Korespondensi:
Dicky L. Tahapary. Divisi Metabolik Endokrin, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo,
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jln. Pangeran Diponegoro 71, Jakarta 10430, Indonesia. Email: dicky.tahapary@ui.ac.id
ABSTRAK
Pasien diabetes melitus tipe 2 (DMT2) dikaitkan dengan peningkatan risiko kejadian kardiovaskular. Sebelum era cardio-
vascular trial outcome (CVOT) bukti efikasi obat oral diabetes (OAD) golongan lama seperti metformin, sulfonilurea,
tiazolidindion, glinid, dan inhibitor alfa glukosidase dalam menurunkan risiko kejadian kardiovaskular sangatlah terbatas.
Sejak 2008, semua OAD wajib memiliki data CVOT. Penghambat DPP-4 bersifat netral terhadap risiko kejadian kardiovaskular
sedangkan penghambat SGLT-2 dilaporkan dapat menurunkan risiko kejadian kardiovaskular secara bermakna. Temuan
ini bahkan turut mengubah panduan pengelolaan DMT2 yang dikeluarkan oleh American Diabetes Association – European
Association for the Study of Diabetes (ADA-EASD) di akhir tahun 2018. Namun demikian, penggunaan penghambat SGLT-2
di Indonesia sepertinya akan terkendala dalam hal biaya. Bila dibandingkan dengan pendekatan multifaktorial secara
intensif yang berusaha menurunkan glukosa darah, lipid, tekanan darah, berat badan, dan pemberian aspirin; ternyata
pendekatan multifaktorial ini dikaitkan dengan penurunan risiko kejadian kardiovaskular yang lebih tinggi dan biaya yang
lebih rendah. Dalam era JKN, diperlukan kendali mutu dan kendali biaya, nampaknya upaya pendekatan multifaktorial
akan masih menjadi pilihan utama dalam rangka menurunkan kejadian kardiovaskular pada penyandang DMT2 di
Indonesia.
Kata kunci: Diabetes melitus tipe 2, kejadian kardiovaskular, obat antidiabetik oral, pendekatan multifaktorial
ABSTRACT
Type 2 diabetes mellitus (DMT2) patients are associated with an increased risk of cardiovascular events. Prior to the era
of cardio-vascular trial outcome (CVOT) evidence on the efficacy of old oral diabetes (OAD) drugs such as metformin,
sulfonylurea, thiazolidindion, glinid, and alpha glucosidase inhibitors in reducing the risk of cardiovascular events was very
limited. Since 2008, all OADs must have CVOT data. DPP-4 inhibitors are neutral against the risk of cardiovascular events
while SGLT-2 inhibitors are reported to significantly reduce the risk of cardiovascular events. This finding even helped to
change the DMT2 management guidelines issued by American Diabetes Association (ADA-EASD) in late 2018. However,
SGLT-2 inhibitor applications in Indonesia are likely to be constrained in terms of costs. When compared with an intensive
multifactorial approach that seeks to reduce blood glucose, lipids, blood pressure, weight, and aspirin; it turns out that
this multifactorial approach is associated with a lower risk of higher cardiovascular events and lower costs. In the JKN era,
where quality control and cost control are needed, it seems that the multifactorial approach will still be the main choice in
reducing cardiovascular events in people with T2DM in Indonesia.
