P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
162
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
Resistensi insulin yang berat dapat laporan mengenai efek samping penggunaan
memicu glukoneogenesis sehingga produksi antidiabetik pada pasien DMT2 dengan penyakit
glukosa dalam keadaan basal oleh hati atau hati kronik. Sehingga penelitian ini perlu untuk
hepatic glucose production (HGP) meningkat dilakukan.
(Penerbit PB PERKENI, 2019). Maka akan
terjadi peningkatan kebutuhan insulin pada Metode
jaringan otot dan adiposa untuk mencapai kadar Penelitian ini sudah lolos kaji etik yang
gula darah normal dan untuk mengurangi dikeluarkan oleh Komisi Etik Unit Penelitian
produksi glukosa dihati (Gimeno-Orna et al., RSUP Fatmawati dengan nomor surat:
2015). Kerusakan pada hati akan ditunjukan oleh 77/KPP/VIII/2020. Rancangan penelitian ini
aktivitas enzim seluler yang meningkat ditandai adalah Cohort Retrospektif dengan melihat data
dengan enzim hati yang abnormal (Ahmadieh & rekam medik pasien. Populasi dalam penelitian
Azar, 2014). ini adalah seluruh data pasien DMT2 dengan
Pengobatan pada pasien DMT2 dengan sirosis hepatik periode 2014-2020 yaitu
penyakit hati kronik perlu mempertimbangkan sebanyak 235 orang dan sampel dalam penelitian
efikasi dan keamanannya. Terutama jika ini adalah seluruh data pasien DMT2 dengan
menggunakan antidiabetik yang sebagian besar sirosis hepatik yang memenuhi kriteria inklusi
dimetabolisme di hati. Risiko munculnya efek yaitu sebanyak 82 orang.
samping juga harus dimonitor. Kondisi Kriteria inklusi dalam penelitian ini
terganggunya fungsi hati juga berpotensi adalah pasien DMT2 dengan sirosis hepatik,
meningkatkan risiko efek samping. Selain menerima terapi antidiabetic baik oral maupun
memberikan efek terapi, obat juga mempunyai insulin. Dirawat inap minimal 3 hari dan berusia
efek samping. Menurut penelitian observasional >20 tahun. Pasien DMT2 dengan penyakit
meningkatnya prevalensi penyakit DM di ginjal, HIV/AIDS, tuberkulosis, gangguan
Indonesia menyebabkan peningkatan penggunaan kejiwaan, hamil dan menyusui di eksklusi dari
obat antidiabetes yang berpengaruh pada penelitian ini.
prevalensi kejadian efek samping (Joddy, Putra, Data rekam medik pasien yang telah
Achmad, & P, 2017). Berkaitan dengan dikumpulkan dalam Form Pengumpulan Data
penggunaan kombinasi 2 jenis obat atau lebih Pasien kemudian dilakukan pengkategorian baik
resep yang mengandung >5 macam obat akan karakteristik pasien, diagnosis dan profil terapi,
lebih banyak mengalami interaksi obat profil pemeriksaan fungsi hati, dan problem
dibandingkan resep yang mengandung ≤5 medis lain yang dicurigai sebagai gejala efek
macam obat (Mintohardjo, 2015). Hampir 80% samping dari antidiabetic yang digunakan selama
efek samping adalah tipe A, beberapa efek pasien menjalani rawat inap. Evaluasi kejadian
samping tipe A merupakan reaksi akibat dari efek samping dilakukan pertama-tama dengan
kegagalan dosis individual seorang pasien yang penelusuran mengenai profil efek samping semua
memiliki dosis dalam jangkauan normal tetapi jenis antidiabetic baik yang mungkin terjadi dari
gangguan hati mempengaruhi klirens obat dan beberapa referensi seperti Drug Information
dapat berakibat pada efek samping (Yosmar et Handbook, British National Formulary, dan
al., 2018). beberapa artikel hasil penelitian. Setelah itu,
Pengobatan DMT2 dengan penyakit dilakukan evaluasi menggunakan panduan hasil
hati kronik harus memilih terapi yang tepat dan penelusuran mengenai kemungkinan efek
aman karena fungsi hati yang terganggu dan samping melalui gejala atau keluhan pasien yang
sebagian besar obat termetabolisme di hati. tidak ditemukan di awal pemeriksaan namun
Menurut penelitian lain yang pernah dilakukan, muncul saat menjalani perawatan rawat inap dan
pemberian gliklazid dan rapeglinid pada pasien selama penggunaan antidiabetik. Selain itu, juga
DMT2 dengan sirosis hepatik pemberiannya dilakukan evaluasi terhadap pemeriksaan profil
harus dihindari atau digunakan dengan hati-hati fungsi hati meliputi SGOT, SGPT, albumin,
pada dosis rendah karena keduanya protrombine time dan bilirubin.
