Anda di halaman 1dari 20

CRITICAL BOOK REPORT

TEORI PELUANG

Dosen Pengampu :

Dr. Elmanani Simamora, M.Si

OLEH :

Nama : Febriyanti Hasibuan

NIM : 4221230004

PSM 2022 A

MATEMATIKA NONDIK

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN


2023
KATA PENGANTAR

Pertama-tama saya mengucapkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha


Esa, sebab telah memberikan rahmat dan karunia-Nya serta kesehatan kepada
saya, sehingga mampu menyelesaikan tugas “CRITICAL BOOK REVIEW”. Tugas ini
di buat untuk memenuhi salah satu mata kuliah saya yaitu “Teori Peluang”.

Tugas critical book review ini disusun dengan harapan dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kita semua. Saya menyadari bahwa tugas critical book
review ini masih jauh dari kesempurnaan, apabila dalam tugas ini terdapat banyak
kekurangan dan kesalahan, saya mohon maaf karena sesungguhnya pengetahuan
dan pemahaman saya masih terbatas, karena keterbatasan ilmu dan pemahaman
saya yang belum seberapa. Karena itu saya sangat menantikan saran dan kritik dari
pembaca yang sifatnya membangun guna menyempurnakan tugas ini. Saya
berharap semoga tugas critical book review ini dapat bermanfaat bagi pembaca
dan bagi Saya khususnya. Atas perhatiannya, saya mengucapkan terimakasih.

Medan, Maret 2023

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR............................................................................................1

DAFTAR ISI..........................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang..................................................................................................3


1.2 Tujuan...............................................................................................................3
1.3 Manfaat .............................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN

2.1 Idendtitas Buku................................................................................................5

2.2 Ringkasan Isi Buku 1 .......................................................................................6

2.3 Ringkasan Isi Buku 2........................................................................................8

2.4 Kelemahan & Kelebihan Buku........................................................................17

BAB IV KESIMPULAN

4.1 Buku mana yang lebih mudah dipahami.......................................................18

4.2 Kesimpulan...................................................................................................18

4.3 Saran ............................................................................................................18

2
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Teori peluang adalah cabang matematika yang bersangkutan dengan peluang,


analisis fenomena acak. Objek utama teori peluang adalah variabel acak, proses
stokastik, dan kejadian: abstraksi matematis non-deterministik peristiwa atau
kuantitas terukur yang dapat berupa kejadian tunggal atau berkembang dari waktu
ke waktu dalam mode tampaknya acak. Jika koin individu melemparkan atau
gulungan dadu dianggap peristiwa acak, maka jika berkali-kali mengulangi urutan
kejadian acak akan menunjukkan pola-pola tertentu, yang dapat dipelajari dan
diprediksi. Dua hasil matematis representatif menggambarkan pola tersebut adalah
hukum bilangan besar dan teorema limit pusat.

Sebagai dasar matematika untuk statistik, teori peluang adalah penting untuk
kegiatan manusia banyak yang melibatkan analisis kuantitatif set besar data.
Metode teori peluang juga berlaku untuk deskripsi sistem yang kompleks diberikan
pengetahuan hanya sebagian dari negara mereka, seperti dalam mekanika statistik.
Sebuah penemuan besar fisika abad kedua puluh adalah sifat peluang fenomena
fisik pada skala atom, dijelaskan dalam mekanika kuantum.

1.2 Tujuan

1. Mengetahui pengetahuan mengenai materi-materi teori peluang.

2. Mengetahui kelebihan dan kelemahan buku.

3. Memperoleh pengetahuan bagaimana mengkritisi sebuah buku

3
1.3. Manfaat Critical Book
Manfaat pembuatan critical book report ini adalah :
1. Menambah wawasan pembaca tentang Teori peluang
2. Menambah pengetahuan penyusun dan pembaca tentang critical book
report

4
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Identitas Buku

IDENTITAS BUKU 1

Judul Buku : Diktat Kuliah Probabilitas dan Statistika


Penulis : Nur Hayati, S.ST, MT
Tahun : 2017
Penerbit : Universitas Muhammadyah Yogyakarta Press

IDENTITAS BUKU 2

Judul Buku : Pengantar Teori Probabilitas

Penulis : Dr. Adi Setiawan M,Sc.

