Anda di halaman 1dari 2

Nama :Esra Dengiandran

Nim :D0321323
Kelas :PWK C
Etika Perencanaan dan Hubungannya Dengan Kehidupan Masyarakat
serta contoh kasus
Seperti yang kita ketahui etika perencanaan merupakan suatu sikap kita yang dibatasi oleh sistem dan
tata nilai agar suatu perencanaan tercapai dengan maksimal. Tentunya perencanaan tidak akan bisa
tercapai ketika kita tidak mengaitkan dengan pendekatan partisipatif. Konsep perencanaan partisipatif
mengandalkan sesuatu yang pasti dari sumber pengetahuan tindakan yang diusulkan bersifat saling
tukar pendapat yang berbeda, bukan melalui pertimbangan logika atau ilmu pengetahuan, meskipun
keduanya dapat dipertimbangkan dengan baik sebagai kemungkinan dalam konteks kumunikatif.

Etika perencanaan tidak hanya menjadi tugas seorang perencana namun juga harus dilaksanakan oleh
pihak-pihak lain yang terlibat, baik pelaku maupun penerima manfaat. Perencanaan adalah sebuah
proses dan proses tersebut tidak mungkin berdiri sendiri, dalam arti pasti melibatkan pihak lain.
Sebagai aparatur negara yang melayani masyarakat dan sebagai bagian dari masyarakat mari kita
terapkan etika perencanaan dalam setiap hal yang kita kerjakan, baik perencanaan dalam tugas
keseharian sesuai tugas pokok fungsi kita, perencanaan dalam keluarga kita, perencanaan lingkungan
kita, dan jangan lupa perencanaan diri pribadi kita. Semua dimulai dari diri sendiri, sehingga bila dalam
merencanakan sesuatu untuk diri pribadi kita memakai etika perencanaan otomatis prinsip-prinsip etika
perencanaan akan terbawa dalam keseharian kita dalam dimensi yang lain (dimensi kerja, dimensi
keluarga, dimensi lingkungan) sehingga apapun yang kita rencanakan akan bermanfaat dan berbuah
baik serta berkelanjutan.

Seorang perencana juga harus memperhatikan etika dalam bermasyarakat, antara lain:

1. mewujudkan pola hidup sederhana.


2. memberikan pelayanan dengan empati, hormat, dan santun tanpa pamrih dan tanpa unsur
pemaksaan.
3. memberikan pelayanan secara cepat, tepat, terbuka, dan adil serta tidak diskriminatif.
4. tanggap terhadap keadaan lingkunga masyarakat.
5. berorientasi kepada peningkatan kesejahtera masyarakat dalam melaksanakan tugas.

Dalam merencanakan wilayah/kota juga kita harus memperhatikan nilai sosial. Karena dengan
diperhatikannya nilai sosial wilayah/kota yang kita rencanakan akan sesuai dengan apa yang
masyarakat inginkan. Jika Kita mengabaikan nilai sosial bisa saja Masyarakat yang menempati
wilayah/kota tersebut tidak nyaman dan tidak sesuai dengan apa yang Mereka inginkan. Sebagai contoh
ketika kita merencanakan suatu wilayah dan kota, Kita tidak boleh seenaknya merencanakan dan
langsung diterapkan. Sebaiknya Kita bersosialisasi bersama Masyarakat dan memberitahukan rencana
kita sebelum menerapkannya, Jika ada yang tidak setuju makabisa dimusyawarahkan sampai rencana
kita disepakati oleh semua Masyarakat yang akan menempatinya.

Selain etika seorang perencana juga harus mampu tahu Dalam merencanakan wilayah/kota juga kita
harus memperhatikan nilai keamanan agarwilayah/kota yang kita rencanakan aman dari segala
ancaman dan bahaya sehingga penduduk yang menempatinya merasa aman dan tentram berada di
wilayah/kota tersebut. Hal ini tentunya menjadi hal yang sangat perlu diperhatikan ketika kita
melakukan sebuah perencanaan harus benar-benar melihat apakah nantinya masyarakat akan terhindar
dari hal-hal yang tidak diinginkan.

Contoh kasus:
Proses perencanaan pembangunan Desa Rowomarto
Musyawarah desa, yang diprakarsai kepala desa, merupakan akhir proses perencanaan
pembangunan desa. Pertemuan ini melibatkan kepala desa, perangkat desa, kepala dusun,
Lembaga Perencana dan Pelaksana Pembangunan (LP3), BPD, tokoh masyarakat, perwakilan
dusun dan perwakilan kecamatan sebagai fasilitator. Pertemuan diawali dengan penyampaian
kebijaksanaan dan program-program pemerintah yang akan dijalankan di desa, dilanjutkan
dengan penggalangan aspirasi masyarakat yang dibawa oleh para wakil dusun diikuti dengan
penyusunan program pembangunan desa beserta pembiayaanya dan diakhiri dengan pembuatan
keputusan sebagai rencana pembangunan desa yang telah disepakati bersama.

Kesempatan turut serta dalam proses perencanaan pengembangan Desa Rowomarto terbuka lebar
bagi seluruh warga. Seluruh peserta pertemuan, sebagai wakil warga, mempunyai kesempatan
yang sama untuk menyampaikan pendapatnya. Suasana pembicaraan cukup ramai, bahkan sering
panas, karena para wakil dusun berjuang agar dusunnya mendapat prioritas. Kepala desa dan
ketua BPD, yang oleh masyarakat dinilai pandai, bijaksana, sabar, dan mempunyai pendekatan
yang baik telah mampu mendinginkan suasana, sehingga ditemukan kesepakatan. Fasilitator
kecamatan, dengan berbekal arahan dan panduan fasilitasi dan mediasi, tidak menjalankan
peranan sebagai komunikator yang memudahkan peserta untuk berpartisipasi dan mengutarakan
pendapat, tetapi lebih menjalankan peranan sebagai pengamat.

Anda mungkin juga menyukai