Anda di halaman 1dari 11

LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023

P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

Analisis Profil Fungsi Hati dan Kejadian Efek Samping


Antidiabetik Pada Pasien DM Tipe 2 Dengan Sirosis Hepatik
Emy Oktaviani a, 1*, Ratih Purnamasari b, 2
Program Studi Farmasi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Pakuan, Bogor, Jawa Barat
a,b
1emy.oktaviany@unpak.ac.id*; 2ratihpurnamahumaira07@gmail.com
*korespondensi penulis

INFO ARTIKEL ABSTRAK


Sejarah artikel : Penderita diabetes tidak peka terhadap sinyal yang dihantarkan insulin dan
Diterima : akibatnya jumlah glukosa yang ada dihati menjadi meningkat. Sehingga pasien
21-11-2022 dengan gangguan metabolik seperti diabetes mellitus tipe 2 (DMT2) mudah
Direvisi : terganggu fungsi hatinya. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi kejadian
14-12-2022
Disetujui :
efek samping, menganalisis presentase antidiabetik yang menyebabkan efek
23-12-2022 samping dan melihat hubungan faktor-faktor lain terhadap kejadian efek samping
antidiabetik pada pasien DMT2 dengan sirosis hepatik. Penelitian ini merupakan
Kata kunci: penelitian non-eksperimental cohort retrospektif dengan melihat data rekam
Fungsi hati medik pasien. Terdapat sebanyak 82 rekam medik yang memenuhi kriteria inklusi.
Efek samping Berdasarkan hasil uji tidak terdapat hubungan yang signifikan antara kejadian efek
DMT2 samping dengan pola penggunaan antidiabetik (p-value=0,900) dan ketepatan
Sirosis hepatik dosis (p-value=0,412). Namun, kejadian efek samping memiliki hubungan yang
Ketepatan dosis signifikan dengan penyakit penyerta (p-value=0,039)

Key word: ABSTRACT


Liver Function
Side effect Abstract: Diabetics aren’t sensitive to the signals delivered by ins, and the lt
DMT2 amount of glucose in the liver increases. Patients with metabolic disorders such as
Cirrhosis hepatic type 2 diabetes (DMT2) are susceptible to liver function. This study aims to
Dose accuracy evaluate the liver function on, the incidence of side effects, analyze the percentage
of antidiabetics that cause side effects, and see the relationship between
confounding factors to the incidence of antidiabetic side effects. This study is a
retrospective cohort study by looking at the patient's medical record data. Data
on DMT2 with cirrhosis hepatic were obtained from 82 people into inclusion
criteria. Based on the results of the Chi-square test, there was no significant
relationship between the incidence of side effects with the type of antidiabetic (p-
value=0,922) and dose accuracy (p-value=0,412). But there is a significant
relationship between the incidence of side effects with comorbid (p-value=0,039).

This is an open access article under the CC–BY-SA license.

Pendahuluan Proses kompensasi dan penggunaan antidiabetik


yang tidak tepat dapat mengganggu kinerja dari
Diabetes Mellitus tipe 2 (DMT2) hati sehingga berisiko mengalami chronic liver
merupakan salah satu penyakit metabolik yang disease.Badan kesehatan dunia (WHO)
dapat berpengaruh terhadap proses metabolisme memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM
di dalam tubuh. Tingginya kadar glukosa di di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000
dalam tubuh, membuat tubuh melakukan proses menjadi sekitar 21,3 juta pada tahun 2030.
kompensasi dengan meningkatkan produksi Berdasarkan laporan ini menunjukan adanya
glukosa di organ hati. Pengobatan DMT2 yang peningkatan DM sebanyak 2-3 kali lipat pada
sebagian besar menggunakan antidiabetik oral tahun 2035 (Yosmar, Inanta, & Sari, 2018).
juga berperan besar terhadap metabolisme di hati.