Penerbit : Tisara Grafika

Tahun : 2015

5
2.2 Ringkasan Buku

BUKU 1
A. Eksperimen Acak
Eksperimen merupakan bagian yang penting dalam bidang sains dan
engineering. Eksperimen bermanfaat karena peneliti dapat mengasumsi-kan bahwa
jika melakukan percobaan/ eksperimen tertentu dalam kondisi yang kurang lebih
identik maka hasil yang diperoleh juga hampir sama. Dalam kondisi diatas peneliti
bisa mengendalikan nilai dari variabel-variabel yang mempengaruhi hasil dari
eksperimen. Namun, dalam beberapa eksperimen ada kondisi dimana peneliti tidak
dapat memastikan ataupun mengendalikan nilai dari variabel-variabel tertentu,
sehingga hasil dari eksperimen pertama berbeda dengan hasil setelahnya meskipun
mayoritas kondisinya sama. Eksperimen inilah yang disebut sebagai eksperimen
acak. Contoh eksperimen acak adalah sebagai berikut: Jika sebuah dadu dilempar
ke atas, maka kemungkinan mata dadu yang muncul adalah 1, 2, 3, 4, 5 atau 6.
Percobaan pelemparan sebuah koin. Setelah koin dilempar dan jatuh, maka
kemungkinan yang muncul adalah “Gambar” atau “Angka”. Jika dua koin dilempar
keatas maka kemungkinannya adalah : AA, AG, GG, GA.

B. Ruang Sampel dan Titik Sampel


Ruang Sampel yang dilambangkan dengan S (set) merupakan himpunan
dari semua hasil yang mungkin terjadi dari eksperimen acak. Setiap hasil ekperimen
atau kemungkinan-kemungkinan yang akan muncul dalam ruang sampel disebut
sebagai titik sampel. Sehingga titik sampel merupakan unsur atau anggota dari
ruang sampel.
Contoh ruang sampel dan titik sampel adalah sebagai berikut: Jika sebuah
dadu dilempar ke atas, maka tentukan ruang sampel kemungkinan mata dadu yang
muncul adalah 1, 2, 3, 4, 5 atau 6. Sehingga ruang sampelnya dinyatakan dengan S
= {1, 2, 3, 4, 5,6}. Suatu pabrik memproduksi sejenis produk kesehatan.
Kemungkinan produk yang dihasilkan adalah produk yang “cacat” dan “tidak
cacat”.Sehingga ruang sampel dari sebuah produk yang dihasilkan oleh pabrik

6
dapat dinyatakan dengan S = {Cacat, Tidak Cacat}. Sebuah koin dilempar ke atas.
Setelah jatuh, maka kemungkinan sisi yang muncul paling atas adalah “Gambar”
atau “Angka”. Sehingga ruang sampel percobaan tersebut dapat dinyatakan dengan
S = {Angka, Gambar}.

C. Permutasi dan Kombinasi


Permutasi merupakan susunan dari suatu himpunan obyek yang dapat
dibentuk yang memperhatikan urutan, sedangkan kombinasi merupakan susunan
dari suatu himpunan obyek yang dapat dibentuk tanpa memperhatikan urutan.
Banyaknya permutasi n obyek berlainan adalah n! (n faktorial) atau n x (n-1) x (n-
2) x ...... x 4 x 3 x 2 x 1. Banyaknya permutasi n obyek berlainan bila diambil r
sekaligus adalah 𝑃𝑟𝑛=𝑛!(𝑛−𝑟)! sedangkan banyaknya permutasi n benda berlainan
yang disusun melingkar adalah (n-1)!. Sementara itu jumlah kombinasi dari n obyek
yag berlainan jika diambil sebanyak r adalah 𝐶𝑟𝑛=𝑛!!(𝑛−𝑟)!

D. Kejadian
Kejadian merupakan salah satu sub himpunan (subset dari ruang sampel
atau biasa disebut sebagai himpunan bagian dari ruang sampel. Kejadian
dilambangkan dengan himpunan A dimana anggota-anggota dari A adalah titik
sampel. Pada kasus pelemparan satu buah dadu dengan himpunan semesta
S={1,2,3,4,5,6} dan A={2} dapat diartikan bahwa A adalah kejadian muncul mata
dadu 2 sehingga A⊆S dimana A merupakan himpunan bagian dari Sdan 2 ∈A
dibaca dengan 2 elemen A dimana 2 disebut sebagai titik sampel. Sebagaimana
kejadian maka S merupakan kejadian pasti karena salah satu dari elemen S pasti
muncul sedangkan himpunan kosong (Ø atau {}) disebut sebagai kejadian mustahil
karena dari Ø tidak mungkin muncul. Dengan menggnakan operasi-operasi
himpunan terhadap kejadian-kejadian dalam S, maka akan diperoleh kejadian-
kejadian lain dalam S.

