Anda di halaman 1dari 4

LEMBAR JAWABAN

UJIAN TENGAH SEMESTER (UTS)


SEMESTER GENAP TAHUN AKADEMIK 2022/2023
FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS PANCASILA

Nama Mahasiswa : Brigitta Injilia Tampi


Nomor Pokok : 3020210144
Nomor Urut :
Kelas :G
Mata Ujian : ILMU PERUNDANG-UNDANGAN
Nama Dosen : Prof. Dr. Drs. Astim Riyanto,SH, MH
Hari/Tanggal : Kamis, 4 Mei 2023
Semester :6

1.
a. Masa Penjajahan
1) Masa Pemerintahan Hindia Belanda, yaitu sejak Vereningde Ost Indie
Compagnie (VOC) dari tahun 1602 dan dibubarkan tanggal 31 Desember 1799.
Sejarah peraturan perundang-undangan Hindia Belanda dapat dirinci dalam
beberapa masa.
a) Masa Besluiten Regering
b) Masa Regerings Reglement
c) Masa Indische Staatsregeling
2) Masa Pendudukan Tentara Jepang, yaitu sejak tanggal 7 Maret 1942 hingga 14
Agustus 1945 (de facto) dan tanggal 15 Agustus 1945 (de jure)
b. Masa Kemerdekaan Indonesia
Masa kemerdekaan Indonesia meliputi beberapa kurun waktu.
1) Masa berlaku UUD NRIT 1945 Periode I dengan bentuk negara kesatuan, yaitu
sejak tanggal 18 Agustus 1945 hinggal tanggal 27 Desember 1949, di mana
masa yang sarat dengan praktik ketatanegaraan.
2) Masa berlaku Konstitusi RIS 1949 dengan bentuk negara federal, sejak tanggal
27 Desember 1949 hingga tanggal 17 Agustus 1950.
3) Masa berlaku UUDS RI 1950 dengan bentuk negara kesatuan, sejak tanggal 17
Agustus 1950 hingga tanggal 5 Juli 1959.
4) Masa berlaku kembali UUD NRIT 1945 periode II dengan bentuk negara
kesatuan, setelah keluar Dekrit Presiden 1959 melalui Keputusan Presiden RI
No. 150 Tahun 1959 tanggal 5 Juli 1969 mengenai Dekrit Presiden RI/Panglima
Tertinggi Angkatan Perang 1Tentang Kembali Kepada Undang-Undang Dasar
1945.
5) Masa berlaku kembali UUD NRIT 1945 Periode II dengan bentuk negara
kesatuan, setelah perubahan (amendment) pertama tanggal 19 Oktober 1999,
perubahan kedua tanggal 18 Agustus 2000, perubahan ketiga tanggal 9
November 2001, dan perubahan keempat tanggal 10 Agustus 2002.
2.
a. Pasal 7 ayat (1) UU No. 12 Tahun 2011 tentang Pembentukan Peraturan
Perundang-undangan, mengatur :

(1) Jenis dan hierarki Peraturan Perundang-undangan terdiri atas :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;


2. Ketetapan Majelis Permusyawartan Rakyat;
3. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-Undang;
4. Peraturan Pemerintah;
5. Peraturan Presiden;
6. Peraturan Daerah Provinsi; dan
7. Peraturan Daerah Kabupaten/Kota.

(2) Kekuatan hukum Peraturan Perundang-undangan sesuai dengan hierarki


sebagaimana dimaksud pada ayat (1).

b.

