Anda di halaman 1dari 5

BAB II

PEMBAHASAN
A. Pengertian konflik
Konflik berasal dari kata kerja Latin ConIfigere yang berarti saling memukul. Secara
sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih
(bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain
dengan menghancurkan atau membuatnya tidak berdaya. Sedangkan dalam kamus
besar bahasa indonesia (2002). Konflik diartikan sebagai percekcokan, perselisihan,
dan pertentangan. Konflik merupakan ekspresi pertikaian antara individu dengan
individu lain, kelompok dengan kelompok lain karena beberapa alasan. Dalam
pandangan ini, pertikaian menunjakan adannya perbedaan antara dua atau lebih
individu yang diekspresikan, dingat, dan dialami (Pace & Faules, 1994:249)

Menurut Taquiri dalam Newstorm dan Davis (1977: 122), konflik merupakan warisan
kehidupan sosial yang boleh berlaku dalam berbagai keadaan 9 akibat daripada
berbangkitnya keadaan yang tidaketujuaan, kontrofersi, pertentangan antara dua pihak
atau lebih pihak secara berterusan.

Konflik menurut Daniel Webster (2001: 1) mendefinisikan konflik sebagai berikut


yaitu 1. Persaingan atau pertentangan antara pihak-pihak yang tidak cocok satu sama
lain 2. Keadaan atau perilaku yang bertentangan (misalnya pertentangan pendapat,
kepentingan, atau pertentangan individu) 3.Perselisihan akibat kebutuhan, dorongan,
keinginan, atau tuntutan yang bertentangan 4. Perseteruan

Konflik bukan merupak hal yang statis, tetapi dinamis dan mempunyai proses sendiri.
Konflik tidak terjadi dengan tiba-tiba, tetapi ada kondisi yang mendukungnya. Bila
terjadi tidak langsung besar, tetapi mulai dari kecil pada awalnya, memuncak besar
pada klimaks, dan mereda pada akhirnya. Konflik dalam masyarakat akan selalu ada,
hal ini dikarenakanadanya kepentingan-kepentingan dalam masyarakat yang berbeda-
beda dan antarakepentingan yang satu dengan yang lain seringkali bersinggungan
sehingga terjadi konflik.