7
E. Konsep dan Perumusahan Probabilitas
Dalam eksperimen acak selalu ada ketidakpastian mengenai apakah suatu
kejadian khusus akan atau tidak akan terjadi. Untuk memudahkan dalam mengukur
peluang atau probabilitas atas kejadian khusus tersebut, dimana dengan ukuran ini
seorang peneliti dapat mengharapkan munculnya kejadian, maka probabilitas
dinyatakan dalam angka pecahan antara 0 sampai 1 atau dalam
persentase.Probabilitas 0 atau 0% dimana semakin mendekati 0 atau nilai semakin
kecil maka kemungkian munculnya peluang semakin sedikit atau bahkan tidak akan
terjadi. Probabilitas 1 atau 100% artinya semakin besar kemungkinan terjadinya
suatu event atau bahkan pasti terjadi.

BUKU 2

PROBABILITAS

Teori probabilitas untuk ruang sampel berhingga menetapkan suatu


himpunan bilangan yang dinamakan bobot dan bernilai dari 0 sampai 1 sehingga
probabilitas terjadinya suatu kejadian dapat dihitung. Tiap titik pada ruang sampel
dikaitkan dengan suatu bobot sehingga jumlah semua bobot sama dengan 1. Berikut
ini aksioma-aksioma probabilitas yang nantinya akan digunakan dalam teori
probabilitas. Aksioma-aksioma probabilitas :

1. Untuk setiap kejadian A berlaku P(A) ≥ 0.


2. Untuk kejadian pasti S berlaku P(S) = 1.
3. Untuk semua kejadian yang saling asing A1, A2, ...., berlaku P(A1 ∪ A2
∪ ..... ) = P(A1) + P(A2) + ......

DEFINISI 1

Probabilitas suatu kejadian A adalah jumlahan dari probabilitas kejadian sederhana.

Teorema 1

Bila suatu percobaan dapat menghasilkan N macam hasil yang


berkemungkinan sama dan bila tepat sebanyak n dari hasil berkaitan dengan
kejadian A maka probabilitas kejadian A adalah P(A) = n/N.

Contoh 1

8
Jika sebuah mata uang logam jujur dilemparkan sekali maka terdapat dua
hasil yang mungkin yaitu diperoleh sisi ‘Muka” (M) dan sisi ‘Belakang’ (B)
masing-masing mempunyai kemungkinan yang sama untuk diperoleh sehingga
probabilitas akan diperoleh sisi ‘Muka’ (M) adalah P(M) = ½.

Contoh 2
Bila sebuah mata uang dilantunkan dua kali maka ruang sampelnya adalah
S = { MM, MB, BM, BB }. Bila mata uang yang digunakan setangkup maka tiap
hasil mempunyai kemungkinan muncul sama. Tiap titik diberi bobot b sehingga 4b
= 1 atau b = ¼. Bila A menyatakan kejadian bahwa paling sedikit satu muka muncul
maka P(A) = ¾.

Contoh 3
Bila satu kartu ditarik dari satu kotak bridge berisi 52 kartu maka akan
ditentukan peluang mendapatkan kartu hati. Banyaknya hasil yang mungkin adalah
52 dan 13 diantaranya adalah kartu hati. Probabilitas kejadian A menarik kartu hati
adalah P(A) = 13/52 = ¼.

Contoh 4
Sebuah dadu dilemparkan sekali. Apabila dadu tersebut dipandang sebagai
dadu jujur (dadu yang masing-masing sisinya terbuat dari bahan yang sama
sehingga kemungkinan sisi-sisinya akan muncul di atas akan sama) maka
probabilitas dadu akan menunjukkan angka 5 adalah P(diperoleh 5) = 1/6. Di
samping itu, probabilitas munculnya angka 3 atau lebih adalah P(diperoleh 3 atau
lebih) = 4/6 = 2/3.

