Anda di halaman 1dari 9

MKWU4108-2

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 1

Nama Mahasiswa : Maulana Aditya Putra

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044630457

Kode/Nama Mata Kuliah : MKWU4108/Bahasa Indonesia

Kode/Nama UPBJJ : 17/UPBJJ-Jambi

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

1 dari 4
MKWU4108-2

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN


KEBUDAYAAN UNIVERSITAS
TERBUKA

NASKAH TUGAS MATA KULIAH


UNIVERSITAS TERBUKA SEMESTER:
2022/23.1 (2022.2)

Fakultas : FKIP/Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan


Kode/Nama MK : MKWU4108/Bahasa Indonesia
Tugas 1

No. Soal
1. Berikanlah dan jelaskan contoh penggunaan keempat fungsi bahasa menurut Karl Raimund Poppe di daerah
tempat tinggal saudara!
Jawab :
Menurut pendapat Karl Raemind Popper ia mengemukakan bahwa bahasa memiliki 4 fungsi yaitu :
1. Bahasa yang berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan diri. Sebagai contohnya ialah seseorang yang menggunakan
bahasa sebagai alat untuk mengenalkan dirinya kepada orang lain, misal ari memperkenalkan dirinya kepada firman.
2. Bahasa yang berfungsi sebagai alat untuk mengungkapkan dunia di sekitarnya atau mengutarakan pengalaman.
Contohnya adalah bahasa digunakan oleh bayu sebagai alat untuk mengutarakan sebuah kesan terhadap lingkungannya
3. Bahasa yang berfungsi untuk mencipta. Contohnya ialah bayu menggunakan bahasa untuk menciptakan sebuah
obrolan dengan doni
4. Bahasa yang berfungsi untuk mengkomunikasikan informasi atau pengetahuan baru. Contohnya saat ari dan firman
saling mengkomunikasikan informasi atau pengetahuan baru yang mereka miliki dan bahasa juga digunakan sebagai
kontrol sosialnya.
2. Jelaskanlah perkembangan bahasa Indonesia pada zaman Jepang dengan menggunakan mind mapping!
Jawab :
 Setelah Februari 1942 Jepang menyerang Sumatera Selatan, Jepang selanjutnya menyerang Jawa dan akhirnya
memaksa Belanda menyerah pada Maret 1942.
 Jepang kemudian menerapkan beberapa kebijakan terkait pendidikan yang memiliki implikasi luas terutama
bagi sistem pendidikan di era kemerdekaan
 1. Dijadikannya bahasa Indonesia sebagai bahasa resmi pengantar pendidikan menggantikan bahasa Belanda
2. adanya integrasi sistem pendidikan dengan dihapuskannya sistem pendidikan berdasarkan kelas sosial di era
penjajahan Belanda.

2 dari 4
MKWU4108-2

3. Jelaskanlah empat fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa Negara!


Jawab :
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai :
a. bahasa resmi kenegaraan,
Sebagai bahasa resmi kenegaraan, bahasa Indonesia dipakai di dalam segala upacara, peristiwa, dan kegiatan
kenegaraan baik secara lisan maupun dalam bentuk tulisan.
b. bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan,
Dokumen-dokumen dan keputusan-keputusan serta surat-menyurat yang dikeluarkan oleh pemerintah dan badan-
badan kenegaraan lainnya seperti Dewan Perwakilan Rakyat dan Majlis Permusyawaratan Rakyat ditulis di dalam bahasa
Indonesia. Pidato-pidato terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan di dalam bahasa Indonesia. Demikian pula
halnya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga masyarakat kita di dalam hubungan dengan upacara, peristiwa,
dan kegiatan kenegaraan. Dengan kata lain, komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat berlangsung
dengan mempergunakan bahasa Indonesia.

c. alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan nasional
serta kepentingan pemerintah, dan
Di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi pula sebagai bahasa pengantar di
lembaga-lembaga pendidikan mulai dari taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi di seluruh Indonesia kecuali
di daerah-daerah bahasa seperti Aceh, Batak, Sunda, Jawa, Madura, Bali, Makasar, Papua, dan sebagainya. Di daerah-
daerah bahasa ini masih terdapat bahasa daerah yang bersangkutan dipakai sebagai bahasa pengantar sampai dengan
tahun ketiga pendidikan dasar.
Fungsi bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar di dalam dunia pendidikan berhubungan erat dengan fungsinya
sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional untuk kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan
nasional serta untuk kepentingan pelaksanaan pemerintahan. Di dalam hubungan dengan fungsi ini, bahasa Indonesia
dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat luas, dan bukan saja sebagai
alat perhubungan antardaerah dan antarsuku, tetapi juga sebagai alat perhubungan di dalam masyarakat yang sama latar
belakang sosial budaya dan bahasanya. Jadi, apabila pokok persoalan yang diperkatakan itu adalah masalah yang
menyangkut tingkat nasional, bukan tingkat daerah, maka terdapatlah kecenderungan untuk mempergunakan bahasa
nasional, bukan bahasa daerah, apalagi apabila di antara orang-orang yang bersangkutan terdapat jarak sosial yang cukup
besar.
d. alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan, dan teknologi.
Akhirnya, di dalam kedudukannya sebagai bahasa negara, bahasa Indonesia berfungsi sebagai alat pengembangan
kebudayaan nasional, ilmu pengetahuan, dan teknologi. Di dalam hubungan ini, bahasa Indonesia adalah satu-satunya
alat yang memungkinkan kita membina serta mengembangkan kebudayaan nasional sedemikian rupa sehingga ia
memiliki ciri-ciri dan identitasnya sendiri, yang membedakan dari kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa
Indonesia kita pergunakan sebagai alat untuk menyatakan nilai-nilai sosial budaya nasional kita.

3 dari 4
MKWU4108-2

4. Bacalah artikel berikut untuk menerapkan teknik PQRST!

Sisi Positif Parenting Budaya


Jepang Oleh: Buyung Okita

Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk lebih mempelajari
bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau sebagai bekal untuk
membina rumah tangga di kemudian hari.
Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu
protektif. berikut adalah sedikit penjelasan mengenai keempat gaya asuh tersebut.
Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya tanpa begitu
memperhatikan atau mempedulikan bagaimana perspektif sang anak.
Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi panutan yang teladan, memberikan
batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk upaya yang telah putra-putrinya
lakukan.
Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak memberikan batasan kepada anak- anaknya, semisal
tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh dilakukan atau tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk
melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius.
Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di mana orangtua sangat melindungi putra-putrinya dari segala hal
buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk, dan lain-lain. Karena itu banyak membatasi putra- putrinya di berbagai
aspek.
Pernahkah Anda melihat di media seperti film atau kartun digambarkan bahwa anak-anak di Jepang
merupakan anak yang patuh? Walaupun di balik itu terdapat unsur kompetitif yang muncul karena adanya
harapan orangtua agar putra-putrinya dapat lulus masuk ke sekolah atau kampus yang bergengsi.
Tentunya unsur kompetitif di satu sisi merupakan hal yang positif, tetapi karena tingkat kompetitif yang tinggi dari
harapan orangtua membuat putra-putri merasa tertekan. Bagaimanakah stereotip mengasuh ala orangtua di
Jepang yang dapat kita lihat sebagai hal yang positif?

1. Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat


Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur bersama
orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada.
Tidak jarang dapat dilihat bahwa ibu menggendong anaknya sambil melakukan kegiatan rumah seperti menyapu,
memasak, berbelanja, dan lain-lain. Bahkan hampir setiap perempuan yang telah melahirkan dan menjadi ibu rela
untuk berhenti bekerja dan fokus untuk mendidik anaknya di rumah.
Pada usia antara 0-5 tahun, anak diperbolehkan melakukan apa saja. Mungkin budaya ini sedikit
berbeda dengan negara lain. Yang dimaksud diperbolehkan melakukan apa saja adalah membiarkan

4 dari 4
MKWU4108-2

anak berksplorasi dengan kegiatan yang ia lakukan.


