Anda di halaman 1dari 7

1

ADAM BUKAN MANUSIA PERTAMA DI


BUMI
Jurnal Suficademic”| Artikel No. 1 | Januari 2023

ADAM (BUKAN) MANUSIA PERTAMA


Oleh Said Muniruddin | RECTOR | The Suficademic

BISMILLAHIRRAHMANIRRAHIEM. Benarkah Adam manusia
pertama?

***

Mempercayai Adam sebagai manusia pertama, itu berlawanan dengan


fakta sains. Kita tidak bisa begitu saja mengabaikan objektifitas sains.
Bisa diketawain nanti. Menolak sains, itu bisa dianggap agama kita
ketinggalan zaman. Meskipun kebenaran sains juga terus berubah,
selain juga saling menguatkan.

Umur bumi kita sudah cukup tua: 4,5 miliar tahun. Adam yang kita
kenal, yang dikategorikan sebagai “manusia modern” (Homo Sapiens),
itu baru muncul belakangan, sekitar 24-35 ribu tahun lalu. Sebelum itu,
banyak kelompok “manusia purba” yang memiliki kromosom serupa
yang ditemukan telah mendiami bumi. Artinya; banyak spesies manusia,
“homo”, “adam”, “man of earth/soil” yang pernah hidup dan
mengembara di muka bumi. Termasuk Homo Neanderthal, yang
muncul 200 ribu tahun lalu, jauh sebelum Adam.
2

Jadi, Adam sebagai “manusia pertama” perlu dipahami dalam makna


berbeda. Sebab, yang namanya manusia (homo) itu terdiri dari banyak
spesies. Termasuk spesies-spesies purba sebelum Adam kita. Memang,
satu-satunya spesies yang masih mendiami bumi sampai saat ini adalah
spesies Sapiens (Bani Adam). Sedangkan manusia-manusia spesies
sebelumnya sudah punah semua. Apakah kepunahan mereka karena
perubahan iklim, ataupun akibat kerusakan dan pertumpahan darah
(QS. Al-Baqarah: 30), para ahli masih berdebat.

Sebenarnya, sejak pertengahan abad 9 sudah berkembang pemahaman


“banyaknya jenis Adam” yang mendiami bumi. Khususnya dikalangan
sufi, dipercaya: “Allah telah menciptakan banyak Adam. Adam yang kita
yakini merupakan salah satu dari ribuan Adam yang pernah hadir ke
muka bumi. Masing Adam memimpin era 50 ribu tahun, sebelum
diganti oleh Adam selanjutnya”. Meskipun pemikiran sufi ini dulunya
dianggap bid’ah, tapi sekarang justru paling dekat dengan fakta saintifik.

Alquran sering berbicara manusia dalam dua ‘spesies’. Kedua spesies ini
ada kaitannya dengan manusia dalam kategori “purba” dan “moderen”.

Pertama, manusia spesies “basyar”. Ini adalah manusia (adam) pada


level fisik-biologis. Tercipta dari unsur “tanah” (soil/earth). Manusia
dalam kategori ini tentulah makhluk yang sudah sempurna wujud
organnya; dengan dua tangan, dua kaki, otak, hidung, mata, telinga dan
lainnya. Manusia pada level ini sebenarnya tidak jauh berbeda dengan
binatang, khususnya primata. Hanya sense naluri dan inderawi saja
yang produktif. Kecerdasan kognitifnya masih terbatas. Merujuk pada
3

kategori ini, berbagai jenis manusia purba yang hidup sebelum Adam,
dengan aneka variasi bentuk, itu sudah masuk dalam kategori basyariah.
Dalam makna basyariah, Adam bukan manusia pertama. Ada yang telah
mendahuluinya.

Kedua, manusia spesies “insan”. Ini jenis manusia yang bentuk mental
dan kesadaran batiniahnya sudah tumbuh lebih tinggi. Dengan akal dan
intuisinya, manusia jenis ini dapat dikatakan sebagai makhluk yang
tercipta dari “cahaya”. Yang dengan instrumen ini pula ia dapat
mengenal “Nama-Nama” (QS. Al-Baqarah: 31). Manusia pada level ini
adalah jenis Sapiens. Kognisi atau intelegensianya sudah canggih. Sudah
menjadi manusia moderen. Bahkan sudah mampu berkomunikasi
dengan Tuhannya. Dalam makna insan ini, maka benar, Adam adalah
manusia pertama.

Sapiens itu sendiri diambil dari bahasa latin “sapientia”. Dalam bahasa
Yunani “Sophia”. Yang artinya “bijak” (wise/wisdom). Kata “sufi” juga
sepadan dengan kata Sophia ini. Yang artinya kumpulan orang-orang
dengan “divine wisdom”, bijak, cerdas atau arif. Itulah Adam; seorang
sufi atau sapiens pertama. Boleh dikatakan, Adam adalah orang
cerdas/bijak pertama.

(Ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat, “Aku


hendak menjadikan khalifah di bumi.” Mereka berkata, “Apakah Engkau
hendak menjadikan orang yang merusak dan menumpahkan darah di
sana, sedangkan kami bertasbih memuji-Mu dan menyucikan nama-
Mu?” Dia berfirman, “Sesungguhnya Aku mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui.”
4

(QS. Al-Baqarah: 30)

Karena itu, Alquran menggambarkan Adam ini sebagai manusia


makrifat pertama. Yaitu jenis human (homo sapiens) yang telah hilang
kesadaran diri rendahnya, dan mulai mengenal Wujud Diri yang lebih
tinggi. Adam adalah makhluk yang telah mampu berinteraksi dengan
Tuhannya. Adam memang
5

makhluk bumi (tercipta dari unsur tanah). Tapi, dengan kekuatan qalbu

dan inteligensinya, ia menjadi sosok yang juga memiliki gelombang


ketuhanan. Dengan instrumen ini, Adam dan keturunannya (Bani
Adam) memiliki “karamah”, punya kelebihan yang sempurna
dibandingkan makhluk-makhluk (manusia) sebelumnya:

Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

Sungguh, Kami telah memuliakan anak cucu Adam dan Kami angkut
mereka di darat dan di laut. Kami anugerahkan pula kepada mereka
rezeki dari yang baik-baik dan Kami lebihkan mereka di atas banyak
makhluk yang Kami ciptakan dengan kelebihan yang sempurna.

(QS. Al-Isra’: 70).

Karena kelebihan ini, Adam “the Sapiens” dijadikan Tuhan sebagai


khalifah pertama (“inni ja’ilum fil-ardhi khalifah, QS. Al-Baqarah: 30).
Ingat, khalifah pertama. Bukan manusia pertama. Karena power
makrifat ini pulalah Adam menjadi kiblat, disujudi dan disholawati para
malaikat. Adam adalah “Homo Deus”, khalifatullah, insan ilahiyah,
insan karamah, manusia yang membawa Nur Muhammadiyah (QS. Al-
Baqarah: 34):
6

Karenanya, Alquran hanya mengakui manusia ketika dimensinya sudah


tinggi. Yaitu telah memiliki potensi kenabian, telah mengenal Allah
dengan fakultas akal dan intuisi spiritualnya. Manusia adalah makhluk
berkesadaran, yang kontinyu menghadapi dan melawan pengaruh
(bisikan mental) iblis dan setan. Karenanya “Adam” disebut nabi
pertama. Karena beliau figur moderen yang derajat kemanusiaannya
telah mencapai kesempurnaan (kamil).

Kita semua pada dasarnya adalah binatang, “hayawan”. Struktur


biologis kita memang mirip bahkan sama dengan sejumlah hewan. Tapi
kita juga diberi kekuatan akal dan ilham untuk terus berevolusi menjadi
manusia, menjadi “Adam”. Proses evolusi ini disebut sebagai
“penciptaan”. Yaitu, proses perjalanan jiwa yang dibimbing Tuhan
untuk menjadi sempurna, dari sekedar “being” (basyar) menjadi
“becoming” (insan kamil).

Nabi kita, Muhammad bin Abdillah SAW juga makhluk “basyar”


(memiliki fisiologi seperti umumnya manusia). Sama seperti kita semua.
Tapi melalui riyadhah spiritual berkesinambungan, pada akhirnya ia
berevolusi menjadi “insan” yang mampu menjangkau alam
Asma/Wahyu. Bahkan menjadi sosok manusia yang sama halnya
dengan Adam: mampu melakukan perjumpaan dengan Allah SWT.

Katakanlah (Nabi Muhammad), “Sesungguhnya aku ini hanya seorang


manusia biasa (basyar) seperti kamu yang diwahyukan kepadaku bahwa
Tuhan kamu adalah Tuhan Yang Maha Esa.” Siapa yang mengharapkan
pertemuan dengan Tuhannya hendaklah melakukan amal saleh dan
tidak menjadikan apa dan siapa pun sebagai sekutu dalam beribadah
kepada Tuhannya” (QS. Al-Kahfi: 110)

Kita semua, jika mengikuti metode evolusi spiritual para nabi, juga
punya potensi untuk tercipta menjadi “Adam”. Menjadi sebaik-baik
7

makhluk yang mampu menjangkau Tuhan (ahsanu taqwim, QS. Tin: 4).
Mampu menjangkau surganya Tuhan. Kita manusia punya potensi
untuk menjadi seperti datuk kita “Adam”, menjadi makhluk bumi
sekaligus surgawi. Kalau sholeh dan sempurna amal, jiwa kita langsung
berada di surga dan terkoneksi dengan-Nya. Sebaliknya, kalau
melanggar akan kembali di-‘turun’-kan martabat kita menjadi makhluk
bumi murni, yang tidak lebih hanya seonggok lempung tanah saja
(asfala safilin, QS. Tin: 5).

KESIMPULAN. Adam adalah manusia bijak, manusia cerdas dan

bermakrifat. Itu level pertama yang harus anda penuhi untuk disebut
sebagai “manusia moderen”. Selanjutnya anda bisa berevolusi sampai
menjadi manusia dengan kesempurnaan Ruh lebih lanjut. Naik dari satu
level cahaya ke cahaya lebih tinggi. Sampai mencapai puncak
kesempurnaan, Cahaya di atas Cahaya. Sampai menjadi “Muhammad”.
Bahkan menjadi Homo Deus. Menjadi “Ahmad bi la mim”. Menjadi
Adam yang disholawati, disujudi malaikat.

Allahumma shalli ‘ala Muhammad wa Aali Muhammad.

Anda mungkin juga menyukai