162
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

Resistensi insulin yang berat dapat laporan mengenai efek samping penggunaan
memicu glukoneogenesis sehingga produksi antidiabetik pada pasien DMT2 dengan penyakit
glukosa dalam keadaan basal oleh hati atau hati kronik. Sehingga penelitian ini perlu untuk
hepatic glucose production (HGP) meningkat dilakukan.
(Penerbit PB PERKENI, 2019). Maka akan
terjadi peningkatan kebutuhan insulin pada Metode
jaringan otot dan adiposa untuk mencapai kadar Penelitian ini sudah lolos kaji etik yang
gula darah normal dan untuk mengurangi dikeluarkan oleh Komisi Etik Unit Penelitian
produksi glukosa dihati (Gimeno-Orna et al., RSUP Fatmawati dengan nomor surat:
2015). Kerusakan pada hati akan ditunjukan oleh 77/KPP/VIII/2020. Rancangan penelitian ini
aktivitas enzim seluler yang meningkat ditandai adalah Cohort Retrospektif dengan melihat data
dengan enzim hati yang abnormal (Ahmadieh & rekam medik pasien. Populasi dalam penelitian
Azar, 2014). ini adalah seluruh data pasien DMT2 dengan
Pengobatan pada pasien DMT2 dengan sirosis hepatik periode 2014-2020 yaitu
penyakit hati kronik perlu mempertimbangkan sebanyak 235 orang dan sampel dalam penelitian
efikasi dan keamanannya. Terutama jika ini adalah seluruh data pasien DMT2 dengan
menggunakan antidiabetik yang sebagian besar sirosis hepatik yang memenuhi kriteria inklusi
dimetabolisme di hati. Risiko munculnya efek yaitu sebanyak 82 orang.
samping juga harus dimonitor. Kondisi Kriteria inklusi dalam penelitian ini
terganggunya fungsi hati juga berpotensi adalah pasien DMT2 dengan sirosis hepatik,
meningkatkan risiko efek samping. Selain menerima terapi antidiabetic baik oral maupun
memberikan efek terapi, obat juga mempunyai insulin. Dirawat inap minimal 3 hari dan berusia
efek samping. Menurut penelitian observasional >20 tahun. Pasien DMT2 dengan penyakit
meningkatnya prevalensi penyakit DM di ginjal, HIV/AIDS, tuberkulosis, gangguan
Indonesia menyebabkan peningkatan penggunaan kejiwaan, hamil dan menyusui di eksklusi dari
obat antidiabetes yang berpengaruh pada penelitian ini.
prevalensi kejadian efek samping (Joddy, Putra, Data rekam medik pasien yang telah
Achmad, & P, 2017). Berkaitan dengan dikumpulkan dalam Form Pengumpulan Data
penggunaan kombinasi 2 jenis obat atau lebih Pasien kemudian dilakukan pengkategorian baik
resep yang mengandung >5 macam obat akan karakteristik pasien, diagnosis dan profil terapi,
lebih banyak mengalami interaksi obat profil pemeriksaan fungsi hati, dan problem
dibandingkan resep yang mengandung ≤5 medis lain yang dicurigai sebagai gejala efek
macam obat (Mintohardjo, 2015). Hampir 80% samping dari antidiabetic yang digunakan selama
efek samping adalah tipe A, beberapa efek pasien menjalani rawat inap. Evaluasi kejadian
samping tipe A merupakan reaksi akibat dari efek samping dilakukan pertama-tama dengan
kegagalan dosis individual seorang pasien yang penelusuran mengenai profil efek samping semua
memiliki dosis dalam jangkauan normal tetapi jenis antidiabetic baik yang mungkin terjadi dari
gangguan hati mempengaruhi klirens obat dan beberapa referensi seperti Drug Information
dapat berakibat pada efek samping (Yosmar et Handbook, British National Formulary, dan
al., 2018). beberapa artikel hasil penelitian. Setelah itu,
Pengobatan DMT2 dengan penyakit dilakukan evaluasi menggunakan panduan hasil
hati kronik harus memilih terapi yang tepat dan penelusuran mengenai kemungkinan efek
aman karena fungsi hati yang terganggu dan samping melalui gejala atau keluhan pasien yang
sebagian besar obat termetabolisme di hati. tidak ditemukan di awal pemeriksaan namun
Menurut penelitian lain yang pernah dilakukan, muncul saat menjalani perawatan rawat inap dan
pemberian gliklazid dan rapeglinid pada pasien selama penggunaan antidiabetik. Selain itu, juga
DMT2 dengan sirosis hepatik pemberiannya dilakukan evaluasi terhadap pemeriksaan profil
harus dihindari atau digunakan dengan hati-hati fungsi hati meliputi SGOT, SGPT, albumin,
pada dosis rendah karena keduanya protrombine time dan bilirubin.
dimetabolisme di hati dapat memperpanjang Data-data yang diperoleh selanjutnya
durasi kerja pada pasien dengan penyakit hati dianalisis menggunakan Software Statistical
kronik dan disarankan untuk waspada terhadap Program for Social Science (SPSS). Jenis analisis
tanda-tanda hipoglikemia (Khan, Foster, & yang digunakan adalah univariat untuk
Chowdhury, 2012). Sejauh ini belum banyak memberikan gambaran distribusi frekuensi

163
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

terhadap karakteristik sampel dan analisis bivariat Jumlah


menggunakan uji Chi-square untuk melihat Kategori Pasien
Variabel
hubungan kejadian efek samping dengan faktor (n=82)
lainnya. n %
Jenis Kelamin 1. Laki-Laki 48 58,5
2. Perempuan 34 41,5
Hasil dan Pembahasan 1. 26-45 tahun 8 9,8
Sebagaimana yang tertera pada Tabel 1, Usia (Tahun) 2. 46-55 tahun 20 24,4
karakteristik pasien DMT2 dengan sirosis 3. 56-65 tahun 35 42,7
4. >65 tahun 19 23,2
hepatik didapatkan jenis kelamin paling banyak
Polifarmasi 1. ≤ 5 Jenis Obat 12 14,6
pada laki-laki sebanyak 48 pasien (58,5%) 2. > 5 Jenis Obat 70 85,4
sedangkan perempuan sebanyak 34 pasien Komorbid 1. Komplikasi 20 24,4
(41,5%). Menurut penelitian di RS Pemerintah Makrovaskular 62 75,6
Kota Padang perempuan memiliki risiko lebih 2. Komplikasi
Mikrovaskular
besar mengalami DMT2 dibandingkan laki-laki
terutama pada perempuan yang memiliki riwayat
diabetes gestasional (Almasdy, Sari, Suhatri, Berdasarkan Tabel 2, obat selain
Darwin, & Kurniasih, 2015). Hasil lain antidiabetik yang paling banyak digunakan
menunjukan bahwa penderita sirosis terbanyak adalah antihipertensi sebanyak 128 obat
yaitu laki-laki sebanyak 62,7%. Hal ini karena (21,1%). Hipertensi termasuk pada komplikasi
laki-laki mempunyai lingkungan sosial dan gaya makrovaskular dan paling banyak terjadi pada
hidup yang berbeda dengan perempuan dan laki- pasien dalam penelitian ini sehingga
laki memiliki peluang lebih besar terkena virus antihipertensi paling banyak digunakan.
hepatitis (Lovena, Miro, & Efrida, 2017). Antihipertensi diharapkan dapat mengontrol
Karakteristik pasien berdasarkan usia paling tekanan darah, tidak mengganggu metabolisme
banyak terjadi pada rentang usia 56-65 tahun glukosa atau lipid dan menurunkan risiko
sebanyak 35 pasien (42,7%) sedangkan paling kematian akibat kardiovaskular. Salah satu
sedikit pada rentang usia 25-45 tahun sebanyak antihipertensi yang digunakan adalah diuretik
8 pasien (9,8%). Hasil ini juga didukung dengan yang merupakan second line dalam terapi
hasil penelitian lain dimana diabetes mellitus hipertensi. Diuretik juga dapat digunakan untuk
akan semakin meningkat dengan bertambahnya beberapa keadaan klinis seperti sirosis hati, edema
umur dan penyakit ini ditemukan lebih banyak paru, sindrom nefrotik, edema otak dan
pada pasien berusia >50 tahun (Yosmar et al., hiperkalsemia (Rahayuningsih, Priatna, & Basar,
2018). 2018).
Selain itu, penggunaan >5 jenis obat untuk
Tabel 2. Sebaran Penggunaan Obat Selain
1 pasien juga banyak ditemukan dalam penelitian Antidiabetik
ini yaitu sebanyak 70 orang (85,4%). Profil ini Jumlah Kasus
juga terlihat pada hasil penelitian lain dimana Golongan Obat Selain Pengobatan
rata-rata pasien diresepkan 2-16 obat. Akibat Antidiabetik (n=607)
dari polifarmasi dapat meningkatkan risiko efek n %
samping dan interaksi obat (Haryati, Rahmawati, Anti Hipertensi 128 21,1
& Wahyono, 2019). Pasien dalam penelitian ini Antifibrinolitik 21 3,5
juga sebagian besar menderita komplikasi selain Antiemetik 17 2,8
Laksatif 62 10,2
sirosis hepatik, seperti komplikasi makrovakular
Obat Asam Lambung 105 17,3
sebanyak 20 pasien (24,4%) dan komplikasi Antibiotik 69 11,4
mikrovaskular sebanyak 62 pasien (75,6%). Mukolitik 12 2,0
Komplikasi makrovaskular melibatkan pembuluh Suplemen 68 11,2
darah besar seperti pembuluh darah koroner, Nutrisi Parenteral 17 2,8
pembuluh darah ke otak dan pembuluh darah Antivirus 10 1,6
Hepatoprotektor 22 3,6
perifer dan komplikasi makrovaskular menjadi
Antikolesterol 4 0,7
penyebab utama kematian pada pasien DMT2 Antidiare 3 0,5
(Edwina, Manaf, & Efrida, 2015). Bronkodilator 5 0,8
Obat Batu Empedu 2 0,3
Tabel 1. Karakteristik Pasien DMT2 dengan Analgesik 30 4,9
Sirosis Hepatik Antiangina 12 2,0