Namun orangtua tetap menstimulus dengan hal yang positif dan menjadi role model yang baik. Filosofi ini
menunjukan, dengan anak dibiarkan aktif menandakan bahwa sang anak tumbuh sehat.
Pada usia 0-5 tahun, anak juga diajak untuk bersosialisasi dengan keluarga dan kerabat sehingga dapat lebih
mengenal saudara dan sosial. Orangtua di Jepang juga beranggapan bahwa sebisa mungkin menemani putra-
putrinya sehingga anak merasakan kasih sayang orangtuanya.

2. Orang tua adalah cerminan anak


Studi di Amerika dan Jepang pernah dilakukan untuk mengetahui bagaimana orangtua mengasuh anaknya.
Orangtua di Amerika cenderung bersifat netral dan menunjukan anak cara untuk membuat suatu piramida,
sesudah itu membiarkan anaknya untuk membuat piramida dengan apa yang telah diajarkan atau dengan caranya
sendiri.
Sedangkan orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya, sehingga orang tua
sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya.
Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak mulai
diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang
dilakukan oleh orangtua.
Fase ini mengajari anak-anak untuk dapat berkontribusi melakukan cara-cara yang telah dilakukan secara turun
temurun. Fase ini orangtua memberikan batasan yang jelas mengenai hak dan kewajiban, apa yang boleh
dilakukan atau tidak.
Oleh karena itu kegiatan pendidikan moral di sekolah juga mulai diajarkan tidak hanya sebagai mata pelajaran dan
diselipkan di mata pelajaran lain, tetapi juga anak diberikan ruang untuk melakukan kegiatan sosial seperti saling
melayani, kegiatan makan siang di sekolah, dan kegiatan lain yang juga kerap dilakukan di sekolah-sekolah
Indonesia.
Kegiatan sekolah dan rumah yang bersifat rutin, meskipun terkesan monoton merupakan cara Jepang untuk
menbuat anak-anak belajar untuk disiplin.

3. Orang tua dan anak adalah setara


Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang untuk anak dapat lebih mandiri dengan
mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya.
Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak, tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk
menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.
Fase ini untuk mempersiapkan anak melakukan kegiatan keterampilan bagi dirinya sendiri dan keluarga serta
belajar bertingkah laku yang baik dan sopan (menurut adat Jepang). Anak diajarkan untuk mulai independen dan
dipersiapkan untuk dapat siap menjadi orang dewasa.
Setelah usia 20 tahun anak dianggap resmi menjadi dewasa dengan biasanya diadakan upacara hari kedewasaan
yang diselenggarakan di distrik/kota setempat yang diikuti oleh pemuda berusia 20 tahun.

4. Memperhatikan tentang perasaan dan emosi


Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang lebih luas,
anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati perasaanya sendiri. Orangtua
mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya
atau menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas.
Orangtua memilih menunggu situasi dan tempat yang lebih privasi untuk menasehatinya. Anak diajarkan untuk
dapat memiliki sikap empati dan saling menghormati orang lain.
Orangtua di Jepang tidak menggangap gaya asuh mereka menjadi gaya asuh yang terbaik. Begitu pula dewasa ini
nilai budaya barat pun menginsipirasi cara orangtua di Jepang mendidik anaknya. Namun meskipun terjadi
pergeseran dan perubahan, gaya asuh orangtua di Jepang yang menyayangi putra- putrinya tidak berubah.
Setelah membaca sedikit stereotip gaya asuh orangtua di Jepang, dapat dipahami bahwa gaya asuhnya merupakan
perpaduan antara sedikit gaya permisif, gaya authoritative (berwibawa).

