TEORI PELUANG
Dosen Pengampu :
OLEH :
NIM : 4221230004
PSM 2022 A
MATEMATIKA NONDIK
Tugas critical book review ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua. Saya menyadari bahwa tugas critical book
review ini masih jauh dari kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, saya mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan
dan pemahaman saya masih terbatas, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman
saya yang belum seberapa. Karena itu saya sangat menantikan saran dan kritik dari
pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Saya
berharap semoga tugas critical book review ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan bagi Saya khususnya. Atas perhatiannya, saya mengucapkan terimakasih.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................1
DAFTAR ISI..........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV KESIMPULAN
4.2 Kesimpulan...................................................................................................18
2
BAB 1
PENDAHULUAN
Sebagai dasar matematika untuk statistik, teori peluang adalah penting untuk
kegiatan manusia banyak yang melibatkan analisis kuantitatif set besar data.
Metode teori peluang juga berlaku untuk deskripsi sistem yang kompleks diberikan
pengetahuan hanya sebagian dari negara mereka, seperti dalam mekanika statistik.
Sebuah penemuan besar fisika abad kedua puluh adalah sifat peluang fenomena
fisik pada skala atom, dijelaskan dalam mekanika kuantum.
1.2 Tujuan
3
1.3. Manfaat Critical Book
Manfaat pembuatan critical book report ini adalah :
1. Menambah wawasan pembaca tentang Teori peluang
2. Menambah pengetahuan penyusun dan pembaca tentang critical book
report
4
BAB II
PEMBAHASAN
IDENTITAS BUKU 1
IDENTITAS BUKU 2
Tahun : 2015
5
2.2 Ringkasan Buku
BUKU 1
A. Eksperimen Acak
Eksperimen merupakan bagian yang penting dalam bidang sains dan
engineering. Eksperimen bermanfaat karena peneliti dapat mengasumsi-kan bahwa
jika melakukan percobaan/ eksperimen tertentu dalam kondisi yang kurang lebih
identik maka hasil yang diperoleh juga hampir sama. Dalam kondisi diatas peneliti
bisa mengendalikan nilai dari variabel-variabel yang mempengaruhi hasil dari
eksperimen. Namun, dalam beberapa eksperimen ada kondisi dimana peneliti tidak
dapat memastikan ataupun mengendalikan nilai dari variabel-variabel tertentu,
sehingga hasil dari eksperimen pertama berbeda dengan hasil setelahnya meskipun
mayoritas kondisinya sama. Eksperimen inilah yang disebut sebagai eksperimen
acak. Contoh eksperimen acak adalah sebagai berikut: Jika sebuah dadu dilempar
ke atas, maka kemungkinan mata dadu yang muncul adalah 1, 2, 3, 4, 5 atau 6.
Percobaan pelemparan sebuah koin. Setelah koin dilempar dan jatuh, maka
kemungkinan yang muncul adalah “Gambar” atau “Angka”. Jika dua koin dilempar
keatas maka kemungkinannya adalah : AA, AG, GG, GA.
6
dapat dinyatakan dengan S = {Cacat, Tidak Cacat}. Sebuah koin dilempar ke atas.
Setelah jatuh, maka kemungkinan sisi yang muncul paling atas adalah “Gambar”
atau “Angka”. Sehingga ruang sampel percobaan tersebut dapat dinyatakan dengan
S = {Angka, Gambar}.
D. Kejadian
Kejadian merupakan salah satu sub himpunan (subset dari ruang sampel
atau biasa disebut sebagai himpunan bagian dari ruang sampel. Kejadian
dilambangkan dengan himpunan A dimana anggota-anggota dari A adalah titik
sampel. Pada kasus pelemparan satu buah dadu dengan himpunan semesta
S={1,2,3,4,5,6} dan A={2} dapat diartikan bahwa A adalah kejadian muncul mata
dadu 2 sehingga A⊆S dimana A merupakan himpunan bagian dari Sdan 2 ∈A
dibaca dengan 2 elemen A dimana 2 disebut sebagai titik sampel. Sebagaimana
kejadian maka S merupakan kejadian pasti karena salah satu dari elemen S pasti
muncul sedangkan himpunan kosong (Ø atau {}) disebut sebagai kejadian mustahil
karena dari Ø tidak mungkin muncul. Dengan menggnakan operasi-operasi
himpunan terhadap kejadian-kejadian dalam S, maka akan diperoleh kejadian-
kejadian lain dalam S.
