Permasalahan yang sering muncul adalah
berkaitan dengan ilmu pengetahuan, yang masyarakat tidak pernah dilibatkan dalam setiap
berkaitan dengan keagamaan kegiatan pariwisata dan terkesan melupakan
3. Atraksi yang berkaitan dengan pendidikan : keberadaan masyarakat lokal. Hal inilah yang
kebudayaan umum, kehidupan dan sering menimbulkan konflik di masyarakat lokal
mempelajari ilmu di perguruan, mengikuti tempat pariwisata itu berkembang
seminar (Adikampana, 2013).
4. Atraksi perdagangan, berupa : berbelanja
(shopping), mengunjungi pameran, pekan
raya, konferensi, rapat, pertemuan, seminar. METODE
24
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
diakukan di hotel-hotel bintang di kawasan Jl. Poppies I, Jl. Poppies II dan Jl. Pantai Kuta.
Pariwisata Kuta. Kemudian mentabulasinya Jumlah akomodasi yang terdapat di kawasan
dengan bentuk tabel. Mengkaji besarnya Pariwisata Kuta menurut direktori 2012 adalah
kontribusi kepada masyarakat lokal dengan 328 unit, yang terdiri dari hotel berbintang 56
pementasan atraksi budaya juga disajikan daam hotel bintang , hotel melati 336 dan pondok
bentuk tabel dan mendeskripsikan dalam wisata 145. Lokasi hotel berbintang di Kuta,
bentuk uraian. terkonsentrasi di bagian barat, sekitar obyek
wisata utama yaitu sepanjang pantai Kuta,
pantai Legian, pantai Seminyak dan pantai
HASIL DAN PEMBAHASAN Tuban. Sebaran hotel berbintang cendererung
linier sepanjang jalan utama tepian pantai.
Pariwisata di kecamatan Kuta dimulai
dari ketersediaan akomodasi bagi wisatawan Atraksi Wisata pada Hotel Bintang di
yang terkonsentrasi di sepanjang pantai Kuta Kawasan Pariwisata Kuta
yang merupakan obyek wisata utama. Pada Pada tabel-tabel berikut akan disajikan
awalnya, fasilitas akomodasi berupa home stay data tentang atraksi wisata yang dilaksanakan
(rumah-rumah penduduk sebagai akomodasi oleh beberapa hotel bintang di kawasan
wisata), yang berada di sebelah timur Pantai pariwisata Kuta.
Kuta, yang sekarang dikenal dengan Jl. Benesari,
Tabel 1 dapat dilihat bahwa hotel bintang pertunjukan magician, mengenal Balinese
3 paling banyak menyajikan atraksi wisata custom atau adaat istiadat masyarakat Bali.
kepada tamu hotelnya. Sebanyak 81% hotel Untuk atraksi terkait dengan pendidikan
bintang di kawasan pariwisata Kuta menyajikan memang mendapat point yang rendah karena
atraksi sosial budaya kepada tamu hotelnya. umumnya wisatawan yang datang atau
Kemudian sebesar 63% hotel bintang di Kuta menginap di hotel kawasan pariwisata Kuta
menyajikan atraksi alam, atraksi perdagangan bukan untuk tujuan pendidikan tapi memang
25 %, atraksi campuran 19 % dan yang paling untuk berlibur. Biasanya kawasan yang
rendah adalah atraksi yang berkaitan dengan dijadikan untuk pendidikan lebih banyak di
pendidikan. kawasan Pariwisata Ubud karena Ubud memang
Atraksi alam disajikan biasanya karena memiliki central budaya yang kompleks. Wisata
lokasi hotel yang ada di tepi pantai maka pantai pendidikan seperti belajar budaya, kehidupan
dan alam sekitarnya yang otomatis dijadikan masyarakat Bali, masakan tradisional Bali.
atraksi alam bagi wisatawan termasuk juga jika Atraksi yang berkaitan dengan perdagangan
hotel tersebut memelihara pohon atau hewan biasanya diikuti dengan pengadaan seminar,
yang asli hidup disana. Atraksi alam bias conference, pengadaan pameran atau exhibition
diperlihatkan dengan memperkenalkan jenis di hotel yang bersangkutan sehingga tamu hotel
jenis tumbuhan langka dan hewan yg ada di dapat menikmati atraksi perdagangan di hotel
sekitar hotel. Atraksi sosial budaya terlihat tempat mereka menginap. Sedangkan untuk
menjadi pilihan bagi pengelola hotel untuk hotel bintang 1 tidak ditemukan adanya atraksi
dipertunjukkan kepada tamunya seperti tari wisata kepada wisatawan.
tradisional Bali, gamelan Bali, tari kontemporer,
25
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kriteria hotel yang bersangkutan. Kemudian yang
atraksi-atraksi yang dipentaskan pada hotel menyajikan kriteria atraksi modern 44% dan
bintang 3 dan 4 bervariasi mulai dari atraksi sisanya 13 % untuk jenis klasik seperti musik
bernuansa Bali, modern dan klasik. Karena musik klasik pada saat ada event event tertentu
umumnya hotel bintang 3 dan 4 jenis wisatawan Tabel 3 merupakan tabel yang
yang menginap adalah wisatawan golongan memperlihatkan pihak penyedia atraksi bagi
menengah keatas sehingga hotel pun hotel bintang di kawasan pariwisata Kuta. Dari
menyuguhkan atraksi wisata yang bervariasi Tabel 1.3 dapat dilihat bahwa lebih dari 50%
agar tidak monoton. Namun dari ketiga kriteria atraksi-atraksi yang dipertunjukkan pada hotel
atraksi yang dipentaskan paling dominan adalah bintang di kawasan Kuta disediakan oleh
bernuansa Bali sebesar 75 % seperti tari-tarian, masyarakat lokal Bali namun bukan dari desa
gamelan Bali, musik, mengenal kehidupan sekitar hotel. Hanya 44% para penyedia jasa
budaya Bali namun nuansa modern dan klasik atraksi ini berasal dari masyarakat sekitar hotel.
juga menjadi pilihan beberapa hotel dalam Hasil ini menunjukkan bahwa masyarakat Bali
memberikan hiburan kepada tamu mereka sudah mendapatkan manfaat langsung dari
seperti adanya tarian kontemporer, pertunjukan keberadaan hotel di kawasan pariwisata Kuta.
musik dari beberapa artis. Demikian pula halnya Penyedia atraksi ini biasanya memiliki sanggar-
dengan hotel bintang 4 dan bintang 5 juga sanggar seni yang sudah dikenal oleh pihak hotel
memilih nuansa budaya Bali mendominasi dan memiliki kerjasama dengan pengelola hotel
atraksi-atraksi yang disuguhkan kepada tamu sehingga mereka bisa mengisi acara bagi para
yang menginap. Mengingat Bali memiliki atraksi tamu. Dari hasil penelitian tidak ada hotel
yang beraneka ragam tentunya hal ini akan bintang yang menggunakan jasa penyedia
menjadi salah satu daya tarik bagi tamu untuk atraksi yang berasal dari masyarakat luar Bali
lebih mengenal keunikan Bali, sehingga dan orang asing.
diharapkan memberikan dampak positif bagi
26
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Tabel 4 merupakan tabel yang diperhatikan oleh pihak pengelola karena hotel
menjelaskan bahwa intensitas araksi-atraksi ini juga memperhatikan hiburan bagi tamu mereka
dipertunjukkan kepada tamu hotel di kawasan yang sedang menginap yaitu sebesar 19%. Tidak
pariwisata Kuta setiap hari, setiap minggu dan ada tamu yang merasa tidak puas.
setiap bulan. Namun memang paing banyak Pada Tabel 6 dapat dilihat sumber-
intensitasnya dilakukan setiap minggu yaitu sumber informasi yang digunakan oleh para
sebanyak 56%. Karena biasanya hotel memiliki pengelola hotel bintang 1,2, 3, bintang 4, dan
“special today” dan biasanya diringi dengan bintang 5 terkait pertunjukan yang akan
pementasan atraksi baik berupa tari-tarian, dipentaskan di hotel. Hasil penelitian
gamelan music klasik, dan lainnya untuk lebih menunjukkan bahwa pihak hotel bintang
banyak bisa mendapatkan tamu untuk dating menggunakan media brosur, website, pamplet
dan menikmati produk yang dijual hotel. Rata- untuk menyampaikan jenis atraksi wisata yang
rata 2-3 jam sekali pertunjukan. Ada juga akan dipentaskan di hotel yaitu sama besarnya
pertunjukan yang dilaksanakan setiap hari 19%. Karena mereka merasa media tersebut
sebanyak 31 % dan setiap bulan namun 13 % paling gampang dan biayanya juga tidak terlalu
itupun hanya beberapa hotel. Pertunjukkan yang mahal. Sedangkan untuk media lainnya seperti
disuguhkan juga biasanya karena ada event memasang banner atau spanduk – spanduk
tertentu misalnya wedding, ulang tahun, disekitar hotel justru paling banyak digunakan
seminar, gala dinner. yaitu 44 %. Karena dengan menggunakan
Pada Tabel 5 dapat dilihat tanggapan para banner yang dipasang disekitar hotel akan lebih
tamu terkait pementasan atraksi di hotel tempat memudahkan tamu untuk melihat jenis atraksi
mereka menginap. Hasil penelitian yang ada saat itu di hotel. Isi dari banner
menunjukkan bahwa tamu-tamu pada hotel gampang di baca oleh tamu yang berasal dari
bintang di kawasan pariwisata Kuta umumnya hotel atau tamu yang bukan menginap di hotel.
merasa puas dengan atraksi yang Namun ketika melihat atraksi yang menarik bisa
dipertunjukkan oleh hotel yaitu lebih dari 70%. membuat tamu tersebut datang untuk membeli
Tanggapan sangat puaspun dapat diberikan para produk tersebut.
tamu karena para tamu merasa terhibur dan
27
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
28
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
juga sering mendapatkan imbalan tambahan pengelola hotel jika ada suatu hal yang
berupa sumbangan makanan, pakaian, berkaitan dengan keberadaan hotel-hotel
bahkan alat-alat pelengkap dan penunjang yang bersangkutan. Misalnya pada acara
yang berhubungan dengan kelancaran tertentu seperti odalan di pura hotel,
mereka pada saat bermain menghibur para masyarakat lokal bisa diundang untuk
tamu. ngayah megambel, ngayah di pura, atau
4. Memberikan tempat di hotel secara gratis sekaligus membuatkan banten untuk odalan
untuk melaksanakan atraksinya
Masyarakat lokal sebagai pengisi atraksi
wisata di hotel tentunya selain memberikan SIMPULAN DAN SARAN
hiburan tentunya mendapatkan keuntungan
bagi grup pengisi acara itu sendiri karena Simpulan
mereka mendapatkan tempat untuk Hotel bintang di kawasan pariwisata Kuta
mementaskan keterampilan atau lebih banyak menyajikan atraksi sosial budaya
kemampuan berkesenian serta bisa juga seperti tari tarian, gamelan Bali sebanyak 81%,
tempat penyaluran bakat mereka dan hotel pihak hotel juga mengkriteriakan yaitu
memberikan tempat secara gratis bagi bernuansa Bali 75%, penyedia jasa atraksi
pengisi acara sehingga keadaan ini dianggap berasal dari masyarakat lokal bukan dari desa
saling menguntungkan. sekitar 56%, pementasan yang dilakukan 56%
5. Kontribusi daam hal ikut mempromosikan mengatakan seminggu sekali, tanggapan tamu
produk dari atraksi wisata. Penyedia atraksi terhadap pementasan rata rata puas sebesar
wisata juga dapat mempromosikan produk 75%, cara meyebarluaskan melaui media
mereka sehingga bisa dikenal baik lainnya seperti spanduk atau banner 44%, dan
wisatawan nusantara maupun wisatawan setiap hotel sudah memiiki kerjasama atau
asing sehingga bisa sebagai ajang promosi kontrak tertulis dengan penyedia jasa atraksi
gratis dan bisa diundang untuk wisata.
mementaskan atrasi mereka di luar Bali Kontribusi yang didapatkan dari
bahkan sampai ke luar negeri. kerjasama hotel dengan masyarakat lokal seagai
6. Kontribusi dalam pengembangan dan penyedia atraksi wisata adalah sebagai berikut;
kemajuan atraksi berupa keterampilan Mendapatkan penghasilan atau kontribusi
berkesenian Bagi pengelola sanggar, grup berupa uang sebagai imbalan, Mendapatkan
musik, dan yang lainnya. Saat menyajikan pekerjaan tambahan, Kontribusi berupa pakaian,
sebuah atraksi wisata tentunya perlu alat-alat, dan makanan, Memberikan tempat di
tanggapan dari wisatawan yang menonton hotel secara gratis untuk melaksanakan
maupun dari pihak hotel. Beberapa hal yang atraksinya, Kontribusi dalam pengembangan
kurang dari penyajian atraksi tersebut bisa dan kemajuan atraksi berupa keterampilan
disampaikan ke pemilik atraksi wisata dan berkesenian, dan Membangun hubungan yang
bisa diperbaiki bahkan bisa dikembangkan baik dengan pihak hotel di kawasan Kuta.
agar tidak monoton dan tidak ada variasi
serta pembaruan, untuk itulah biasanya Saran
pihak pengisi acara yang dalam hal ini Kepada pihak hotel diharapkan lebih
masyrakat lokal juga mendapatkan banyak menggunakan penyedia jasa atraksi
kesempatan untuk mengembangkan ide-ide wisata yang berasal dari masyarakat lokal dari
dan trobosan sehingga menghasilkan karya desa sekitar agar masyarakat loka lebih
yang bervariasi namun masih tetap mendapatkan manfaat ekonomi langsung dari
berlandaskan budaya Bali yang menjunjung keberadaan hotel tersebut. Selain itu, tetap
tinggi kebudayaan lokal. mempertahankan budaya Bali sebagai acuan
7. Membangun hubungan yang baik dengan pementasan atraksi wisata.
pihak hotel di kawasan Kuta.
Kerjasama antara pihak hotel-hotel
berbintang di kawasan Kuta dengan pihak DAFTAR PUSTAKA
penyedia atraksi hiburan yang diambil dari
masyarakat sekitar tentunya diharapkan Timothy, Dallen J., 1999, Participatory Planning:
tidak hanya seputar pekerjaan saja, namun a View of Tourism in Indonesia, Annals Of
haruslah juga bersinergi dalam menjaga Tourism Research, 26: 371-391.
lingkungan sekitar. Para pengisi cara Garrod, B., Wilson, J.C. and Bruce, D.B., 2001,
diharapkan dapat menjadi penghubung Planning for Marine Ecotourism in the
dalam berkomunikasi dengan pihak EU Atlantic Area: Good Practice Guidelines,
29
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
30
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Ni Made Ariani1*, Ida Ayu Trisna Eka Putri1, Agung Sri Sulistyawati1, dan Fanny Maharani Suarka1
1. Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar Bali.
*E-mail : ayukariani97@yahoo.com
ABSTRACT
The purpose of this study are to determine: 1) the adaptation process of Balinese culinary toward the
relationship with the cultural tourism at the star hotel in Badung Regency; 2) the cooking process and the
presentation Traditional Balinese Food according to fulfill the cultural elements in tourism at the star hotel
in Badung Regency; 3) the perception of the tourist toward the Traditional Balinese Food which are offered
at the star Hotel in Badung Regency.
The interpretation of sampling is done by quota random sampling, 15% from all amount of four and
five stars hotel in Nusa Dua and Kuta region. Purposive sampling techniques uses to obtain the information
by interviewing the informant who are expert in this case study such are the chef, and for determining the
tourist perception the respondent are interpretation by accidental sampling. Data collected by observation,
interview, literature study, and distributing the questionnaires. Data analysis is using descriptive qualitative
method and Likert Scale.
The result shows that the adaptation of Traditional Balinese Food at the star hotel in Badung Regency
is the potential object for Balinese local community and also for the hotelier. One of the adaptation in cooking
process of Balinese food is taken from the taste which is the sweet flavor is more than spicy one. The
presentation of this traditional food in star hotel Badung Regency is presented by a`la carte or buffet. The
Likert Scale result shows that generally the tourist perception toward the adaptation of Traditional Balinese
Food at star hotel Badung Regency is very good with the composition of ingredient are appropriated with the
international gastronomy with totally score 765 (mean 4.25), and the bad one is come from the menu variant
of The Balinese food with total score 467 (mean 2.59).
ABSTRAK
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1) proses adaptasi Makanan Tradisional Bali
(MTB) dalam hubungannya dengan pariwisata budaya pada Hotel Berbintang di Kabupaten Badung; 2)
pengolahan dan penyajian MTB dalam memenuhi kebutuhan budaya wisata pada Hotel Berbintang di
Kabupaten Badung; 3) persepsi wisatawan terhadap MTB yang disajikan pada Hotel Berbintang di
Kabupaten Badung.
Pengambilan sampel dilakukan dengan cara quota sampling, yaitu diambil secara acak sebanyak 15
% dari jumlah hotel berbintang 4 (empat) dan 5 (lima) yang ada di kawasan Nusa Dua dan Kuta.
Penentuan informan menggunakan teknik purposive sampling dengan mewawancarai orang-orang yang
dianggap mengetahui permasalahan dalam hal ini adalah kepala dapur (chef,) dan untuk mengetahui
persepsi wisatawan menggunakan teknik accidental sampling. Teknik pengumpulan data dalam penelitian
ini dilakukan dengan observasi, wawancara, studi kepustakaan, dan kuesioner. Data yang terkumpul
dianalisis secara deskriptif kualitatif dan análisis Skala Likert.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa adaptasi Makanan Tradisional Bali pada Hotel Berbintang
khususnya di Kabupaten Badung merupakan potensi bagi masyarakat Bali terutama bagi masyarakat yang
bergerak di bidang perhotelan. Salah satu bentuk adaptasi dalam pengolahan MTB yaitu untuk
memperoleh rasa enak untuk disajikan kepada wisatawan dengan rasa manis ditonjolkan dan rasa pedas
dikurangi. Cara penyajian MTB pada hotel berbintang di Kabupaten Badung adalah dengan
31
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
buffet/prasmanan dan a’la carte/pesanan. Hasil analisis Skala Likert mengenai persepsi wisatawan
terhadap adaptasi MTB pada hotel berbintang di Kabupaten Badung adalah sangat baik dari komposisi
MTB disesuaikan dengan gastronomi/makanan internasional dengan total skor 765 (rata-rata 4,25),
sedangkan buruk dari variasi pilihan menu MTB dengan total skor 467 (rata-rata 2,59).