dimetabolisme di hati dapat memperpanjang Data-data yang diperoleh selanjutnya
durasi kerja pada pasien dengan penyakit hati dianalisis menggunakan Software Statistical
kronik dan disarankan untuk waspada terhadap Program for Social Science (SPSS). Jenis analisis
tanda-tanda hipoglikemia (Khan, Foster, & yang digunakan adalah univariat untuk
Chowdhury, 2012). Sejauh ini belum banyak memberikan gambaran distribusi frekuensi
163
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
164
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
Insulin Aspart 1 1 2 1 1 1
Insulin Glargine 3 2
Insulin Lispro 1 2
Insulin Glulisine 1
Glimepirid 1 1 1 1 1
Metformin-Glimepirid 1 1
Glimepirid- Insulin 1
Aspart
Insulin Aspart- 1 1 3 1 2
Glargine
Insulin Glargine-Lispro 2 2 2 1 2 2 2 1 1
Insulin Glargine- 1 1 2 1 1
Glulisine
Insulin Detemir-Aspart 1 1 1 1 1 1
Insulin Detemir- 1
Glulisine
Insulin Detemir-Lispro 1
Metformin, Nsulin 1 1 1
Glargine, Actrapid
Metformin, Insulin 1
Glargine, Aspart
Total 8 6 7 3 15 7 2 8 3 6
Keterangan : Satu pasien dapat mengalami peningkatan atau penurunan nilai SGOT, SGPT, Albumin, PT dan Bilirubin ataupun tidak mengalami
peningkatan atau penurunan. Angka menunjukkan jumlah kasus. SGOT: Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, SGPT : Serum Glutamic
Pyruvic Transaminase, PT : Protombine Time
165
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
Hasil ini juga tercermin pada penelitian di penelitian cohort lain menunjukan bahwa
Myanmar dimana terdapat peningkatan nilai peningkatan serum albumin dapat terjadi pada
SGPT dan SGOT 18,5% dan 14,8% pada 95% pasien DMT2. Serum albumin yang rendah
pasien DMT2 (Ni, Htoo Kyaw Soe, & Htet, berhubungan dengan peningkatan risiko DMT2.
2012). Menurut Rosida (2016) peningkatan Jalur mekanisme untuk hubungan antara serum
nilai SGOT berhubungan langsung dengan albumin dengan perkembangan DMT2 tidak
jumlah kerusakan sel hati meskipun pemeriksaan jelas, meskipun dari ambilan protein yang tinggi
ini tidak spesifik untuk enzim hati. Peningkatan dapat menjadi tanda antara albumin dengan
pada nilai SGOT juga dapat dipengaruhi oleh sindrom metabolik (Kunutsor, Khan, &
beberapa faktor seperti aktivitas, kehamilan, Laukkanen, 2015). Nilai serum albumin yang
penyakit jantung, penyakit ginjal dan obat- tercatat terlihat bahwa nilai serum albumin yang
obatan. Sedangkan untuk pemeriksaan nilai meningkat lebih banyak daripada nilai serum
SGPT merupakan indikator uji yang lebih albumin yang menurun, artinya ada perbaikan
spesifik pada fungsi hati dibandingkan dengan yang dihasilkan selama terapi sehingga perjalanan
SGOT (Reza et al., 2017). penyakit hati tidak memburuk. Perbedaan nilai
Penggunaan insulin aspart sesuai dosis serum albumin pada pasien sirosis hepatik dapat
terapeutik tidak meningkatkan enzim hati tetapi dilihat pada perbedaan tingkat keparahan
penggunaan insulin aspart pada pasien diabetes penyakit (Wira Tungadi, 2017). Namun, pada
mellitus tipe 1 (DMT1) yang gula darahnya penelitian ini tidak dilakukan analisis tingkat
tidak terkontrol dapat menimbulkan efek keparahan/staging dari sirosis hepatik. Penelitian
hepatopati glikogenik yang ditandai dengan ini hanya memberi gambaran jika nilai serum
berbagai tingkat hepatomegali, nyeri perut dan albumin turun menunjukkan adanya gangguan
peningkatan serum aminotransferase (SGOT dan pada fungsi sintesis sel hati.