7
E. Konsep dan Perumusahan Probabilitas
Dalam eksperimen acak selalu ada ketidakpastian mengenai apakah suatu
kejadian khusus akan atau tidak akan terjadi. Untuk memudahkan dalam mengukur
peluang atau probabilitas atas kejadian khusus tersebut, dimana dengan ukuran ini
seorang peneliti dapat mengharapkan munculnya kejadian, maka probabilitas
dinyatakan dalam angka pecahan antara 0 sampai 1 atau dalam
persentase.Probabilitas 0 atau 0% dimana semakin mendekati 0 atau nilai semakin
kecil maka kemungkian munculnya peluang semakin sedikit atau bahkan tidak akan
terjadi. Probabilitas 1 atau 100% artinya semakin besar kemungkinan terjadinya
suatu event atau bahkan pasti terjadi.
BUKU 2
PROBABILITAS
DEFINISI 1
Teorema 1
Contoh 1
8
Jika sebuah mata uang logam jujur dilemparkan sekali maka terdapat dua
hasil yang mungkin yaitu diperoleh sisi ‘Muka” (M) dan sisi ‘Belakang’ (B)
masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk diperoleh sehingga
probabilitas akan diperoleh sisi ‘Muka’ (M) adalah P(M) = ½.
Contoh 2
Bila sebuah mata uang dilantunkan dua kali maka ruang sampelnya adalah
S = { MM, MB, BM, BB }. Bila mata uang yang digunakan setangkup maka tiap
hasil mempunyai kemungkinan muncul sama. Tiap titik diberi bobot b sehingga 4b
= 1 atau b = ¼. Bila A menyatakan kejadian bahwa paling sedikit satu muka muncul
maka P(A) = ¾.
Contoh 3
Bila satu kartu ditarik dari satu kotak bridge berisi 52 kartu maka akan
ditentukan peluang mendapatkan kartu hati. Banyaknya hasil yang mungkin adalah
52 dan 13 diantaranya adalah kartu hati. Probabilitas kejadian A menarik kartu hati
adalah P(A) = 13/52 = ¼.
Contoh 4
Sebuah dadu dilemparkan sekali. Apabila dadu tersebut dipandang sebagai
dadu jujur (dadu yang masing-masing sisinya terbuat dari bahan yang sama
sehingga kemungkinan sisi-sisinya akan muncul di atas akan sama) maka
probabilitas dadu akan menunjukkan angka 5 adalah P(diperoleh 5) = 1/6. Di
samping itu, probabilitas munculnya angka 3 atau lebih adalah P(diperoleh 3 atau
lebih) = 4/6 = 2/3.
Contoh 5
Sebuah keluarga baru mengatakan bahwa mereka menginginkan 2 orang
anak dalam keluarga. Apabila keinginan tersebut terpenuhi maka urutan kelahiran
yang bisa terjadi adalah PP, PW, WP dan WW dengan W = wanita dan P = Pria.
Akibatnya jika anaknya akan wanita semua maka probabilitasnya adalah P(WW)
9
= ¼ yaitu 1 kemungkinan dari empat urutan kelahiran yang mungkin. Di samping
itu, probabilitas diperoleh 1 wanita dan 1 pria adalah P(WP atau PW) = 2/4 = ½.
Teorema 2
Jika A ⊂ B maka P(A) ≤ P(B) dan P(B – A) = P(B) – P(A).
Bukti:
Karena B = A ∪ (B – A) dengan A dan (B – A) saling asing maka P(B) =
P(A) + P(B – A) sehingga P(B – A) = P(B) – P(A) dan karena probabilitas maka P(B
– A) ≥ 0 sehingga P(B)–P(A) ≥ 0 atau P(B) ≥ P(A).
Teorema 3
Untuk setiap kejadian A berlaku 0 ≤ P(A) ≤ 1.