Kata kunci : adaptasi, hotel berbintang, makanan tradisional bali, dan persepsi.
32
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
33
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Pengolahan Makanan Tradisional Bali kekhasannya, yaitu khas Bali. Untuk mendukung
Jenis makanan dan minuman yang situasi agar betul-betul terasa berada dalam
disajikan untuk wisatawan merupakan makanan budaya Bali juga dipertunjukkan tarian Bali atau
mentah, tanpa suatu proses, makanan setelah diputar tabuh-tabuh kerawitan Bali melalui tape
mengalami proses pemasakan baik secara recorder.
sederhana maupun kompleks. Dalam mengolah
MTB untuk memperoleh rasa enak bagi Persepsi Wisatawan terhadap Makanan
wisatawan sama dengan pengolahan MTB bagi Tradisional Bali yang Disajikan pada Hotel
masyarakat dalam suatu peristiwa khusus, yang Berbintang di Kabupaten Badung
berhubungan dengan upacara adat dan Persepsi wisatawan terhadap Makanan
keagamaan baik untuk sesajen maupun untuk Tradisional Bali yang disajikan pada Hotel
hidangan umum. MTB yang disajikan untuk Berbintang di Kabupaten Badung adalah baik
wisatawan sama dengan MTB yang disajikan dari kualitas penataan dengan rata-rata 3,74.
untuk tamu dalam upacara adat dan keagamaan Kualitas penataan makanan termasuk Makanan
bagi masyarakat Bali. Untuk memperoleh rasa Tradisional Bali merupakan hal yang sangat
enak dari MTB, tidak dapat dilepaskan dari rasa penting dan tidak dapat diabaikan. Ada istilah
makanan yang terkandung dalam bahan dasar menyatakan bahwa yang pertama kali
maupun kombinasi antara bahan dasar dengan menikmati makanan adalah mata. Karena itu
bumbu atau base. Secara keseluruhan bumbu perlu ditetapkan standar presentasi yang
mempunyai 6 (enam) rasa yang disebut dengan semestinya, baik dari tingkat kematangan,
sad rasa yaitu (Kanca, 2003) : kekentalan saos dan sup, kombinasi warna dan
1. Rasa asin ditimbulkan oleh garam. kesesuaian hiasan pendukung. Prinsip
2. Rasa pedas ditimbulkan oleh Bawang menjadikan makanan tersebut menarik untuk
Merah, Cabe Merah, Merica Hitam, Merica dikonsumsi tanpa menghilangkan nilai original
Putih dan Tabia Bun. Makanan Tradisional Bali tersebut. Kualitas
3. Rasa asam atau kecut ditimbulkan oleh produk Makanan Tradisional Bali dengan rata-
limau, jeruk purut dan asam. rata 3,70, dimana kualitas makanan dan
4. Rasa manis ditimbulkan oleh gula aren/gula minuman merupakan aspek yang sangat penting
Bali. bagi wisatawan. Persepsi wisatawan terhadap
5. Rasa pahit ditimbulkan oleh Jahe, Lengkuas kualitas produk Makanan Tradisional Bali yang
dan Lempuyang. meliputi aspek penampilan (presentation), suhu
6. Rasa sepek atau enak ditimbulkan oleh penyimpanan (serving temperature), rasa dan
kombinasi yang harmonis dan mantap dari aroma (taste & flavour), tekstur (texture) serta
kelima rasa tadi. hiasan (garnish). Keunikan cita rasa dan aroma
Untuk memperoleh rasa enak sesuai dengan rata-rata 3,74. Makanan Tradisional Bali
dengan selera masing-masing, dari kombinasi merupakan salah satu makanan tradisional
tersebut ada salah satu yang ditonjolkan. Untuk Indonesia yang cukup terkenal di kalangan
wisatawan, umumnya rasa manis ditonjolkan wisatawan mancanegara maupun nusantara.
dan rasa pedas dikurangi. Makanan Tradisional Bali ini menjadi sangat
terkenal oleh karena keunikan cita rasa dan
Penyajian Makanan Tradisional Bali aroma maupun proses pengolahannya yang
Penyajian MTB untuk wisatawan melalui merupakan daya tarik tersendiri bagi
restoran dan hotel terutama hotel berbintang, wisatawan. Komposisi Makanan Tradisional Bali
dapat dilihat dari segi kuantitas dan frekuensi disesuaikan dengan gastronomi internasional
makanan yang disajikan, yang dapat dibagi dengan rata-rata 4,25. Disamping keunikan cita
menjadi dua jenis pola penyajian yaitu : rasa dan aroma, dalam menu juga dapat
buffet/prasmanan yang biasanya disajikan diketahui komposisi makanan apa saja yang
dalam event-event tertentu seperti misalnya disajikan pada usaha jasa boga tersebut untuk
seminar internasional, acara pernikahan dan mengetahui apa saja jenis sup, jenis makanan
sebagainya, dan disajikan dalam bentuk pembuka dan makanan utama, jenis makanan
pesanan/a’la carte. MTB perlu disajikan dalam penutup, camilan ataupun jenis minuman yang
bentuk menarik, baik dilihat dari segi komposisi ditawarkan. Komposisi Makanan Tradisional
menu, peralatan yang digunakan untuk Bali dapat juga disesuaikan dengan gastronomi
mendukung penyajian, situasi penyajian dan internasional. Kesesuaian antara biaya yang
orang yang menyajikan harus berpakain adat dikeluarkan dengan kepuasan dengan rata-rata
Bali dan bersikap ramah. MTB yang merupakan 4,01. Harga merupakan salah satu komponen
salah satu segi kebudayaan Bali dalam variabel internal pemasaran restoran. Harga
penyajiannya harus mencerminkan merupakan nilai tukar dari kepuasan yang
34
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
diperoleh dengan sejumlah biaya yang harus kualitas produk Makanan Tradisional Bali
dikeluarkan. Wisatawan menilai harga jual dengan rata-rata 3,70, keunikan cita rasa dan
makanan dan minuman sesuai dengan produk aroma dengan rata-rata 3,74, komposisi
dan pelayanan yang diterima. Penampilan sikap Makanan Tradisional Bali disesuaikan dengan
dan keramahan staff restoran di hotel dalam gastronomi internasional dengan rata-rata 4,25,
menyajikan Makanan Tradisional Bali dengan kesesuaian antara biaya yang dikeluarkan
rata-rata 4,07. Kualitas pelayanan sangat dengan kepuasan dengan rata-rata 4,01 serta
dipengaruhi oleh kualitas pramusaji yang selalu penampilan sikap dan keramahan staff restoran
siap melayani dan menyajikan Makanan di hotel dalam menyajikan Makanan Tradisional
Tradisional Bali. Sikap dan penampilan Bali dengan rata-rata 4,07, sedangkan buruk
karyawan restoran dinilai cara mereka dalam variasi pilihan menu Makanan Tradisional
memberikan pelayanan serta mewujudkan Bali dengan rata-rata 2,59.
kesan positif dari raut wajah, kerapihan
(grooming), kebersihan pakaian dan kebersihan Saran
diri sendiri, desain pakaian (uniform), Dari menu yang ditawarkan di beberapa
kelengkapan atribut untuk pelayanan, dan hotel yang berlokasi di kawasan Nusa Dua dan
penggunaan deodorant untuk menetralisir bau Kuta, variasinya masih belum begitu banyak, dan
badan. Persepsi wisatawan buruk dalam variasi hendaknya variasi menu lebih diperbanyak lagi.
pilihan menu Makanan Tradisional Bali dengan Restoran yang menyajikan Makanan
rata-rata 2,59. Indikator produk yang Tradisional Bali di hotel hendaknya lebih banyak
seharusnya penting untuk dipertimbangkan oleh lagi karena masih sedikit bahkan masih belum
usaha jasa boga adalah keragaman menu. Variasi banyak restoran yang khusus menyediak
yang cukup akan memberikan alternatif pilihan Makanan Tradisional Bali.
yang memadai bagi pelanggan untuk memilih
Makanan Tradisional Bali yang diminati,
terutama jika kunjungan wisatawan tersebut UCAPAN TERIMA KASIH
lebih dari satu kali untuk menghindari
terjadinya kebosanan terhadap Makanan Kami menyampaikan ucapan terima kasih
Tradisional Bali yang disajikan. kepada Rektor Universitas Udayana dan Ketua
Lembaga Penelitian dan Pengabdian Unud yang
telah memberikan dukungan dana sehingga
SIMPULAN DAN SARAN kegiatan penelitian ini bisa berjalan. Terima
kasih juga kami sampaikan kepada Dekan
Simpulan Fakultas Pariwisata Universitas Udayana atas
Makanan Tradisional Bali telah mampu fasilitas dan dukungan moral yang telah
berkembang dan beradaptasi dengan lingkungan diberikan. Terima kasih juga kepada staff
yaitu pariwisata budaya yang dikembangkan di restoran Makanan Tradisional Bali pada hotel
daerah Bali dalam memenuhi kebutuhan berbintang di Kabupaten Badung yang telah
wisatawan selama berada di Bali, dan juga telah meluangkan waktunya untuk memberikan
diadaptasi pada hotel berbintang khususnya di informasi dan masukan serta data yang
Kabupaten Badung. diperlukan dalam penelitian ini, serta semua
Pengolahan dan penyajian Makanan pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu
Tradisional Bali bagi wisatawan merupakan persatu yang telah banyak membantu hingga
potensi bagi masyarakat Bali terutama bagi yang terselesaikannya penelitian ini.
bergerak di bidang perhotelan dan restoran.
Salah satu bentuk adaptasi dalam
Pengolahan Makanan Tradisional Bali, untuk DAFTAR PUSTAKA
memperoleh rasa enak untuk disajikan kepada
wisatawan, rasa manis ditonjolkan dan rasa Anonim. 1990. Undang-undang Kepariwisataan.
pedas dikurangi. Business News 5045.
Cara penyajian Makanan Tradisional Bali Aryanta, W. Redi. 1992. The Processing and
pada hotel berbintang di Kabupaten Badung, Microbiological Aspects of Some
adalah dengan buffet/prasmanan dan a’la Traditional Food in Bali, Indonesia.
carte/pesanan. Minatogawa Joshi Tanki Daigaku Kiyo 25 :
Persepsi wisatawan terhadap Makanan 188-200.
Tradisional Bali yang disajikan pada Hotel ______. 2006. Makalah Pelatihan Penerapan
Berbintang di Kabupaten Badung adalah baik Sanitasi dan Hygiene dalam Pengolahan
dari kualitas penataan dengan rata-rata 3,74,
35
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Makanan Tradisional Bali. Diparda, BTB Sudiara, B.P. 2003. Wisata Boga Difersifikasi
dan FTP Unud. Produk Wisata Menyongsong Milenium
Bartono, PH dan Ruffino E.M. 2005. Food Ketiga. Jurnal Manajemen Pariwisata, Vol
Product Management di Hotel dan 2 No.1 Oktober 2003. Denpasar : STIE
Restoran. Andi : Yogyakarta. Pariwisata.
Kanca, I Nyoman. 2003. Proses Adaptasi Sugiono. 1999. Metode Penelitian. Bandung :
Makanan Khas Bali dalam Menunjang Alfabet.
Pariwisata. Artikel Wahana Edisi Slamet, Y. 1993. Analisis Kuantitatif. Solo :
November. Universitas Udayana. Pabura Publisher.
Sihite, R. 2000. Hotel Management (Pengelolaan Yoeti, Oka A.1982. Pengantar Ilmu Pariwisata.
Hotel). Surabaya : SIC. Aksara Bandung.
Suandra, I.M. 1983. Dharma Caruban (Tatanan
Ngebat). CV. Kayumas Agung.
36
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
1. Program Studi Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Jenderal
Soedirman, Purwokerto, Jawa Tengah
*E-mail : chusmeru@yahoo.com
ABSTRACT
The title of this research is “The Ethnography of Communication at Grebeg Sudiro (An Ethnograpgic
Study on Harmonization between Chinese and Java in Grebeg Sudiro events at Village Community of
Sudiroprajan District of Jebres Surakarta)”. The purpose of this study is to determine how was Grebeg Sudiro
became the communication process to create harmony inter-ethnic Java and Chinese in the Sudiroprajan
district of Jebres Surakarta. The subject of this study is consisted of five persons who are steering
committees of Grebeg Sudiro, Javanese and Chinese leader, the activist of village, Pasar Gede manager and
the manager of tien kok sie temple.
Informant selection technique is using purposive sampling technique; data was collected by interview
technique, observation and documentation. The techniques in order to obtain the validity of the data
concluded that using triangulation, by comparing and checking back degree of confidence which the
information obtained with time and different tools in qualitative methods.
Based on the data obtained during the study, obtained some conclusions. First, Grebeg Sudiro is a
series of events organized by residents Sudiroprajan to harmonize diversity in creating harmony between
residents Javanese and Chinese. Second, harmonization of interethnic communication activity between
residents indicated through Java and Chinese during the process Grebeg Sudiro event. Third, to demonstrate
harmonization in GrebegSudiro events using the component element of communication in between, genre,
purpose and function of an event, setting, forms of participation, forms of messages and message content.
ABSTRAK
Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui bagaimana peristiwa Grebeg Sudiro menjadi proses
komunikasi untuk menciptakan harmonisasi antaretnis Jawa dan Tionghoa di Kelurahan Sudiroprajan
Kecamatan Jebres Kota Surakarta. Subjek dalam penelitian ini terdiri dari lima orang yang merupakan
panitia acara Grebeg Sudiro, tokoh etnis Jawa dan Tionghoa, perangkat kelurahan, pengelola Pasar Gede
dan pengelola Klenteng Tien Kok Sie.
Teknik pemilihan informannya menggunakan teknik purposive sampling, Pengumpulan data
menggunakan teknik wawancara, observasi dan dokumentasi. Teknik yang disimpulkan guna
mendapatkan validitas data yaitu menggunakan triangulasi sumber, dengan membandingkan dan
mengecek kembali derajat kepercayaan informasi yang diperoleh dengan waktu dan alat yang berbeda
dalam metode kualitatif.
Berdasarkan data yang diperoleh selama penelitian berlangsung, didapatkan beberapa kesimpulan.
Pertama, Grebeg Sudiro merupakan rangkaian acara yang diselenggarakan oleh warga Sudiroprajan untuk
menyelaraskan keberagaman dalam menciptakan harmonisasi antarwarga Jawa dan Tionghoa. Kedua,
harmonisasi antaretnis ditunjukkan melalui aktivitas komunikasi antarwarga Jawa dan Tionghoa selama
berlangsungnya proses acara Grebeg Sudiro. Ketiga, Untuk menunjukkan harmonisasi dalam peristiwa
Grebeg Sudiro unsur penyelenggara menggunakan komponen komunikasi di antaranya, genre, tujuan dan
fungsi sebuah peristiwa, setting, bentuk partisipasi, bentuk pesan dan isi pesan.
37
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
38
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Dalam skala regional, Surakarta sering keturunan Tionghoa mendapat kebebasan untuk
mengalami konflik antaretnis lokal yang cukup menjalankan berbagai macam bentuk
besar pada era 1980-an. Pada 19 November kebudayaan. Perayaan-perayaan pesta
1980 terjadi kerusuhan besar di Surakarta dan keagamaan dan adat-istiadat yang dahulu terikat
menjalar ke berbagai wilayah di Jawa Tengah. kini bisa kembali dirayakan dimana-mana.
Kerusuhan tersebut bermula dari masalah Selanjutnya pemerintah Republik Indonesia
sepele yakni serempetan siswa-siswa Sekolah mengeluarkan Surat Keputusan Menteri Agama
Guru Olahraga (SGO) sepulang sekolah dengan RI. No. 13 Tahun 2001 yang menetapkan Hari
pejalan kaki di Jalan Urip Sumoharjo. Raya Tahun Baru Imlek sebagai hari libur
Permasalahan tersebut akhirnya melebar fakulatif, yakni memperbolehkan libur bagi
menjadi kerusuhan rasial berupa pembakaran pelajar dan pegawai dari masyarakat keturunan
dan pengrusakan toko-toko milik keturunan Tionghoa yang sedang merayakan. Kemudian
Tionghoa. Dua hari kemudian kerusuhan tahun 2002, Presiden Megawati Soekarno Putri
menjalar ke wilayah lain seperti Semarang, melalui Keputusan Presiden No. 19 Tahun 2002
Purwodadi, Kudus dan Pati. menetapkan Hari Raya Tahun Baru Imlek
Pada Pemerintah Orde Baru tepatnya menjadi Hari Libur Nasional (Adriana, 2012).
tahun 1967 keluar sebuah Instruksi Presiden Pada tahun 2014 Presiden Susilo Bambang
Nomor 14 Tahun 1967 mengenai larangan Yudhoyono secara resmi mengharuskan
segala kegiatan keagamaan, kepercayaan, dan penggunaan sebutan etnis Tionghoa dalam
adat- istiadat Tionghoa dilakukan di Indonesia, semua kegiatan penyelenggaraan pemerintahan.
serta pengubahan sebutan kata Tionghoa- Hal tersebut ditetapkan dalam Keputusan
Tiongkok menjadi China. Sejak saat itu warga Presiden No. 12/2014 tentang Pencabutan Surat
keturunan Tionghoa dilarang mengekspresikan Edaran Kabinet Ampera No. 6/1967 mengenai
diri dalam berbagai aktivitas, seperti penggantian kata Tiongkok/Tionghoa menjadi
menampilkan kesenian barongsai secara Cina. Keputusan Presiden tersebut diambil
terbuka, merayakan Hari Raya Tahun Baru untuk menghindari dampak negatif dari
Imlek, dan pemakaian bahasa Mandarin. Bahkan penggunaan istilah Cina yakni diskriminasi
nama orang, toko, perusahaan, atau lainnya pun dalam hubungan sosial WNI beretnis Tionghoa.
harus menggunakan nama yang di-Indonesia- Di Surakarta terdapat pemukiman etnis
kan. Peraturan ini dilandasi oleh ketakutan Tionghoa yaitu di daerah Pasar Gede yang
berlebihan pada komunisme. termasuk dalam wilayah Sudiroprajan,
Perlakuan pada warga keturunan Kecamatan Jebres, Kota Surakarta. Menurut
Tionghoa mulai berubah setelah Orde Baru tokoh- tokoh masyarakat Sudiroprajan, wilayah
runtuh. Pada Era Reformasi Presiden Habibie tersebut pemberian Pakubuwana X pada Abad
mengeluarkan Inpres No. 26 Tahun 1998, yang ke-19 kepada etnis Tionghoa dan kemudian
menyatakan bahwa : digunakan sebagai tempat berdagang dan
1. Mengenai penghentian penggunaan istilah pemukiman, serta dibelakang atau didalamnya
pribumi dan non-pribumi dalam semua adalah wilayah perkampungan yang biasanya
perumusan dan penyelenggaraan kebijakan, digunakan sebagai wilayah pemukiman oleh
perencanaan program atau pelaksanaan etnis Tionghoa dan etnis Jawa. Dalam kehidupan
kegiatan penyelenggaraan pemerintah sehari- hari penduduk yang mempunyai
2. Memberikan perlakuan dan pelayanan yang perbedaan etnis tersebut dapat hidup
sama bagi semua WNI, tanpa perlakuan berdampingan tanpa adanya jarak rasial dan
yang beda atas dasar suku, agama, ras kawin campur atau yang disebut asimilasi sudah
maupun asal-usul. sering terjadi antara etnis Jawa dan Tionghoa.