164
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

Jumlah Kasus cholinesterase, ekskresi bilirubin, asam empedu


Golongan Obat Selain Pengobatan dan detoksifikasi amonia, yang kedua mengukur
Antidiabetik (n=607) aktivitas enzim seperti SGPT dan SGOT dan
n % ketiga penentuan etiologi penyakit hati (Rosida,
Hormon Trofik & 5 0,8
Gastrointestinal
2016). Pada penelitian ini hanya melihat
Antihistamin 4 0,7 beberapa profil fungsi hati diantaranya nilai
Antikonvulsan 2 0,3 SGOT, SGPT, albumin dan prothrombine time.
Antihemoroid 1 0,2 Data ini dapat dilihat pada Tabel 3. Dari hasil
Antiplatelet 1 0,2 penelitian terlihat sebanyak 8 pasien terjadi
Pankreatitis 2 0,3 peningkatan nilai SGOT dan sebanyak 6 pasien
Antiflatulen 1 0,2
terjadi penurunan nilai SGOT. Peningkatan nilai
Obat Prostat 2 0,3
Antimuskarinik 1 0,2 SGOT tercatat banyak dalam penggunaan
Antipsikotik 1 0,2 antidiabetik oral tunggal maupun kombinasi
Total Kasus 607 100 seperti glimepirid, kombinasi metformin-
glimepirid, kombinasi metformin-glargine-
Penggunaan antidiabetik pada pasien actrapid, kombinasi metformin-glargine-aspart,
DMT2 dengan sirosis hepatik juga harus dan kombinasi glimepirid-insulin aspart.
dilakukan pemantauan terhadap fungsi hati. Kenaikan nilai SGOT juga terlihat banyak pada
Profil fungsi hati dapat dibagi menjadi tiga penggunaan metformin dan glimepirid walaupun
bagian pemeriksaan yang pertama yaitu penilaian ada kombinasi dengan insulin. Sedangkan
fungsi hati dalam hal ini yang diperiksa fungsi penurunan nilai SGOT terbanyak pada
sintesis hati meliputi albumin, globulin, penggunaan insulin aspart dan insulin glargine
elektroforesis protein, protrombin time, tunggal maupun kombinasi.

Tabel 3. Profil Fungsi Hati Terhadap Penggunaan Antidiabetik

Jumlah Pasien (n=82)


Prothrombine
SGOT SGPT Albumin Bilirubin
time (PT)
Antidiabetik
Tur
Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik Turun Naik
un

Insulin Aspart 1 1 2 1 1 1
Insulin Glargine 3 2
Insulin Lispro 1 2
Insulin Glulisine 1
Glimepirid 1 1 1 1 1
Metformin-Glimepirid 1 1
Glimepirid- Insulin 1
Aspart
Insulin Aspart- 1 1 3 1 2
Glargine
Insulin Glargine-Lispro 2 2 2 1 2 2 2 1 1
Insulin Glargine- 1 1 2 1 1
Glulisine
Insulin Detemir-Aspart 1 1 1 1 1 1
Insulin Detemir- 1
Glulisine
Insulin Detemir-Lispro 1
Metformin, Nsulin 1 1 1
Glargine, Actrapid
Metformin, Insulin 1
Glargine, Aspart
Total 8 6 7 3 15 7 2 8 3 6
Keterangan : Satu pasien dapat mengalami peningkatan atau penurunan nilai SGOT, SGPT, Albumin, PT dan Bilirubin ataupun tidak mengalami
peningkatan atau penurunan. Angka menunjukkan jumlah kasus. SGOT: Serum Glutamic Oxaloacetic Transaminase, SGPT : Serum Glutamic
Pyruvic Transaminase, PT : Protombine Time