SGPT) (Robiyanto, Liana, & Purwanti, 2019). Prothrombine time juga dievaluasi dalam
Untuk penggunaan metformin, glimepirid dan penelitian ini. Pada kerusakan hati berat sintesis
insulin dapat menyebabkan peningkatan atau faktor koagulasi oleh hati akan berkurang
penurunan nilai SGOT maupun SGPT. Namun, sehingga prothrombine time akan memanjang
mekanismenya belum dapat dijelaskan karena (Rosida, 2016). Dari hasil penelitian terlihat
literatur yang masih sedikit. Tingginya nilai bahwa sebanyak 2 pasien mengalami peningkatan
SGOT dan SGPT pasien DMT2 juga prothrombine time dengan masing-masing
berhubungan dengan glukosa darah yang menggunakan insulin aspart dan glimepirid
meningkat dan tidak terkontrol yang Sedangkan sebanyak 8 pasien mengalami
menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan penurunan prothrombine time setelah
insulin dengan benar. Selain itu peningkatan nilai penggunaan insulin lispro. Penelitian di
SGPT dikaitkan dengan penurunan sensitivitas Myanmar juga menunjukan adanya peningkatan
insulin. Sehingga dapat disimpulkan jika prothrombine time sebanyak 4,9% pada pasien
antidiabetik yang digunakan efektif dalam DMT2 dimana dapat memperpanjang waktu
mengendalikan kadar gula darah maka rIsiko koagulasi (Ni et al., 2012). Perpanjangan
peningkatan nilai SGPT akan menurun (Dan et prothrombine time dapat dihubungkan dengan
al., 2019). tingkat keparahan dari liver disease.
Selanjutnya pada profil albumin, dimana Profil fungsi hati berikutnya adalah
pemeriksaan albumin dilakukan apabila terdapat bilirubin. Peningkatan profil bilirubin dapat
gangguan fungsi sintesis sel hati. Kadar albumin disebabkan oleh gangguan darah portal,
secara otomatis akan menurun terutama jika menyebabkan penghambatan bilirubin dan
terjadi lesi pada sel hati yang luas dan kronik ekskresi portosistemik shunting, hingga
(Rosida, 2016). Berdasarkan Tabel 4 terlihat meningkatkan peningkatan hemolisis. Gangguan
bahwa sebanyak 15 pasien mengalami ekskresi bilirubin terkonjugasi dapat
peningkatan serum albumin setelah penggunaan mengakibatkan hiperbilirubinemia (Yusra,
insulin glargine dan sebanyak 7 pasien mengalami Alvonico, & Adiyanti, 2020). Penelitian di
penurunan serum albumin setelah penggunaan Myanmar menunjukan sebanyak 4,9% pasien
kombinasi insulin glargine-lispro. Hasil ini DMT2 mengalami peningkatan bilirubin (Ni et
terlihat bahwa jumlah pasien yang mengalami al., 2012). Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa
peningkatan serum albumin lebih banyak peningkatan kadar bilirubin terjadi pada 3 pasien
dibandingkan penurunan serum albumin. Hasil dengan masing-masing menggunakan terapi
166
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
kombinasi glargine-lispro 1 pasien, kombinasi bertanggung jawab atas efek samping dari
glargine-glulisine 1 pasien dan glimepirid 1 peningkatan enzim hati ini masih belum jelas .
pasien. Sedangkan untuk penurunan kadar Penelitian ini juga mengkaji kemungkinan
bilirubin terjadi pada 4 pasien dengan kejadian efek samping antidiabetik. Berdasarkan
penggunaan insulin glargine 2 pasien, insulin Tabel 4 terlihat bahwa dari dari 82 sampel
aspart 1 pasien dan kombinasi glargine-lispro 1 terdapat 77 kejadian yang ducurigai sebagai efek
pasien. Kadar bilirubin yang tercatat dalam samping. Dari 77 kejadian, efek samping paling
penelitian ini lebih banyak yang menurun, banyak adalah mual sebanyak 30 kasus, kemudian
bermakna bahwa terdapat perbaikan fungsi hati gangguan saluran cerna 16 kasus, dan
karena enzim hati akan meningkat sesuai dengan hipoglikemia 13 kasus. Kejadian efek samping
kondisi penyakit yang mendasarinya. mual dan gangguan saluran cerna paling banyak
Patofisiologi spesifik dari pengaruh terjadi pada penggunaan kombinasi insulin
antidiabetik yang dapat berpengaruh pada fungsi aspart-glargine, sedangkan kejadian efek samping
hati belum jelas dikarenakan masih sedikit hipoglikemia pada penggunaan kombinasi insulin
informasi yang tersedia. Penggunaan glimepirid glargine-lispro. Kombinasi ini paling sering
dari hasil penelitian ini terlihat dapat digunakan karena efek sinergis dari keduanya
meningkatkan nilai SGOT, SGPT, yang menguntungkan (Herawati, 2018). Namun,
prothrombine time, dan bilirubin walaupun hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang
masing-masing hanya satu kejadian. Sebuah case terlaporkan pada beberapa penelitian
study di Yunani menyebutkan penggunaan sebelumnya, dimana efek samping berupa pusing,
glimepirid yang diberikan sebagai terapi DMT2 diare, mual, dan muntah umumnya dikarenakan
setelah penggunaan hari ke-40 hasilnya penggunaan metformin dan glimepirid (Yosmar
meningkat tinggi. Patofisiologi spesifik yang et al., 2018).