3. Meninjau kembali dan menyelesaikan Penelitian peristiwa budaya Grebeg
seluruh peraturan perundang-undangan, Sudiro yang berlangsung di Kelurahan
kebijakan, program dan kegiatan yang Sudiroprajan Kecamatan Jebres Kota Surakarta
selama ini telah ditetapkan dan ini menggunakan pendekatan etnografi
dilaksanakan. komunikasi bertujuan untuk mendeskripsikan
Presiden Abdurrahman Wahid kebudayaan tersebut kepada khalayak.
menindaklanjuti masalah masyarakat keturunan Kebudayaan baik yang implisit maupun eksplisit
etnis Tionghoa di Indonesia dengan terungkap melalui perkataan, baik dalam
mengeluarkan Keputusan Presiden No. 6 Tahun komentar sederhana maupun dalam wawancara
2000 mengenai pencabutan Instruksi Presiden panjang. Karena bahasa merupakan alat utama
No. 4 Tahun 1967 tentang agama, kepercayaan, untuk menyebarkan kebudayaan dari satu
dan adat-istiadat. Dengan adanya keputusan generasi kepada generasi berikutnya,
Presiden Abdurrahman Wahid masyarakat kebanyakan kebudayaan dituliskan dalam
39
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
bentuk linguistik. Dalam penelitian ini, peneliti triangulasi sumber, dengan cara
akan memfokuskan secara khusus pada membandingkan data yang diperoleh melalui
pembuatan kesimpulan dari apa yang dikatakan teknik pengumpulan data yang berbeda-beda.
orang. Wawancara etnografis merupakan suatu
strategi untuk membuat orang berbicara
mengenai hal yang mereka ketahui (Spardley, HASIL DAN PEMBAHASAN
1997:11).
Kebudayaan sebagai pengetahuan yang Komunikasi Antarbudaya di Wilayah
dipelajari orang sebagai anggota dari suatu Sudiroprajan
kelompok tidak dapat diamati secara langsung. Setiap orang hidup dalam masyarakat,
Seseorang mempelajari kebudayaan dengan sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara
mengamati orang lain, mendengar mereka, dan kodrati terlibat dalam komunikasi. Terjadinya
kemudian membuat kesimpulan. Demikian komunikasi adalah sebagai konsekuensi
halnya dengan peneliti etnografi, mereka hubungan sosial (social relation). Masyarakat
melakukan proses yang sama yaitu dengan paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling
memahami hal yang dilihat dan didengarkan berhubungan satu sama lain, yang karena
untuk menyimpulkan hal yang diketahui orang. berhubungan akan menimbulkan interaksi
Perbuatan ini meliputi pemikiran atas kenyataan sosial. (Effendy, 1993: 3)
(hal yang dipahami) atau atas premis (hal yang Indonesia merupakan Negara yang
diasumsikan). Anak-anak memperoleh memiliki kemajemukan antara lain karena
kebudayaan mereka dengan cara belajar dari keberagaman ras, agama, budaya, dan golongan.
orang-orang dewasa dan membuat kesimpulan Oleh karena itu fungsi komunikasi tidak hanya
mengenai berbagai aturan budaya untuk berkisar pada masalah how communication work
bertingkah laku; dengan kemahiran bahasa, (das Sein), tetapi juga masalah yang terpenting,
proses belajar itu menjadi semakin cepat yaitu how to communicate (das Sollen dan das
(Spardley, 1997:9). Wollen). Hal tersebut dilakukan agar terjadi
Adapun tujuan penelitian ini adalah unutk perubahan sikap (attitude), pandangan
mengetahui bagaimana peristiwa Grebeg Sudiro (opinion), dan perilaku (behavior) pada
menjadi proses komunikasi untuk menciptakan komunikan (individu, kelompok atau
harmonisasi antaretnis Jawa dan Tionghoa di masyarakat keseluruhan).
Kelurahan Sudiroprajan Kecamatan Jebres Kota Budaya sebagai pemersatu mayarakat
Surakarta. majemuk. Praktik komunikasi dalam masyarakat
majemuk biasanya dilakukan antara
komunikator dengan komunikan yang berbeda
METODE latar belakang kebudayaan (Ulfania, 2013).
Konsep tentang plural society pada mulanya
Penelitian ini dilakukan untuk diperkenalkan oleh Furnival (dalam Aloliliweri,
mengetahui bagaimana peristiwa Grebeg Sudiro 2011). Menurut Furnival, ciri utama masyarakat
menjadi proses komunikasi bagi masyarakat majemuk adalah kehidupan masyarakat
Sudiroprajan untuk menciptakan harmonisasi berkelompok-kelompok yang berdampingan
antaretnis Jawa dan Tionghoa. Metode yang secara fisik, tetapi mereka terpisah- pisah
digunakan adalah kualitatif, Bogdan dan Taylor karena perbedaan sosial dan tidak tergabung
(1975) mendefinisikan metodologi kualitatif dalam sebuah unit politik. Pemisahan kelompok-
sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan kelompok masyarakat ini dapat juga disebabkan
data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau karena perbedaan agama dan kasta.
lisan dari orang dan perilaku yang diamati. Poespowardojo (dalam Aloliliweri, 2011)
Penelitian ini menggunakan dua jenis mengungkapkan, dalam masyarakat kita yang
data yaitu primer dan skunder. Teknik pluralis, baik ditinjau dari suku bangsa,
pemilihan informan di sini yaitu menggunakan golongan- golongan untuk menjawab tantangan
purposive sampling. Informan berjumlah 6 orang dan mengembangkan kemungkinan baru,
yang terdiri dari panitia Grebeg Sudiro, tokoh masalah integrasi bangsa merupakan masalah
etnis Jawa dan Tionghoa, perangkat Kelurahan besar yang perlu ditangani terus menerus.
Sudiroprajan, Pengelola Klenteng Tien Kok Sie Serupa dengan perkembangan
dan Pengelola Pasar Gede. Teknik pengumpulan komunikasi yang dibangun oleh warga
data dalam penelitian ini yaitu wawancara, Sudiroprajan. Wilayah Sudiroprajan lahir
observasi dan dokumentasi. dengan kemajemukan antaretnis, agama yang
Teknik yang disimpulkan guna kemudian menciptakan amalgamasi dan
mendapatkan validitas data yaitu menggunakan akulturasi. Akibatnya pembauran antar
40
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
keturunan Jawa dan Tionghoa lewat interaksi untuk mengakomodir partisipasi secara
sosial (pergaulan) menyebabkan banyak lebih besar dari warga Sudiroprajan.
perkawinan antaretnis di Sudiroprajan. Selain 2. Perasaan individu akan peran dalam
amalgamasi (kawin campur), dampak dari kebudayaan
perkembangan sosial budaya (akulturasi) terjadi Kebudayaan mencakup semua hal yang
dalam kegiatan seni budaya yang terdapat di dimliki bersama oleh suatu masyarakat
wilayah Sudiroprajan, seperti keterlibatan karena mencakup semua pola-pola
orang-orang Jawa dalam kesenian/ budaya kebiasaan masyarakat dalam berbagai
orang-orang Tionghoa yaitu liong barongsai, bidang, salah satunya kesenian. Kebudayaan
belajar kungfu, wayang potehi dan pembuatan akan mengajarkan individu- individu dalam
kerajinan Cina. masyarakat tentang hidup selaras dengan
alam/ lingkungan dan cara untuk
Etnografi dalam Menguraikan Masyarakat berinteraksi dengan sesama. Hal tersebut
Sudiroprajan yang ingin dicapai dari diselenggarakannya
Penelitian berbasis etnografi pada rangkaian acara Grebeg Sudiro.
dasarnya menguraikan suatu budaya Pemerintah Kelurahan Sudiroprajan
masyarakat secara menyeluruh mencakup memberi kesempatan bagi seluruh warga
semua aspek budaya, baik material maupun Sudiroprajan melalui pembentukan
yang bersifat abstrak. Tujuan utama etnografi kepanitiaan Grebeg Sudiro, untuk
komunikasi sendiri adalah menghimpun data menyalurkan ide/ gagasan/ rangkaian
deskriptif dan analisis terhadapnya tentang dalam pikiran. Sebab kepanitiaan dianggap
bagaimana makna-makna sosial dipergunakan sebagai cara paling mudah bagi tiap individu
(Kuswarno, 2008:15). Dengan tujuan tersebut mengetahui tentang peran dan tanggung
maka peneliti mencoba menggali informasi pada jawabnya pada sebuah peristiwa budaya.
masyarakat di wilayah Sudiroprajan dengan 3. Varietas (rentang jenis) perilaku yang
metode etnografi komunikasi untuk menemukan kemudian tampak
proses- proses komunikasi yang digunakan Salah satu peran dari komunikasi adalah
selama proses budaya Grebeg Sudiro. Setelah untuk menentukan dan menjelaskan
menggali data dan informasi dari beberapa identitas individu/ kelompok. Rangka
narasumber maka dapat dijelaskan tiga tema berpikir itulah yang coba dideskripsikan
kultur besar yang menjadi fokus perhatian melalui peristiwa budaya Grebeg Sudiro
etnografi menurut Kuswarno, (2008), yakni : yang diselenggarakan oleh masyarakat
1. Prinsip-Prinsip Peran dan Pengetahuan Sudiroprajan.
Individu tentang Peran Keterlibatan seluruh lapisan masyarakat di
Fokus perhatian pada etnografi komunikasi wilayah Sudiroprajan merupakan usaha dari
adalah perilaku komunikasi dalam tema para tokoh antaretnis yang mencetuskan
kebudayaan tertentu, jadi bukan acara Grebeg Sudiro dan Pemerintah
keseluruhan perilaku seperti dalam Kelurahan Sudiroprajan selaku fasilitator
etnografi. Perilaku komunikasi yang kegiatan dalam menciptakan hidup yang
dimaksud meliputi tindakan/ kegiatan harmonis tanpa ada pembedaan antaretnis,
seseorang, kelompok/ khalayak, ketika agama, dan budaya. Grebeg Sudiro juga
terlibat dalam proses budaya. Lewat bentuk upaya Pemerintah Kota Surakarta
peristiwa budaya, tiap individu/ kelompok bersama rakyatnya dalam membuat
akan mempelajari peran- perannya di dalam kesepakatan baru yakni budaya gotong
masyarakat. Sedangkan pengetahuan royong, budaya memiliki Kota Surakarta dan
individu/ kelompok mengenai peristiwa isinya, budaya merawat Kota Surakarta dan
budaya Grebeg Sudiro untuk pertama isinya, serta budaya menjaga Kota Surakarta
kalinya dikenalkan oleh Pemerintah dan isinya. Demikian yang disampaikan oleh
Kelurahan Sudiroprajan selaku fasilitator Fx. Hadi Rudyatmo selaku Walikota
dalam acara tersebut melalui pertemuan- Surakarta.
pertemuan yang diadakan di balai kelurahan
dengan dihadiri oleh beberapa elemen Etnografi Komunikasi pada Tradisi Grebeg
masyarakat Sudiroprajan. Beberapa elemen Sudiro
terdiri dari kumpulan masyarakat Etnografi komunikasi merupakan suatu
Sudiroprajan berdasarkan kelompok RT, kajian mengenai pola-pola komunikasi sebuah
RW, LPMK, paguyuban Pasar Gede dan komunitas budaya. Peneliti menggunakan
Klenteng Tien Kok Sie. Mereka memulai metode etnografi komunikasi dalam
dengan membentuk sebuah kepanitiaan mendiskripsikan tradisi Grebeg Sudiro agar
41
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
dapat mengungkap kebudayaan tersebut baik komunikasi bagian dari diskrit aktivitas
secara implisit maupun eksplisit yang komunikasi yang dicari dalam harmonisasi
diungkapkan oleh informan melalui perkataan antaretnis pada peristiwa budaya Grebeg
(komentar sederhana maupun dalam Sudiro.
wawancara panjang). Fokus kajian penelitian ini Berikut ini adalah situasi komunikasi atau
adalah untuk mengetahuai perilaku-perilaku konteks terjadinya komunikasi dalam
masyarakat dalam sebuah peristiwa budaya, penelitian mengenai peristiwa budaya
yang banyak dipengaruhi oleh aspek-aspek Grebeg Sudiro :
sosiokultural. Aspek sosiokultural diantaranya a. Awal mula terbentuknya acara Grebeg
kaidah-kaidah interaksi yang dimunculkan Sudiro merupakan tujuan bersama warga
dalam komunikasi masyarakat keseharian. Sudiroprajan untuk mengangkat nama
Interaksi tersebut mencipkatakn gaya tersendiri Kampung ke tingkat Kota, mengingat
yang dijadikan acuan dalam kebudayaan Sudiroprajan banyak memiliki potensi
mereka. yang dapat diunggulkan, diantaranya
Etnografi komunikasi pada Grebeg Sudiro meliputi aspek sosial, ekonomi dan
menguraikan secara deskriptif sebuah peristiwa budaya. Ide kreatif itu didapatkan saat
budaya meliputi, sejarah diselenggarakan acara sedang kumpul guyon mathon (bercanda
tersebut, pengertian Grebeg Sudiro dari berbagai gurau) di wedangan (tempat makan
sumber, unsur masyarakat yang terlibat, proses tradisional Jawa).
komunikasi dalam pelaksanaan, dan simbol- b. Pada saat proses acara Grebeg Sudiro
simbol harmonisasi yang ditunjukkan saat acara berlangsung, kepanitiaan dibentuk tidak
berlangsung. berdasarkan etnis atau agama yang
bersangkutan (terutama Tionghoa),
Aktivitas Komunikasi dalam Pelaksanaan mengingat acara tersebut berdekatan
Grebeg Sudiro dengan Perayaan Hari Raya Tahun Baru
Aktivitas komunikasi menurut etnografi Imlek. Seluruh warga Sudiroprajan
komunikasi tidak bergantung pada adanya berkesempatan untuk menyalurkan ide/
pesan, komunikator, komunikan, media, efek, gagasan dalam organisasi kepanitiaan
dan lain-lain. Namun aktivitas komunikasi yang tidak dibatasi dari latar blakang
merupakan aktivitas yang khas dan kompleks, agama, etnis dan budayanya.
yang di dalamnya terdapat peristiwa-peristiwa c. Beberapa rangkaian acara yang telah
yang melibatkan tindak-tindak komunikasi disusun oleh panitia dibuat sekreatif
tertentu dan dalam konteks komunikasi yang mungkin untuk menggambarkan kondisi
tertentu pula. Kekhasan dalam aktivitas Sudiroprajan yang hidup harmonis
komunikasi inilah yang dapat mempengaruhi dalam balutan antaretnis, agama dan
aspek sosiokultural partisipasi komunikasi budaya yang berbeda. Sehingga secara
(Kuswarno: 2008: 42). maksimal masyarakat luar yang
Atas dasar kepentingan bersama warga menyaksikan dapat menerima pesan-
Sudiroprajan mengadakan acara Grebeg Sudiro. pesan dari sebuah peristiwa budaya
Aktivitas masyarakat Sudiroprajan yang sangat Grebeg Sudiro tersebut, diantaranya
khas dan kompleks, yakni berupa harmonisasi melalui lomba lampion untuk SMA dan
antaretnis dan akulturasi budaya masyarakat, SMK se-Kota Surakarta, Umbul Donga
muncul dalam beberapa rangkaian Grebeg Karaharyon dan karnaval budaya Grebeg
Sudiro. Proses interaksi itu masuk dalam diskrit- Sudiro.
diskrit aktivitas komunikasi yang dijelaskan oleh 2. Peristiwa Komunikatif
Hymes (1977: 4) : Peristiwa komunikastif atau keseluruhan
1. Situasi Komunikasi atau Konteks perangkat komponen yang utuh dimulai
Terjadinya Komunikasi dengan tujuan umum komunikasi, topik
Kebudayaam merupakan sebuah umum yang sama, dan melibatkan partisipasi
pengetahuan yang didapat dengan yang sama, mempertahankan tone yang
mengamati, mendengar, kemudian membuat sama, dan kaidah- kaidah yang sama untuk
kesimpulan. Untuk mempelajari sebuah interaksi, dalam setting yang sama. Sebuah
kebudayaan seseorang harus brkomunikasi. peristiwa komunikastif dinyatakan berakhir,
Hal tersebut membuat budaya dan ketika terjadi perubahan partisipan, adanya
komunikasi tidak memiliki batasan, seperti periode hening, atau perubahan posisi tubuh.
yang dinyatakan Hall (1977), “Budaya adalah Grebeg Sudiro merupakan proses budaya
komunikasi dan komunikasi adalah budaya.” yang melibatkan beberapa unsur masyarakat
Situasi komunikasi atau konteks terjadinya di Sudiroprajan. Sesuai penjelasan di atas
42
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
tadi, maka peristiwa komunikatif yang ada Festifal Gethek yang diselenggarakan di
dalam rangkaian acara Grebeg Sudiro antara Bengawan Solo oleh Pemerintah Kota
lain : Surakarta, beberapa warga Sudiroprajan
a. Adanya tujuan untuk mengangkat nama turut serta dalam perlombaan tersebut.