Contoh 5
Sebuah keluarga baru mengatakan bahwa mereka menginginkan 2 orang
anak dalam keluarga. Apabila keinginan tersebut terpenuhi maka urutan kelahiran
yang bisa terjadi adalah PP, PW, WP dan WW dengan W = wanita dan P = Pria.
Akibatnya jika anaknya akan wanita semua maka probabilitasnya adalah P(WW)

9
= ¼ yaitu 1 kemungkinan dari empat urutan kelahiran yang mungkin. Di samping
itu, probabilitas diperoleh 1 wanita dan 1 pria adalah P(WP atau PW) = 2/4 = ½.

Teorema 2
Jika A ⊂ B maka P(A) ≤ P(B) dan P(B – A) = P(B) – P(A).
Bukti:
Karena B = A ∪ (B – A) dengan A dan (B – A) saling asing maka P(B) =
P(A) + P(B – A) sehingga P(B – A) = P(B) – P(A) dan karena probabilitas maka P(B
– A) ≥ 0 sehingga P(B)–P(A) ≥ 0 atau P(B) ≥ P(A).

Teorema 3
Untuk setiap kejadian A berlaku 0 ≤ P(A) ≤ 1.
Bukti:
Berdasarkan aksioma 1, maka P(A) ≥ 0 dan karena untuk setiap kejadian A
berlaku A ⊂ S maka P(A) ≤ P(S) = 1. Terbukti 0 ≤ P(A) ≤ 1.

Teorema 4
P( ∅) = 0. Hal itu berarti bahwa kejadian mustahil mempunyai probabilitas
0.
Bukti
Karena S = S ∪ ∅ dan S ∩ ∅ = ∅ maka P(S) = P(S) + P(∅) sehingga P(∅)
= 0.

Teorema 5
Jika Ac adalah komplemen dari kejadian A maka berlaku P(Ac) = 1 – P(A).

Bukti:
Karena A ∪ Ac = S dan A ∩ Ac = ∅ maka P(A) + P(Ac ) = P(S) atau P(A) +
P(Ac) = 1 sehingga P(A) = 1 – P(Ac).

Contoh 6

10
Suatu mata uang setangkup dilempar berturut-turut sebanyak 6 kali.
Misalkan kejadian E paling sedikit sekali muncul muka. Ruang sampel S
mengandung 26 = 64 titik sampel karena setiap lemparan dapat menghasilkan dua
macam hasil (muka atau belakang). Bila Ec menyatakan kejadian bahwa tidak ada
muka yang muncul maka kejadian tersebut adalah bila semua lantunan
menghasilkan belakang yaitu P(Ec) = 1/64. Probabilitas paling sedikit sekali
muncul muka adalah P(E) = 1 – P(Ec) = 1 – 1/64 = 63/64.

Teorema 6
Jika A dan B dua kejadian sebarang maka berlaku P(A ∪ B) = P(A) + P(B)
– P( A ∩ B).
Bukti:

Gambar 1 Diagram Venn A ∪ B.


Berdasarkan diagram Venn pada Gambar 1 di atas, diperoleh A ∪ B = A ∪
(B – (A ∩ B)) dengan A dan B – (A ∩ B) adalah dua kejadian yang saling asing
sehingga P(A ∪ B) = P(A) + P[ B – (A ∩ B)] dan dengan hasil Teorema 2 maka
diperoleh P(A ∪ B) = P(A) + P(B) – P(A ∩ B). Perluasan teorema ini dapat
dinyatakan sebagai berikut :
Jika A, B dan C tiga kejadian sebarang maka berlaku sifat : P(A ∪ B ∪ C) =
P(A) + P(B) + P(C) – P(A ∩ B) – P(A ∩ C) – P(B ∩ C)+ P(A ∩ B ∩ C).

11
Gambar 2 Diagram Venn A ∪ B ∪ C.

Teorema 7
Untuk dua kejadian sebarang A dan B berlaku P(B) = P(B ∩ A) + P(B ∩ Ac).
Bukti:

Gambar 3 Hubungan antara himpunan B, B ∩ A dan B ∩ Ac.

Berdasarkan diagram Venn pada Gambar 3, terlihat bahwa B = (B ∩ A) ∪


(B ∩ Ac) dan dua kejadian tersebut yaitu A ∩ B dan A ∩ Bc saling asing sehingga
diperoleh P(B) = P(B ∩ A) + P(B ∩ Ac). Secara umum, teorema di atas dapat
dinyatakan sebagai P(B) = P(B ∩ A1) + P(B ∩ A2) + ..... + P(B ∩ An). Dan
digambarkan dalam diagram Venn pada Gambar 4 berikut ini.

