Anda di halaman 1dari 4

Tugas Personal ke-2

Week 7/ Sesi 11

Nama : Agus Susanto

Kelas : DJEA

NIM : 2402013573
Pertanyaan:

1. Anda pernah mengalami hal serupa seperti di atas. Mengapa demi keperluan pemasaran/ iklan,
produk dan layanan dibuat berlebihan daripada kenyataannya? Apakah hal ini dianggap
penipuan kepada konsumen. Berikan pendapat Anda! (Bobot 25)

Jawaban

Ya, saya pernah mengalami kejadian seperti di atas, bahwa bentuk atau kenyataan
produk yang diiklankan tidak sesuai dengan iklan produk. Iklan dibuat sedemikian bagusnya
agar menarik para konsumen untuk membeli produk yang dipasarkan walaupun terkadang apa
yang ada di iklan produk tersebut tidak sesuai dengan kenyataan, sehingga banyak dari para
konsumen yang kecewa akan hal itu.

BUSS6189 – Business Sustainability-R0


Media televisi dianggabererp paling efektif dibandingkan media yang lain. Hal tersebut
dikarenakan melalui televisi, orang dapat melihat gambar dan suara yang disajikan oleh
pengiklan, sedangkan media cetak hanya dapat melihat gambar tanpa mendengan pesan yang
disampaikan, demikian pula dengan iklan radio yang hanya dapat mendengar pesan suara
tetapi tidak dapat melihat bentuk produk. Tujuan mengiklankan sebuah poduk adalah untuk
memengaruhi sikap khalayak, dalam hal ini tentunya sikap dari konsumen. Seperangkat
aturan dan peraturan tetap berlaku untuk semua iklan komersial yang membatasi apa yang
dapat dikatakan dalam iklan. Tidak sah bagi setiap orang, kemitraan, atau perusahaan untuk
menyebarluaskan iklan yang tidak adil, menipu atau salah dan bertujuan menginduksi
pembelian produk terutama makanan. Pernyataan kebijakan ketidakadilan versi FTC (Federal
Trade Commision), iklan atau praktik bisnis yang tidak adil memungkinkan menyebabkan
cedera konsumen yang substansial yang tidak dapat dihindari konsumen secara wajar, dan
risiko cedera bagi konsumen.

2. Jelaskan tentang Greenwashing dan berikan contoh yang pernah terjadi terkait
Greenwashing? (Bobot 35)

Jawaban

Greenwashing adalah suatu strategi pemasaran dan komunikasi suatu perusahaan untuk
memberikan citra yang ramah lingkungan, baik dari segi produk, nilai, maupun tujuan
perusahaan tanpa benar-benar melakukan kegiatan yang berdampak bagi kelestarian
lingkungan. Strategi greenwashing dijalankan dalam bentuk iklan, promosi, atau event yang
bertemakan ramah lingkungan. Melalui citra ‘hijau’ yang dibentuk ini, diharapkan konsumen
memiliki pandangan yang lebih baik terhadap perusahaan dibandingkan produk lain di sektor
yang sama, sehingga perusahaan mengalami peningkatan profit. Padahal, di balik peningkatan
profit tersebut, terjadi pula peningkatan permintaan yang merusak lingkungan.
Namun, greenwashing bukanlah dosa perusahaan saja. Greenwashing dapat terjadi
akibat kesalahan keseluruhan sistem, baik dari sisi perusahaan sebagai produsen, masyarakat
sebagai konsumen, pemerintah sebagai regulator, serta kebutuhan pasar. Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, perusahaan membentuk citra ramah lingkungan sebagai strategi
komunikasi dan pemasaran yang baik. Tentunya, wajah ramah lingkungan menjadi perlu