Sudiroprajan melalui peristiwa budaya 4. Komponen Komunikasi dalam Acara
dengan mengusung tema keharmonisan Grebeg Sudiro
antaretnis yang ada di wilayah tersebut. Komponen komunikasi mendapat tempat
b. Agar tujuan tersebut dapat yang paling penting dalam etnografi
terlaksanakan dengan baik, maka komunikasi (Kuswarno, 2008). Selain itu
beberapa elemen masyarakat melalui komponen komunikasilah sebuah
dikumpulkan oleh Pemerintah Kelurahan peristiwa komunikasi dapat diketahui.
Sudiroprajan. Dalam hal ini Pemerintah Komponen komunikasi yang ditemukan
Kelurahan Sudiroprajan berperan dalam penelitian ini diantaranya :
sebagai fasilitator menggandeng a. Genre atau tipe peristiwa komunikatif
perkumpulan warga Sudiroprajan yang Genre/ tipe peristiwa komunikatif
tergabung dalam kelompok RT, RW, merupakan sebuah gaya yang digunakan
LPMK, Klenteng Tien Kok Sie dan dalam peristiwa komunikasi. Genre yang
paguyuban Pasar Gede. digunakan tidak selalu sama, tergantung
c. Grebeg Sudiro yang pada awalnya jenis peristiwa dan tujuan dari acara
diselenggarakan secara sederhana oleh tersebut. Pada peristiwa budaya Grebeg
warga Sudiroprajan dengan Sudiro masyarakat yang terlibat di
mengandalkan bantuan swadaya dari dalamnya memilikisebuah genre,
masyarakatnya, kini telah menjadi terutama dari segi bahasa.
agenda Kota Surakarta yang tiap tahun Dalam pertemuan (rapat) kepanitiaan
digelar dengan sangat meriah. Grebeg Sudiro salam yang digunakan
Pelaksanaan Grebeg Sudiro yang bersifat nasional seperti, “Selamat Pagi,”
dilaksanakan menjelang perayaan Hari “Selamat Malam,” atau “Salam Budaya.”
Raya Tahun Baru Imlek mendapat Hal tersebut dilakukan untuk
dukungan dari Pemerintah Kota. Grebeg menghindari pemberatan sebuah agama,
Sudiro telah menjadi simbol etnis atau bahasa tertentu. Gaya lain dari
keharmonisan keberagaman masyarakat peristiwa komunikasi muncul dari salah
dengan latar belakang suku, agama dan satu rangkaian acara Grebeg Sudiro. Pada
budaya yang berbeda di Kota Surakarta. acara sedekah bumi atau Umbul Donga
3. Tindakan Komunikatif Karaharyon proses pembacaan doa
Tindakan komunikatif adalah fungsi interaksi dilakukan oleh salah satu pemimpin
tunggal, seperti pernyataan, permohonan, agama yang tiap tahun selalu berganti.
perintah ataupun perilaku non-vebal. Tindak Pada tahun 2014, pemimpin agama yang
komunikatif merupakan feedback dari mendapat giliran untuk membacakan
peristiwa komunikasi yang berlangsung. doa adalah umat Koghucu yang saat itu
Pada peristiwa komunikasi dalam Grebeg juga didampingi oleh pemimpin agama
Sudiro tindak komunikatif yang mungkin lain.
terjadi antara lain : b. Setting
a. Warga Surakarta yang hadir dalam Setting merupakan bagian dari
rangkaian acara Grebeg Sudiro komponen komunikasi yang kajiannya
mendapatkan pengetahuan mengenai meliputi lokasi, waktu dan aspek fisik
keberagaman masyarakat Sudiroprajan lainnya. Setelah dilakukan penelitian
baik dari segi etnis, agama, dan budaya. pada peristiwa komunikasi Grebeg
b. Peristiwa budaya Grebeg Sudiro dapat Sudiro, setting yang mencerminkan
meningkatkan sektor pariwisata karena harmonisasi antaretnis dapat dilihat
kini menjadi agenda tahunan Kota dari;
Surakarta. 1) Lokasi
c. Timbul kebersamaan antarwarga Lokasi yang dipilih untuk acara
Sudiroprajan bahkan ketika acara Grebeg Umbul Donga Karaharyon yang
Sudiro berakhir. merupakan rangkaian kegiatan dari
d. Muncul partisipan pada kegiatan budaya Grebeg Sudiro adalah Bok Teko.
yang diselenggarakan oleh lingkungan Dalam sejarahnya Bok Teko
sekitar, baik di wilayah Sudiroprajan merupakan lokasi jatuhnya tutup
maupun Kota Surakarta. Misalnya pada teko Raja saat sedang menikmati
43
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
44
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
dan hal- hal seperti ruang lingkup Pancasila sebagai lambang dasar
(tempat, waktu dan sikap diam). Negara Kesatuan Republik Indonesia
Beberapa bentuk pesan yang yang pada tahun 2014 menjadi tema
dimunculkan dalam keseluruhan kegiatan Grebeg Sudiro, yakni
rangkaian acara Grebeg Sudiro “Melukis Indonesia ber-Bhineka
dikategorikan menjadi pesan verbal dan Tunggal Eka.”
non- verbal. Bentuk pesan verbal tentang
harmonisasi yang ada pada peristiwa
budaya Grebeg Sudiro adalah sikap SIMPULAN
Pemerintah Kelurahan Sudiroprajan
yang menggandeng Pasar Gede dan Grebeg Sudiro merupakan rangkaian
Klenteng Tien Kok Sie dalam membentuk acara yang diselenggarakan oleh warga
kepanitiaan Grbeg Sudiro. Selebihnya Sudiroprajan untuk menyelaraskan
bentuk perilaku non-verbal yang banyak keberagaman dalam menciptakan harmonisasi
dimunculkan dalam acara Grebeg Sudiro, antarwarga Jawa dan Tionghoa.
di antaranya : Melalui pengamatan etnografi
1) Lomba lampion untuk SMU dan SMK komunikasi, harmonisasi antaretnis ditunjukkan
se-Kota Surakarta melalui aktivitas komunikasi antarwarga Jawa
Konotasi lampion sangat identik dan Tionghoa selama berlangsungnya proses
dengan etnis Tionghoa, dan acara Grebeg Sudiro. Mereka menemukan
kebanyakan didominasi warna kesamaan tujuan dalam peristiwa budaya ini,
merah sebagai lambang kebahagiaan yaitu menunjukkan kepada warga Surakarta
yang akan menghiasi dan menerangi. tentang kerukunan antarwarga Sudiroprajan,
Lomba lampion dalam rangkaian serta mencoba untuk mengangkat potensi
acara Grebeg Sudiro ini dibuka untuk wilayahnya dari segi sosial, budaya dan
seluruh siswa- siswi SMA dan SMK ekonomi.
se-Kota Surakarta. Pelaksanaannya Untuk menunjukkan harmonisasi dalam
dilakukan pada 12 Januari 2014 dan peristiwa Grebeg Sudiro unsur penyelenggara
diikuti kurang lebih 60 peserta. menggunakan komponen komunikasi di
2) Umbul Donga Karaharyon antaranya genre atau peristiwa komunikatif
Inti dari acara ini adalah sedekah berupa salam yang digunakan dalam tiap
bumi sebagai rasa syukur pertemuan antaretnis dan pembacaan doa pada
masyarakat Sudiroprajan atas rejeki acara Umbul Donga Karaharyon (sedekah bumi)
yang telah didapat selama setahun. yang merupakan salah satu rangkaian acara dari
Acara ini diselenggarakan di Bok Grebeg Sudiro, tujuan dan fungsi dari sebuah
Teko, salah satu metafak dan peristiwa yakni meningkatkan kebersamaan dan
sosiafak yang dipercayai masyarakat sinergisitas masyarakat di wilayah Sudiroprajan,
pribumi (Jawa). Event ini diisi oleh setting yang digunakan dan bentuk partisipasi
kirab gunungan dan doa serta bentuk pesan dan isi pesan secara verbal
keselamatan bangsa yang dibawakan atau non-verbal dalam keseluruhan rangkaian
oleh salah satu pemimpin agama dan acara Grebeg Sudiro mengenai harmonisasi
turut didampingi oleh pemimpin antaretnis.
agama yang lainnya.
3) Karnaval Budaya Grebeg Sudiro
Karnaval budayamerupakan puncak DAFTAR PUSTAKA
dari rangkaian acara Grebeg Sudiro
yang diselenggarakan oleh warga Adriana, Tissania Clarasati. 2012. TRADISI
Sudiroprajan. Pesan yang signifikan GREBEG SUDIRO DI SUDIROPRAJAN
tentang harmonsasi disampaikan (Akulturasi Kebudayaan Tionghoa dengan
melalui atraksi budaya Jawa dan Kebudayaan Jawa). Skripsi. Fakultas
Tionghoa, di antaranya; Keguruan dan Ilmu Pendidikan
pertunjukkan barongsai/liong, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
jodang/gunungan kuliner (bakpao, Bogdan, R and S.J Taylor. 1975. Introduction to
bakpia, kue keranjang), jaranan, reog Qualitative Research Method, a
dsb. Ada pula miniatur Klenteng Tien Phenomenological Approach to The Social
Kok Sie, miniatur Panggung Sangga Science. New York: John Willey and Sons.
Buwana (menara tertinggi yang ada
di Keraton Surakarta), serta miniatur
45
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Bungin, Burhan. 2001. MetodePenelitianSosial: Mulyana, Deddy. 2005. Ilmu Komunikasi: Suatu
Format-format Kuantitatif&Kualitatif. Pengantar. Bandung: PT
Airlangga University Press. RemajaRosdakary.
Kuswarno, Engkus. 2008. Spradley, James. 1997. MetodeEtnografi,
MetodePenelitianKomunikasi: penerjemah: MisbahZulfa Elisabeth.
EtnografiKomunikasi. Bandung: Yogyakarta: Tiara Wacana.
WidyaPadjajaran. Sugiyono. 2007. Metode Etnografi, penerjemah:
Moleong, Lexy J. 2004. Metodologi Penelitian Misbah Zulfa Elisabeth. Yogyakarta:
Kualitatif. Bandung: PT Alfabeta.
RemajaRosdakarya.
46
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
1. Program Studi Diploma IV Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar Bali
2. Program Studi Destinasi Pariwisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar Bali
3. Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar Bali
E-mail : arismayanti_pariwisata@yahoo.co.id
ABSTRACT
Bangli Regency is one of regencies in Bali which has great tourism potential to be developed, in terms
of natural beauty and culture of the art that has been rooted in the community based on the philosophy of
Hinduism. One of the tourist villages in Bangli regency which has the attraction is the Village People
Penglipuran culture. This village is a traditional village that is able to defend themselves with customs and
culture. Penglipuran an ancient village which has characteristics such as social institutions such as the
people of Bali Aga does not recognize the existence of caste. Because of the unique culture Bangli regency
administration set Penglipuran village as tourism village since 1993. Since then the village was listed as one
of the Tourism Village in Bali by offering a beautiful rustic charm.
The research method used, among others, the quantitative and qualitative data types, primary and
secondary data sources, using the research instrument guide interviews and observations and questionnaires.
Data collected by observation, in-depth interviews, questionnaires, literature studies, and technical
documentation. Data were analyzed by using IFAS and EFAS, SWOT analysis, prepared strategies and
programs of community-based rural tourism development.
Internal factors and external can be grouped into the analysis of Strengths, Weaknesses,
Opportunities, and Threats (SWOT), among others: the beauty of a traditional house building uniform; their
temples and monuments; craft making loose-cem cem and webbing; their bamboo forest provider woven
craft materials; unique culture and history; still beautiful nature supported by the cool air and the
friendliness of its people; unique culinary culture Penglipuran Village People; located on the tourist track and
distance village people Penglipuran with tourism centers Gianyar, Kuta, Sanur and Nusa Dua; Penglipuran
located in Gianyar tourism track, Kintamani, Tabanan. Facilities and adequate road infrastructure; an area
that is wide enough for the development of rural community-based tourism; Hindu society which accepts the
development of tourism, culture of mutual help in the traditional village Penglipuran, as well as public
attitudes towards tourist arrivals; availability manager tourist attraction. The factors weakness Penglipuran
Village development, among others: Human Resources in Rural Indigenous Penglipuran; The number of
restaurants are limited to meet the demand of tourists; Homes of local residents who had to be a place to stay
for tourists; Lack of information about the culture, history and attractions to tourists; and the absence of
local guides who provide information to travelers bias, both in Indonesian and English study. Based on the
SWOT analysis matrix produced four strategies in community-based rural tourism development in the Village
People Penglipuran, include: Strategy creation of community-based tourism products; Strategy development
of village-based travel package tours; Strategy creation of institutional and human resources professionals in
the development of tourism village Penglipuran; Strengthening branding strategy and improving the quality
of local human resources.
47
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
48
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
mengenal adanya kasta. Secara fisik sekilas Desa kelemahan serta faktor-faktor eksternal berupa
Penglipuran sekilas tidak tampak beda dengan peluang dan ancaman dari Desa Adat
desa lain disekitarnya, akan tetapi secara Penglipuran untuk bisa dipakai pedoman dalam
historis masyarakat ini berasal dari Desa Bayung merumuskan strategi dan program
Gede di Kintamani. Karena keunikan budayanya pengembangan desa wisata berbasis
Pemerintah Daerah Kabupaten Bangli masyarakat, sehingga dapat meningkatkan
menetapkan Desa Penglipuran sebagai Desa jumlah kunjungan wisatawan, memberdayakan
Wisata sejak tahun 1993. Sejak itu desa ini masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan
tercantum sebagai salah satu Desa Wisata di Bali masyarakat itu sendiri.
dengan menawarkan pesona pedesaan yang asri. Berdasarkan dari perumusan masalah,
Warga Desa Penglipuran terdiri dari 76 adapun tujuan penelitian ini sebagai berikut:
warga/pekarangan, yang jumlahnya itu 1. Untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan
dipertahankan terus sampai sekarang. Dengan dari faktor internal serta peluang dan
sistem Ulu Apadnya Desa Penglipuran berbeda ancaman dari faktor eksternal
dengan desa-desa lainnya di Bali. pengembangan desa wisata berbasis
Desa dengan luas wilayah kurang lebih masyarakat di Desa Adat Penglipuran
112 Ha, dengan batas wilayah: Desa Adat Kubu Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.
disebelah timur, disebelah selatan Desa Adat 2. Untuk menganalisis strategi dan program
Gunaksa, dan disebelah barat Tukad Sang-sang, pengembangan desa wisata berbasis
sedangkan disebelah utara Desa Adat Kayang. masyarakat di Desa Adat Penglipuran
Desa Adat Penglipuran terletak pada ketinggian Kecamatan Bangli, Kabupaten Bangli.
700 meter diatas permukaan air laut, terletak
pada jalur wisata Kintamani, sejauh 5 KM dari
pusat Kota Bangli, dan 45 KM dari pusat Kota TINJAUAN PUSTAKA
Denpasar.
Sebagai Desa Wisata yang sangat Konsep Pariwisata Budaya
potensial dalam deversifikasi produk yang telah Pariwisata yang dikembangkan di Bali
ada, Desa Penglipuran sudah sepatutnya untuk adalah konsep Pariwisata Budaya. Peraturan
diperhatikan mengenai kelestarian dan Daerah Bali Nomor 3 Tahun 1974 menyebutkan
keberlanjutannya. Suatu kenyataan bahwa bahwa yang dimaksud dengan Pariwisata
program pembangunan apapun, Budaya adalah salah satu jenis pariwisata yang
keberlanjutannya sangat ditentukan oleh dalam pengembangannya ditunjang oleh faktor
masyarakat pendukungnya. Ini berarti partisifasi kebudayaan. Kebudayaan yang dimaksud adalah
aktif masyarakatnya mutlak diperlukan. Upaya kebudayaan Bali yang dijiwai oleh Agama Hindu.
pengembangan Desa Adat Penglipuran perlu Menurut Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun
dilakukan dengan memanfaatkan potensi alam 1991 yang merupakan penyempurnaan dari
dan budaya serta membenahi kekurangan- Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 1974,
kekurangan yang ada serta memanfaatkan menyebutkan bahwa Pariwisata Budaya adalah
berbagai peluang untuk mengatasi berbagai jenis pariwisata yang perkembangan dan
kelemahan. Terlebih masyarakat Desa Adat pengembangannya menggunakan Kebudayaan
Penglipuran sangat mengharapkan desanya bisa Daerah Bali yang dijiwai oleh Agama Hindu yang
dikembangkan sebagai desa wisata berbasis merupakan bagian dari Kebudayaan Nasional
masyarakat, sehingga mereka bisa ikut berperan sebagai potensi dasar yang paling dominan, yang
aktif di dalamnya dan dapat meningkatkan didalamnya tersirat satu cita-cita akan adanya
kesejahteraannya (Arismayanti dkk, 2013). hubungan timbal balik antara pariwisata dan
Selama ini masyarakat Desa Adat Penglipuran kebudayaan, sehingga keduanya meningkat
belum banyak terlibat dalam aktivitas secara serasi, selaras dan seimbang.
kepariwisataan di desanya, ini disebabkan Kebijaksanan pembangunan yang
karena potensi desa belum tergarap secara berkesinambungan berarti pembangunan yang
maksimal, keterbatasan kesempatan masyarakat terkendali yang mempertimbangkan generasi
untuk ikut serta dalam pembangunan pariwisata yang lalu dan generasi yang akan datang dan
dan kurang tergalinya kreatifitas dengan bukan pembangunan yang menghentikan
berkembangnya kegiatan pariwisata di desa perkembangan lebih lanjut dalam masyarakat,
tersebut. bukan pula semacam konservatisme budaya.