Keywords: Cardiovascular events, diabetes mellitus type 2, multifactorial approach, oral antidiabetic drugs
kejadian kardiovaskular belum terbukti secara klinis. nonfatal) dengan hazard ratio 0,86 (IK95% 0,74-0,99).29-31
Studi lain yang dilakukan Nishikido, dkk.25 tahun 2017 Studi CANVAS menunjukkan bahwa canaglifozin memiliki
menunjukkan bahwa subjek yang diberikan vildagliptin efek penurunan kejadian stroke nonfatal sebanyak 10%
memiliki kadar HbA1c lebih rendah dibandingkan pasien dan stroke fatal dengan hazard ratio 0,87 (IK 95% 0,69-
dengan terapi non-inkretin. Studi tersebut menunjukkan 1,09) dengan P < 0,001 non-inferior. Selain itu, dengan
vildagliptin tidak memperbaiki fungsi sistolik dan diastolik pemberian canagliflozin, pasien DMT2 memiliki risiko
jantung, namun menurunkan kadar BNP sehingga dipikirkan lebih rendah mengalami kejadian kardiovaskular.29
memiliki efek protektif terhadap IMA. Studi mengenai Studi DECLARE-TIMI menunjukkan dapagliflozin dapat
efek linagliptin terhadap kejadian kardiovaskular masih menurunkan mortalitas kardiovaskular atau hospitalisasi
berjalan. Keuntungan dari penghambat DPP-IV adalah efek gagal jantung dengan hazard ratio 0,83 dengan (IK 95%
netral terhadap peningkatan berat badan dan rendahnya 0,73 – 0,95) dan p = 0,005. Dapagliflozin tidak terbukti
risiko hipoglikemia. Obat golongan ini juga tolerabilitasnya menurunkan MACE. Efek samping diabetik ketoasidosis
cukup baik, walaupun pada sebagian kecil pasien juga dan infeksi genital lebih sering terjadi pada dapagliflozin
mengeluhkan adanya gangguan gastrointestinal.26 dibandingkan plasebo.30
Efek penghambat SGLT-2 dalam menurunkan kejadian
Penghambat SGLT-2 kardiovaskular dijelaskan melalui mekanisme peningkatan
Penghambat SGLT-2 merupakan golongan OAD sekresi glukagon. Glukagon mengaktivasi pembentukan
baru yang bekerja dengan menghambat kerja SGLT-2 cAMP dan menstimulasi efek inotropik yang meningkatkan
untuk reabsorpsi kembali glukosa di tubulus kontortus kontraktilitas miokardium dan cardiac output pada pasien
proksimal.7 Penghambat SGLT-2 memiliki mekanisme IM. Selain itu, glukagon juga memiliki efek kronotropik
seperti loop diuretic melalui efek diuresis dan penurunan dengan berikatan pada reseptor ϐ-1. Pelepasan glukagon
tekanan darah. Tiga jenis obat golongan SGLT-2 inhibitor melalui penghambat SGLT-2 memberikan efek antiaritmia,
yang sudah diverifikasi di Amerika Serikat dan Eropa adalah antioksidatif, dan anti-inflamasi.23 Selain itu, efek lainnya
canagliflozin, empagliflozin, dan dapagliflozin, sementara juga dapat menurunkan kadar glukosa darah, insulin,
ertugliflozin dan sotagliflozin masih memerlukan tekanan darah, berat badan, dan albuminuria. Penurunan
penelitian lebih lanjut.27 berat badan yang terjadi mencapai 2-3 kg dalam waktu 24-
Meta-analisis Zelniker, dkk28 tahun 2018, Fei, dkk.2 52 minggu. Hal ini disebabkan karena balans energi negatif,
tahun 2018, dan Savarese, dkk.3 tahun 2016, mendapatkan terjadi peningkatan ekskresi glukosa, dan penurunan
bahwa SGLT-2 inhibitor dapat menurunkan risiko kejadian reabsorpsi glukosa di ginjal. Efek diuresis penghambat
kardiovaskular secara bermakna dibandingkan dengan SGLT-2 juga dipikirkan berperan pada penurunan risiko