Gambar 4 Hubungan antara himpunan B, A1, A2, …, An

DEFINISI 2

12
Probabilitas bersyarat dari B diberikan bahwa A telah terjadi adalah 𝑃 (B|A) =
P (B ∩A) P (A ∩B)
= ,jika P(A) > 0. Akibatnya, probabilitas bersyarat dari A
P ( A) P (A)
P (A ∩B) P (B ∩A)
diberikan bahwa B telah terjadi adalah 𝑃 (B|A) = = ,jika P(B) >
P (B) P (B)

0.

DEFINISI 3
Dua kejadian A dan B dikatakan saling bebas (independent) jika dan hanya jika P(A
| B) = P(A) atau P(B | A) = P(B). Jika tidak demikian maka dua kejadian tersebut
dikatakan saling bergantung (dependent).

HUKUM MULTIPLIKATIF PROBABILITAS


Misalkan diketahui kejadian A dan kejadian B, probabilitas dari irisan A ∩
B adalah P(A ∩ B) = P(A) P(B|A) = P(B) P(A|B). Jika A dan B saling bebas maka
P(A ∩ B) = P(A) P(B).

Teorema 8
Untuk tiga kejadian sebarang A, B dan C berlaku P( A ∩ B ∩ C) = P(A) P(B
| A) P(C | A ∩ B).
Bukti :
𝑃 ( 𝐶 ∩𝐴 ∩𝐵) P (B ∩A)
Karena 𝑃 (𝐶|𝐴 ∩ 𝐵) = dan 𝑃 (B|A) = sehingga:
𝑃 (𝐴∩𝐵) P (A)

𝑃 ( 𝐶 ∩𝐴 ∩𝐵) P (B ∩A)
𝑃 (𝐶|𝐴 ∩ 𝐵) 𝑃(𝐵|𝐴) 𝑃(𝐴) = P(A)
𝑃 (𝐴∩𝐵) P (A)

𝑃 (𝐶|𝐴 ∩ 𝐵) 𝑃(𝐵|𝐴) 𝑃(𝐴) = 𝑃(𝐶 ∩ 𝐴 ∩ 𝐵)


𝑃 (𝐶|𝐴 ∩ 𝐵) 𝑃(𝐵|𝐴) 𝑃(𝐴) = 𝑃(𝐴 ∩ 𝐵 ∩ 𝐶)

SIFAT-SIFAT PROBABILITAS BERSYARAT


1. Jika A ⊂ B maka P(A | C) ≤ P(B | C).
2. P(Ac|B) = 1 – P(A|B).
3. P(A ∪ B | C) = P(A | C) + P(B | C) – P(A ∩ B | C).

13
4. Secara umum berlaku hukum multiplikatif : P(A1 ∩ A2 ∩ …. ∩ An) =
P(A1) P(A2 | A1) P(A3 | A1 ∩ A2) …. P(An | A1 ∩ A2 ∩ …. ∩ An-1).

Contoh 7
Sekotak buah berisi 20 apel dan 5 jeruk. Jika 2 buah diambil secara random
berturut-turut maka berapakah probabilitasnya bahwa kedua buah yang terambil
adalah apel ?
Penyelesaian:
Misalkan kejadian A adalah bahwa buah yang terambil pertama adalah apel
sedangkan kejadian B adalah bahwa buah yang terambil kedua adalah jeruk. Akan
ditentukan P(A ∩ B). Karena P(A)=20/25 dan P(B|A)=19/24 maka dengan
menggunakan hukum multiplikatif diperoleh P(A ∩ B) = P(A) P(B | A) = (20/25)
(19/24) = 0,633. Hal itu berarti bahwa kedua buah yang terambil merupakan apel
adalah 0,633.

TEOREMA BAYES
Misalkan dimiliki dua kotak yaitu kotak I dan kotak II. Dalam kotak I
terdapat 10 bola yang terdiri dari 3 bola merah dan 7 bola putih, sedangkan pada
kotak II terdapat 15 bola yang terdiri dari 5 bola merah dan 10 bola putih. Apabila
bola-bola tersebut disatukan dalam ember dan satu bola diambil secara random
tanpa melihat dan ternyata berwarna merah, akan ditentukan probabilitasnya bahwa
bola tersebut semula berasal dari kotak I. Karena keseluruhan terdapat 25 bola yang
terdiri dari 10 bola dari kotak I dan 15 bola dari kotak II. Dari 25 bola tersebut, 8
bola berwarna merah dan 17 bola berwarna putih. Misalkan kejadian B adalah
kejadian mendapatkan bola berwarna merah dan kejadian A adalah kejadian
mendapatkan bola dari kotak I.
𝑃 ( 𝐴 ∩𝐵)
Probabilitas bersyarat yang diinginkan adalah 𝑃 (𝐴|𝐵) = 𝑃(𝐵)