Bersadarkan permasalahan tersebut, Mempertimbangkan pariwisata budaya
sehingga sangat perlu dikaji mengenai potensi dari sudut pandang pembangunan yang
yang ada di Desa Adat Penglipuran, dilihat dari berkesinambungan, ada tiga unsur kunci yang
faktor-faktor internal berupa kekuatan dan harus diperhatikan, yaitu kualitas pengalaman
49
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
yang diperoleh wisatawan, kualitas sumber daya sahih secara ilmiah tetapi tetap menarik. Hal ini
yang dipasarkan, dan kualitas kehidupan membutuhkan pelatihan terhadap pemandu
manusia/masyarakat di sekitar yang wisata, dan pendidikan profesional mengenai
mempunyai sumber daya. Ketiga unsur kunci cara pengelolaan situs dan akar budaya, baik
dan hubungan timbal balik yang konstruktif mengenai pengelolaan arus pengunjung maupun
antara ketiga unsur tersebut mencerminkan mengenai perlindungan/pelestarian situs.
filsafat Pariwisata Budaya yang Dengan demikian kekuatan ekonomis atraksi
berkesinambungan. warisan budaya dapat ditingkatkan, sehingga
Kualitas pengalaman tak mungkin ada menjadi bermanfaat baik bagi yang hidupnya
tanpa adanya pemeliharaan dan peningkatan tergantung pada warisan itu dan bagi mereka
kualitas sumber daya dan kualitas kehidupan. yang mengunjunginya (Spillane, 2003:11).
Apabila kualitas kehidupan dan kualitas sumber
daya terganggu oleh suatu bentuk pembangunan Konsep, Faedah, dan Kriteria Desa Wisata
yang tidak sesuai, maka kualitas pengalaman Berkembangnya sektor pariwisata
juga akan ikut terganggu. diharapkan dapat meminimalisir kantong-
Kualitas sumber daya tergantung pada kantong kemiskinan terutama di daerah yang
cara menggunakan untuk manfaat ekonomis. potensial untuk dijadikan kawasan wisata.
Warisan budaya yang tidak dimanfaatkan, tidak Masyarakat seharusnya merasakan efek
ada dorongan untuk menanamkan investasi pariwisata dalam kesehariannya dan sadar
dalam bentuk pelestarian. Kualitas sumber daya bahwa pariwisata bukan hanya milik segelintir
termasuk kualitas komunitas dan lingkungan di orang. Putra (2008) menyatakan desa wisata
sekitar monumen. Komunitas itu perlu pada dasarnya mempunyai dua komponen
dilibatkan secara langsung maupun tidak dasar, yaitu akomodasi dan atraksi. Dalam
langsung, dalam proses restorasi dan konsep ini, akomodasi diartikan sebagai tempat
pelestarian. Proses harus dikelola dengan suatu tinggal penduduk yang disewakan kepada
manajemen sedemikian rupa agar keterlibatan wisatawan dan selanjutnya atraksi merupakan
komunitas menjadi suatu kekuatan positif dalam wujud keseharian penduduk desa serta setting
melestarikan kualitas aset budaya. fisik desa yang unik. Desa wisata adalah suatu
Kualitas kehidupan harus ditingkatkan bentuk integrasi antara atraksi, akomodasi dan
oleh Pengembangan Pariwisata budaya. Dalam fasilitas pendukung yang disajikan dalam suatu
Pengembangan Pariwisata Budaya, masyarakat struktur kehidupan masyarakat yang menyatu
setempat harus mendapat manfaat ekonomis, dengan tata cara dan tradisi yang berlaku
baik dalam bentuk lapangan kerja maupun (Nuryanti, 1993).
perdagangan. Peningkatan infrastruktur yang Sedangkan Inskeep (1995) menyatakan
telah ada juga harus memberikan manfaat desa wisata merupakan jenis pariwisata dimana
kepada masyarakat setempat, dan sekelompok kecil wisatawan tinggal dalam atau
Pengembangan Pariwisata Budaya dapat dekat dengan suasana tradisional, sering di
memberikan dorongan untuk pendidikan dan desa-desa yang terpencil dan belajar tentang
pelatihan. Peningkatan mutu ketrampilan, kehidupan pedesaan dan lingkungan setempat.
kesenian dan kerajinan setempat merupakan Bercermin kepada pola konsumsi wisatawaan
manfaat bagi wisatawan maupun masyarakat terutama mancanegara, maka dewasa ini banyak
setempat. bermunculan wisatawan minat khusus yang
Berdasarkan konsep tersebut, sasaran orientasinya tidak lagi terbelenggu oleh
pariwisata budaya adalah kesinambungan keindahan alam semata, tetapi lebih kepada
antara masa lampau dengan masa depan. Dalam suatu interaksi baik terhadap budaya,
usaha ini perlu dihasilkan suatu perlindungan masyarakat maupun alam setempat. Efektivitas
dan pengalaman yang lebih baik bagi para dan wujud dari interaksi yang maksimal dapat
pengunjung, dan peningkatan kondisi sosial direalisasikan melalui keunikan suatu kawasan.
ekonomi masyarakat setempat. Pengalaman Terutama jika dikawasan tersebut ditemui hal-
menunjukkan bahwa semakin baik pengalaman hal yang tidak lazim dan berbeda dari
yang diperoleh pengunjung dan semakin baik keseharian wisatawan tersebut. Keunikan
kondisi kehidupan masyarakat di sekitar tersebut dapat tertuang dalam suatu bentuk
monumen, maka semakin kecil kemungkinan kebiasaan, aktivitas sehari-hari, ritual, serta pola
kerusakan warisan budaya. hidup yang harmonis dengan alam.
Untuk mencapai hal tersebut, perlu Berlandaskan semangat untuk
investasi pelayanan dan fasilitas khusus untuk meningkatkan taraf kehidupan masyarakat serta
para pengunjung. Pengunjung perlu di didik menyikapi keinginan wisatawan untuk mencari
melalui suatu interpretasi yang sesuai,yang sesuatu hal yang baru, maka konsep desa wisata
50
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
merupakan salah satu sarana untuk menyatukan desa, arsitektur tradisional, latar belakang
kedua elemen tersebut. Terpeliharanya nilai sejarah, pembuatan kartu pos dan sebagainya. 2)
nilai tradisional di suatu desa merupakan salah Interaksi setengah langsung, bentuk-bentuk one
satu daya tarik bagi wisatawan untuk tidak day trip yang dilakukan oleh wisatawan,
hanya berkunjung, namun juga tinggal dalam kegiatan-kegiatan meliputi makan dan
jangka waktu yang cukup lama di desa tersebut. berkegiatan bersama penduduk dan kemudian
Tidak diragukan lagi hal ini akan menunjang wisatawan dapat kembali ke tempat
proses take and give dari sisi budaya dan akomodasinya. Prinsip model tipe ini adalah
ekonomi (Putra, 2008). bahwa wisatawan hanya singgah dan tidak
Pengembangan konsep desa wisata dinilai tinggal bersama dengan penduduk. 3) Interaksi
sangat efektif dalam rangka mengenalkan serta langsung, model ini dimungkinkan wisatawan
memberi peluang sebesar-besarnya kepada untuk tinggal/bermalam dalam akomodasi yang
masyarakat pedesaan untuk memahami esensi dimiliki oleh desa tersebut. Dampak yang terjadi
dunia pariwisata serta menikmati hasil dari dapat dikontrol dengan berbagai pertimbangan,
kepariwisataan tersebut. Bagi daerah-daerah yaitu daya dukung dan potensi masyarakat
yang memiliki karakteristik dan keunikan, setempat. Alternatif lain dari model ini adalah
terutama di keseharian masyarakat desa maka penggabungan dari model pertama dan kedua.
pengembangan konsep ini sangat Sedangkan pendekatan fisik pengembangan,
direkomendasikan. Ada tiga keuntungan yang merupakan solusi yang umum dalam
utama dalam pengaplikasian konsep ini pada mengembangkan sebuah desa melalui sektor
suatu daerah yaitu: Pertama, dengan adanya pariwisata dengan menggunakan standar-
desa wisata, maka pengelola harus menggali dan standar khusus dalam mengontrol
mempertahankan nilai-nilai adat budaya yang perkembangan dan menerapkan aktivitas
telah berlangsung selama puluhan tahun di desa konservasi, diantaranya adalah :
tersebut. Lestarinya nilai-nilai budaya 1. Mengonservasi sejumlah rumah yang
merupakan daya tarik utama bagi wisatawan. memiliki nilai budaya dan arsitektur yang
Suatu desa tidak akan menarik jika tidak tinggi dan mengubah fungsi rumah tinggal
memiliki budaya, adat istiadat yang unik serta menjadi sebuah museum desa untuk
way of living yang eksotis. menghasilkan biaya untuk perawatan dari
Kedua, dengan konsep ini maka secara rumah tersebut. Contoh pendekatan dari
otomatis masyarakat desa yang notabene tipe pengembangan model ini adalah Desa
memiliki kemampuan ekonomi yang kurang, Wisata di Koanara, Flores. Desa wisata yang
dapat berperan aktif dalam kelangsungan desa terletak di daerah wisata Gunung Kelimutu
wisata. Dengan kata lain, timbul lahan-lahan ini mempunyai aset wisata budaya berupa
pekerjaan baru serta pemberdayaan masyarakat rumah-rumah tinggal yang memiliki
desa akan semakin lebih intensif. Akhir dari arsitektur yang khas. Dalam rangka
konsep ini tentu saja agar peningkatan taraf mengkonservasi dan mempertahankan
hidup dan perekonomian masyarakat akan lebih rumah-rumah tersebut, penduduk desa
termaksimalkan. Ketiga, masyarakat desa menempuh cara memuseumkan rumah
dituntut untuk lebih bersahabat dengan alam tinggal penduduk yang masih ditinggali.
sekitar. Lingkungan yang asri, pohon-pohon Untuk mewadahi kegiatan wisata di daerah
yang rindang serta terawat adalah salah satu tersebut dibangun juga sarana wisata untuk
komponen daya tarik desa wisata (Putra, 2008). wisatawan yang akan mendaki Gunung
Pengembangan dari desa wisata harus Kelimutu dengan fasilitas berstandar resort
direncanakan secara hati-hati, agar dampak minimum dan kegiatan budaya lain.
yang timbul dapat dikontrol. Berdasarkan dari 2. Mengonservasi keseluruhan desa dan
penelitian dan studi-studi dari UNDP/WTO dan menyediakan lahan baru untuk menampung
beberapa konsultan Indonesia, dicapai dua perkembangan penduduk desa tersebut dan
pendekatan dalam menyusun rangka sekaligus mengembangkan lahan tersebut
kerja/konsep kerja dari pengembangan sebuah sebagai area pariwisata dengan fasilitas-
desa menjadi desa wisata yaitu pendekatan fasilitas wisata. Contoh pendekatan
pasar dan pendekatan fisik pengembangan. pengembangan desa wisata jenis ini adalah
Pendekatan pasar meliputi: 1) Interaksi tidak Desa Wisata Sade, di Lombok.
langsung, model pengembangan didekati dengan 3. Mengembangkan bentuk-bentuk akomodasi
cara bahwa desa mendapat manfaat tanpa di dalam wilayah desa tersebut yang
interaksi langsung dengan wisatawan. Bentuk dioperasikan oleh penduduk desa tersebut
kegiatan yang terjadi semisal: penulisan buku- sebagai industri skala kecil. Contoh dari
buku tentang desa yang berkembang, kehidupan bentuk pengembangan ini adalah Desa
51
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
wisata Wolotopo di Flores. Aset wisata di kombinasi antara penggunaan sumber daya dan
daerah ini sangat beragam antara lain: social capital yang ada dengan aktivitas yang
kerajinan tenun ikat, tarian adat, rumah- dilakukan masyarakat terhadap penggunaan
rumah tradisional dan pemandangan ke sumber daya tersebut. Penggunaan sumber daya
arah laut. Wisata di daerah ini ini seyogyanya bersifat berkelanjutan, sehingga
dikembangkan dengan membangun sebuah dapat digunakan saat ini maupun untuk masa
perkampungan skala kecil di dalam yang akan datang. Pemberdayaan masyarakat
lingkungan Desa Wolotopo yang menghadap dipengaruhi oleh partisipasi masyarakat.
ke laut dengan atraksi-atraksi budaya yang Partisipasi disini meliputi keikutsertaan
unik. Fasilitas-fasilitas wisata ini dikelola stakeholders kunci di dalam proses perencanaan
sendiri oleh penduduk desa setempat. dan pembuat keputusan. Partisipasi disini dapat
Fasilitas wisata berupa akomodasi bagi berupa partisipasi aktif (seperti pemberian
wisatawan, restoran, kolam renang, informasi atau konsultasi) sampai partisipasi
peragaan tenun ikat, plaza, kebun dan aktif (seperti bergabung dalam pengambilan
dermaga perahu boat. keputusan serta bergabung dalam manajemen
pemberdayaan masyarakat).
Kriteria Desa Wisata www.propoortourism.org.uk.
Daerah pedesaan dapat dikembangkan Pitana (2006: 137) menyatakan bahwa
sebagai desa wisata apabila memenuhi beberapa untuk dapat meningkatkan partisipasi
kriteria diantaranya adalah masyarakat, maka sangat diperlukan program-
(http://id.wikipedia.org/wiki/Desa_wisata) : program pembangunan atau inovasi-inovasi
1. Atraksi wisata; yaitu semua yang mencakup yang dikembangkan mengandung unsur-unsur :
alam, budaya dan hasil ciptaan manusia. 1. Memberikan keuntungan secara relative,
Atraksi yang dipilih adalah yang paling terjangkau secara ekonomi dan ekonomis
menarik dan atraktif di desa. dianggap biaya yang dikeluarkan lebih kecil
2. Jarak Tempuh; adalah jarak tempuh dari dari hasil yang diperoleh (relative
kawasan wisata terutama tempat tinggal advantage);
wisatawan dan juga jarak tempuh dari 2. Unsur-unsur dari inovasi dianggap tidak
ibukota provinsi dan jarak dari ibukota bertentangan dengan nilai-nilai dan
kabupaten. kepercayaan setempat (compatibility);
3. Besaran Desa; menyangkut masalah- 3. Gagasan baru dan praktek baru yang
masalah jumlah rumah, jumlah penduduk, dikomunikasikan dapat dengan mudah
karakteristik dan luas wilayah desa. Kriteria dipahami dan dipraktekkan (complexity and
ini berkaitan dengan daya dukung practicability); dan
kepariwisataan pada suatu desa. 4. Unsur inovasi tersebut mudah diobservasi
4. Sistem Kepercayaan dan kemasyarakatan; hasilnya lewat demonstrasi atau praktek
merupakan aspek penting mengingat peragaan (observability).
adanya aturan-aturan yang khusus pada Woodly (1993 dalam Pitana 2006)
komunitas sebuah desa. Perlu dengan tegas menyatakan bahwa “Local people
dipertimbangkan adalah agama yang participation is a prerequisite for sustainable
menjadi mayoritas dan sistem tourism”. Dalam konsep pemberdayaan, ada tiga
kemasyarakatan yang ada. komponen yang harus ada, yaitu :
5. Ketersediaan infrastruktur; meliputi fasilitas 1. Enabling setting, yaitu memperkuat situasi
dan pelayanan transportasi, fasilitas listrik, kondisi di tingkat lokal menjadi baik,
air bersih, drainase, telepon dan sebagainya. sehingga masyarakat lokal bisa
Masing-masing kriteria digunakan untuk berkreativitas. Ibaratnya, membuat
melihat karakteristik utama suatu desa untuk panggung yang baik, sehingga masyarakat
kemudian menetukan apakah suatu desa akan lokal bisa menari diatas panggung tersebut.
menjadi desa dengan tipe berhenti sejenak, tipe 2. Empowering local community. Setelah ada
one day trip atau tipe tinggal inap. panggung yang baik untuk menari, maka
masyarakat setempat harus ditingkatkan
Konsep Pemberdayaan Masyarakat kemampuannya menari. Artinya, setelah
Konsep pemberdayaan masyarakat local setting disiapkan, masyarakat lokal
mengacu pada bagaimana masyarakat setempat harus ditingkatkan pengetahuan dan
memiliki pengaruh yang besar secara sosial ketrampilannya, sehingga mampu
maupun secara organisasi kemasyarakatan, memanfaatkan setting dengan baik. Hal ini
sehingga mampu mempengaruhi lingkungan antara lain dilakukan melalui pendidikan,
hidup mereka. Lingkungan hidup disini, meliputi
52
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
53
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
besar yang konsekuensinya memberikan dengan masyarakat lokal, sehingga tidak merasa
manfaat langsung bagi masyarakat lokal memiliki tanggung jawab yang tinggi. Ketiga,
akan besar. adanya variasi antar daerah (local variety),
5. Berbasiskan kebudayaan lokal karena sehingga daerah yang satu dengan yang lainnya
pelakunya adalah masyarakat lokal. tidak boleh diperlakukan sama dan menuntut
6. Ramah lingkungan, karena terkait dengan adanya sistem pengelolaan yang berbeda.
tidak adanya konversi lahan secara besar- Community Management menurut Woodly
besaran, serta tidak adanya pengubahan (1993 dalam Pitana, 2006) dengan istilah
bentang alam yang berarti. Community Based Approach (pendekatan
7. Tidak seragam, karena bercirikan keunikan berbasis kerakyatan). Hal ini didasari pada
daerah setempat. kenyataan bahwa masyarakat setempat sudah
8. Menyebar di berbagai daerah. mempunyai kearifan lokal dalam mengelola
Dalam upaya implementasi pariwisata sumber daya alam yang ada di daerahnya dan
kerakyatan tersebut diperlukan pemberdayaan hal ini diwarisi secara turun temurun. Kearifan
faktor-faktor produksi pariwisata yang lokal dikenal dengan istilah traditional
berdimensi kerakyatan menuju pariwisata knowledge, local knowledge dan ethnoscience
berkelanjutan (berkelanjutan di bidang fisik, harus diperhatikan dalam rangka pembangunan
ekonomi dan sosial budaya). pariwisata yang berwawasan budaya dan
lingkungan. Titik dasar aktivitas pengelolaan
Konsep Model Lingkungan Bisnis dalam konsep “community management” dimulai
Menurut Umar (2003:74) lingkungan dari masyarakat itu sendiri, yaitu: identifikasi
bisnis dapat dibagi atas dua lingkungan, yaitu kebutuhan, analisis-analisis kemampuan dan
lingkungan eksternal dan internal. Lingkungan kontrol terhadap sumber-sumber yang ada.
eksternal dibagi ke dalam dua kategori, yaitu: WTO (1993) mengungkapkan bahwa
Lingkungan Jauh dan Lingkungan Industri, pembangunan berkelanjutan harus menganut
sementara itu, lingkungan internal merupakan tiga prinsip yaitu: Ecological Sustainability,
aspek-aspek yang ada di dalam perusahaan. Social And Cultural Sustainability, dan Economic
Dalam mengkaji ketiga macam lingkungan ini. Sustainability, baik untuk generasi sekarang
Umar (2003:74-75) menyatakan bahwa maupun untuk generasi yang akan datang.
lingkungan Jauh dapat dikaji melalui faktor- Disamping keberlanjutan sumber daya alam dan
faktor PEST (Politik, Ekonomi, Sosial, dan ekonomi, maka keberlanjutan kebudayaan
Teknologi), lingkungan Industri dapat dikaji merupakan sumber daya yang sangat penting
melalui aspek-aspek yang terdapat dalam dalam pembangunan kepariwisataan. Pariwisata
konsep strategi bersaing (competitive strategy) berkelanjutan akan tercapai bilamana ada
dari Porter, serta lingkungan internal akan dikaji kesinambungan pemanfaatan sumber daya alam,
melalui beberapa pendekatan, yaitu: pendekatan sumber daya budaya, sumber daya manusia,
fungsional, rantai nilai (value chains), kurva serta keberlanjutan ekonomi secara adil dan
belajar/pengalaman (learning curve), dan merata.
balanced scorecard.