167
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
Efek ini juga dapat menjadi salah satu penanda Wyne, & Romoli, 2018). Penggunaan insulin
terjadinya hipoglikemia, dimana tanda dapat menjadi berbahaya jika salah dalam
hipoglikemia dapat berupa mual, muntah, sakit penggunaannya, misalnya kesalahan dalam
kepala, keluar keringat dingin, rasa berputar dan pemberian dosis apabila pemberian dosis terlalu
melayang (Rosdiana, 2017; Udayani & Meriyani, berlebih maka kemungkinan yang terjadi pasien
2016). akan mengalami hipoglikemi dan apabila dosis
Kejadian efek samping hipoglikemia juga yang diberikan kurang maka kadar gula darah
terjadi pada beberapa pasien terutama pada akan tetap berada pada level yang tinggi atau
penggunaan kombinasi insulin glragine-lispro hiperglikemi (Alfian, 2016). Efek samping
dalam penelitian ini. Hal ini juga terlihat pada berupa gangguan saluran cerna juga banyak
hasil penelitian lain yang menyebutkan bahwa terlaporkan karena penggunaan antidiabetik.
salah satu efek samping insulin adalah Mayoritas pasien DMT2 mengalami rasa yang
hipoglikemia disamping kenaikan berat badan tidak enak di perut dan menyebabkan hilangnya
dan lifodistropi. Insulin lispro masih termasuk nafsu makan sehingga dapat berakibat turunnya
dalam insulin rapid acting, memiliki onset kerja berat badan (Kyriachenko, Falalyeyeva, Korotkyi,
yang cepat dan insulin glargine merupakan Molochek, & Kobyliak, 2019; Xourgia,
insulin long acting yang mempunyai durasi kerja Papazafiropoulou, Papanas, & Melidonis, 2019).
yang panjang. Pada umumnya semua insulin Kejadian efek samping kemungkinan dapat
memungkinkan mengakibatkan terjadinya efek dipengaruhi oleh faktor lain, seperti pola
hipoglikemi setelah penggunaan insulin (Penerbit penggunaan antidiabetik, ketepatan dosis, dan
PB PERKENI, 2019). Penggunaan insulin lispro penyakit penyerta.
lebih sering menyebabkan kejadian hipoglikemia
dibandingkan dengan jenis insulin lain (Candido,
Dari hasil uji Chi-square pada Tabel 5 terlihat value>0,01). Hal ini berbanding terbalik dengan
bahwa tidak terdapat hubungan antara kejadian hasil dalam penelitian ini yang menunjukkan
efek samping dengan jenis penggunaan bahwa jenis antidiabetik tidak berhubungan
antidiabetik (p-value=0,900). Menurut Asche et dengan kejadian efek samping dan terdapat
al. (2008) pasien DMT2 yang menggunakan beberapa faktor yang mendasari kondisi ini
terapi golongan sulfonilurea dan tiazolidindion seperti pemilihan antidiabetik berdasarkan
cenderung mengalami efek samping tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien.
dibandingkan dengan penggunaan metformin (p- Penggunaan antidiabetik oral tunggal dalam
168
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
penelitian ini menyebabkan kejadian efek progresivitas penyakit yang diderita (Man Kovy,
samping sebesar 7,4%. Untuk kondisi tertentu 2019). Sedangkan dosis yang terlalu tinggi dapat
seperti gangguan fungsi hati penggunaan menyebabkan timbulnya efek samping obat, dan
metformin tidak direkomendasikan karena tidak bahkan berisiko munculnya toksisitas. Pada
memberikan perbaikan efek histologi yang penelitian ini tidak ditemukan ketidaktepatan
bermakna (Adiwinata, Kristanto, Christianty, dosis pada penggunaan antidiabetik oral.