plasebo dan antidiabetik oral lainnya. Akan tetapi, dua perawatan akibat gagal jantung. Pemberian penghambat
studi yang dilakukan menunjukkan adanya perbedaan SGLT-2 harus berhati-hati pada pasien usia > 65 tahun
dalam efikasi SGLT-2 inhibitor terhadap infark miokardium karena dapat meningkatkan risiko dehidrasi dan hipotensi
nonfatal. Studi Fei, dkk.2 menunjukkan penghambat ortostatik.30 Empagliflozin yang diberikan dalam waktu
SGLT-2 tidak dapat mencegah infark miokardium (IM) lima tahun dengan dosis 10 mg atau 25 mg per hari
nonfatal, sementara studi yang dilakukan Savarese, dkk.3 memberikan efek peningkatan HDL 2 mg/dL, penurunan
menunjukkan efek penghambat SGLT-2 tidak bermakna berat badan 2 kg, dan penurunan tekanan darah sistolik
untuk mencegah stroke pada pasien dengan riwayat 4 mmHg. Efek akumulasi ini dipikirkan memiliki efek
penyakit kardiovaskular. Hal ini sesuai dengan studi Fei, anti aterosklerosis yang pada akhirnya dapat mencegah
dkk.2 dengan nilai OR/RR yang melewati angka 1. Fei, kejadian kardiovaskular yang terutama disebabkan oleh
dkk.2 melaporkan bahwa tidak ada perbedaan bermakna aterosklerosis.31
penggunaan penghambat SGLT-2 dengan penurunan risiko
IM nonfatal pada pasien yang menerima plasebo atau ANALISIS COST-BENEFIT OAD DI INDONESIA
DPP-4 inhibitor. Biaya terkait penggunaan OAD sangat bergantung
Tiga penelitian utama mengenai penghambat SGLT-2 pada golongan obat antidiabetik tersebut dan ketersediaan
adalah EMPA-REG, CANVAS, dan DECLARE-TIMI 58. EMPA- obat generik. Obat-obatan golongan biguanid, SU, TZD,
REG OUTCOME trials menunjukkan bahwa penggunaan dan penghambat alfa glukosidase umumnya sudah
empagliflozin dikaitkan dengan penurunan bermakna memiliki sediaan generik. Obat glibenklamid, glimepirid,
major adverse cardiovascular events/MACE (kematian dan gliklazid merupakan obat SU yang paling murah,
kardiovaskular, infark miokardium nonfatal, dan stroke sementara glikuidon relatif lebih mahal.
Di Indonesia, biaya terapi total setiap pasien berkisar terkini bahwa OAD golongan terbaru dapat menurunkan
antara Rp208.500,00 sampai Rp754.500,00 per bulan risiko kejadian kardiovaskular, peneliti berusaha membuat
dengan proporsi biaya tertinggi adalah obat (59,5%).32 perhitungan sederhana terkait biaya yang dikeluarkan
Kisaran biaya total pasien diabetes ini lebih tinggi untuk mencegah setidaknya satu kejadian kardiovaskular
dibandingkan dengan biaya total pasien diabetes di India berdasarkan data yang ada (Tabel 1).
dengan kisaran 15 hingga 2.501 Rupee India (INR) per Analisis cost-benefit tersebut menunjukkan bahwa
bulan (setara dengan Rp3.033,00 sampai Rp505.713,00).33 obat-obatan baru ini walau terbukti dapat menurunkan
Di Indonesia, obat metformin generik 500 mg risiko kejadian kardiovaskular, namun diperlukan total
memiliki harga Rp233,00/tablet, glimepirid generik 2 biaya yang besar. Selain itu, obat-obatan lama seperti
mg seharga Rp1.983,00/tablet; dan glibenklamid 5 mg metformin, akarbosa, dan pioglitazon ternyata juga dapat
Rp236,00/tablet. Sementara obat glikuidon generik tablet menurunkan risiko kejadian kardiovaskular, walaupun
30 mg memiliki harga Rp1.491,00/tablet. Rerata biaya per tingkat buktinya tidak setinggi obat-obat baru.