54
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
kamera untuk mengambil gambar-gambar untuk penerimaan dari karcis masuk yang dibayar oleh
menunjang penyajian informasi (Bungin, 2007). wisatawan yang masuk ke kas Desa Adat, yang
Penyebaran Kuesioner, yaitu pengumpulan data nantinya dapat dipergunakan untuk membiayai
dilakukan dengan memberikan kuesioner keperluan Desa Adat sehingga dapat
kepada 75 orang responden dengan meringankan masyarakat setempat.
menggunakan instrumen berupa kuesioner Berdasarkan Surat Keputusan dari Bupati
terstruktur. Teknik ini dilakukan untuk Bangli ditetapkan pembagian hasil penjualan
mengetahui pendapat dari para insan pariwisata restibusi masuk sebesar 40% untuk Desa Adat
yang terdiri dari masyarakat, pemerintah dan Penglipuran, sedangkan 60% masuk ke kas
pihak swasta, terhadap keberadaan Desa Adat daerah. Dari 40% yang diterima Desa Adat yang
Penglipuran berkaitan dengan penentuan hanya 20% saja yang benar-benar masuk ke kas
kekuatan dan kelemahan dari faktor internal. adat, sedangkan 5% untuk tukang pungut dan
Informan kunci (key informan) dalam penelitian 15% lagi masuk ke kas Sekaa Taruna. Terkait
ini adalah tokoh-tokoh yang dianggap dengan pembagian hasil penjualan tiket antara
mengetahui mengenai objek penelitian yang Pemda dengan Desa Adat dengan komposisi
dilakukan. Tokoh-tokoh tersebut, yaitu: Kepala 60% dan 40%, berdasarkan penelitian yang
Desa, Bendesa Adat, Tokoh Masyarakat, dilakukan oleh saudara N. Adi Putra (2004),
Rohaniawan, Kelompok Sadar Wisata, Kepala menunjukkan bahwa sebagian besar warga Desa
Dusun, Industri Pariwisata, Kepala Dinas Penglipuran (39 orang/52,7%) menyatakan
Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Bangli, masyarakat merasa dirugikan dengan
dan wisatawan yang berkunjung ke Desa Adat pembagian tersebut, 15 orang (20,3%)
Penglipuran. Teknik yang digunakan dalam menyatakan tidak tahu, sedangkan sisanya 14
penentuan informan adalah dengan teknik orang (19,9%) masyarakat menyatakan
purposive, yaitu cara penentuan yang diuntungkan dan hanya 6 orang (8,1%)
berdasarkan atas tujuan tertentu dan atas menyatakan adil. Ke depan untuk menjamin
pertimbangan peneliti, di mana informan keberlanjutan dari Pengembangan Desa
mengetahui kedalaman informasi sehubungan Penglipuran rupanya Surat Keputusan Bupati
dengan masalah yang diteliti dan mereka dapat yang mengatur pembagian restribusi ini perlu
diterima oleh berbagai kelompok yang terkait untuk dipertimbangkan kembali.
dengan pengelolaan serta memiliki pengetahuan Dengan ditetapkannya Desa Penglipuran
tentang pariwisata (Kusmayadi dan Sugiarto, sebagai Desa Wisata, warga desa menyambut
2002). dengan antusias atau dengan kata lain menerima
Analisis data adalah proses kehadiran wisatawan, serta tetap menjalankan
mengorganisasikan dan mengurutkan ke dalam serta melestarikan adat dan budaya yang telah
pola, kategori, dan satuan uraian dasar, sehingga berlaku yang diwarisi oleh para leluhur mereka,
dapat ditemukan tema dan dapat dirumuskan hal ini terlihat dari dipertahankannya susunan
hipotesis kerja, seperti yang disarankan oleh upacara dan upakara yang ada, adat kebiasaan
data (Nazir, 1988: 438). Penelitian ini dalam perkawinan, serta upacara-upacara di
menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu pura desa. Hal itu menjadi keputusan Warga
menggambarkan suatu fenomena kemudian Adat Desa Penglipuran, karena mereka tidak
mengkaitkannya dengan fenomena lain melalui ingin merusak tatanan yang telah ada sejak
interpretasi untuk dideskripsikan dalam suatu dahulu kala. Mereka sangat percaya bahwa
kualitas yang mendekati kenyataan. keberlangsungan hidup mereka sangat
tergantung kepada berkah Ida Hyang Widi Wasa.
Nilai-nilai tersebut sebagai aspek spiritualitas
HASIL DAN PEMBAHASAN masyarakat patut dijaga keberadaannya dan
diteruskan kepada generasi yang akan datang.
Faktor-Faktor Lingkungan Internal dan Setiap perencanaan pembangunan,
Eksternal Pengembangan Desa Penglipuran apalagi perubahan dari yang sudah ada,
Dengan ditetapkannya Desa Penglipuran masyarakat Penglipuran harus dilibatkan secara
sebagai desa wisata, masyarakat setempat dini, agar dapat dikaji apakah bertentangan
secara langsung dan tidak langsung dengan awig-awig. Masyarakat Penglipuran
mendapatkan manfaat ekonomi, manfaat secara cukup berani mengambil sikap, misalnya
langsung didapatkannya tambahan penghasilan melarang wisatawan untuk masuk ke pura. Hal
dari hasil penjualan cendera mata kepada itu dilakukan dalam rangka melestarikan
wisatawan yang berkunjung ke rumah budaya. Hal itu ditenggarai karena sulit
penduduk. Sedangkan manfaat secara tidak mengetahui antara wisatawan asing maupun
langsung didapatkan melalui adanya domestik yang sedang berkunjung, yang mana
55
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
mereka itu mengalami cuntaka (datang bulan), warga yang tidak membuang limbah secara
yang sudah barang tentu mempengaruhi langsung ke saluran pembuangan (got) yang ada
kesucian pura. di depan rumah (jalan utama), sehingga jalan
Hal lain yang terkait dengan pelestarian utama desa yang menjadi kebanggaan Desa
budaya yang masih diterapkan di Desa Penglipuran terbebas dari pemandangan yang
Penglipuran adalah masih dipertahankannya tak sedap dari kotoran limbah serta terbebas
komposisi dan bentuk bangunan asli (rumah dari bau yang tak sedap.
adat), mereka sepakat apabila mereka Adanya larangan dari kendaraan roda
menginginkan adanya bangunan tambahan akan empat yang melewati jalan utama desa,
membangunnya di bagian belakang rumah adat, membuat jalan utama desa menjadi terhindar
sehinga bentuk dan komposisi rumah adat yang dari kerusakan berat dan mencegah terjadinya
menjadi daya tarik wisatawan untuk polusi udara. Perencanaan dan Pengembangan
berkunjung, masih tetap ada, walaupun tidak Desa Penglipuran sebagai desa wisata
menutup kemungkinan diadakan perbaikan- berpengaruh sangat positif terhadap lingkungan
perbaikan sesuai dengan perkembangan jaman fisik yang ada, ini tercermin dari semenjak
namun tidak merubah bentuk dan komposisi dikembangkannya desa ini menjadi desa wisata,
yang asli. Dari uraian diatas terlihat bahwa lingkungan terlihat lebih tertata, bersih, asri,
setelah pengembangan Desa Penglipuran indah dan lestari.
sebagai Desa Wisata, tidak adanya tanda-tanda Melihat segala keunikan yang dimiliki
terjadinya penurunan nilai-nilai budaya yang oleh Desa adat Penglipuran, Pemerintah rupanya
ada, bahkan masyarakat setempat berani telah pro aktif dalam menyikapi dengan
membuat aturan-aturan bagi wisatawan untuk ditetapkannya desa ini sebagai salah satu objek
ditaati. Misalnya untuk menjaga kesucian pura pariwisata di Kabupaten Bangli dengan
masyarakat mengharuskan wisatawan agar dikeluarkannya Surat Keputusan Bupati Nomor
memakai sarung dan selendang serta melarang 115 tanggal 29 April 1993 yang menetapkan
wisatawan yang lagi haid untuk memasuki areal Desa Penglipuran sebagai Desa Wisata.
pura. Walaupun dalam kontek pemberdayaan
Aspek lingkungan sangat penting dalam masyarakat lokal, Warga Desa Penglipuran
pengembangan pariwisata, mengingat trend dari kurang ikut dilibatkan dalam perencanaan, ini
wisatawan yang akan mengunjungi suatu terbukti dari banyaknya pertanyaan yang tak
destinasi wisata adalah sangat sensitif terhadap dijawab oleh warga, merupakan bukti bahwa ide
masalah-masalah lingkungan disamping menjadikan desa ini sebagai Desa Wisata berasal
memang tingkat pendidikan dari wisatawan dari pemerintah (top down). Serta kurangnya
dewasa ini cenderung mereka berpendidikan proses sosialisasi yang dilakukan pemerintah
tinggi sehingga sifat ingin tahunya pun terhadap warga (Adi Putra, 2004).
bertambah besar. Warga menyadari setelah banyak
Desa Penglipuran rupanya telah memahi wisatawan yang berdatangan dan berinteraksi
hal tersebut, ini terlihat dari tertatanya dengan mereka. Memang pada akhirnya
lingkungan pedesaan sedemikian rupa sehingga masyarakat lokal menjadi terlibat langsung,
kelihatan sangat asri dan apik misalnya terlihat sebagai jawaban akan adanya kebutuhan dari
dari komposisi kawasan pemukiman, kawasan interaksi dengan wisatawan. Dengan cara itu
suci, dan tegalan tetap dipertahankan. warga secara proaktif menyikapinya. Disitulah
Kesadaran dari warga setempat untuk tetap mulai terjadi keterlibatan warga desa misalnya
menjaga kebersihan lingkungannya, ini dalam perbaikan rumah, pendirian warung
tercermin dari adanya kesadaran untuk cendera mata, serta larangan terhadap pedagang
mencukur rumput di masing- masing telajakan acung.
setiap tanggal 1 dan tanggal 15, disamping Berdasarkan gambaran Desa Penglipuran
memang hal ini telah diatur dalam awig-awig. diatas, maka dapat disusun variabel dan
Hal lain yang patut kita pelajari dari Desa indikator pengembangan Desa Wisata seperti
Penglipuran adalah adanya kesadaran seluruh yang terlihat pada Tabel 1 dan Tabel 2.
56
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
57
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
58
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
59
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Analisis SWOT Pengembangan Desa Wisata oleh faktor-faktor eksternal yang tidak bisa
Berbasis Masyarakat di Desa Adat dikontrol oleh perusahaan. Kombinasi antara
Penglipuran kekuatan dan kelemahan dengan peluang dan
ancaman diperoleh suatu matriks yang dikenal
Analisis SWOT ini bertujuan untuk dengan istilah matriks SWOT. Adapun matriks
mengetahui kekuatan, kelemahan yang SWOT Pengembangan Desa Wisata Berbasis
dipengaruhi oleh kebijakan internal perusahaan Masyarakat di Desa Adat Penglipuran adalah
serta peluang dan ancaman yang dipengaruhi sebagai berikut :
60
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
a. Dicabutnya Bebas Visa Strategi yang menggunakan kekuatan Strategi yang meminimalkan kelemahan
Kunjungan Singkat (BVKS) oleh untuk mengatasi ancaman. dan menghindari ancaman.
pemerintah Tahun 2004.
b. Dampak peningkatan harga Strategi pengembangan paket Strategi penguatan branding dan
BBM. wisata berbasis desa wisata peningkatan kualitas SDM lokal
c. Nilai tukar rupiah yang lemah.
d. Banyaknya daerah tujuan
wisata sejenis.
e. Meningkatnya tingkat
kriminalitas di Bali.
Sumber : Hasil Penelitian, 2014.
Tabel 4.1 menunjukkan adanya empat Kondisi seperti ini mendorong perusahaan
kuadran dalam matriks SWOT, dimana setiap untuk melakukan pengunduran diri.
kuadran memiliki strategi masing-masing. Berdasarkan faktor-faktor kelemahan dan
Strategi-strategi tersebut yaitu : ancaman, strategi yang dihasilkan adalah:
1. Strategi SO di kuadran 1 Strategi penguatan branding dan
Perusahaan pada posisi ini memperoleh peningkatan kualitas SDM lokal.
peluang yang besar dengan kekuatan-
kekuatan yang dimilikinya. Kondisi seperti Strategi Pengembangan Desa Wisata
ini mendorong perusahaan agar Berbasis Masyarakat di Desa Adat
menerapkan strategi dengan orientasi Penglipuran
pertumbuhan (Growth Oriented Strategy). Berdasarkan matrik analisis SWOT
Berdasarkan faktor-faktor kekuatan dan dihasilkan 4 strategi dalam pengembangan desa
peluang, strategi yang dihasilkan adalah: wisata berbasis masyarakat di Desa Adat
Strategi penciptaan produk wisata berbasis Penglipuran, meliputi :
masyarakat. 1. Strategi penciptaan produk wisata berbasis
2. Strategi ST di kuadran 2 masyarakat.
Ditengah-tengah kekuatan yang dimiliki 2. Strategi pengembangan paket wisata
perusahaan, terdapat banyak ancaman berbasis desa wisata.
eksternal perusahaan. Pada kondisi seperti 3. Strategi penciptaan kelembagaan dan
ini strategi yang digunakan perusahaan Sumber Daya Manusia yang profesional
adalah strategi diversifikasi, dimana dalam pengembangan Desa Wisata
perusahaan menggunakan segala kekuatan- Penglipuran.
kekuatan yang dimiliki untuk membangun 4. Strategi penguatan branding dan
peluang-peluang jangka panjang yang lebih peningkatan kualitas SDM lokal.
menjanjikan. Berdasarkan faktor-faktor
kekuatan dan ancaman, strategi yang Program Pengembangan Desa Wisata
dihasilkan adalah: Strategi pengembangan Berbasis Masyarakat di Desa Adat
paket wisata berbasis desa wisata. Penglipuran
3. Strategi WO di kuadran 3 Berdasarkan strategi yang dihasilkan,
Pada kuadran ini, perusaan dihadapkan adapun program dari masing-masing strategi
pada peluang-peluang dalam kelemahan pengembangan desa wisata berbasis masyarakat
yang dimiliki perusahaan. Pada kondisi ini di Desa Adat Penglipuran, meliputi :
perusahaan harus berusaha menghilangkan 1. Strategi penciptaan produk wisata berbasis
kelemahan-kelemahan yang dimiliki masyarakat.
berusaha memperoleh peluang yang ada. Program yang dapat dilakukan, antara lain:
Berdasarkan faktor-faktor kelemahan dan menciptakan produk yang merupakan
peluang, strategi yang dihasilkan adalah: branding Desa Adat Penglipuran dan
Strategi penciptaan kelembagaan dan memanfaatkan potensi lokal yang ada di
sumber daya manusia yang profesional daerah. Produk hendaklah memiliki standar
dalam pengembangan Desa Wisata kualitas yang baik dan kemasan yang
Penglipuran. manarik. Adapun produk yang dapat
4. Strategi WT di kuadran 4 dihasilkan, antara lain cenderamata dari
Kondisi pada kuadran ini adalah kondisi bahan baku bambu yang merupakan potensi
terburuk yang dimiliki perusahaan. Desa Penglipuran; loloh cemcem yang tidak
Ditengah-tengah kelemahan yang dimiliki saja produk jadinya saja yang bisa dijual
terdapat ancaman-ancaman terhadapnya. kepada wisatawan, namun juga proses
61
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
62
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
63
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
64
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
perubahan struktur rumah yang dijadikan daya Dalem, Raka. 2007. Kearifan Lokal Dalam
tarik di Desa Penglipuran. Pengelolaan Lingkungan Hidup. Denpasar:
Kurangnya informasi mengenai budaya, UPT Penerbit Universitas Udayana.
sejarah dan daya tarik wisata kepada wisatawan, Dinas Pariwisata Provinsi Bali. 2006. Data Objek
serta belum adanya guide lokal yang bisa dan Daya Tarik Wisata di Bali. Denpasar.
memberikan informasi kepada wisatawan, baik Erawan, I Nyoman. 1994. Pariwisata dan
dalam bahas Indonesia maupun bahasa Inggris. Pembangunan Ekonomi: Bali Sebagai
Kasus. Denpasar: Upada Sastra.