Sumber:https://www.kompasiana.com/buyungokita/%205f22b2a4d541df59d84bebe2/sisi-positif-parenting-budaya- jepang?
page=all#section2

5 dari 4
MKWU4108-2

Setelah Saudara membaca artikel di atas, selesaikanlah pertanyaan-pertanyaan berikut ini!


1. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah preview)
2. Buatlah tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks! (langkah question)
3. Temukanlah informasi-informasi penting dari artikel tersebut! (langkah read)
4. Buatlah ringkasan! (langkah summarize)
5. Jawablah pertanyaan yang telah disusun pada langkah ke-2! (langkah test)

Jawaban saudara dapat mengacu pada modul MKWU 4108 bahasa Indonesia pada halaman 3.31 s.d. 3.39
Jawab :
1. Temukanlah informasi awal, identitas, dan topik artikel! (langkah preview)
a. Informasi awal : Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Semakin tinggi kesadaran masyarakat untuk
lebih mempelajari bagaimana ilmu-ilmu parenting agar dapat diimplementasikan bagi putra-putrinya, atau
sebagai bekal untuk membina rumah tangga di kemudian hari. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya
asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
b. Identitas artikel : Judul : Sisi positif parenting budaya Jepang Penulis : Buyung Okita Nama penerbit :
www.kompasiana.com
c. Topik artikel : Parenting b.
2. Tiga pertanyaan yang relevan dengan isi teks
1) Sebutkan 4 jenis gaya parenting?
2) Sebutkan dua jenis budaya positif parenting di Jepang?
3) Bagaimana gaya asuh orang tua di Jepang ?

3. A. Gaya asuh di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).
B. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
C. Gaya asuh orang tua di Jepang meliputi : hubungan orang tua dan anaka yang dekat, orang tua adalah
cerminann anak, orang tua dan anak adalah setara, mempehatikan perkembangan emosi
4. Parenting menjadi isu yang hangat dewasa ini. Secara sederhana terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya
asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif. Secara sederhana gaya asuh otoriter adalah gaya
asuh di mana orangtua memaksakan kehendaknya tanpa begitu memperhatikan atau mempedulikan
bagaimana perspektif sang anak. Gaya asuh orangtua berwibawa adalah gaya asuh di mana orangtua menjadi
panutan yang teladan, memberikan batasan yang cermat untuk putra-putrinya, dan memberikan pujian untuk
upaya yang telah putra-putrinya lakukan. Gaya asuh permisif adalah gaya asuh di mana orangtua tidak
memberikan batasan kepada anak- anaknya, semisal tidak memberikan garis yang jelas apa yang boleh
dilakukan atau tidak. Memercayakan putra-putrinya untuk melakukan apa yang ia inginkan, cenderung tidak
mengintervensi kecuali untuk hal yang bersifat sangat serius. Gaya asuh overprotektif adalah gaya asuh di
mana orangtua sangat melindungi putra-putrinya dari segala hal buruk, rasa sakit, pengalaman yang buruk,
dan lain-lain. Karena itu banyak membatasi putra- putrinya di berbagai aspek. Bagaimanakah stereotip
mengasuh ala orangtua di Jepang yang dapat kita lihat sebagai hal yang positif?
1. Hubungan antara orang tua dan anak yang sangat dekat
Ibu dan anak memiliki hubungan yang sangat dekat. Setidaknya sampai usia 5 tahun anak tidur bersama
orangtuanya. Ibu juga selalu menemani di manapun anaknya berada.
2. Orang tua adalah cerminan anak
orangtua Jepang cenderung mentransmisikan apa yang ia lakukan kepada anaknya, sehingga orang tua
sepenuhnya menjadi role model bagi anaknya. Setelah fase usia 5 tahun di mana anak boleh bereksplorasi
melakukan sesuatu, lalu usia 5-15 tahun anak mulai diajari untuk melakukan kegiatan seperti membersihkan
rumah, belajar untuk disiplin, dan melakukan apa yang dilakukan oleh orangtua.
3.Orang tua dan anak adalah setara
Setelah anak berusia 15 tahun, orang tua mulai memberikan ruang untuk anak dapat lebih mandiri dengan
mengurangi batasan yang diterapkan pada fase sebelumnya. Hubungan tidak hanya sebagai orangtua dan anak,
tetapi juga sebagai teman dan setara. Anak didukung untuk menjadi pribadi yang mandiri, dapat berpikir dan
menentukan pilihan dan lebih bersifat demokratis.
4.Memperhatikan tentang perasaan dan emosi
Selain mengajari dan mempersiapkan anak untuk dapat hidup di komunitas sosial masyarakat yang lebih luas,
anak juga diberikan semangat untuk dapat memahami dan menghormati perasaanya sendiri. Orangtua
mengajarkan anaknya untuk melakukan hal yang tidak mempermalukannya. Contohnya tidak menegur anaknya
atau menasehati anaknya di muka umum ketika melakukan hal yang dirasa kurang pantas.