bulan untuk satu orang pasien rawat jalan di RS Kodya
Yogyakarta pada tahun 2004 yang diberikan glibenklamid PENDEKATAN MULTIFAKORIAL
adalah Rp1.078.200,00. Untuk 100 orang pasien yang Dalam praktik sehari-hari tentu saja seorang klinisi
diberikan metformin, diperlukan biaya Rp1.788.015,00.34 ingin mendapatkan penurunan kejadian kardiovaskular
Harga akarbosa tablet generik 100 mg adalah Rp2.645,00 pada pasien DMT2 yang ditanganinya. Hasil penelitian di
per tablet, pioglitazon hidroklorida obat generik seharga era CVOT menunjukkan bahwa penghambat SGLT-2 efektif
Rp2.135,00 per tablet. Golongan glinid, misalnya dalam menurunkan risiko kejadian kardiovaskular. Namun
repaglinid dan nateglinid dipasarkan dengan kisaran harga demikian, ada pertimbangan cost-benefit pendekatan
Rp2.500,00 – Rp9.000,00 per tablet. multifaktorial yang selama ini sebenarnya sudah menjadi
Obat golongan baru seperti penghambat DPP-IV pendekatan yang umumnya dilakukan pada pasien DMT2
dan SGLT-2 belum memiliki sediaan generik. Penghambat dalam rangka menurunkan risiko kejadian kardiovaskular.
DPP-IV seperti sitagliptin, vildagliptin, saxagliptin, dan Pada penelitian Steno-2 yang dilakukan Gaede, dkk.37
linagliptin dipasarkan dengan harga untuk dosis harian tahun 2003, dilakukan perbandingan terapi multifaktorial
berkisar antara Rp15.000,00 – Rp20.000,00. Sementara itu, intensif dengan terapi konvensional. Terapi konvensional
obat penghambat SGLT-2, empagliflozin, dan dapagliflozin (aspirin, statin, ACEi, modifikasi diet, aktivitas fisik)
dipasarkan dengan harga berkisar antara Rp15.000,00 – dibandingkan dengan terapi intensif (aspirin, statin,
Rp25.000,00 per tablet. ACEi, modifikasi diet, aktivitas fisik), namun untuk terapi
Selain itu, analisis cost-benefit obat antidiabetik intensif ditambahkan kontrol glikemik dengan berpatokan
juga dapat dilihat dari hasil perhitungan incremental cost- pada nilai HbA1c. Pasien yang overweight dan obesitas
effectiveness ratio (ICER), yaitu analisis yang digunakan diberikan metformin, sedangkan pasien dengan lean
untuk menilai perbedaan biaya antara dua jenis obat dibagi body mass yang ideal, diberikan gliklazid. Apabila target
dengan selisih tingkat efektivitas antara dua obat. Semakin gula darah atau HbA1c tidak tercapai, maka dilakukan
kecil ICER, semakin efektif dan efisien obat yang dimaksud. pemberian kombinasi obat. Apabila dengan obat oral
Penelitian di Indonesia oleh Pribadi, dkk.35 menunjukkan tidak didapatkan perbaikan, maka mulai diberikan terapi
bahwa kombinasi regimen obat antidiabetik yang paling insulin basal. Follow-up dilakukan selama 7,8 tahun
efektif adalah sulfonilurea dan biguanid dengan nilai dan didapatkan bahwa terjadi penurunan HbA1c yang
ICER Rp -170.208. Penelitian lain di India oleh George36 bermakna, juga tekanan darah sistolik dan diastolik,
menemukan bahwa kombinasi metformin, sulfonilurea, kolesterol, trigliserida, dan laju ekskresi albumin pada
dan pioglitzone merupakan kombinasi terbaik untuk pasien yang mendapatkan terapi intensif dibandingkan
menurunkan kadar gula darah puasa. Jenis kombinasi obat pasien dengan terapi konvensional.
lain dengan agen penghambat DPP-4 memiliki efektivitas Hal yang menarik adalah bahwa pada penelitian
yang kurang dan lebih mahal dibandingkan kombinasi obat Steno-2 didapatkan efek penurunan risiko kejadian
antidiabetik lainnya. Harga obat antidiabetik oral menjadi kardiovaskular dengan HR 0,47 (IK 95% 0,24 – 0,73). Hal
pertimbangan penting dalam pemilihan jenis obat. Dalam ini menunjukkan upaya kontrol glikemik dengan disertai
pemilihan OAD perlu diperhatikan ketersediaan obat, pengelolaan faktor risiko lainnya yang berperan sangat
harga, dan terjaminnya obat melalui BPJS mengingat penting dalam mencegah kejadian kardiovaskular. Penting
sebagian besar masyarakat Indonesia merupakan peserta untuk dicatat bahwa pendekatan multifaktorial seperti
jaminan kesehatan nasional (JKN). Terkait bukti-bukti yang dilakukan Steno-2 dikaitkan dengan penurunan
risiko kejadian kardiovaskular yang lebih tinggi dengan on the risk of heart failure: a cohort study. J Am Heart Assoc. 2018;
6(4):e005379.