165
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

Hasil ini juga tercermin pada penelitian di penelitian cohort lain menunjukan bahwa
Myanmar dimana terdapat peningkatan nilai peningkatan serum albumin dapat terjadi pada
SGPT dan SGOT 18,5% dan 14,8% pada 95% pasien DMT2. Serum albumin yang rendah
pasien DMT2 (Ni, Htoo Kyaw Soe, & Htet, berhubungan dengan peningkatan risiko DMT2.
2012). Menurut Rosida (2016) peningkatan Jalur mekanisme untuk hubungan antara serum
nilai SGOT berhubungan langsung dengan albumin dengan perkembangan DMT2 tidak
jumlah kerusakan sel hati meskipun pemeriksaan jelas, meskipun dari ambilan protein yang tinggi
ini tidak spesifik untuk enzim hati. Peningkatan dapat menjadi tanda antara albumin dengan
pada nilai SGOT juga dapat dipengaruhi oleh sindrom metabolik (Kunutsor, Khan, &
beberapa faktor seperti aktivitas, kehamilan, Laukkanen, 2015). Nilai serum albumin yang
penyakit jantung, penyakit ginjal dan obat- tercatat terlihat bahwa nilai serum albumin yang
obatan. Sedangkan untuk pemeriksaan nilai meningkat lebih banyak daripada nilai serum
SGPT merupakan indikator uji yang lebih albumin yang menurun, artinya ada perbaikan
spesifik pada fungsi hati dibandingkan dengan yang dihasilkan selama terapi sehingga perjalanan
SGOT (Reza et al., 2017). penyakit hati tidak memburuk. Perbedaan nilai
Penggunaan insulin aspart sesuai dosis serum albumin pada pasien sirosis hepatik dapat
terapeutik tidak meningkatkan enzim hati tetapi dilihat pada perbedaan tingkat keparahan
penggunaan insulin aspart pada pasien diabetes penyakit (Wira Tungadi, 2017). Namun, pada
mellitus tipe 1 (DMT1) yang gula darahnya penelitian ini tidak dilakukan analisis tingkat
tidak terkontrol dapat menimbulkan efek keparahan/staging dari sirosis hepatik. Penelitian
hepatopati glikogenik yang ditandai dengan ini hanya memberi gambaran jika nilai serum
berbagai tingkat hepatomegali, nyeri perut dan albumin turun menunjukkan adanya gangguan
peningkatan serum aminotransferase (SGOT dan pada fungsi sintesis sel hati.
SGPT) (Robiyanto, Liana, & Purwanti, 2019). Prothrombine time juga dievaluasi dalam
Untuk penggunaan metformin, glimepirid dan penelitian ini. Pada kerusakan hati berat sintesis
insulin dapat menyebabkan peningkatan atau faktor koagulasi oleh hati akan berkurang
penurunan nilai SGOT maupun SGPT. Namun, sehingga prothrombine time akan memanjang
mekanismenya belum dapat dijelaskan karena (Rosida, 2016). Dari hasil penelitian terlihat
literatur yang masih sedikit. Tingginya nilai bahwa sebanyak 2 pasien mengalami peningkatan
SGOT dan SGPT pasien DMT2 juga prothrombine time dengan masing-masing
berhubungan dengan glukosa darah yang menggunakan insulin aspart dan glimepirid
meningkat dan tidak terkontrol yang Sedangkan sebanyak 8 pasien mengalami
menyebabkan tubuh tidak dapat menggunakan penurunan prothrombine time setelah
insulin dengan benar. Selain itu peningkatan nilai penggunaan insulin lispro. Penelitian di
SGPT dikaitkan dengan penurunan sensitivitas Myanmar juga menunjukan adanya peningkatan
insulin. Sehingga dapat disimpulkan jika prothrombine time sebanyak 4,9% pada pasien
antidiabetik yang digunakan efektif dalam DMT2 dimana dapat memperpanjang waktu
mengendalikan kadar gula darah maka rIsiko koagulasi (Ni et al., 2012). Perpanjangan
peningkatan nilai SGPT akan menurun (Dan et prothrombine time dapat dihubungkan dengan
al., 2019). tingkat keparahan dari liver disease.
Selanjutnya pada profil albumin, dimana Profil fungsi hati berikutnya adalah
pemeriksaan albumin dilakukan apabila terdapat bilirubin. Peningkatan profil bilirubin dapat
gangguan fungsi sintesis sel hati. Kadar albumin disebabkan oleh gangguan darah portal,
secara otomatis akan menurun terutama jika menyebabkan penghambatan bilirubin dan
terjadi lesi pada sel hati yang luas dan kronik ekskresi portosistemik shunting, hingga
(Rosida, 2016). Berdasarkan Tabel 4 terlihat meningkatkan peningkatan hemolisis. Gangguan
bahwa sebanyak 15 pasien mengalami ekskresi bilirubin terkonjugasi dapat
peningkatan serum albumin setelah penggunaan mengakibatkan hiperbilirubinemia (Yusra,
insulin glargine dan sebanyak 7 pasien mengalami Alvonico, & Adiyanti, 2020). Penelitian di
penurunan serum albumin setelah penggunaan Myanmar menunjukan sebanyak 4,9% pasien
kombinasi insulin glargine-lispro. Hasil ini DMT2 mengalami peningkatan bilirubin (Ni et
terlihat bahwa jumlah pasien yang mengalami al., 2012). Berdasarkan Tabel 3 terlihat bahwa
peningkatan serum albumin lebih banyak peningkatan kadar bilirubin terjadi pada 3 pasien
dibandingkan penurunan serum albumin. Hasil dengan masing-masing menggunakan terapi

166
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

kombinasi glargine-lispro 1 pasien, kombinasi bertanggung jawab atas efek samping dari
glargine-glulisine 1 pasien dan glimepirid 1 peningkatan enzim hati ini masih belum jelas .
pasien. Sedangkan untuk penurunan kadar Penelitian ini juga mengkaji kemungkinan
bilirubin terjadi pada 4 pasien dengan kejadian efek samping antidiabetik. Berdasarkan
penggunaan insulin glargine 2 pasien, insulin Tabel 4 terlihat bahwa dari dari 82 sampel
aspart 1 pasien dan kombinasi glargine-lispro 1 terdapat 77 kejadian yang ducurigai sebagai efek
pasien. Kadar bilirubin yang tercatat dalam samping. Dari 77 kejadian, efek samping paling
penelitian ini lebih banyak yang menurun, banyak adalah mual sebanyak 30 kasus, kemudian
bermakna bahwa terdapat perbaikan fungsi hati gangguan saluran cerna 16 kasus, dan
karena enzim hati akan meningkat sesuai dengan hipoglikemia 13 kasus. Kejadian efek samping
kondisi penyakit yang mendasarinya. mual dan gangguan saluran cerna paling banyak
Patofisiologi spesifik dari pengaruh terjadi pada penggunaan kombinasi insulin
antidiabetik yang dapat berpengaruh pada fungsi aspart-glargine, sedangkan kejadian efek samping
hati belum jelas dikarenakan masih sedikit hipoglikemia pada penggunaan kombinasi insulin
informasi yang tersedia. Penggunaan glimepirid glargine-lispro. Kombinasi ini paling sering
dari hasil penelitian ini terlihat dapat digunakan karena efek sinergis dari keduanya
meningkatkan nilai SGOT, SGPT, yang menguntungkan (Herawati, 2018). Namun,
prothrombine time, dan bilirubin walaupun hasil yang didapat tidak sesuai dengan yang
masing-masing hanya satu kejadian. Sebuah case terlaporkan pada beberapa penelitian
study di Yunani menyebutkan penggunaan sebelumnya, dimana efek samping berupa pusing,
glimepirid yang diberikan sebagai terapi DMT2 diare, mual, dan muntah umumnya dikarenakan
setelah penggunaan hari ke-40 hasilnya penggunaan metformin dan glimepirid (Yosmar
meningkat tinggi. Patofisiologi spesifik yang et al., 2018).

