MARET, 2023
A. Latar Belakang
Di masa yang lampau sistem kesehatan lebih banyak berorientasi pada penyakit yaitu
hanya menunggu sampai ada yang sakit, barulah kemudian yang bersangkutan diberi
pengobatan. Dalam keadaan yang memerlukan, si sakit dirawat di rumah sakit. Sesudah
sembuh dipulangkan, lalu kambuh dengan penyakit yang sama sehingga yang
bersangkutan dirawat kembali di rumah sakit. Demikian siklus ini berlangsung terus,
kemudian disadari, bahwa untuk memelihara kesehatan masyarakat diperlukan sesuatu
rangkaian usaha yang lebih luas, dimana perawatan dan pengobatan rumah sakit hanyalah
salah satu bagian kecil dari rangkaian usaha tersebut.
Efektivitas suatu pengobatan, selain dipengaruhi oleh pola pelayanan kesehatan yang
ada serta sikap dan keterampilan para pelaksanannya, juga sangat dipengaruhi oleh
lingkungan, sikap, pola hidup pasien dan keluarganya. Selain itu, tergantung juga pada
kerjasama yang positif antara petugas kesehatan dengan pasien dan keluarganya. Kalau
pasien dan keluarganya memiliki pengetahuan tentang cara-cara penyembuhan dan
pencegahan penyakitnya, serta keluarga pasien mampu dan mau berpartisipasi secara
positif, maka hal ini akan membantu peningkatan kualitas kesehatan masyarakat pada
umumnya.
B. Landasan Hukum
Rumah sakit wajib melaksanakan undang-undang nomor 36 tahun 2009 tentang
kesehatan. Dalam pasal 3 dan pasal 46 bahwa pembangunan kesehatan bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang agar
terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya, untuk mewujudkannya
diselenggarakan upaya kesehatan yang terpadu dan menyeluruh dalam bentuk upaya
kesehatan perseorangan dan masyarakat melalui kegiatan dengan pendekatan promotif,
preventif, kuratif dan rehabilitatif yang dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan
berkesinambungan, melalui proses pembelajaran dari, oleh untuk masyarakat, agar
mereka dapat menolong diri sendiri. Menolong diri sendiri yang artinya pasien dan
keluarga tahu, mampu dan mau berperilaku mencegah timbulnya masalah-masalah
kesehatan dan membuat keputusan yang efektif dalam upaya memelihara dan
meningkatkan serta mewujudkan kesehatannya. Dan hal ini dapat terwujud dengan peran
serta aktif tenaga pelayanan kesehatan dalam bentuk kegiatan promotif yaitu pemberian
edukasi kepada pasien dan keluarga (PMK No. 44 Tahun 2018 Tentang Penyelenggaraan
Promosi Kesehatan Rumah Sakit).
C. Tujuan
Tujuan penyusunan laporan ini sebagai bagian tak terpisahkan dari pemantauan dan
evaluasi pelaksanaan kegiatan PKRS dalam rangka upaya manajemen PKRS
berkesinambungan.
BAB II
LAPORAN KEGIATAN
A. Edukasi Individu
Tabel Evaluasi Kegiatan Edukasi Terintegrasi
Yuniawati, S.Kep.,
1 Selasa 7 Perawatan Luka Minajaya 1
Ners.
A. Kesimpulan
Dalam pelaksanaan kegiatan ditemukan beberapa kendala baik eksternal
maupun internal sebagai berikut :
1. Kurangnya tenaga/ SDM : waktu tersita banyak untuk kegiatan lain
seperti untuk membuat media informasi, administrasi, dan lainnya,
sehingga kegiatan fungsional menjadi sedikit terbengkalai
2. Belum semua karyawan Rumah Sakit sadar akan pentingnya upaya
promosi kesehatan serta kebijakan Rumah Sakit berbasis promosi
kesehatan
3. Terbatasnya sarana dan prasarana untuk menunjang kegiatan promosi
kesehatan
B. Saran