Bukti:
Berdasarkan aksioma 1, maka P(A) ≥ 0 dan karena untuk setiap kejadian A
berlaku A ⊂ S maka P(A) ≤ P(S) = 1. Terbukti 0 ≤ P(A) ≤ 1.
Teorema 4
P( ∅) = 0. Hal itu berarti bahwa kejadian mustahil mempunyai probabilitas
0.
Bukti
Karena S = S ∪ ∅ dan S ∩ ∅ = ∅ maka P(S) = P(S) + P(∅) sehingga P(∅)
= 0.
Teorema 5
Jika Ac adalah komplemen dari kejadian A maka berlaku P(Ac) = 1 – P(A).
Bukti:
Karena A ∪ Ac = S dan A ∩ Ac = ∅ maka P(A) + P(Ac ) = P(S) atau P(A) +
P(Ac) = 1 sehingga P(A) = 1 – P(Ac).
Contoh 6
10
Suatu mata uang setangkup dilempar berturut-turut sebanyak 6 kali.
Misalkan kejadian E paling sedikit sekali muncul muka. Ruang sampel S
mengandung 26 = 64 titik sampel karena setiap lemparan dapat menghasilkan dua
macam hasil (muka atau belakang). Bila Ec menyatakan kejadian bahwa tidak ada
muka yang muncul maka kejadian tersebut adalah bila semua lantunan
menghasilkan belakang yaitu P(Ec) = 1/64. Probabilitas paling sedikit sekali
muncul muka adalah P(E) = 1 – P(Ec) = 1 – 1/64 = 63/64.
Teorema 6
Jika A dan B dua kejadian sebarang maka berlaku P(A ∪ B) = P(A) + P(B)
– P( A ∩ B).
Bukti:
11
Gambar 2 Diagram Venn A ∪ B ∪ C.
Teorema 7
Untuk dua kejadian sebarang A dan B berlaku P(B) = P(B ∩ A) + P(B ∩ Ac).
Bukti:
DEFINISI 2
12
Probabilitas bersyarat dari B diberikan bahwa A telah terjadi adalah 𝑃 (B|A) =
P (B ∩A) P (A ∩B)
= ,jika P(A) > 0. Akibatnya, probabilitas bersyarat dari A
P ( A) P (A)
P (A ∩B) P (B ∩A)
diberikan bahwa B telah terjadi adalah 𝑃 (B|A) = = ,jika P(B) >
P (B) P (B)
0.
DEFINISI 3
Dua kejadian A dan B dikatakan saling bebas (independent) jika dan hanya jika P(A
| B) = P(A) atau P(B | A) = P(B). Jika tidak demikian maka dua kejadian tersebut
dikatakan saling bergantung (dependent).
Teorema 8
Untuk tiga kejadian sebarang A, B dan C berlaku P( A ∩ B ∩ C) = P(A) P(B
| A) P(C | A ∩ B).
Bukti :
𝑃 ( 𝐶 ∩𝐴 ∩𝐵) P (B ∩A)
Karena 𝑃 (𝐶|𝐴 ∩ 𝐵) = dan 𝑃 (B|A) = sehingga:
𝑃 (𝐴∩𝐵) P (A)
𝑃 ( 𝐶 ∩𝐴 ∩𝐵) P (B ∩A)
𝑃 (𝐶|𝐴 ∩ 𝐵) 𝑃(𝐵|𝐴) 𝑃(𝐴) = P(A)
𝑃 (𝐴∩𝐵) P (A)
13
4. Secara umum berlaku hukum multiplikatif : P(A1 ∩ A2 ∩ …. ∩ An) =
P(A1) P(A2 | A1) P(A3 | A1 ∩ A2) …. P(An | A1 ∩ A2 ∩ …. ∩ An-1).
Contoh 7
Sekotak buah berisi 20 apel dan 5 jeruk. Jika 2 buah diambil secara random
berturut-turut maka berapakah probabilitasnya bahwa kedua buah yang terambil
adalah apel ?