14
Gambar 5 Hubungan antara Himpunan B, A dan Ac

Kejadian B dapat ditulis sebagai gabungan dari dua kejadian yang terpisah
yaitu B ∩ A dan B ∩ Ac sehingga B = (B ∩ A) ∪ (B ∩ Ac) dan berarti P(B) = P(B ∩
𝑃 ( 𝐴 ∩𝐵) 𝑃(𝐵 ∩𝐴)
A) ∪ P(B ∩ Ac). Akibatnya: 𝑃 (𝐴|𝐵) = 𝑃(𝐵) 𝑃(𝐵 ∩𝐴)+ 𝑃(𝐵 ∩ 𝐴𝐶 )

Dan diperoleh:
3
P(B∩A)=
25
5
P(B∩ AC )= 25
3
𝑃 ( 𝐴 ∩𝐵) 𝑃(𝐵 ∩𝐴) 25 3
Sehingga: 𝑃 (𝐴|𝐵) = = 3 5 = Dalam
𝑃(𝐵) 𝑃(𝐵 ∩𝐴)+ 𝑃(𝐵 ∩ 𝐴𝐶 ) + 8
25 25

bentuk teorema Bayes, hal tersebut dapat dinyatakan dengan:


3 10
𝑃 (𝐵 |𝐴) 𝑃(𝐴) ( )( )
10 25 3
𝑃 (𝐴|𝐵) = 𝐶 = 3 10 5 15 = (8)
𝑃 (𝐵 |𝐴) 𝑃(𝐴)+ 𝑃 (𝐵 |𝐴 ) 𝑃(𝐴𝐶 ) ( )( )+ ( )( )
10 25 15 25

Teorema 9
Misalkan { A, Ac } suatu himpunan kejadian yang merupakan suatu sekatan
sederhana dari ruang sampel S dengan P(A) ≠ 0. Misalkan B adalah suatu kejadian
sembarang dalam S dengan P(A) ≠ 0 maka berlaku:
𝑃 ( 𝐴 ∩ 𝐵) 𝑃(𝐵 ∩ 𝐴)
𝑃 (𝐴|𝐵) =
𝑃(𝐵) 𝑃(𝐵 ∩ 𝐴) + 𝑃(𝐵 ∩ 𝐴𝐶 )

15
Contoh 8
Anggaplah bahwa dalam suatu populasi terdapat laki-laki dan perempuan
dengan jumlah yang sama. Dalam populasi ini 10 % dari laki-laki dan 5% dari
wanita adalah buta warna. Seorang buta warna dipilih secara random berapa
probabilitasnya orang laki-laki yang terpilih ?
Penyelesaian:
Diagram pohon probabilitas yang bisa dibuat adalah

Gambar 6 Diagram pohon probabilitas

Populasi terbagi ke dalam dua himpunan bagian yang saling asing yaitu laki-
laki (kejadian M) dan perempuan (kejadian F). Akan dicari probabilitasnya orang
laki-laki yang terpilih dengan syarat buta warna (BW). Dengan menggunakan
teorema Bayes diperoleh
𝑃(𝐵𝑊 |𝑀 ) 𝑃(𝑀)
𝑃(𝑀|𝐵𝑊) = 𝑃(𝐵𝑊 |𝑀) 𝑃(𝑀)+ 𝑃(𝐵𝑊 |𝐹 ) 𝑃(𝐹)

(0,05)(0,5)
𝑃(𝑀|𝐵𝑊) = (0,05)(0,5)+ (0,0025)(0,5)
2500 20
𝑃(𝑀|𝐵𝑊) = =
2625 21

16
Teorema 10
Misalkan { A1, A2, …, An } suatu himpunan kejadian yang merupakan suatu
sekatan ruang sampel S dengan P(Ai) ≠ 0 untuk i = 1,2, …, n. Misalkan B suatu
kejadian sembarang dalam S dengan P(B) ≠ 0 maka untuk k = 1,2, …, n.
Berlaku:
𝑃(𝐴𝑘 ∩ 𝐵) 𝑃(𝐴𝑘 |𝐵) 𝑃(𝐴𝑘 )
𝑃(𝐴𝑘 |𝐵) = =
∑𝑛𝑖=1 𝑃(𝐴𝑖 ∩ 𝐵) ∑𝑛𝑖=1 𝑃(𝐴𝑖 |𝐵) 𝑃(𝐴𝑖 )