ARR mencapai 20% dan NNT hanya 5, jauh lebih besar
9. Davies MJ, D’Alessio DA, Fradkin J, Kernan WN, Mathieu C, Mingrone
dibandingkan dengan CVOT obat-obat golongan baru G, et al. Management of hyperglycaemia in type 2 diabetes, 2018.
A consensus report by the American Diabetes Association (ADA)
tersebut.37 Sebuah studi terbaru yang melakukan analisis and the European Association for the Study of Diabetes (EASD).
biaya Steno-2 (1996-2014) melaporkan bahwa terapi Diabetes Care. 2018;41(12):1-38.
intensif multifaktorial dikaitkan dengan rerata biaya per 10. Griffin SJ, Leaver JK, Irving GJ. Impact of metformin on cardiovascular
disease: a meta-analysis of randomised trials among people with
orang per tahun yang lebih rendah (8.725 Euro vs. 10.091 type 2 diabetes. Diabetologia. 2017;60(9):1620-9.
Euro, p = 0,045). Perbedaan ini disebabkan oleh penurunan 11. Lamanna C, Monami M, Marchionni N, Mannucci E. Effect of
metformin on cardiovascular events and mortality: a meta-analysis
biaya terkait hospitalisasi akibat penyakit kardiovaskular.38 of randomized clinical trials. Diabetes Obes Metab. 2011;13(3):221-
8.
12. Fung CSC, Wan EYF, Wong CKH, Jiao F, Chan AKC. Effect of
SIMPULAN metformin monotherapy on cardiovascular diseases and mortality:
Penghambat SGLT-2 memberikan efek penurunan a retrospective cohort study on chinese type 2 diabetes mellitus
patients. Cardiovasc Diabetol. 2015;14:137.
risiko kejadian kardiovaskular yang bermakna pada pasien 13. Roumie CL, Hung AM, Greevy RA. Comparative effectiveness
dengan riwayat penyakit kardiovaskular sebelumnya of sulfonylurea and metformin monotherapy on cardiovascular
events in type 2 diabetes mellitus: a cohort study. Ann Intern Med.
(pencegahan sekunder). Dari segi cost-benefit, terapi 2012;157(9):601-2.
multifaktorial secara intensif yang meliputi kendali 14. Sola D, Rossi L, Schianca GP. Sulfonylureas and their use in clinical
practice. Arch Med Sci. 2015;11(4):840-8.
glukosa darah, lipid, tekanan darah, dan berat badan, serta
15. Heller SR. A summary of the ADVANCE trial. Diabetes Care.
pemberian aspirin dikaitkan dengan penurunan risiko 2009;32(2):357-61.
kejadian kardiovaskular yang lebih besar dengan biaya yang 16. Azoulay L, Suissa S. Sulfonylureas and the risks of cardiovascular
events and death: a methodological meta-regression analysis of
lebih ringan. Di Indonesia, dengan adanya keterbatasan the observational studies. Diabetes Care. 2017;40:706-14.
pembiayaan kesehatan, nampaknya pendekatan 17. Rutten G. Effect of nateglinide on the incidence of diabetes and
cardiovascular events. N Engl J Med. 2010;362:16.
multifaktorial secara intensif masih merupakan pilihan
18. Charbonnel B, Dormandy J, Erdmann E, Massi-Benedetti M, Skene
utama untuk menurunkan risiko kejadian kardiovaskular. A. The prospective pioglitazone clinical trial in macrovascular
events (PROactive). Diabetes Care. 2004;27(7):1-7.