Penyelesaian:
Misalkan kejadian A adalah bahwa buah yang terambil pertama adalah apel
sedangkan kejadian B adalah bahwa buah yang terambil kedua adalah jeruk. Akan
ditentukan P(A ∩ B). Karena P(A)=20/25 dan P(B|A)=19/24 maka dengan
menggunakan hukum multiplikatif diperoleh P(A ∩ B) = P(A) P(B | A) = (20/25)
(19/24) = 0,633. Hal itu berarti bahwa kedua buah yang terambil merupakan apel
adalah 0,633.
TEOREMA BAYES
Misalkan dimiliki dua kotak yaitu kotak I dan kotak II. Dalam kotak I
terdapat 10 bola yang terdiri dari 3 bola merah dan 7 bola putih, sedangkan pada
kotak II terdapat 15 bola yang terdiri dari 5 bola merah dan 10 bola putih. Apabila
bola-bola tersebut disatukan dalam ember dan satu bola diambil secara random
tanpa melihat dan ternyata berwarna merah, akan ditentukan probabilitasnya bahwa
bola tersebut semula berasal dari kotak I. Karena keseluruhan terdapat 25 bola yang
terdiri dari 10 bola dari kotak I dan 15 bola dari kotak II. Dari 25 bola tersebut, 8
bola berwarna merah dan 17 bola berwarna putih. Misalkan kejadian B adalah
kejadian mendapatkan bola berwarna merah dan kejadian A adalah kejadian
mendapatkan bola dari kotak I.
𝑃 ( 𝐴 ∩𝐵)
Probabilitas bersyarat yang diinginkan adalah 𝑃 (𝐴|𝐵) = 𝑃(𝐵)
14
Gambar 5 Hubungan antara Himpunan B, A dan Ac
Kejadian B dapat ditulis sebagai gabungan dari dua kejadian yang terpisah
yaitu B ∩ A dan B ∩ Ac sehingga B = (B ∩ A) ∪ (B ∩ Ac) dan berarti P(B) = P(B ∩
𝑃 ( 𝐴 ∩𝐵) 𝑃(𝐵 ∩𝐴)
A) ∪ P(B ∩ Ac). Akibatnya: 𝑃 (𝐴|𝐵) = 𝑃(𝐵) 𝑃(𝐵 ∩𝐴)+ 𝑃(𝐵 ∩ 𝐴𝐶 )
Dan diperoleh:
3
P(B∩A)=
25
5
P(B∩ AC )= 25
3
𝑃 ( 𝐴 ∩𝐵) 𝑃(𝐵 ∩𝐴) 25 3
Sehingga: 𝑃 (𝐴|𝐵) = = 3 5 = Dalam
𝑃(𝐵) 𝑃(𝐵 ∩𝐴)+ 𝑃(𝐵 ∩ 𝐴𝐶 ) + 8
25 25
Teorema 9
Misalkan { A, Ac } suatu himpunan kejadian yang merupakan suatu sekatan
sederhana dari ruang sampel S dengan P(A) ≠ 0. Misalkan B adalah suatu kejadian
sembarang dalam S dengan P(A) ≠ 0 maka berlaku:
𝑃 ( 𝐴 ∩ 𝐵) 𝑃(𝐵 ∩ 𝐴)
𝑃 (𝐴|𝐵) =
𝑃(𝐵) 𝑃(𝐵 ∩ 𝐴) + 𝑃(𝐵 ∩ 𝐴𝐶 )
15
Contoh 8
Anggaplah bahwa dalam suatu populasi terdapat laki-laki dan perempuan
dengan jumlah yang sama. Dalam populasi ini 10 % dari laki-laki dan 5% dari
wanita adalah buta warna. Seorang buta warna dipilih secara random berapa
probabilitasnya orang laki-laki yang terpilih ?