5. A. Terdapat 4 jenis gaya parenting, yaitu gaya asuh otoriter, berwibawa, permisif, dan terlalu protektif.
6 dari 4
MKWU4108-2

B. Gaya asuh orang tua di Jepang meliputi : hubungan orang tua dan anaka yang dekat, orang tua adalah
cerminann anak, orang tua dan anak adalah setara, mempehatikan perkembangan emosi
C. Gaya asuh di Jepang merupakan perpaduan antara sedikit gaya permisif dan gaya authoritative (berwibawa).

5. Bacalah artikel berikut!

Sewindu Riset Pesisir, Data Karbon Biru Padang Lamun Indonesia Tercapai
Oleh: Dr. A’an Johan Wahyudi

PADANG lamun merupakan ekosistem laut dangkal yang didominasi oleh tumbuhan lamun, yaitu
tumbuhan berbunga yang telah beradaptasi dengan air asin. Laut Indonesia tercatat memiliki 13 spesies lamun
dari 60 spesies yang tercatat di dunia.
Tidak seperti ekosistem terumbu karang dan mangrove, padang lamun mendapat perhatian yang relatif
minim. Namun demikian, hasil riset di seluruh dunia menyatakan berbagai nilai penting dari padang lamun
terutama karena layanan ekosistemnya.
Layanan ekosistem yang dimaksud misalnya sebagai tempat pemijahan dan pembesaran berbagai spesies
ikan, penyaring material tersuspensi pada air laut, sumber makanan mamalia laut dugong, dan layanan karbon
biru untuk mitigasi perubahan iklim.
Istilah karbon biru (blue carbon) digunakan untuk karbon yang diserap, disimpan dan dilepaskan kembali
oleh ekosistem vegetasi laut (mangrove dan padang lamun). Karbon biru menjadi layanan ekosistem yang penting
terutama karena terkait aksi mitigasi perubahan iklim melalui penurunan emisi karbon.
Target penurunan emisi karbon Sesuai dengan inisiatif Pembangunan Rendah Karbon (PRK), Indonesia
memiliki target penurunan emisi karbon sebesar 29% (atau 41% dengan bantuan luar negeri) relatif terhadap
business as usual (BAU) sampai tahun 2030.
Target penurunan emisi ini salah satunya harus disumbangkan oleh sektor laut dan perikanan, dengan
terlebih dahulu menentukan beberapa prasyarat. Prasyarat minimal antara lain penentuan faktor emisi alih lahan
ekosistem pesisir, catatan perubahan luas area, dan neraca karbon (cadangan dan serapan karbon) ekosistem
vegetasi pesisir termasuk padang lamun.
Ketika pertama kali isu karbon biru mendapat perhatian peneliti Indonesia satu dekade terakhir, langkah
awal yang dilakukan adalah melakukan riset mengenai cadangan dan serapan karbon ekosistem pesisir.
Pengembangan metode riset di Indonesia dilakukan dengan mengacu pada perkembangan terakhir riset karbon
biru di dunia.
Namun demikian, berbagai panduan dan metode riset umumnya menitikberatkan pada sampling lapangan
dan analisis laboratorium dengan sarana yang canggih dan maju. Kendala ini menjadi salah satu tantangan di
Indonesia, terutama karena tidak banyak peneliti yang mendapatkan kesempatan melakukan riset karbon biru
dengan sarana memadai.
Sementara itu, wilayah cakupan nasional Indonesia sangat luas, apalagi jika ditargetkan untuk memperoleh
data yang representatif secara nasional untuk data faktor emisi dan neraca karbon yang diperlukan dalam
perhitungan penurunan emisi karbon pada konteks PRK.
Riset karbon biru padang lamun menemukan momentumnya sekitar awal tahun 2013 lalu, ketika
dimulainya riset untuk menentukan neraca karbon, di samping inventarisasi dan riset ekologis ekosistem.
Namun, terkendala oleh sarana laboratorium dan akses lapangan, wilayah Indonesia yang luas tidak cukup
terwakili. Tercatat hanya ada sembilan lokasi di Indonesia yang telah diteliti dalam rangka riset karbon biru.
Tentunya sebaran wilayah ini masih jauh dari cukup.
Meskipun demikian, terdapat data dan informasi terkait padang lamun (biomas, kepadatan dan persentase
tutupan) di sekitar 19 lokasi di Indonesia yang diperoleh dari program COREMAP-CTI.
Termotivasi oleh inisiatif PRK, pada tahun 2018 peneliti dari berbagai lembaga tergerak untuk saling
berbagi data dan informasi terkait riset karbon biru. Data lengkap neraca karbon padang lamun dari sembilan
lokasi kemudian dikombinasikan dengan data dari 19 lokasi lainnya.
Model statistik yaitu Robust Linear Mixed Models (rLMMs) digunakan untuk menentukan korelasi
antar parameter padang lamun terkait neraca karbon, yaitu biomassa, kepadatan, persentase tutupan, cadangan
karbon, dan serapan karbon. Hanya ada 13 lokasi (dari 28 lokasi) yang cukup lengkap untuk