Tabel 4. Distribusi Kejadian Efek Samping Terhadap Penggunaan Antidiabetik

Jumlah Pasien (n=82)


Efek Samping
Antidiabetik
Gangguan
Pusing Mual Hipoglikemia Muntah
Gastrointestinal
Insulin Aspart 3 3 1 3 -
Insulin Glargine 2 2 1 - 1
Insulin Glulisine - 1 1 - -
Insulin Lispro - 1 - - -
Insulin Detemir - - 1 - -
Gliquidone - 2 - 1 -
Glimepirid - - 1 - -
Metformin - - - 1 -
Insulin Glargine- Lispro - 2 4 2 1
Insulin Aspart- Detemir - 3 2 1 1
Insulin Aspart- Glargine 2 6 - 4 4
Insulin Glulisine- Glargine 1 2 - 1 1
Insulin Detemir- Human - 1 - - -
Insulin Detemir- Glulisine - 1 - - -
Insulin Detemir- Lispro - - - 1 -
Metformin-Acarbose 1 - - - -
Gliclazid-Insulin Glargine - 1 - - -
Glimepirid-Insulin Aspart - 1 - 1 -
Gliclazid-Insulin Glulisine - - - 1 -
Metformin-Glimepirid - 1 - - -
Insulin Aspart, - 1 - - -
Metformin,Gliquidone
Insulin Lispro,Insulin - 1 1 - 1
Glargine,Insulin Aspart
Metformin,Insulin - 1 - - -
Glargine,Insulin Aspart
Gliclazid,Metformin, Gliquidone - - 1 - -
Total 9 30 13 16 9
Keterangan: Angka menunjukkan jumlah kasus

167
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

Efek ini juga dapat menjadi salah satu penanda Wyne, & Romoli, 2018). Penggunaan insulin
terjadinya hipoglikemia, dimana tanda dapat menjadi berbahaya jika salah dalam
hipoglikemia dapat berupa mual, muntah, sakit penggunaannya, misalnya kesalahan dalam
kepala, keluar keringat dingin, rasa berputar dan pemberian dosis apabila pemberian dosis terlalu
melayang (Rosdiana, 2017; Udayani & Meriyani, berlebih maka kemungkinan yang terjadi pasien
2016). akan mengalami hipoglikemi dan apabila dosis
Kejadian efek samping hipoglikemia juga yang diberikan kurang maka kadar gula darah
terjadi pada beberapa pasien terutama pada akan tetap berada pada level yang tinggi atau
penggunaan kombinasi insulin glragine-lispro hiperglikemi (Alfian, 2016). Efek samping
dalam penelitian ini. Hal ini juga terlihat pada berupa gangguan saluran cerna juga banyak
hasil penelitian lain yang menyebutkan bahwa terlaporkan karena penggunaan antidiabetik.
salah satu efek samping insulin adalah Mayoritas pasien DMT2 mengalami rasa yang
hipoglikemia disamping kenaikan berat badan tidak enak di perut dan menyebabkan hilangnya
dan lifodistropi. Insulin lispro masih termasuk nafsu makan sehingga dapat berakibat turunnya
dalam insulin rapid acting, memiliki onset kerja berat badan (Kyriachenko, Falalyeyeva, Korotkyi,
yang cepat dan insulin glargine merupakan Molochek, & Kobyliak, 2019; Xourgia,
insulin long acting yang mempunyai durasi kerja Papazafiropoulou, Papanas, & Melidonis, 2019).
yang panjang. Pada umumnya semua insulin Kejadian efek samping kemungkinan dapat
memungkinkan mengakibatkan terjadinya efek dipengaruhi oleh faktor lain, seperti pola
hipoglikemi setelah penggunaan insulin (Penerbit penggunaan antidiabetik, ketepatan dosis, dan
PB PERKENI, 2019). Penggunaan insulin lispro penyakit penyerta.
lebih sering menyebabkan kejadian hipoglikemia
dibandingkan dengan jenis insulin lain (Candido,

Tabel 5. Hubungan Kejadian Efek Samping Dengan Pola Penggunaan Antidiabetik

Pola Penggunaan Antidiabetik


ADO Insulin ADO-ADO Insulin- ADO-
ESO p-value
Tunggal Tunggal Insulin Insulin
N % N % N % N % N %
Pusing 0 0 4 15,4 1 25 3 8,6 0 0
Mual 1 11,1 4 15,4 1 25 7 20 3 37,5
Hipoglikemia 1 11,1 4 15,4 1 25 7 20 0 0
GG 2 22,2 3 11,5 0 0 8 22,9 2 25
0,900
Muntah 0 0 1 3,8 0 0 1 2,9 0
Tidak mengalami 5 55,6 10 38,5 1 25 9 25,7 3 37,5
ESO
Total 9 100 26 100 4 100 35 100 8 100
Keterangan: ESO (efek samping obat) ; ADO (antidiabetik oral) ; GG (Gangguan Gastrointestinal)

Tabel 6. Hubungan Kejadian Efek Samping dengan Ketepatan Dosis


Ketepatan Dosis
Kejadian Efek Samping Tidak Tepat Tepat p-value
Jumlah % Jumlah %
Tidak mengalami ESO 5 26,3 23 36,5
Mengalami ESO 14 73,7 40 63,5 0,412
Total 19 100 63 100

Dari hasil uji Chi-square pada Tabel 5 terlihat value>0,01). Hal ini berbanding terbalik dengan
bahwa tidak terdapat hubungan antara kejadian hasil dalam penelitian ini yang menunjukkan
efek samping dengan jenis penggunaan bahwa jenis antidiabetik tidak berhubungan
antidiabetik (p-value=0,900). Menurut Asche et dengan kejadian efek samping dan terdapat
al. (2008) pasien DMT2 yang menggunakan beberapa faktor yang mendasari kondisi ini
terapi golongan sulfonilurea dan tiazolidindion seperti pemilihan antidiabetik berdasarkan
cenderung mengalami efek samping tingkat keparahan penyakit dan kondisi pasien.
dibandingkan dengan penggunaan metformin (p- Penggunaan antidiabetik oral tunggal dalam