Penyelesaian:
Diagram pohon probabilitas yang bisa dibuat adalah
Populasi terbagi ke dalam dua himpunan bagian yang saling asing yaitu laki-
laki (kejadian M) dan perempuan (kejadian F). Akan dicari probabilitasnya orang
laki-laki yang terpilih dengan syarat buta warna (BW). Dengan menggunakan
teorema Bayes diperoleh
𝑃(𝐵𝑊 |𝑀 ) 𝑃(𝑀)
𝑃(𝑀|𝐵𝑊) = 𝑃(𝐵𝑊 |𝑀) 𝑃(𝑀)+ 𝑃(𝐵𝑊 |𝐹 ) 𝑃(𝐹)
(0,05)(0,5)
𝑃(𝑀|𝐵𝑊) = (0,05)(0,5)+ (0,0025)(0,5)
2500 20
𝑃(𝑀|𝐵𝑊) = =
2625 21
16
Teorema 10
Misalkan { A1, A2, …, An } suatu himpunan kejadian yang merupakan suatu
sekatan ruang sampel S dengan P(Ai) ≠ 0 untuk i = 1,2, …, n. Misalkan B suatu
kejadian sembarang dalam S dengan P(B) ≠ 0 maka untuk k = 1,2, …, n.
Berlaku:
𝑃(𝐴𝑘 ∩ 𝐵) 𝑃(𝐴𝑘 |𝐵) 𝑃(𝐴𝑘 )
𝑃(𝐴𝑘 |𝐵) = =
∑𝑛𝑖=1 𝑃(𝐴𝑖 ∩ 𝐵) ∑𝑛𝑖=1 𝑃(𝐴𝑖 |𝐵) 𝑃(𝐴𝑖 )
Contoh 9
Di suatu laboratorium terdapat 3 kandang tikus. Kandang I terdapat 2 tikus
coklat dan 3 tikus putih, kandang II terdapat 4 tikus coklat dan 2 tikus putih dan
kandang III terdapat 5 tikus coklat dan 5 tikus putih. Sebuah kandang dipilih secara
random dan seekor tikus dipilih secara random dari kandang tersebut. Jika tikus
yang terpilih berwarna putih, berapa probabilitas bahwa tikus yang terpilih berasal
dari kandang I ?
Penyelesaian:
Diagram pohon probabilitas yang bisa dibuat adalah
𝑃(𝑊 |𝐼 ) 𝑃(𝐼)
𝑃(𝐼|𝑊) = 𝑃(𝑊 |𝐼 ) 𝑃(𝐼)+ 𝑃(𝑊 |𝐼𝐼 ) 𝑃(𝐼𝐼)+ 𝑃(𝑊 |𝐼𝐼𝐼 ) 𝑃(𝐼𝐼𝐼)
17
3 1 1
( )( ) 18
5 3 5
𝑃(𝐼|𝑊) = 3 1 2 1 5 1 = 43 = 43
( )( )+( )( )+( )( ) 90
5 3 6 3 10 3
Buku 1
Kelebihan :
Kelemahan :
Cover kurang menarik, soal-soal latihannya masih sedikit, dan gambar yang
disajikan tidak berwarna sehingga kurang menarik perhatian.
Buku 2
Kelebihan :
Adapun kelebihan pada buku ini adalah dari segi tata bahasa yang
digunakan sudah baik dan mudah untuk dipahami para pembaca, pada bagian
covernya cukup menarik, susunan pada buku sudah teratur, terdapat definisi –
definisi, teorema – teorema dan terdapat contoh soal serta soal – soal.
Kekurangan :
Adapun kekurangan pada buku ini adalah kurangnya pendapat dari para
ahli, simbol – simbol matematika tidak diberitahu cara membacanya sehingga
mempersulit para pembaca dalam membaca simbolnya, dan daftar pustaka tidak
tersusun dengan rapi.
18
BAB III
3.2 Kesimpulan
Untuk lebih memahami materi probablitas, sebaiknya gunakan buku kedua
karena pembahasannya lebih rinci dan mudah dimengerti. Jika kita menggunakan
buku pertama yang materinya kurang lengkap, kita akan mendapatkan kesulitan
dalam memahami suatu konsep probablitas ini dan dalam mengerjakan soal latihan
yang diberikan. Buku pertama ini dapat dijadikan tambahan dalam memperdalam
pemahaman.
3.3 Saran
Setiap buku memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Namun,
ada baiknya bila buku ditinjau kembali dengan memperhatikan kelemahan yang
sudah saya utarakan sebelumnya agar buku tersebut semakin mengarah ke arah
sempurna dan orang yang membacanya berkali-kali lipat bertambah ilmunya.
19