3.
a. Sistem norma yang statik (nomostatics) adalah sistem yang melihat pada isi norma.
Menurut sistem norma yang statik, suatu norma umum dapat ditarik menjadi
norma-norma khusus, atau norma-norma khusus itu dapat ditarik dari suatu norma
yang umum. Penarikan norma-norma khusus dari suatu norma umum tersebut
diartikan dari norma umum itu dirinci menjadi norma-norma yang khusus dari segi
isinya. Contoh dari sistem norma statik (nomostatics) adalah sebagai berikut :
(a) Dari suatu norma umum yang menyatakan ”Hendaknya engkau menghormati
orang tua” dapat ditarik/dirinci menjadi norma-norma khusus seperti kewajiban
membantu orang tua kalau ia dalam kesusahan, atau kewajiban merawatnya kalau
orang tua itu sedang sakit dan sebagainya.
(b) Dari suatu norma umum yang menyatakan ”Hendaknya engkau menjalankan
perintah agama” dapat ditarik/dirinci menjadi norma-norma khusus seperti
kewajiban menjalankan sholat lima waktu, menjalankan puasa pada waktunya,
membayar zakat fitrah, dan sebagainya
b. Sistem norma yang dinamik (nomodynamics) adalah sistem norma yang melihat
pada berlakunya suatu norma atau dari cara ’pembentukannya’ atau
’penghapusannya’. Menurut Prof.Dr.Hans Kelsen (1881-1973), norma itu
berjenjang-jenjang dan berlapis-lapis dalam suatu susunan hierarki, norma yang di
bawah berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi, norma yang
lebih tinggi berlaku, bersumber, dan berdasar pada norma yang lebih tinggi lagi,
demikian seterusnya sampai akhirnya ”regressus” ini berhenti pada suatu norma
yang tertinggi yang disebut dengan norma dasar (Grundnorm) yang tidak dapat
ditelusuri lagi siapa pembentuknya atau dari mana asalnya.
4.
a. Teori Jenjang (Stufentheorie) yang semula dikemukakan oleh mahasiswanya Adolf
Merkel (1830-1896). Teori ini melihat hukum sebagi suatu sistem yang terdiri atas
susunan norma berbentuk piramida. Norma yang lebih rendah memperoleh
kekuatannya dari suatu norma yang lebih tinggi. Semakin tinggi suatu norma, akan
semakin abstrak sifatnya, dan sebaliknya, semakin rendah kedudukannya, akan
semakin konkret norma tersebut. Norma yang paling tinggi, yang menduduki
puncak piramida, disebut dengan nama Grundnorm (Norma Dasar) atau
Ursprungnorm (Norma Asal/Norma Sumber). Teori jenjang atau lengkapnya Teori
Pejenjangan Hukum (Stufenbau des Rechts theorie) ini kemudian dikembangkan
lagi oleh mahasiswanya bernama Prof. Dr.Hans Nawiasky dengan teorinya Die
Lehre van dem Stufenaufbau der Rechtsordnung.

b.
5.
a. Trias Politica adalah sebuah ide bahwa sebuah pemerintahan yang berdaulat harus
dipisahkan antara dua atau lebih kesatuan kuat yang bebas. Konsep ini membagi
suatu pemerintahan negara menjadi 3 jenis kekuasaan, yaitu eksekutif, legislatif,
dan yudikatif.
b. Penerapan Trias Politica di Indonesia berdasarkan setiap pembagian kekuasaannya
1) Kekuasaan Legislatif
Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat undang-undang.
Terdapat 3 lembaga yang diberi kewenangan legislatif di Indonesia, antara lain
Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR), Dewan Perwakilan Rakyat (DPR),
serta Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
2) Kekuasaan Eksekutif
Kekuasaan eksekutif adalah kekuasaan untuk melaksanakan undang-undang dan
roda pemerintahan. Di Indonesia, kekuasaan ini dipegang oleh Presiden. Namun
mengingat kegiatan menjalankan undang-undang tidak mungkin dijalankan
seorang diri, oleh karenanya Presiden memiliki kewenangan untuk
mendelegasikan tugas eksekutif kepada pejabat pemerintah lainnya yang turut
membantu Presiden, yakni para menteri.
3) Kekuasaan Yudikatif
Kekuasaan yudikatif adalah kekuasaan yang berkewajiban mempertahankan
undang-undang dan berhak memberikan peradilan kepada rakyatnya atau
sederhananya adalah kekuasaan kehakiman.
Pasal 24 ayat (1) UUD 1945 menyatakan kekuasaan kehakiman sebagai
kekuasaan yang merdeka untuk menyelenggarakan peradilan guna menegakkan
hukum dan keadilan.
Fungsi yudikatif di Indonesia dilakukan oleh Mahkamah Agung (MA) dan
Mahkamah Konstitusi (MK). Mahkamah Agung merupakan pengadilan kasasi
atau pengadilan negara terakhir dan tertinggi, yang salah satu fungsinya adalah
untuk membina keseragaman dalam penerapan hukum melalui putusan kasasi
dan peninjauan kembali. Sementara salah satu wewenang Mahkamah
Konstitusi adalah melakukan uji undang-undang terhadap Undang-Undang
Dasar.

Anda mungkin juga menyukai