168
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

penelitian ini menyebabkan kejadian efek progresivitas penyakit yang diderita (Man Kovy,
samping sebesar 7,4%. Untuk kondisi tertentu 2019). Sedangkan dosis yang terlalu tinggi dapat
seperti gangguan fungsi hati penggunaan menyebabkan timbulnya efek samping obat, dan
metformin tidak direkomendasikan karena tidak bahkan berisiko munculnya toksisitas. Pada
memberikan perbaikan efek histologi yang penelitian ini tidak ditemukan ketidaktepatan
bermakna (Adiwinata, Kristanto, Christianty, dosis pada penggunaan antidiabetik oral.
Richard, & Edbert, 2017). Penggunaan insulin Ketidaktepatan dosis banyak ditemukan pada
baik secara tunggal dan kombinasi dalam penggunaan insulin. Menurut Almasdy (2015)
penelitian ini juga kemungkinan menimbulkan kadar gula darah biasanya dilihat efektivitasnya 3
efek samping. Dari segi pelepasan zat aktif, hari setelah pemberian insulin. Jika kadar gula
penggunaan insulin dapat mempengaruhi darah turun, berarti dosis insulin yang diberikan
kejadian efek samping. sesuai dengan kebutuhan pasien, sebaliknya jika
Kejadian efek samping juga dilihat efeknya tetap atau rendah maka dosis insulin
hubungannya dengan ketepatan dosis dapat ditingkatkan lagi. Peningkatan dosis
antidiabetik yang diberikan, dimana hasil juga insulin biasanya diberikan dengan menambahkan
menunjukkan tidak terdapat hubungan yang 2-4 unit setiap 3-4 hari bila kadar gula darah
signifikan (p-value=0,412) yang terlihat pada terkontrol belum tercapai.
TabeL 6. Hasil ini didukung pula oleh hasil Analisis juga dilakukan pada faktor lain
penelitian lain yang menunjukan bahwa tidak ada penyakit penyerta dimana hasil uji Chi-square
hubungan yang signifikan antara ketepatan dosis menunjukkan bahwa penyakit penyerta memiliki
dengan efek samping (p-value=0,289) (Haryati hubungan dengan kejadian efek samping (p-
et al., 2019). Hal ini karena tingkat toleransi efek value=0,039). Hasil dapat dilihat pada Tabel 7.
samping setiap individu berbeda-beda dan dapat Adanya penyakit penyerta dapat mempengaruhi
dipengaruhi oleh faktor lain salah satunya adalah respon obat dan munculnya efek samping secara
usia. Usia lanjut memiliki risiko lebih besar bermakna melalui perubahan proses
mengalami efek samping farmakokinetika atau kepekaan jaringan. Semakin
dikarenakan pada usia lanjut terjadi kemunduran banyak penyakit penyerta akan semakin banyak
fungsi organ-organ yang dapat mengurangi fungsi jenis obat yang diterima sehingga kemungkinan
kerjanya terhadap obat (Marissa & Achmad, terjadinya efek samping semakin tinggi
2019). Selain itu pemberian obat yang tidak tepat (Aggarwal, Vishwas, & Chaudhary, 2022).
dosis seperti dosis yang terlalu rendah (subdosis)
dapat menyebabkan tertundanya keberhasilan
terapi yang dapat berakibat pada peningkatan

Tabel 7. Hubungan Kejadian Efek Samping Dengan Penyakit Penyerta

Komorbid
Efek
Mikrovaskular Makrovaskular p-value
Samping
Jumlah % Jumlah %
Pusing 8 13,1 0 0
Mual 14 23 2 9,5
Hipoglikemia 11 18 2 9,5
GG 7 11,5 8 38,1
0,039
Muntah 1 1,6 1 4,8
Tidak mengalami 20 32,8 8 38,1
ESO
Total 61 100 21 100
Keterangan:ESO (efek samping obat) ; ADO (antidiabetik oral) ; GG (Gangguan Gastrointestinal)

Penegakan untuk identifikasi efek samping sukar penggunaan antidiabetik oral. Hal ini sesuai
dinilai kejadiannya hanya dengan melihat rekam dengan salah satu prinsip dari pemberian insulin
medik pasien. Sehingga, perlu follow up lebih yaitu pasien yang mempunyai kondisi klinis yang
lanjut terkait identifikasi efek samping. berat dalam hal ini seperti sirosis hepatik dapat
Penggunaan insulin pada penelitian ini lebih diberikan terapi insulin dan tentunya disesuaikan
banyak digunakan dibandingkan dengan dengan kondisi klinis setiap pasien. Penggunaan
antidiabetik baik oral maupun insulin pada pasien
DMT2 dengan sirosis hepatik perlu dilakukan