7 dari 4
MKWU4108-2

digunakan datanya dalam penentuan formula model.


Hasil kerja tim peneliti tersebut akhirnya dapat dipublikasikan dalam majalah ilmiah internasional, Ocean
Science Journal (https://rdcu.be/b14ic) pada tahun 2020.
Hasilnya, perhitungan neraca karbon padang lamun di Indonesia dapat dilakukan dengan memanfaatkan
formula yang telah dikembangkan. Data dasar terkait padang lamun (biomassa, kepadatan, dan persentase
tutupan) yang banyak tersedia di lembaga penelitian daerah dan universitas dapat dikonversi ke nilai neraca
karbon dengan formula yang tersedia pada publikasi ilmiah tersebut.
Hasil riset tersebut juga dapat memperkirakan total cadangan karbon yang tersimpan di ekosistem padang
lamun Indonesia yaitu sekitar 1.005 kilo ton karbon dengan potensi penyerapan karbon sebesar 7,4 mega ton
karbon per tahun. Rata-rata cadangan karbon lamun di Indonesia tercatat maksimum sebesar 0,36 dan 0,79 ton
karbon per hektar, masing-masing untuk cadangan karbon atas dan bawah permukaan.
Seagrass Carbon Converter (SCC), faktor emisi karbon, dan PRK Sebagai tindak lanjut agar hasil riset dapat
dengan mudah dipakai oleh pemangku kepentingan, maka dikembangkanlah sebuah aplikasi berbasis web, yaitu
Seagrass Carbon Converter (http://scc.oseanografi.lipi.go.id/).
SCC dibuat dengan mengacu pada formula untuk mengkonversi nilai biomas, kepadatan dan persentase
tutupan lamun menjadi nilai cadangan dan serapan karbon.
SCC diharapkan menjadi alternatif yang memudahkan bagi praktisi di daerah dalam hal pelaporan potensi
neraca karbon biru ekosistem padang lamun. Pelaporan-pelaporan semacam ini biasanya secara rutin diminta oleh
sekretariat PRK untuk dipantau dan dievaluasi dalam kaitannya target penurunan emisi karbon.
Berdasarkan nilai rata-rata cadangan karbon padang lamun nasional, maka kita bisa menentukan faktor
emisi aktivitas antropogenik alih guna lahan padang lamun yaitu sebesar 0,05 ton karbon. Nilai ini adalah 4% dari
rata-rata cadangan karbon (jumlah cadangan karbon atas dan bawah permukaan = 1,15 ton karbon).
Konstanta 4% berdasarkan hasil riset sebelumnya bahwa, setiap hektar padang lamun akan mulai melepas
karbon ke udara secara bertahap sebesar 4% per tahun dari total cadangan karbon tersimpan, dimulai sejak
terjadinya kerusakan atau alih guna lahan.
SCC dalam konteks penentuan faktor emisi dan pelaporan PRK, dapat dimanfaatkan berbasis data lokal
sesuai dengan luasan area, kepadatan, biomassa maupun persentase tutupan padang lamun. Sehingga faktor
emisi juga dapat ditentukan dan disesuaikan dengan kondisi riil di daerah dimana padang lamun berada.
Hal ini cukup relevan dengan fakta bahwa kondisi padang lamun akan berbeda di satu tempat dengan
tempat lainnya mengikuti skala mikro atau meso ekosistem. Artinya, dengan demikian SCC dapat memenuhi target
Tier 2 (atau bahkan Tier 3) dalam konteks aksi mitigasi perubahan iklim. Dr.