1. Latar Belakang Penyebab Terjadinya Konflik Sosial


a. Perbedaan individu, yang meliputi pendirian dan perasaan.
Setiap manusia adalah individu yang unik. Artinya setisp orang memiliki
pendirian dan perasaan yang berbeda–beda satu dengan lainnya. Perbedaan
pendirian dan perasaan akan sesuatu hal atau lingkungan yang nyata ini dapat
menjadi faktor penyebab konflik sosial, seseorang tidak selalu sejalan dengan
kelompoknya.
b. Perbedaan latar belakang kebudayaan membentuk pribadi-pribadi yang
berbeda
Seseorang sedikit banyak akan terpengaruh dengan pola-pola pemikiran dan
pendidrian kelompoknya. Pemikiran dan pendirian berbeda itu pada akhirnya
melahirkan perbedaan individu yang dapat memicu konflik.
c. Perbedaan kepentingan antara individu atau kelompok
Manusia memiliki pendirian, logika dan perasaan yang berbeda maupun
latarbelakang budaya yang berbeda. Oleh sebab itu dalam waktu yang
bersamaan masing- masing orang atau kelompok memiliki kepentingan yang
berbeda.
2. Pengaruh Konflik Sosial Terhadap Kehidupan Masyarakat
Pengaruh konflik sosial memiliki dampak yang sifatnya negatif yaitu sebagai
berikut:
1) Konflik dapat menimbulkan retakan hubungan antara individu atau kelompok;
2) Konflik menyebabkan rusaknya berbagai harta benda dan jatunya korban jiwa;
3) Konflik menyebabkan adanya perubahan kepribadian; dan
4) Konflik menyebabkan dominasi kelompok pemenang.
3. Upaya Penyelesaian Konflik Sosial
Pendekatan penyelesaian konflik dikategorikan dalam dua dimensi ialah
kerjasama atau tidak kerjasama dan tegas atau tidak tegas. Dengan menggunakan
dua macam-macam dimensi tersebut ada lima macam pendekatan penyelesaian
konflik.
a. Kompetisi
Penyelesaian konflik yang menggambar satu pihak yang mengalahkan atau
mengorbankan pihak lain
b. Akomodasi
Penyelesaian konflik yang menggambarkan kompetisi bayangan cermin yang
memberikan keseluruhannya penyelesaian pada pihak lain tanpa ada usaha
memperjuangkan tujuannya sendiri.
c. Sharing
Suatu pendekatan penyelesaian kompromitis antara dominasi kelompok dan
kelompok damai. Satu pihak memberi dan yang lain menerima.
d. Kolaborasi
Usaha ini adalah pendekatan pemecahan problem (problem solving approach )
yang memerlukan integrasi dari kedua pihak.
B. Pembahsan studi kasus
Sesuai dengan hasil yang telah digambarkan sebelumnya, terdapat satu contoh studi
kasus perkelahian antara kel.koloncucu dan kel.sabia puncak.
1. Latar Belakang Penyebab Terjadinya Konflik
faktor yang melatarbelakangi terjadinya konflik perkelahian antar warga
kel.koloncucu dan kel.sabia puncak adalah suatu prestiwa yang merupakan dorongan,
dimana dorongan tersebut dapat mempengaruhi dan menyebabkan konflik perkelahian
antar warga. Ada pengaruh dari amarah, lingkungan, ekonomi, kedesiplinan yang
keliru, usia, belajar model kekerasan dan kesenjngan generasi tersebut.
Perkelahian merupakan suatu cara untuk melawan dengan sangat kuat, saling,
melukai, membunuh atau menghukum orang lain atau secara singkatnya perkelahian
adalah yang dimaksudkan untuk melukai orang lain ataupun merusak orang lain
(Murray dalam Siswoyo, 2003:1). Adapun sebab-sebab terjadinya perkelahian ada
beberapa hal:
a. Amarah
Marah merupakan emosi yang memiliki ciri-ciri aktivitas sistem saraf yang tinggi
dan adanya perasaan tidak suka yang sangat kuat biasanya disebabkan adanya
kesalahan yang mungkin nyata-nyata atau mungkin juga tidak (Davidoff dalam
Siswoyo, 2003:1). Pada saat marah ada perasaan ingin menyerang, meninju atau
melempar sesuatu dan biasanya timbul pikiran kejam.
b. Kesenjangan Generasi
Adanya perbedaan atau jurang pemisah (gap) antara generasi anak dengan
orangtuanya dapat terlihat dalam bentuk hubungan komunikasi yang semakin
minimal dan seringkali tidak nyambung. Kegagalan komunikasi orangtua dan
anak diyakini sebagai salah satu penyebab timbulnya perilaku agresi.
c. Peran belajar model kekerasan
Tidak dapat dipungkiri bahwa pada saat ini anak-anak dan remaja banyak belajar
menyaksikan adegan kekerasan melalui TV dan gadget atau mainan yang bertema
kekerasan. Pendapat ini sesuai yang diutarakan (Davidoff dalam Siswoyo, 2003:6)
yang mengatakan bahwa melihat perkelahian dan pembunuhan meski sedikit pasti
akan menimbulkan rangsangan dan memungkinkan untuk meniru model
kekerasan tersebut.
d. Frustasi
Frustasi ialah suatu keadaan, dimana atau kebutuhan tidak bisa terpenuhi, dan
tujuan tidak bisa tercapai. frustasi terjadi bila sesorang terhalang oleh suatu hal
dalam mencapai tujuan, kebutuhan, keinginan, harapan, atau tindakan tertentu.
e. Usia
Usia muda rentan terhadap konflik, karena keadaan emosi yang masih tinggi.
Dahrendorf dalam H. Leuver (1993: 277,281) menyatakan dimana terjadinya
konflik dapat mengakibatkan munculnya suatu perubahan struktural atau
perubahan sosial khususnya yang berkaitan dengan struktur otoritas.
2. Pengaruh Konflik Terhadap Kehidupan Masyarakat
Dampak adalah sesuatu yang dimungkinkan sangat mendatangkan akibat atau
sebab yang membuat terjadinya sesuatu, baik yang bersifat positif maupun negatif.
Menurut Richard Nelson Jones (1996: 303) dampak negatif dari konflik adalah
banyak dan bervariasi. Konflik dapat menyebabkan kesengsaraan jiwa yang
mendalam. Suatu hubungan yang menawarkan peluang yang cerah bagi kedua belah
pihak dapat saja berubah menjadi buruk karena konflik tidak dikendalikan secara
efektif. Pada tingkat yang lebih mendalam, konflik dapat memperburuk suatu
hubungan dan menyebabkan keretakan hubungan.
Menurut pernyataan salah satu pemuda kelurahan, terjadinya perkelahian antar
warga koloncucu dan sabia puncak, walau tidak menimbulkan korban jiwa, melainkan
hanya luka-luka kecil, atau serius terbukti menimbulkan keresahan bagi seluruh warga
masyarakat. Di malam hari, terutama setelah Isya kebanyakan tidak keluar rumah
kerena takut dengan kejadian tersebut.
3. Upaya Untuk penyelesaian Perkelahian Antar Warga
Konflik merupakan gejala kemasyarakatan yang akan senantiasa melekat di dalam
kehidupan masyarakat dan oleh karenanya tidak mungkin dilenyapkan. Oleh karena
itu perkelahian antar warga desa/masyarakat hanya bisa dikendalikan agar konflik
yang terjadi diantara berbagai kekuatan sosial. Menurut Nasikun (2003: 22-25),
bentuk bentuk pengendalian konflik ada tiga yaitu :
a. Konsiliasi (conciliation) Pengendalian semacam ini terwujud melalui lembaga-
lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan
keputusan-keputusan diantara pihak-pihak yang berlawananan mengenai
persoalan-persoalan yang mereka pertentangkan.
b. Mediasi (mediation) Bentuk pengendalian ini dilakukan mana kedua belah pihak
yang bersengketa bersama-sama bersepakat untuk menunjuk pihak ke tiga yang
akan memberikan nasihat-nasihatnya tentang bagaimana mereka sebaiknya
menyelesaikan pertentangan mereka.
c. Perwasitan (artibration) Di dalam hal ini kedua belah pihak yang bertentangan
bersepakat untuk menerima hadirnya pihak ketiga yang akan memberikan
keputusan-keputusan tertentu untuk menyelesaikan konflik yang terjadi diantara
mereka.