169
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

pemantauan ketat terutama terkait efek samping sirosis hepatik perlu dilakukan pemantauan ketat
yang timbul dan profil fungsi hati untuk terutama terkait efek samping yang timbul dan
mencegah terjadinya masalah terkait obat yang profil fungsi hati untuk mencegah terjadinya
serius hingga peningkatan progresivitas penyakit. masalah terkait obat yang serius hingga
peningkatan progresivitas penyakit.
Penelitian ini memiliki keterbatasan dimana
penelitian ini hanya bersifat deskriptif dan hanya Ucapan Terima Kasih
berdasarkan data yang rekam medik pasien.
Keluhan-keluhan dan tanda-tanda laboratorium Penelitian ini didanai hibah internal
terkait kejadian efek samping diamati selama Universitas Pakuan dengan nomor kontrak
pasien 77/LPPM-UP/VI/KPDP/2021. Terima kasih
kepada Lembaga Penelitian dan Pengabdian
di rawat inap. Namun, pemeriksaan yang Kepada Masyarakat Universitas Pakuan dan
dilakukan mayoritas hanya berkisar 1-2 kali RSUP Fatmawati yang telah mendukung dalam
pemeriksaan dan data yang kurang lengkap agak proses penelitian hingga selesainya penelitian ini.
menyulitkan dalam melakukan evaluasi kejadian Daftar Pustaka
efek samping. Penelitian ini dapat terus
dikembangkan dengan rancangan penelitian dan Adiwinata, R., Kristanto, A., Christianty, F.,
metode pengamatan yang tepat dengan mengikuti Richard, T., & Edbert, D. (2017).
pasien selama pengobatan. Selain itu, monitoring Tatalaksana Terkini Perlemakan Hati Non
terhadap fungsi hati dan kejadian efek samping Alkoholik. Jurnal Penyakit Dalam
obat perlu untuk dilakukan terutama pada pasien Indonesia, 2(1), 53.
DMT2 dengan sirosis hepatik agar terhindar dari https://doi.org/10.7454/jpdi.v2i1.65
risiko efek samping serius dan peningkatan Aggarwal, M., Vishwas, G., & Chaudhary, S.
progresivitas penyakit. (2022). A retrospective cross-sectional
study to evaluate the adverse drug reactions
Kesimpulan reported in the tertiary care health center in
Kejadian efek samping yang paling Northern India. National Journal of
sering terjadi yaitu mual, gangguan pencernaan
Physiology, Pharmacy and Pharmacology,
dan hipoglikemia dengan penggunaan insulin
yang paling banyak digunakan. Dari hasil uji Chi-
12(7), 952–952.
square juga terlihat bahwa pola penggunaan https://doi.org/10.5455/NJPPP.2022.1
antidiabetik dan ketepatan dosis tidak 2.08309202117122021
berhubungan dengan kejadian efek samping. Ahmadieh, H., & Azar, S. T. (2014). Liver
Namun, penyakit penyerta memiliki hubungan disease and diabetes : Association ,
dengan kejadian efek samping. Sehingga, perlu pathophysiology , and management.
dikaji lebih dalam terhadap faktor-faktor lain Diabetes Research and Clinical Practice.
terkait efek samping. Kejadian efek samping https://doi.org/10.1016/j.diabres.2014.
dapat berpengaruh terhadap kepatuhan minum 01.003
obat yang pada akhirnya efek terapi akan sulit Alfian, R. (2016). Kepatuhan Tentang
tercapai. Penggunaan Insulin Pada Pasien Diabetes
Penegakan untuk identifikasi efek
Mellitus Di Poliklinik Banjarmasin
samping sukar dinilai kejadiannya hanya dengan
melihat rekam medik pasien. Sehingga, perlu Correlation Between the Knowledge and
follow up lebih lanjut terkait identifikasi efek the Adherence in Diabetes Mellitus
samping. Penggunaan Insulin pada penelitian ini Patients Using Insulin At Internal Disease
lebih banyak digunakan dibandingkan dengan Polyclinic. Jurnal Ilmmiah Ibnu Sina, 1(1),
penggunaan antidiabetik oral. Hal ini sesuai 9–18.
dengan salah satu prinsip dari pemberian insulin Almasdy, D., Sari, D. P., Suhatri, S., Darwin, D.,
yaitu pasien yang mempunyai kondisi klinis yang & Kurniasih, N. (2015). Evaluasi
berat dalam hal ini seperti penyakit hati kronik Penggunaan Obat Antidiabetik Pada
dapat diberikan terapi insulin tentunya Pasien Diabetes Melitus Tipe-2 di Suatu
disesuaikan dengan kebutuhan klinis setiap Rumah Sakit Pemerintah Kota Padang –
pasien. Penggunaan antidiabetik baik oral Sumatera Barat. Jurnal Sains Farmasi &
maupun insulin pada pasien DMT2 dengan
Klinis, 2(1), 104.

170
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

https://doi.org/10.29208/jsfk.2015.2.1. Joddy, R., Putra, S., Achmad, A., & P, H. R.


58 (2017). Kejadian Efek Samping Potensial
Asche, C. v., Mcadam-Marx, C., Shane- Terapi Obat Anti Diabetes Pasien Diabetes
Mcwhorter, L., Sheng, X., & Plauschinat, Melitus Berdasarkan Algoritma Naranjo
C. A. (2008). Association between oral Potential Side Effects of Anti-Diabetic
antidiabetic use, adverse events and Drug Therapy In Diabetes Mellitus
outcomes in patients with type 2 diabetes. Patients Based On Naranjo Algorithm.
Diabetes, Obesity and Metabolism, 10(8), 2(2), 45–50.
638–645. Khan, R., Foster, G. R., & Chowdhury, T. A.
https://doi.org/10.1111/J.1463- (2012). Managing diabetes in patients with
1326.2007.00758.X chronic liver disease. Postgraduate
Candido, R., Wyne, K., & Romoli, E. (2018). A Medicine, 124(4), 130–137.
Review of Basal-Bolus Therapy Using https://doi.org/10.3810/pgm.2012.07.
Insulin Glargine and Insulin Lispro in the 2574
Management of Diabetes Mellitus. Kunutsor, S. K., Khan, H., & Laukkanen, J. A.
Diabetes Therapy, 9(3), 927–949. (2015). Serum albumin concentration and
https://doi.org/10.1007/S13300-018- incident type 2 diabetes risk: new findings
0422-4/TABLES/3 from a population-based cohort study.
Dan, S., Pyruvat, G., Sgpt, T., Pasien, P., Melitus, Diabetologia, 58(5), 961–967.
D., Rsud, D. I., … Gowa, K. A. B. (2019). https://doi.org/10.1007/s00125-015-
Gambaran kadar. 9(November), 23–28. 3520-0
Edwina, D. A., Manaf, A., & Efrida, E. (2015). Kyriachenko, Y., Falalyeyeva, T., Korotkyi, O.,
102 Jurnal Kesehatan Andalas. 2015; 4(1) Molochek, N., & Kobyliak, N. (2019).
Pola Komplikasi Kronis Penderita Crosstalk between gut microbiota and
Diabetes Melitus Tipe 2 Rawat Inap di antidiabetic drug action. World Journal of
Bagian Penyakit Dalam RS. Dr. M. Djamil Diabetes, 10(3), 154.
Padang Januari 2011 - Desember 2012. https://doi.org/10.4239/WJD.V10.I3.1
Jurnal Kesehatan Andalas, 4(1), 102–106. 54
https://doi.org/10.25077/jka.v4i1.207 Lovena, A., Miro, S., & Efrida, E. (2017).
Gimeno-Orna, J. A., Blasco-Lamarca, Y., Karakteristik Pasien Sirosis Hepatis di
Campos-Gutierrez, B., Molinero- RSUP Dr. M. Djamil Padang. Jurnal
Herguedas, E., Lou-Arnal, L. M., & García- Kesehatan Andalas, 6(1), 5.
García, B. (2015). Risk of mortality https://doi.org/10.25077/jka.v6i1.636
associated to chronic kidney disease in Man Kovy. (2019). Evaluasi penggunaan obat
patients with type 2 diabetes mellitus: A antidiabetes oral pada pasien Diabetes
13-year follow-up. Nefrologia, 35(5), Melitus tipe II rawat jalan di RSUD. Prof.
487–492. Dr. Soekandar tahun 2016. Retrieved from
https://doi.org/10.1016/j.nefroe.2015.0 http://etheses.uin-
9.012 malang.ac.id/id/eprint/16804
Haryati, N., Rahmawati, F., & Wahyono, D. Marissa, Z., & Achmad, A. (2019). the Relation
(2019). Penyesuaian Dosis Obat Between Dose and Duration Therapy With
Berdasarkan Nilai Kreatinin Klirens pada Adverse Effect. Pharmaceutical Journal of
Pasien Geriatri Rawat Inap di Rsup Dr. Indonesia, 4(2), 85–90.
Kariadi Semarang, Indonesia. Majalah Mintohardjo, D. I. R. (2015). Analisis Potensi
Farmaseutik, 15(2), 75. Interaksi Obat Diabetes Jakarta. (April).
https://doi.org/10.22146/farmaseutik.v Ni, H., Htoo Kyaw Soe, H., & Htet, A. (2012).
15i2.46447 Determinants of Abnormal Liver Function
Herawati, N. (2018). Insulin Glargine (IG): Tests in Diabetes Patients in Myanmar.
Analog Insulin Kerja-Panjang (long- International Journal of Diabetes Research,
acting). BioTrends, 9(2). 1(3), 36–41.