19. Dormandy JA, Charbonne B, Eckland DJA, Erdmann E, Massi-
UCAPAN TERIMA KASIH Benedetti M, Moules IK, et al. Secondary prevention of
Penulis mengucapkan terima kasih untuk Prof. Dr. dr. macrovascular events in patiens with type 2 diabetes in the
PROactive Study (PROspective pioglitAzone Clinical Trial In
Pradana Soewondo, SpPD, KEMD yang telah memberikan macroVascular Events): a randomised controlled trial. Lancet.
2005;366:1-11.
masukan berharga dalam penulisan artikel ini, dan kepada
20. Chen JM, Chang CW, Lin YC, Horng JT, H.-H. Sheu W. acarbose
dr. Cindy Astrella untuk bantuan teknisnya. treatment and the risk of cardiovascular disease in type 2 diabetic
patients: a nationwide seven-year follow-up study. J Diabetes Res.
2014;2014:1-6.
DAFTAR PUSTAKA 21. Hanefeld M, Catagay M, Petrowitsch T, Neuser D, Petzinna D, Rupp
1. Kementerian Kesehatan RI. Infodatin: situasi dan analisis diabetes M. Acarbose reduces the risk for myocardial infarction in type 2
[Internet]. 2014 [cited 2018 Nov 14]. Available from: http://www. diabetic patients: meta-analysis of seven long-term studies. Eur
depkes.go.id/resources/download/pusdatin/infodatin/infodatin- Heart J. 2004;25:10-6.
diabetes.pdf 22. Chang CH, Chang YC, Lin JW, Chen ST, Chuang LM, Lai MS.
2. Fei Y, Tsoi MF, Kumana CR, Cheung TT, Cheung BMY. Network meta- Cardiovascular risk associated with acarbose versus metformin as
analysis of cardiovascular outcomes in randomized controlled trials the first-line treatment in patients with type 2 diabetes: a nationwide
of new antidiabetic drugs. Int J Cardiol. 2018;254(2018):291-6. cohort study. J Clin Endocrinol Metab. 2015;100(3):1121-9.
3. Savarese G, D’Amore C, Federici M, Martino FD, Dellegrottaglie S, 23. Thompson PL, Davis TME. Review cardiovascular effects of glucose-
Marciano C, et al. Effects of dipeptidyl peptidase 4 inhibitors and lowering therapies for type 2 diabates: new drugs in perspective.
sodium-glucose linked cotransporter-2 inhibitors on cardiovascular Clin Ther. 2017;39(5):1012-25.
events in patients with type 2 diabetes mellitus: a meta-analysis. 24. Elgendy IY, Mahmoud AN, Barakat AF, Elgendy AY, Saad M, Abuzid
Int J Cardiol. 2016;220(2016):595-601. A, et al. Cardiovascular safety of dipeptidyl-peptidase iv inhibitors:
4. Marfella R, Sasso FC, Cacciapuoti F, Portoghese M, Rizzo MR, a meta-analysis of placebo-controlled randomized trials. Am J
Siniscalchi M, et al. Tight glycemic control may increase regenerative Cardiovasc Drugs. 2017;17:143-55.
potential of myocardium during acute infarction. J Clin Endocrinol 25. Nishikido T, Oyama JI, Ohira H, Node K. The effects and safety of
Metab. 2012; 97(3):933-42. vildagliptin on cardiac function after acute myocardial infarction.
5. Moodahadu LS, Dhall R, Zargar AH, Bangera S, Ramani L, Katipally R. Int J Cardiol. 2015;188(2015):13-5.
Tight glycemic control and cardiovascular effects in type 2 diabetic 26. Gokhale M, Buse JB, Funk MJ, Lund J, Pate V, Simpson RJ, et al.
patients. Heart Views. 2014;15(4):111-20. No increased risk of cardiovascular events in older adults initiating
6. Mannucci E. Is glucose control important for prevention of dipeptidyl peptidase 4 inhibitors versus therapeutic alternatives.
cardiovascular disease in diabetes? Diabetes Care. 2013;36(2):259- Diabetes Obes Metab. 2017;19(7):970-80.