Melihat adanya dampak dari perkelahian ini maka diperlukan adanya upaya
untuk meredam perkelahian ini. Karena dengan adanya perkelahian ini kegiatan
dan aktivitas masyarakat akan mempengaruhi dalam berhubungan
kemasyarakatan sebagai mahluk sosial. Ketika terjadi perkelahian sebelumnya
bisa diselesaikan oleh aparat tingkat daerah.
Mengahadapi situasi sulit Kapolda kota ternate serta bawaanya harus secepatnya
mengajak kedua belah pihak untuk berdamai. Bentuk ajakan tersebut diwujudkan
dalam pertemuan di kantor Kapolda ternate, yang dihadiri oleh kedua belah pihak
serta tokoh masyarakatan yang bersangkutan. Dalam pertemuan kekeluargaan
tersebut, kedua perwakilan warga kubu tersebut, sepakat untuk tidak melakukan
tindakan balasan atas persoalaan ini. Persoalan hukum yang menyangkut korban
maupun perusakan rumah diserahkan sepenuhnya ke aparat hukum.

Upaya-upaya yang dilaksanakan dalam mereda ini perlu adanya kesadaran


warga untuk mematuhi keputusan tapi rasa dendam dan tidak percaya masih saja
menjadi bibit yang memunculkan konflik baru. Ditambah oleh masalah lagi
pengaruh dari orang-orang yang sebagai provokator bisa memicu konflik maka 59
perlu adanya pembenahan diri kembali. Hal ini harus dilakukan oleh warga-warga
setempat sebelum kejadian perkelahian ini terulang kembali. Misalnya dengan
melakukan kegiatan yang bersifat keagamaan atau pertandingan olahraga untuk
mempesatukan kedua kubu dalam konflik perkelahian tersebut seperti
mengadakan halal bil halal pada bulan ramadhan atau mengadakan pertandingan
fotsal dengan tujuan menyambung silaturahmi sesama masyarakat setempat. Oleh
karena itu, yang harus diwujudkan adalah keseimbangan yang menjelma dalam
lembaga dan pranata yang mewujud dalam masyarakat baik yang diciptakan oleh
negara maupun yang tumbuh secara asli dari masyarakatnya.

Anda mungkin juga menyukai