171
LUMBUNG FARMASI ; Jurnal Ilmu Kefarmasian ,Vol 4 No 1, Januari 2023
P-ISSN : 2715-5943
E-ISSN : 2715-5943

https://doi.org/10.5923/j.diabetes.2012 Wira Tungadi, N. (2017). Hubungan Nilai


0103.02 Prothrombin Time dan Albumin Dengan
Penerbit PB PERKENI. (2019). Staging Pasien Sirosis Hepatis Di RSUP
Rahayuningsih, N., Priatna, M., & Basar, B. S. Dr. Wahidin Sudirohusodo.
(2018). Evaluasi Penggunaan Obat Digilib.Unhas.Ac.Id. Retrieved from
Antidiabetes Meliitus Tipe II Komplikasi http://digilib.unhas.ac.id/uploaded_files
Hipertensi pada Pasien Rawat Inap di /temporary/DigitalCollection/MmI3ZT
RSUD dr. Soekardjo Kota Tasikmalaya. Q5YTFjMzJmMDEwNTE5YzBkNjM5
Prosiding Seminar Nasional Dan MDQ1NTc3NGQ4OTg4NDk3OA==.
Diseminasi Penelitian Kesehatan, pdf
(PENGGUNAAN OBAT Xourgia, E., Papazafiropoulou, A., Papanas, N.,
ANTIDIABETES MELLITUS TIPE II), & Melidonis, A. (2019). Diabetes Centre,
216–223. First Department of Internal Medicine,
Reza, A., JOURNAL, B. R.-D. M., & 2017, Tzaneio General Hospital of Piraeus,
undefined. (2017). Perbedaan kadar sgot Piraeus, Greece, 2 Diabetes Centre, Second
dan sgpt antara subyek dengan dan tanpa Department of Internal Medicine,
diabetes mellitus. Ejournal3.Undip.Ac.Id, Democritus University of Thrace,
6(2), 158–166. Retrieved from University Hospital of Alexandroupolis,
https://ejournal3.undip.ac.id/index.php/ Greece. (2), 688–699.
medico/article/view/18530 Yosmar, R., Inanta, N. P., & Sari, O. (2018).
Robiyanto, R., Liana, J., & Purwanti, N. U. Studi Prospektif Adverse Drug Reactions (
(2019). Kejadian Obat-Obatan ADRS ) Obat Hipoglikemik Oral
Penginduksi Kerusakan Liver pada Pasien Terhadap Pasien Diabetes Mellitus Tipe 2
Sirosis Rawat Inap di RSUD Dokter di Suatu Rumah Sakit , Padang. 5(3), 169–
Soedarso Kalimantan Barat. Jurnal Sains 175.
Farmasi & Klinis, 6(3), 274. Yusra, Y., Alvonico, T., & Adiyanti, S. S. (2020).
https://doi.org/10.25077/jsfk.6.3.274- Alkaline Phosphatase, Bilirubin, and
285.2019 Gamma-Glutamyl Transferase Profiles as
Rosdiana, D. (2017). Penggunaan Insulin Basal Supporting Diagnosis in Liver Cirrhosis
dalam Praktek Sehari-hari: Panduan Based on Aspartate Aminotransferase to
Praktis untuk Dokter Umum. Jurnal Ilmu Platelet Ratio Index Score. EJournal
Kedokteran, 8(2), 53. Kedokteran Indonesia, 8(1), 36–39.
https://doi.org/10.26891/jik.v8i2.2014. https://doi.org/10.23886/ejki.8.10923.
53-57
Rosida, A. (2016). Pemeriksaan Laboratorium
Penyakit Hati. Berkala Kedokteran, 12(1),
123.
https://doi.org/10.20527/jbk.v12i1.36
4
Udayani, N. N. W., & Meriyani, H. (2016).
Perbedaan Efektivitas Penggunaan Obat
Antidiabetik Oral Tunggal Dengan
Kombinasi Pada Pasien DM Tipe 2 di
UPT. Puskesmas Dawan II Kabupaten
Klungkung Periode November 2015-
Pebruari 2016. Jurnal Ilmiah
Medicamento, 2(2), 47–52. Retrieved
from
http://www.journal.farmasisaraswati.ac.id
/index.php/mento/article/view/antidiab
etik oral

172

Anda mungkin juga menyukai