BUSS6189 – Business Sustainability-R0


karena adanya tekanan dari pasar oleh investor, kompetitor, dan konsumen. Sayangnya, pihak
penekan ini terkadang tak mementingkan cara yang ditempuh demi mencapai tujuan baik itu.
Banyak konsumen yang mendukung gerakan ramah lingkungan tanpa menganalisis
terlebih dahulu tindakan yang diambil produsen. Hal ini disebabkan konsumen yang terlalu
optimis terhadap apa yang ditawarkan produsen serta memiliki pemahaman yang sempit
mengenai kepedulian lingkungan. Sementara itu, di sisi regulasi, peraturan yang ada masih
longgar untuk mengatur gerakan lingkungan. Hal ini diikuti oleh regulator yang masih belum
memberikan ruang partisipasi organisasi, LSM, maupun aktivis lingkungan dalam proses
pengawasan, penjaringan aspirasi, serta pembuatan regulasi lingkungan, terutama
mengenai greenwashing. Kondisi tersebut memberikan keleluasaan bagi pelaku untuk
melakukan greenwashing.
Contoh dari greenwashing adalah Sebuah perusahaan minuman dengan kemasan botol
plastik yang menyatakan telah mengumpulkan sampah plastik yang dihasilkan setiap
tahunnya untuk di daur ulang. Meski terdengar sebagai langkah besar untuk mengurangi
sampah, namun masih banyak botol plastik tersebut berserakan, belum lagi yang akhirnya
menumpuk di TPA dan membutuhkan waktu ratusan tahun untuk bisa terurai.

3. Mengapa perusahaan berupaya mendapatkan sertifikasi berkelanjutan dari pihak ketiga?


Apakah fungsi sertifikasi tersebut bagi perusahaan? (Bobot 40)

Jawaban

Perusahaan sangat berupaya untuk mendapatkan sertifikasi berkelanjutan dari pihak


ketiga ini karena, program sertifikasi tersebut dapat memberikan kredibilitas, juga menghemat
waktu dan upaya pelanggan untuk harus mencari informasi tentang klaim pemasaran suatu
perusahaan. Pejabat pemerintah dan konsumen waspada terhadap klaim berlebihan yang
dibuat oleh beberapa perusahaan tentang kinerja berkelanjutan mereka sendiri. Kredibilitas,
kejujuran, bukti, dan nilai-nilai yang sarat pesan sama pentingnya untuk berhasil memasarkan
produk dan layanan yang berkelanjutan. Untuk mengatasi munculnya keberpihakan dan bias
melayani diri sendiri, banyak perusahaan telah mencari sertifikasi pihak ketiga atas kinerja
keberlanjutan mereka. Verifikasi Sertifikasi adalah klaim pemasaran berkelanjutan yang
disediakan oleh entitas pihak ketiga yang berkualitas, independen, dan berkualifikasi.

BUSS6189 – Business Sustainability-R0


Proses sertifikasi atas suatu produk atau jasa juga selalu dilakukan oleh pihak
ketiga,yakni lembaga sertifikasi yang bersifat indepnden. Lembaga sertifikasi ini akan
menilai apakah suatu produk atau jasa sudah memnuhi standar atau belum. Jika suatu
produk atau jasa sudah memnuhi standar yang ditentukan, maka lembaga sertifikasi akan
menerbitkan sertifkasi bagi produk atau jasa tersebut. Lembaga sertifikasi ini pula yang
akan mengawasi produk atau jasa yang telah mendapatkan sertifikat. Hal ini dapat
mengurangi dominasi peran pemerintah sebagaimana yang ada pada pendekatan atur dan
awasi dan instrumen ekonomi. Fungsi dari sertifikasi ini ialah meningkatkan nilai dagang
suatu kegiatan, produk atau jasa suatu perusahaan atau institusi. Demi membangun
kepercayaan dari masyarakat atau konsumen, maka standar yang dimuat pada umumnya
lebih tinggi dari standar-standar yang ditentukan peraturan perundang-undangan.

Referensi

Fathanuedin, Anthon. (2015). Pertanggungjawaban Terhadap Konsumen Atas Iklan-Iklan


yang Menyesatkan di Era Globalisasi. Jurnal Unifikasi. Vol.2, No. 2.

Valencia, Devona. (2021). Pengaruh Greenwashing Terhadap Ekuitas Merek dan Niat
Pembeli. Jurnal Manajemen. Vol.18, No.1

Warto., Samsuri. (2020). Sertifikasi Halal dan Implikasinya Bagi Bisnis Produk Halal di
Indonesia. Journal of Islamic Economics and Banking. Vol.2, No.1

BUSS6189 – Business Sustainability-R0

Anda mungkin juga menyukai