Richard, & Edbert, 2017). Penggunaan insulin Ketidaktepatan dosis banyak ditemukan pada
baik secara tunggal dan kombinasi dalam penggunaan insulin. Menurut Almasdy (2015)
penelitian ini juga kemungkinan menimbulkan kadar gula darah biasanya dilihat efektivitasnya 3
efek samping. Dari segi pelepasan zat aktif, hari setelah pemberian insulin. Jika kadar gula
penggunaan insulin dapat mempengaruhi darah turun, berarti dosis insulin yang diberikan
kejadian efek samping. sesuai dengan kebutuhan pasien, sebaliknya jika
Kejadian efek samping juga dilihat efeknya tetap atau rendah maka dosis insulin
hubungannya dengan ketepatan dosis dapat ditingkatkan lagi. Peningkatan dosis
antidiabetik yang diberikan, dimana hasil juga insulin biasanya diberikan dengan menambahkan
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang 2-4 unit setiap 3-4 hari bila kadar gula darah
signifikan (p-value=0,412) yang terlihat pada terkontrol belum tercapai.
TabeL 6. Hasil ini didukung pula oleh hasil Analisis juga dilakukan pada faktor lain
penelitian lain yang menunjukan bahwa tidak ada penyakit penyerta dimana hasil uji Chi-square
hubungan yang signifikan antara ketepatan dosis menunjukkan bahwa penyakit penyerta memiliki
dengan efek samping (p-value=0,289) (Haryati hubungan dengan kejadian efek samping (p-
et al., 2019). Hal ini karena tingkat toleransi efek value=0,039). Hasil dapat dilihat pada Tabel 7.
samping setiap individu berbeda-beda dan dapat Adanya penyakit penyerta dapat mempengaruhi
dipengaruhi oleh faktor lain salah satunya adalah respon obat dan munculnya efek samping secara
usia. Usia lanjut memiliki risiko lebih besar bermakna melalui perubahan proses
mengalami efek samping farmakokinetika atau kepekaan jaringan. Semakin
dikarenakan pada usia lanjut terjadi kemunduran banyak penyakit penyerta akan semakin banyak
fungsi organ-organ yang dapat mengurangi fungsi jenis obat yang diterima sehingga kemungkinan
kerjanya terhadap obat (Marissa & Achmad, terjadinya efek samping semakin tinggi
2019). Selain itu pemberian obat yang tidak tepat (Aggarwal, Vishwas, & Chaudhary, 2022).
dosis seperti dosis yang terlalu rendah (subdosis)
dapat menyebabkan tertundanya keberhasilan
terapi yang dapat berakibat pada peningkatan
Komorbid
Efek
Mikrovaskular Makrovaskular p-value
Samping
Jumlah % Jumlah %
Pusing 8 13,1 0 0
Mual 14 23 2 9,5
Hipoglikemia 11 18 2 9,5
GG 7 11,5 8 38,1
0,039
Muntah 1 1,6 1 4,8
Tidak mengalami 20 32,8 8 38,1
ESO
Total 61 100 21 100
Keterangan:ESO (efek samping obat) ; ADO (antidiabetik oral) ; GG (Gangguan Gastrointestinal)
Penegakan untuk identifikasi efek samping sukar penggunaan antidiabetik oral. Hal ini sesuai
dinilai kejadiannya hanya dengan melihat rekam dengan salah satu prinsip dari pemberian insulin
medik pasien. Sehingga, perlu follow up lebih yaitu pasien yang mempunyai kondisi klinis yang
lanjut terkait identifikasi efek samping. berat dalam hal ini seperti sirosis hepatik dapat
Penggunaan insulin pada penelitian ini lebih diberikan terapi insulin dan tentunya disesuaikan
banyak digunakan dibandingkan dengan dengan kondisi klinis setiap pasien. Penggunaan
antidiabetik baik oral maupun insulin pada pasien
DMT2 dengan sirosis hepatik perlu dilakukan
169
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
pemantauan ketat terutama terkait efek samping sirosis hepatik perlu dilakukan pemantauan ketat
yang timbul dan profil fungsi hati untuk terutama terkait efek samping yang timbul dan
mencegah terjadinya masalah terkait obat yang profil fungsi hati untuk mencegah terjadinya
serius hingga peningkatan progresivitas penyakit. masalah terkait obat yang serius hingga
peningkatan progresivitas penyakit.