A’an Johan Wahyudi Diplomat Sains ASEAN 2020; Peneliti Madya Bidang Biogeokimia Laut Pusat Penelitian
Oseanografi - Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI).

Sumber: https://www.kompas.com/sains/read/2020/09/28/190600323/sewindu-riset-pesisir-data-karbon-biru-
padang-lamun-indonesia-tercapai?page=all#page2.

Jawablah pertanyaan berikut!


1. Apakah ide pokok paragraf ke-16?
2. Kata Konstanta 4% berdasarkan hasil riset sebelumnya. Kembali ke?
3. Apakah simpulan dari artikel tersebut?
Jawab :
1. Hasilnya, perhitungan neraca karbon padang lamun di Indonesia dapat dilakukan dengan memanfaatkan
formula yang telah dikembangkan.
2. Kata konstanta 4% berdasarkan hasil riset sebelumnya. Kembali ke paragraf 21

3. PADANG lamun merupakan ekosistem laut dangkal yang didominasi oleh tumbuhan lamun, yaitu tumbuhan
berbunga yang telah beradaptasi dengan air asin yang mendapat perhatian yang relatif minim. Namun
padang lamun memiliki nilai penting karena kayanan ekosistemnya, salah satunya adalah karbon biru yang
penting terkait aksi mitigasi perubahan iklim melalui penurunan emisi karbon. Namun riset terhadap
karbon biru mengalamu kendala karna sarana yang kurang memadai. Pada akhirnya riset karbon biru
menemukan momentumnya ditahun 2013. Hasil riset tersebut memperkirakan total cadangan karbon
yang tersimpan di ekosistem padang lamun di Indonesia yaitu sekitar 1.005 kilo ton karbon dengan
potensi penyerapan karbon sebesar 7,4 mega ton karbon per tahun. Seagrass Carbon Converter (SCC),
faktor emisi karbon, dan PRK sebagai tindak lanjut agar hasil riset dapat dengan mudah dupakai oleh
pemangku kepentingan, maka dikembangkanlah sebuah aplikasi berbasis web, yaitu Seagrass Carbon
8 dari 4
MKWU4108-2

Converter (SCC) yang diharapkan menjadi alternatif yang memudahkan bagi praktisi daerah dalam hal
pelaporan potensi neraca karbon biru ekosistem padang lamun.

9 dari 4

Anda mungkin juga menyukai