Contoh 9
Di suatu laboratorium terdapat 3 kandang tikus. Kandang I terdapat 2 tikus
coklat dan 3 tikus putih, kandang II terdapat 4 tikus coklat dan 2 tikus putih dan
kandang III terdapat 5 tikus coklat dan 5 tikus putih. Sebuah kandang dipilih secara
random dan seekor tikus dipilih secara random dari kandang tersebut. Jika tikus
yang terpilih berwarna putih, berapa probabilitas bahwa tikus yang terpilih berasal
dari kandang I ?
Penyelesaian:
Diagram pohon probabilitas yang bisa dibuat adalah

Gambar 7 Diagram Pohon Probabilitas Contoh 9

𝑃(𝑊 |𝐼 ) 𝑃(𝐼)
𝑃(𝐼|𝑊) = 𝑃(𝑊 |𝐼 ) 𝑃(𝐼)+ 𝑃(𝑊 |𝐼𝐼 ) 𝑃(𝐼𝐼)+ 𝑃(𝑊 |𝐼𝐼𝐼 ) 𝑃(𝐼𝐼𝐼)

17
3 1 1
( )( ) 18
5 3 5
𝑃(𝐼|𝑊) = 3 1 2 1 5 1 = 43 = 43
( )( )+( )( )+( )( ) 90
5 3 6 3 10 3

2.3 Kelebihan dan Kelemahan Buku

Buku 1

Kelebihan :

Bahasa yang digunakan mudah dimengerti oleh khayalak umum, banyak


memuat media gambar seperti gambar penjelasan, grafik, tabel,dll. Dan
memberikan contoh soal serta cara penyelesaian yang jelas.

Kelemahan :

Cover kurang menarik, soal-soal latihannya masih sedikit, dan gambar yang
disajikan tidak berwarna sehingga kurang menarik perhatian.

Buku 2

Kelebihan :

Adapun kelebihan pada buku ini adalah dari segi tata bahasa yang
digunakan sudah baik dan mudah untuk dipahami para pembaca, pada bagian
covernya cukup menarik, susunan pada buku sudah teratur, terdapat definisi –
definisi, teorema – teorema dan terdapat contoh soal serta soal – soal.

Kekurangan :

Adapun kekurangan pada buku ini adalah kurangnya pendapat dari para
ahli, simbol – simbol matematika tidak diberitahu cara membacanya sehingga
mempersulit para pembaca dalam membaca simbolnya, dan daftar pustaka tidak
tersusun dengan rapi.

18
BAB III

KESIMPULAN DAN SARAN

3.1 Buku mana yang lebih mudah dipahami


Menurut saya buku yang lebih mudah untuk dipahami adalah buku 2.
Karena dibuku 2 itu materi yang diberikan lebih singkat, padat dan jelas. Selain itu
juga buku 2 lebih menekankan pada soal-soal latihan yang lebih menarik perhatian
khusunya para pembaca yang jaman sekarang itu malas membaca teori-teori yang
bahasanya saja susah dimengerti. Jadi dengan banyak memuat contoh-contoh soal
yang tingkat kesulitannya berbeda-beda lebih memudahkan para pelajar untuk
mempelajari materi tersebut.

3.2 Kesimpulan
Untuk lebih memahami materi probablitas, sebaiknya gunakan buku kedua
karena pembahasannya lebih rinci dan mudah dimengerti. Jika kita menggunakan
buku pertama yang materinya kurang lengkap, kita akan mendapatkan kesulitan
dalam memahami suatu konsep probablitas ini dan dalam mengerjakan soal latihan
yang diberikan. Buku pertama ini dapat dijadikan tambahan dalam memperdalam
pemahaman.

3.3 Saran
Setiap buku memiliki kelemahan dan kelebihannya masing-masing. Namun,
ada baiknya bila buku ditinjau kembali dengan memperhatikan kelemahan yang
sudah saya utarakan sebelumnya agar buku tersebut semakin mengarah ke arah
sempurna dan orang yang membacanya berkali-kali lipat bertambah ilmunya.

19

Anda mungkin juga menyukai