Penelitian ini memiliki keterbatasan dimana
penelitian ini hanya bersifat deskriptif dan hanya Ucapan Terima Kasih
berdasarkan data yang rekam medik pasien.
Keluhan-keluhan dan tanda-tanda laboratorium Penelitian ini didanai hibah internal
terkait kejadian efek samping diamati selama Universitas Pakuan dengan nomor kontrak
pasien 77/LPPM-UP/VI/KPDP/2021. Terima kasih
kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian
di rawat inap. Namun, pemeriksaan yang Kepada Masyarakat Universitas Pakuan dan
dilakukan mayoritas hanya berkisar 1-2 kali RSUP Fatmawati yang telah mendukung dalam
pemeriksaan dan data yang kurang lengkap agak proses penelitian hingga selesainya penelitian ini.
menyulitkan dalam melakukan evaluasi kejadian Daftar Pustaka
efek samping. Penelitian ini dapat terus
dikembangkan dengan rancangan penelitian dan Adiwinata, R., Kristanto, A., Christianty, F.,
metode pengamatan yang tepat dengan mengikuti Richard, T., & Edbert, D. (2017).
pasien selama pengobatan. Selain itu, monitoring Tatalaksana Terkini Perlemakan Hati Non
terhadap fungsi hati dan kejadian efek samping Alkoholik. Jurnal Penyakit Dalam
obat perlu untuk dilakukan terutama pada pasien Indonesia, 2(1), 53.
DMT2 dengan sirosis hepatik agar terhindar dari https://doi.org/10.7454/jpdi.v2i1.65
risiko efek samping serius dan peningkatan Aggarwal, M., Vishwas, G., & Chaudhary, S.
progresivitas penyakit. (2022). A retrospective cross-sectional
study to evaluate the adverse drug reactions
Kesimpulan reported in the tertiary care health center in
Kejadian efek samping yang paling Northern India. National Journal of
sering terjadi yaitu mual, gangguan pencernaan
Physiology, Pharmacy and Pharmacology,
dan hipoglikemia dengan penggunaan insulin
yang paling banyak digunakan. Dari hasil uji Chi-
12(7), 952–952.
square juga terlihat bahwa pola penggunaan https://doi.org/10.5455/NJPPP.2022.1
antidiabetik dan ketepatan dosis tidak 2.08309202117122021
berhubungan dengan kejadian efek samping. Ahmadieh, H., & Azar, S. T. (2014). Liver
Namun, penyakit penyerta memiliki hubungan disease and diabetes : Association ,
dengan kejadian efek samping. Sehingga, perlu pathophysiology , and management.
dikaji lebih dalam terhadap faktor-faktor lain Diabetes Research and Clinical Practice.
terkait efek samping. Kejadian efek samping https://doi.org/10.1016/j.diabres.2014.
dapat berpengaruh terhadap kepatuhan minum 01.003
obat yang pada akhirnya efek terapi akan sulit Alfian, R. (2016). Kepatuhan Tentang
tercapai. Penggunaan Insulin Pada Pasien Diabetes
Penegakan untuk identifikasi efek
Mellitus Di Poliklinik Banjarmasin
samping sukar dinilai kejadiannya hanya dengan
melihat rekam medik pasien. Sehingga, perlu Correlation Between the Knowledge and
follow up lebih lanjut terkait identifikasi efek the Adherence in Diabetes Mellitus
samping. Penggunaan Insulin pada penelitian ini Patients Using Insulin At Internal Disease
lebih banyak digunakan dibandingkan dengan Polyclinic. Jurnal Ilmmiah Ibnu Sina, 1(1),
penggunaan antidiabetik oral. Hal ini sesuai 9–18.
dengan salah satu prinsip dari pemberian insulin Almasdy, D., Sari, D. P., Suhatri, S., Darwin, D.,
yaitu pasien yang mempunyai kondisi klinis yang & Kurniasih, N. (2015). Evaluasi
berat dalam hal ini seperti penyakit hati kronik Penggunaan Obat Antidiabetik Pada
dapat diberikan terapi insulin tentunya Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Suatu
disesuaikan dengan kebutuhan klinis setiap Rumah Sakit Pemerintah Kota Padang –
pasien. Penggunaan antidiabetik baik oral Sumatera Barat. Jurnal Sains Farmasi &
maupun insulin pada pasien DMT2 dengan
Klinis, 2(1), 104.
170
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
171
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943
172