63. 27. Cinti F, Moffa S, Impronta F, et al. Spotlight on ertugliflozin and
7. PB PERKENI. Konsensus pengelolaan dan pencegahan diabetes its potential in the treatment of type 2 diabetes: evidence to
melitus tipe 2 di Indonesia 2015 [Internet]. Available from: https:// date. Drug Des Devel Ther. 2017;11:2905-19.
kupdf.net/download/konsensus-penggunaan-insulin-perkeni- 28. Zelniker M, Lam CSP, Kohsaka S, Kim DJ, Karasik A, Shaw J et al.
2015_590b19d0dc0d60cd4a959ecc_pdf Cardiovascular events associated with sglt-2 inhibitors versus other
8. Roumie CL, Min JY, McGowan LD, Presley C, Grijalva CG, Hackstadt glucose-lowering drugs: the CVD-REAL 2 study. J Am Coll Cardiol.
AJ. Comparative safety of sulfonylurea and metformin monotherapy 2018;71(23):2628-39.
Tabel 1. Perbandingan efikasi, efektivitas, keamanan, dan cost-benefit OAD pada pasien DMT2 dalam menurunkan risiko kejadian kardiovaskular
Estimasi
Nama Obat Pembanding Durasi Efektivitas HR / OR / RR Keamanan ARR/RRR NNT
Biaya*
Metformin Plasebo ≥ 52 Menurunkan kejadian OR 0,79 Relatif aman pada ARR = 0,006 167 Rp200
(Lamanna, dkk)11 atau tanpa minggu kardiovaskular dan (IK95% pasien DMT2 dengan juta
terapi atau Perbaikan survival 0,6400,98) riwayat penyakit
komparator kardiovaskular
aktif
p = 0,031
Pioglitazon Plasebo 34,5 bulan Menurunkan risiko all- HR 0,84 (IK95 Keamanan dan ARR = 0,02 50 Rp1,8
(Dormandy, dkk)19 (rerata) cause mortality, stroke, 0,72-0,98) tolerabilitas baik. miliar
infark miokardium Hospitalisasi gagal
nonfatal jantung: 6% vs 4%
p = 0,027
Akarbosa Plasebo 52 minggu Menurunkan kejadian HR 0,65 Efek samping ARR = 0,088 12 Rp171
(Hanefeld, dkk)21 kardiovaskular; kontrol (IK95% 0,48- flatulens, diare,nyeri juta
glikemik, BB, trigliserida, 0,88) abdomen
TD sistolik pada subjek
dengan terapi intensif
p = 0,0061
Canagliflozin Plasebo 13,5 tahun Menurunkan kejadian HR 0,86 Peningkatan kejadian RRR = 0,146 218 Rp7,9
(Neal, dkk)29 (rerata) kardiovaskular, (IK95% 0,75- amputasi (ibu jari dan miliar
albuminuria 0,97) p<0,001 metatarsal)
ARR = 0,0046
Empagliflozin Plasebo 3,1 tahun Menurunkan mortalitas HR 0,86 Risiko infeksi RRR = 0,132 63 Rp4
(Zinman, dkk)31 (median) akibat kejadian (IK95% 0,74- genital, hematokrit miliar
kardiovaskular dan 0,99) meningkat
hospitalisasi akibat
ARR = 0,016
unstable angina
p = 0,04
Dapagliflozin Plasebo 4,2 tahun Menurunkan MACE HR 0,93 Risiko ketoasidosis 0,005 200 Rp5
(Wiviott, dkk)30 (median) (tidak bermakna secara (IK95% 0,84- diabetik dan infeksi miliar
statistik); menurunkan 1,03) genital
mortalitas kardiovaskular
dan hospitalisasi akibat
gagal jantung
p = 0,17
Keterangan: DMT2 = Diabetes Melitus Tipe 2; HR = Hazard Ratio; OR = Odds Ratio; RR: Relative Risk; IK = Interval Kepercayaan; ARR = Absolute Risk Reduction; NNT = Number Needed to Treat. *Estimasi
biaya dhitung berdasarkan estimasi harga OAD untuk satu hari x NNT x median/rerata durasi follow-up dalam hari