Fannel, D. 1999. Ecotourism: An Introduction.
DAFTAR PUSTAKA London: Routledge.
Inskeep, Edward.1995. Tourism Planning An
Alma, Buchari. 2004. Metode dan Teknik Integrated and Sustainable Development
Menyusun Tesis. Bandung: Alfabeta. Approach. New York: Van Nostrand
Anonim. Peraturan Daerah Provinsi Bali Nomor Reinhold.
3 Tahun 1991 Tentang Pariwisata Korten, David. 1987. Community Management.
Budaya. New Delhi: Kumarian Press.
______. UNESCO. 2005. Pedoman Pelaksanaan Kusmayadi dan Sugiarto. 2002. Metodelogi
Penerapan Konvensi Warisan Dunia Penelitian di Bidang Kepariwisataan.
(Terjemahan). Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
______. Pemerintah Bangli. 2010. Profil Mardalis. 2008. Metode Penelitian (Suatu
Pembangunan Desa Penglipuran. Pendekatan Proposal). Jakarta: Bumi
______. 2011. Aksara.
http://id.wikipedia.org/wiki/Desa_wisata Nasir.1988. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia
______. 2013. www.propoortourism.org.uk Jakarta.
______. Undang-Undang Otonomi Daerah Nuryanti, Wiendu. 1993. Concept, Perspective
(Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999). and Challenges, makalah bagian dari
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama. Laporan Konferensi Internasional
______. 1999. Profil Desa Adat Penglipuran. mengenai Pariwisata Budaya.
Adi, Putra Nyoman. 2004. Desa Wisata Yogyakarta:Gadjah Mada University Press.
Penglipuran: Menuju Pemberdayaan Hal. 2-3)
Warga Pitana, I Gde. 1999. Pelangi Pariwisata Bali.
Desa. Dalam Majalah Ilmiah Denpasar: Bali Post.
Analisis Pariwisata. Vol. 6 Nomor 1 Tahun ______. 2002. “Pariwisata, Wahana Pelestarian
2004. Kebudayaan dan Dinamika Masyarakat
Ardika, I Wayan .2003. Pariwisata Budaya Bali”. Orasi Ilmiah Dalam Pengukuhan
Berkelanjutan. Denpasar: Program Studi Guru Besar Unud. Universitas Udayana
Magister (S2) Kajian Pariwisata Program Denpasar.
Pasca Sarjana Universitas Udayana. ______. 2004. Mispersepsi Pemberdayaan
Ardika, Wayan. 2003. Pariwisata Budaya Masyarakat dalam Kepariwisaaan Bali.
Berkelanjutan (Refleksi dan Harapan di Bali Post, Maret 2004. Hal 7.
Tengah Perkembangan Global). Denpasar: ______. 2006. Kepariwisataan Bali Dalam Wacana
Unud–Program Studi Magister (S2) Kajian Otonomi Daerah. Jakarta:Puslitbang
Pariwisata. Kepariwisataan.
Arismayanti, Ni Ketut dan Irma Rahyuda, I Pitana I Gde dan Gayatri Putu G. 2005. Sosiologi
Nyoman Jamin Ariana, Ni Made Ariani, Ni Pariwisata. Yogyakarta: Andi Offset.
Nyoman Sri Aryanti. 2013. “Pembinaan Rangkuti, Freddy. 2004. Analisis SWOT Teknik
Kepariwisataan Melalui Pendidikan dan Membedah Kasus Bisnis. Jakarta: PT.
Pelatihan Bahasa Inggris Bagi Generasi Gramedia Pustaka Utama.
Muda di Desa Wisata Pengliputan Rudika, I Nyoman. 2004. Strategi Pengembangan
Kabupaten Bangli Bali”. Sebuah Laporan Museum Bali Sebagai Daya Tarik
Pengabdian Masyarakat. Denpasar: Pariwisata Budaya di Kota Denpasar
Universitas Udayana. (Tesis). Denpasar: Universitas Udayana.
Bungin, Burhan. 2007. Metodologi Penelitian Putra, 2008. Eksotisme Sebagai Modal Dasar
Kualitatif. Jakarta: PT. RajaGrafindo Pengembangan DesaWisata. Diunduh dari
Persada. http://tourism.padang.go.id/index.php?to
Cooper, Chris, Jhon Flecher, David Gilbert and urism=news&id=5
Stephen Wainhill. 1993. Tourism Principle Soetarso, Priasukmana dan R. Mohamad
and Practice. London: Pitman Publishing. Mulyadin. 2001. Pembangunan Desa
65
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
66
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
1. Program Studi Industri Perjalanan Wisata, Fakultas Pariwisata, Universitas Udayana, Denpasar Bali
*E-mail :gusmananda@yahoo.com
ABSTRACT
PT Dyandra Media International ( DMI ) is a company engaged in the MICE ( Meetings , Incentives ,
Conference and exhibition ) which has been growing rapidly from year to year . One way to determine the
performance of the company is through financial statements in which may provide a useful information for
the stakeholder. In calculating the profitability of a company required financial statements of the company
which consists of a balance sheet and income statement of financial statements that show the state of the
company consisting of assets, liabilities and capital of the company at any given moment .
Three financial ratios to assess the Company's profit in 2012 compared with the figures in 2011. The
ratio used is the Net Profit Margin ( Net Profit Margin / NPM ) , Return on Assets ( ROA ) and Return on
Equity ( ROE ) . Company's net profit margin in 2012 was 10.41 % while the NPM in 2011 was 3.91 % . The
increase in net profit margin in line with the increase in 2 other ratios Return on Assets and Return on Equity
, each of which increased to 4.58 % and 11.74 % in 2012. The previous year , the value of each ratio was 3.92
% and 1.37 % . Based on the analysis above ratio, the level of profitability of the Company increased
significantly over the previous year
Keywords : net profit margin, profability ratio, return on assets and return on equity.
67
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
exhibition organizer (PEO) atau Event Organizer Salah satu faktor yang penting dapat
(EO) dengan nama PT Dyandra Promosindo. menjamin keberhasilan implementasi strategis
Sebagai cikal bakal DMI, Dyandra Promosindo perusahaan adalah pengukuran kinerja.
yang didirikan pada tahun 1994 telah Pengukuran kinerja adalah proses untuk
memperluas usaha ke bisnis Meeting, Incentive, menentukan seberapa baik aktivitas-aktivitas
Convention and Exhibition (MICE) dengan bisnis dilaksanakan untuk mencapai tujuan
mendirikan Dyandra Communication, Dyamall strategis, mengeliminasi pemborosa-
Graha Utama, Samudra Dyan Praga dan Kerabat pemborosan, dan menyajikan informasi tepat
Dyan Utama (Radyatama) dan telah waktu untuk melaksanakan penyempurnaan
menyelenggarakan lebih dari 500 judul pameran secara berkesinambungan. Prinsip-prinsip
dan event, diantaranya adalah Indonesia pengukuran kinerja menurut Supriyono
International Motor Show, Indo Japan Expo, (1999:420) yaitu :
Indonesia International Communication 1. Konsisten dengan tujuan perusahaan
Conference & Expo, ASEAN Skill Competition, Ukuran-ukuran kinerja harus konsisten
ASEAN Business & Investment Summit, dengan tujuan-tujuan stakeholders (tujuan
Indocomtech, Indonesia Cellular Show, Mega pihak-pihak internal dan eksternal).
Bazaar Computer, Festival Komputer Indonesia, Ukuran-ukuran kinerja perusahaan harus
Desain.ID, Pameran Otomotif Medan, Pameran menyediakan keterkaitan antara aktivitas-
Otomotif Surabaya dan Pameran Otomotif aktivitas bisnis dengan rencana strategi
Makassar. bisnis.
Dyandra Promosindo juga memiliki 2. Memiliki adaptibilitas pada kebutuhan
cabang di Surabaya, Yogyakarta dan Makassar. khusus
Dyandra Promosindo telah berhasil menjadi Ukuran-ukuran kinerja harus dapat
perusahaan PEO pertama di Indonesia yang beradaptasi terhadap perubahan kebutuhan
telah memperoleh sertifikasi ISO 9000 : 2008 bisnis maupun berbagai macam tujuan. Jika
sebagai Professional Exhibition Organizer kebutuhan-kebutuhan bisnis berubah maka
berdasarkan standar kualitas manajemen. ukuran-ukuran kinerja juga harus diubah.
Perkembangan dari PT DMI yang memiliki bisnis Ukuran-ukuran kinerja harus dikaji ulang
dibidang MICE yang semakin meningkat setiap dan diurutkan seperlunya agar
tahun dapat menjadi contoh bagi perusahaan mencerminkan faktor-faktor kunci sukses
sejenis yang beroperasi di Bali untuk yang relevan. Ukuran-ukuran kinerja yang
memaksimalkan modal yang diperoleh dan ada harus dikaji ulang, dimodifikasi,
menilai kinerja keuangan secara maksimal. dikurangi atau dihapuskan jika perlu.
. Ukuran-ukuran kinerja diubah hanya jika
kebutuhan-kebutuhan bisnis berubah dan
TINJAUAN PUSTAKA bukan karena perubahan gaya manajemen.
3. Dapat mengukur aktivitas-aktivitas
Pengertian Kinerja signifikan
Jaya (1993 : 15) menyatakan bahwa Ukuran-ukuran kinerja harus disusun pada
kinerja memiliki banyak aspek, namun para level aktivitas. Ukuran-ukuran kinerja
ekonom biasanya hanya memusatkan pada 3 tersebut harus mencerminkan aktivitas-
aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi, aktivitas yang signifikan bagi perusahaan.
dan keseimbangan dalam distribusi. Dan secara Setiap perusahaan harus menentukan
sederhana perhitungan efisiensi adalah aktivitas-aktivitas yang signifikannya
menghasilkan suatu niiai yang maksimum berdasar pada tujuan bisnisnya dan
dengan jumlah input tertentu, baik secara lingkungan beroperasinya. Aktivitas-
kuantitatif fisik maupun nilai ekonomis (harga). aktivitas tersebut harus digolongkan
Secara ringkas dapat dijelaskan bahwa sejumlah menjadi dua yaitu: Aktivitas yang bernilai
input yang bersifat bonus dihindari sehingga tambah dan aktivitas yang tidak bernilai
tidak ada sumber daya yang tidak digunakan dan tambah.
dibuang. Efisiensi sendiri digolongkan menjadi 4. Mudah diaplikasikan
dua yaitu efisiensi internal dan pengalokasian. Ukuran-ukuran kinerja harus mudah
Jadi, kinerja keuangan adalah prestasi yang diaplikasikan. Jika aktivitas yang signifikan
dicapai oleh perusahaan dibidang keuangan telah diidentifikasikan, maka ukuran-ukuran
dalam suatu periode tertentu yang kinerja harus disusun dan untuk itulah
mencerminkan tingkat kesehatan perusahaan aktivitas harus mudah untuk dipahami.
pada bidang tersebut (Anonim, 2002: 570). Jumlahnya tidak banyak dan dapat
dikuantitatifkan. Banyak ukuran-ukuran
68
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
69
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
70
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
menyangkut lay out dan jenis makanan dan laporan tahunan kepada pemegang saham.
minuman. 3. Laporan arus kas atau laporan perubahan
5. Akomodasi posisi keuangan menyajikan informasi
Berikut ini daftar penanganan akomodasi aliran kas masuk atau keluar bersih pada
yang harus di cek : suatu periode, hasil dari tiga kegiatan pokok
- Akomodasi sesuai harapan peserta. perusahaan yaitu: operasi, investasi dan
- Penginapan : Jumlah kamar, tipe kamar pendanaan. Aliran kas diperlukan untuk
dan tempat tidur. mengetahui kemampuan perusahaan yang
- Kamar gratis untuk panitia atau komite, sebenarnya dalam memenuhi kewajiban-
jumlah, tipe, dan fasilitas yang harus kewajibannya.
dibayar. Pada awalnya laporan keuangan bagi
- Kamar khusus untuk organisasi dan suatu perusahaan hanya sebagai alat penguji dan
tamu resmi, jumlah, tipe, dan harga. pekerjaan pembukuan, tetapi untuk selanjutnya
laporan keuangan tidak hanya sebagal alat
Pengertian Laporan Keuangan penguji tetapi juga sebagai dasar untuk dapat
Laporan keuangan dibuat oleh bagian menentukan atau menilai posisi keuangan
manajemen dengan tujuan untuk perusahaan, dimana dengan hasil analisa
mempertanggung jawabkan tugas-tugas yang laporan keuangan, pihak-pihak yang
dibebankan kepadanya oleh para pemilik berkepentingan mengambil suatu keputusan.
perusahaan selama satu periode. Laporan Laporan keuangan suatu perusahaan
keuangan harus menyajikan secara wajar posisi dapat memberikan suatu informasi yang
keuangan, kinerja keuangan. Disamping itu bermanfaat bagi pemakainya, jika memenui
laporan keuangan dapat juga digunakan untuk persyaratan yang ditetapkan (Prinsip Akuntansi
memenuhi tujuan-tujuan lain yaitu sebagai Indonesia) adalah sebagai berikut :
laporan kepada pihak-pihak diluar perusahaan 1. Relevan Pengukuran relevansi suatu
yang meliputi para kreditur, para investor dan informasi harus dihubungkan dengan
pemerintah dimana perusahaan tersebut penggunaannya. Oleh karena dalam
berdomisili, serta masyarakat sekitarnya. mempertimbangkan relevansi suatu
Laporan keuangan pada umumnya terdiri dari: informasi hendaknya perhatian difokuskan
1. Neraca, menurut Imam Santoso (2006 : 9- pada kebutuhan umum pemakai dan bukan
10) mengemukakan bahwa Neraca adalah kebutuhan khusus pihak tertentu.
suatu laporan yang menginformasikan 2. Dapat dimengerti bentuk laporan keuangan
mengenal aktiva, kewajiban dan dan istilah yang dipakai hendaknya
kepemilikan (ekuitas) suatu perusahaan disesuaikan dengan batas pengertian
pada tanggal tertentu. Sejalan dengan pemakai informasi juga diharapkan
pendapat tersebut Kuswadi (2006: 15) mempunyai dasar pengertian mengenai
berpendapat bahwa neraca adalah laporan aktivitas ekonomi perusahaan, proses
yang menggambarkan posisi atau kondisi akuntansi dan istilah yang digunakan dalam
keuangan suatu perusahaan pada saat laporan keuangan.
tertentu dan merupakan salah satu hasil 3. Objektif, Laporan keuangan harus disusun
akhir dan proses akuntansi. seobyek mungkin, dapat diuji kebenarannya
2. Laporan laba rugi memberikan sebuah oleh para pengukur yang independent dan
ukuran berhasilnya suatu perusahaan pada menggunakan metode pengukuran yang
suatu periode waktu. Laporan laba rugi sama.
menunjukkan sumber utama dan 4. Netral, Laporan keuangan hendaknya
penghasilan yang dihasilkan dan biaya-biaya disusun untuk kebutuhan umum pemakai
sehubungan dengan penghasilan tersebut. dan bukan kebutuhan pihak tertentu saja.
Perbedaan antara penghasilan dan biaya- 5. Tepat Waktu, Laporan keuangan harus
biaya adalah laba bersih atau rugi bersih. disampaikan secara sedini mungkin agar
Keuntungan dan kerugian menunjuk kepada dapat digunakan sebagai dasar untuk
uang yang dihasilkan atau kerugian pada membantu pengambilan keputusan
kegiatan diluar aktivitas normal perusahaan. ekonomi dan untuk menghindari tertunda
Laporan laba rugi perusahaan harus pengambilan keputusan bagi pemakai.
memuat laba per saham. Baik neraca 6. Dapat Dibandingkan, Laporan keuangan
maupun laporan laba rugi selalu dibuat yang disajikan harus dapat dibandingkan
dengan dasar komparatif. Suatu laporan dengan laporan keuangan periode
saldo laba atau ekuitas pemegang saham sebelumnya dari perusahaan yang sama
sering kali disajikan oleh perusahaan dalam maupun dengan perusahaan yang sejenis
71
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
pada periode yang sama. Prinsip konsisten bertujuan untuk mensejahterakan pemilik atau
(penggunaan model) akuntansi hendaknya menambah nilai perusahaan dengan laba yang
selalu dipatuhi dari tahun ke tahun. Oleh maksimai Harapan untuk mendapatkan laba
karena itu, jika terjadi perubahan metode perusahaan secara berkelanjutan bukanlah
hendaknya diberikan penjelasan metode suatu pekerjaan yang gampang tetapi
yang diganti/ diubah. memerlukan perhitungan yang cermat dan teliti
7. Lengkap, Laporan keuangan hendaknya dengan memperhatikan faktor-faktor yang
disajikan secara lengkap meliputi semua berpengaruh terhadap perusahaan baik faktor
data akuntansi yang memenuhi sekurang- internal maupun faktor eksternal.
kurangnya enam persyaratan tersebut. Menurut Sutrisno (2002 : 20)
Untuk mengetahui kondisi keuangan Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan
suatu perusahaan harus menggunakan analisis menghasilkan keuntungan dengan semua modal
rasio keuangan. Para analisis keuangan dapat yang bekerja di dalamnya. Sejalan dengan
rnelakukan dengan dua cara : pengertian tersebut, menurut Atmajaya
1. Cross-section Techniques yaitu cara analisis (2004:415) bahwa : Rasio Profitabilitas adalah
dengan jalan membandingkan rasio-rasio rasio yang digunakan untuk mengukur
antara perusahaan yang satu dengan yang kemampuan perusahaan dalam menghasil- kan
Iainnya yang sejenis pada saat tertentu. laba.
2. Time-series Techniques, yaitu cara analisis Return On Asset adalah kemampuan
dengan cara membandingkan rasio-rasio perbankan untuk memperoleh laba atas
keuangan suatu perusahaan dan suatu sejumlah asset yang dimiliki oleh Perusahaan.
periode ke periode Iainnya. Return On Asset dapat diperoleh dengan cara
Jenis-jenis rasio keuangan dikelompokkan menghitung rasio antara laba setelah pajak
menjadi enam kelompok : dengan total aktiva.
1. Rasio Likuiditas adalah rasio-rasio yang Return On Equity adalah indikator
digunakan untuk mengukur kemampuan kemampuan perbankan dalam mengelola modal
perusahaan dalam membayar hutang- yang tersedia untuk memperoleh laba bersih.
hutang jangka pendek. ROE dapat diperoleh dengan menghitung rasio
2. Rasio Leverage adalah rasio-rasio yang antara laba setelah pajak dengan Total Equitas.
digunakan untuk
mengukur sampai
seberapa jauh perusahaan dibiayai dengan
hutang. HASIL DAN PEMBAHASAN
3. Rasio Aktivitas adalah rasio-rasio untuk
mengukur efektivitas perusahaan dalam Pada tahun 2007, manajemen
memanfaatkan sumber dananya. membentuk
PT Dyandra Media International
4. Rasio Keuntungan/Profitabilitas adalah Tbk sebagai perusahan induk bagi perusahaan-
rasio yang digunakan untuk mengukur perusahaan
di atas sekaligus untuk
efektivtas perusahaan dalam mendapatkan mengkonsolidasi bisnis Perusahaan. Bisnis
keuntungan. Perusahaan terus berkembang dengan
5. Rasio pertumbuhan (Growth Ratio), yaitu mendirikan atau mengakuisisi beberapa
rasio yang mengukur kernampuan perusahaan.
perusahaan dalam mempertemukan posisi Dengan lebih dari 19 tahun pengalaman
ekonominya dalam pertumbuhan di bidang manajemen event, DMI saat ini dikenal
ekonominya dan industri. sebagai provider terdepan solusi event terpadu
6. Rasio Penilaian (Valuation Rasio), yaitu rasio di Indonesia dan menjadi pemimpin pasar dalam
yang mengukur kemampuan manajemen industri MICE Indonesa dengan pangsa pasar
dalam menciptakan nilai pasar yang lebih dari 80 persen. Sebagai entitas strategis
melampaui pengeluaran biaya investasi. Kompas Gramedia, grup media terkemuka di
Rasio ini merupakan paling Iengkap tentang Indonesia, PT Dyandra Media International Tbk
prestasi perusahaan, karena mencerminkan telah menunjukkan rekam jejak bisnis yang
rasio resiko pengembalian. Rasio ini penting mengesankan dari misi DMI untuk menjadi
karena berkaitan langsung dengan tujuan rekan bisnis terpercaya yang selalu memberi
dari kekayaan para pemegang saham. standar layanan tertinggi dan solusi inovatif di
keempat pilar bisnis Perusahaan empat pilar
Pengertian Rasio Profitabilitas bisnis utamanya, yaitu: Penyelenggara Event /
Setiap kegiatan bisnis yang dijalankan Pameran, Bisnis Pendukung Event, Bisnis Ruang
baik secara perorangan maupun berkelompok Konvensi dan Eksibisi dan Hotel Sinergi seluruh
72
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
segmen bisnis di atas menciptakan dasar yang yang disajikan dalam bentuk laporan keuangan
kokoh untuk penyatuan bisnis MICE dan atau ikhtisar lainnya sehingga dapat digunakan
hospitality yang sangat penting bagi untuk membantu pimpinan perusahaan di dalam
kesinambungan pertumbuhan PT Dyandra menilai kinerja perusahaan sehingga dapat
Media International ke depannya sesuai dengan mengambil keputusan dengan tepat. Laporan
visi perusahaan untuk menjadi perusahaan keuangan digunakan oleh manajer untuk
terkemuka dalam hal manajemen event terpadu meningkatkan kinerja, oleh kreditor untuk
di Asia Tenggara, diversifikasi ke industry mengevaluasi kemungkinan dibayarnya
hospitality demi memastikan pertumbuhan yang pinjaman dan oleh pemegang saham untuk
berkesinambungan dan menjadi rekan bisnis meramalkan laba, dividen dan harga saham.
terpercaya yang selalu memberikan hasil yang
mengesankan dengan mengedepankan Analisis Laporan Neraca
profesionalisme dalam bisnis Penyelenggaraan Di dalam menghitung profitabilitas suatu
Event dan Pameran, Ruang Konvensi dan perusahaan dibutuhkan orang keuangan dan
Eksibisi, Hotel dan Pendukung Event. perusahaan yang bersangkutan, yang terdiri dari
Media yang dapat dipergunakan untuk neraca dan laporan laba rugi laporan keuangan
menilai kinerja perusahaan adalah laporan yang menunjukkan kinerja perusahaan yang
keuangan. Laporan keuangan merupakan hasil terdiri dan aktiva, utang dan modal perusahaan
pengumpulan dan pengolahan data keuangan pada saat tertentu.
73
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Jumlah aset Perusahaan pada tahun 2012 jumlah liabilitas meningkat sebesar Rp 178 juta
juga meningkat sebesar Rp 362 juta atau sebesar atau 26% menjadi Rp 865 juta dibandingkan
34% menjadi Rp 1.418 juta dibanding jumlah dengan jumlah liabilitas pada tahun 2011 yang
aset pada tahun 2011 yang mencapai Rp 1.056 mencapai Rp 687 juta. Peningkatan ini
juta. Peningkatan ini disebabkan oleh disebabkan oleh meningkatnya pembangunan
meningkatnya belanja modal terutama pada hotel dan pusat konvensi seperti disebutkan di
segmen pusat konvensi dan hotel. Pada tahun atas.
2012 segmen pusat konvensi dan acara Jumlah ekuitas Perusahaan juga
melakukan pembangunan Bali Nusa Dua meningkat seiring dengan pertumbuhan aset.
Convention Center tahap kedua. Pembangunan Pada tahun 2012
jumlah ekuitas meningkat
dimulai pada pertengahan 2012 dan sebesar Rp 185 juta atau 50% menjadi Rp 553
diperkirakan akan selesai pada bulan Juli 2013. juta dibandingkan dengan jumlah ekuitas pada
Pada segmen hotel, beberapa hotel seperti Hotel tahun 2011 sebesar Rp 368 juta. Peningkatan ini
Amaris Panglima Polim dan Hotel Santika Siligita disebabkan oleh pengakuisisian dua perusahaan
sudah mulai beroperasi. Pada tahun 2012 event organizer.
beberapa hotel masih dalam tahap Selain itu, entitas anak penunjang acara
pembangunan yaitu Hotel Amaris Pratama dan juga mendirikan satu entitas anak baru yaitu
Hotel Santika Cikarang. Sinar Dyandra Abadi dan memiliki saham
Sejalan dengan pertumbuhan EAT dan sebesar 75% sementara sisanya dimiliki oleh
pertumbuhan aset Perusahaan, Return on Asset pemegang saham non pengendali. Kebijakan
meningkat menjadi 4.58% dibandingkan dengan untuk menambah perusahaan ini dilakukan
ROA tahun 2011 yang mencapai 1.57%. Jumlah untuk memperkuat portofolio bisnis untuk
liabilitas Perusahaan juga meningkat seiring entitas penunjang acara.
dengan pertumbuhan aset. Pada tahun 2012,
Keterangan Tahun
2008 2009 2010 2011 2012
Pendapatan neto 244.345 199.471 297.708 368.450 624.190
Beban pokok pendapatan 159.890 136.385 193.353 238.995 388.691
Laba Bruto 84.455 63.086 104.355 129.455 235.499
Beban penjualan 12.055 6.689 8.031 9.137 21.258
Beban umum dan administrasi 53.928 53.515 71.349 90.284 165.021
Laba Operasi 18.472 2.882 24.975 30.034 49.220
Laba Pelepasan Investasi 0 2.989 0 5.891 68.416
Laba Pelepasan aset tetap 0 0 292 853 4.159
Pendapatan Keuangan 979 321 658 352 2.970
Amortisasi negatif goodwill 1.278 1.354 1354 0 0
Beban keuangan -5.199 -8.229 -9.364 -7.467 -37.981
Laba(rugi) investasi jangka pendek -3.275 4.130 0 -1.250 186
Bagian atas laba(rugi) neto atas entitas asosiasi 0 -1.286 -922 -659 500
Keuntungan/kerugian selisih nilai tukar asing 234 -32 -378 54 696
Pendapatan(beban) lain-lain 537 5.478 919 -5.621 5.293
Pendapatan(beban) lain-lain neto -5.446 4.725 -7.441 -7.847 44.239
Laba Sebelum Manfaat (beban) Pajak 13.025 7.607 17.534 22.187 93.459
Manfaat(beban) pajak kini -7.911 -4.598 -9.714 -8.360 -26.703
Tangguhan 285 381 362 595 -1.804
Beban pajak-neto -7.626 -4.217 -9.352 -7.765 -28.507
Laba Tahun Berjalan 5.399 3.390 8.182 14.422 64.952
Sumber : PT. Dyandra & Co, 2012.
PT Dyandra Media International Tbk (DMI) pada laporan keuangan tahun buku 2012
74
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
memperoleh kenaikan pendapatan dan laba yang jumlahnya 38% sementara Gross Profit
bersih yang sangat signifikan. Pada tahun, Margin tahun sebelumnya adalah sebesar 21%.
pendapatan usaha Perusahaan dan entitas anak Beban pokok pendapatan pada tahun 2012
meningkat sebesar Rp 255.740 juta atau 69% jumlahnya sebesar Rp 388.691 juta, sementara
menjadi Rp 624.190 juta dibanding pendapatan tahun sebelumnya adalah sebesar Rp 238.994
tahun sebelumnya yang mencapai Rp 368.450 juta.
juta. Kontributor terbesar peningkatan Jumlah beban operasional Perusahaan
pendapatan ini berasal dari segmen bisnis pada tahun 2012 meningkat sebesar Rp 86.858
penyelenggara event dan eksibisi yang juta atau 87% menjadi Rp 186.279 juta
menyumbangkan lebih dari 60% dari total dibanding beban operasional pada tahun 2011
pendapatan. Pendapatan bersih yang berasal yang mencapai Rp 99.421 juta. Peningkatan ini
dari anak perusahaan penyelenggara pameran disebabkan oleh meningkatnya jumlah entitas
dan acara di tahun 2012 meningkat Rp 109.135 anak yang efektif dimiliki oleh Perusahaan pada
juta atau 38% menjadi Rp 397.016 juta akhir tahun 2011 yaitu entitas anak segmen
sementara pendapatan bersih pada tahun 2011 hotel dan pusat konvensi dan event. Perusahaan
adalah sebesar Rp 287.881 juta. mengakuisisi dua perusahaan event organizer
Peningkatan ini didukung oleh yaitu PT Visicita Imaji Semesta dan PT Fasen
pertumbuhan jumlah dan luasan pameran yang Creative Quality.
diadakan. Selain itu, untuk memperkuat dan Pengakuisisian kedua perusahaan
mengembangkan portofolio bisnis, pada tahun tersebut meningkatkan jumlah beban
2012 ada dua perusahaan event organizer yang operasional Perusahaan. Sejalan dengan
bergabung dengan Perusahaan, yaitu PT Visicita peningkatan laba kotor, laba operasional
Imaji Semesta dan PT Fasen Creative Quality, Perusahaan pada tahun 2012 meningkat sebesar
yang ikut memberikan kontribusi atas kenaikan Rp 19.185 juta atau 64% menjadi Rp 49.220 juta
pendapatan segmen tersebut. Bisnis layanan dibanding laba operasional pada tahun 2011
pendukung event juga mengalami peningkatan yang jumlahnya mencapai Rp 30.035 juta.
pendapatan yaitu sebesar Rp 42.023 juta atau Peningkatan laba operasional dan peningkatan
52% menjadi Rp 122.592 juta. Peningkatan ini beban operasional mengakibatkan Operational
disebabkan oleh peningkatan jumlah proyek Profit Margin pada tahun 2012 tidak berubah
untuk menunjang pameran dan adanya dibanding tahun 2011 yaitu 8%.
peningkatan yang sangat besar dari pendapatan Sejalan dengan peningkatan pendapatan
jasa khusus dari luar negeri, salah satunya bersih, laba komprehensif Perusahaan
adalah proyek World Expo Yosu di Korea. Di meningkat drastis, yaitu 4,5 kali lipat dari laba
samping itu, peningkatan ini juga didukung oleh bersih tahun sebelumnya. Pada 2012,
adanya pendapatan bersih dari perusahaan Perusahaan membukukan laba komprehensif
entitas hotel sebesar Rp 40.782 juta dan dari sebesar Rp 64.952 juta, meningkat
Rp 50.530
entitas pusat kovensi dan acara sebesar Rp juta dibanding laba komprehensif tahun
64.801 juta. sebelumnya, yaitu Rp14.442 juta. Peningkatan
Laba kotor Perusahaan pada 2012 ini didorong oleh peningkatan pendapatan
meningkat sebesar Rp 106.043 juta menjadi Rp bersih yang jauh lebih tinggi dibandingkan
235.499 juta atau naik 82% dibandingkan laba dengan peningkatan beban pokok penjualan dan
kotor tahun sebelumnya yang mencapai Rp beban operasional. Hasilnya, Net Profit Margin
129.456 juta. Peningkatan ini karena Perusahaan pada 2012 meningkat sebesar 6%
pendapatan bersih Perusahaan melebihi menjadi 10%.
peningkatan beban pokok pendapatan. Hal ini
tercermin dari Gross Profit Margin tahun lalu
Return of Asset (ROA) merupakan salah satu rasio profitabilitas yang dapat mengukur
75
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
76
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
77
Jurnal Analisis Pariwisata ISSN : 1410 – 3729
Vol. 14 No. 2, 2014
Jurnal Analisis Pariwisata terbit sebagai media komunikasi dan informasi ilmiah kepariwisataan,
yang memuat tentang hasil ringkasan penelitian, survei dan tulisan ilmiah populer kepariwisataan.
Redaksi menerima sumbangan tulisan para ahli, staf pengajar perguruan tinggi, praktisi, mahasiswa yang
peduli terhadap pengembangan pariwisata. Tulisan dalam bentuk soft copy dapat dikirimkan ke email :
kusumatourism@gmail.com. Redaksi dapat menyingkat atau memperbaiki tulisan yang akan dimuat
tanpa mengubah maksud dan isinya. Format penulisan naskah mengacu pada petunjuk penulisan naskah
sebagai berikut :
1. Naskah dapat berupa hasil penelitian atau kajian pustaka yang belum pernah dipublikasikan
sebelumnya.
2. Naskah ditulis dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris (abstrak dalam bahasa Indonesia atau
bahasa Inggris). Abstrak tidak lebih dari 250 kata dengan disertai 3-5 istilah kunci (keywords).
Naskah dengan jumlah maksimal 15 halaman ketikan A4 spasi 1½, kecuali abstrak, tabel dan
kepustakaan.
3. Naskah ditulis dengan batas 2,5 cm dari kiri dan 2 cm dari tepi kanan, bawah dan atas.
4. Judul singkat, jelas dan informatif serta ditulis dengan huruf besar. Judul yang terlalu panjang harus
dipecah menjadi judul utama dan anak judul.
5. Nama penulis tanpa gelar akademik, alamat e-mail dan asal instansi penulis ditulis lengkap.
6. Naskah hasil penelitian terdiri atau judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, tinjauan pustaka dan
metode, hasil dan pembahasan, simpulan dan saran serta kepustakaan.
7. Naskah kajian pustaka terdiri atas judul, nama penulis, abstrak, pendahuluan, masalah, pembahasan,
simpulan dan saran serta kepustakaan.
8. Tabel, grafik, histogram, sketsa dan gambar harus diberi judul serta keterangan yang jelas.
9. Dalam mengutip pendapat orang lain, dipakai sistem nama penulis dan tahun. Contoh : Astina (1999);
Suwena et al. (2001).
10. Kepustakaan memakai “harvard style” disusun menurut abjad nama penulis tanpa nomer urut.
a. Untuk buku : nama pokok dan inisial pengarang, tahun terbit, judul, jilid, edisi, tempat terbit dan
nama penerbit.
Picard, Michael. 1996. Cultural Tourism and Touristic Culture. Singapore: Archipelago Press.
b. Karangan dalam buku : nama pokok dari inisial pengarang, tahun terbit, judul karangan, inisial
dan nama editor : judul buku, hal permulaan dan akhir karangan, tempat terbitan dan nama
penerbit.
McKean, Philip Frick. 1978. “Towards as Theoretical analysis of Tourism: Economic Dualism and
Cultural Involution in Bali”. Dalam Valena L. Smith (ed). Host and Guests: The Antropology of
Tourism. Philadelphia : University of Pensylvania Press.
c. Untuk artikel dalam jurnal: nama pokok dan inisial pengarang, tahun, judul karangan, singkatan
nama majalah, jilid (nomor), halaman permulaan dan akhir.
Pitana, I Gde. 1998. “Global Proces and Struggle for Identity: A Note on Cultural Tourism in Bali,
Indonesia” Journal of Island Studies, vol. I, no. 1, pp. 117-126.
d. Untuk Artikel dalam format elektronik : Nama pokok dan inisial, tahun, judul, waktu, alamat situs.
Hudson, P. (1998, September 16 - last update), "PM, Costello liars: former bank chief", (The Age),
Available: http://www.theage.com.au/daily/980916/news/news2.html (Accessed: 1998,
September 16).
11. Dalam tata nama (nomenklatur) dan tata istilah, penulis harus mengikuti cara penulisan yang baku
untuk masing-masing bidang ilmu.
12. Dalam hal diperlukan ucapan terima kasih, supaya ditulis di bagian akhir naskah dengan
menyebutkan secara lengkap : nama, gelar dan penerima ucapan.
78