Anda di halaman 1dari 13

MENGENAL PERADABAN YUNANI

JURNALISTIK
By: Gita Agustina Wahyuni

PERANG PELOPONNESOS
Peradaban yunani dimulai dari zaman yunani Arkais dari abad ke-8 sampai ke-6 yang berakhir
dari peradaban ini mencapai puncak kegemilangannya pada zaman yunani klasik abad ke-5
sampai abad ke-4. Bangsa yunani dibawah pimpinan dewi Athena yang berhasil mengalahkan
kekaisaran persia. Pada tahun 431-404 SM kekaisaran Athena dikalahkan oleh Sparta dalam
perang Peloponnesos yang tejadi karena konflik militer, yang dipimpin oleh kekaisaran Sparta
yaitu Archidamia yang takut akan masa kejayaan kekaisaran Athena yang unggul dalam dunia
politik dan ekonomi. Athena menguasai sebagian besar wilayah Mediterania bersama dengan
Hellas 50 tahun sebelum peperangan ( 381 SM). Sparta melancarkan invasi ke Attica, sementara
Athena mengambil kesempatan keunggulan angkatan lautnya dan menyerang pantai
Peloponnesos untuk menekan mereka. Periode perang Peloponnesos berakhir pada tahun 421
SM, Athena melakukan invasi besar-besaran ke Syracusa di Sisilia. Serangan ini gagal, dengan
kehancurang seluruh tentara yang dimiliki oleh Athena pada tahun 413 SM. Kegagalan ini di
ikuti dengan fase ketiga perang, yang disebut perang Decelea atau Ionia. Sparta yang mendapat
dukungan dari Persia, mendukung pemberontakan di Athena untuk menghalangi keunggulan
angkatan laut Athena. Kehancuran angkatan laut Athena di Aegospotami mengakhiri perang dan
Athen menyerah pada tahun 404 SM. Perang Peloponnesos beakhir pada tanggal 25 April 404
SM. Setelah kemenangan yang diraih oleh Sparta, kekaisaran Sparta merenovasi kota-kota
Yunani yang telah dibawah naungan kekaisaran Sparta yang secara menyeluruh. Kekaisaran
Athena yang dulunya sangat kuat kini kemudian dikurangi dan menjadi budak Sparta. Perang
Peloponnesos menghancukan ekonomi, membawa kemiskinan, dan membawa penderitaan pada
bangsa yunani.
HOMERUS DAN SYAIR-NYA
Hasil petama peradaban Hellenis yang menonjol adalah karya-karya Homerus seorang penyair
buta yang berasal dari Ionia yang semasa hidupnya telah menuliskan kisah-kisah epik . Segala
hal yang mengenai Homerus sebelumya bersifat dugaan, namun opini yang terkuat tampak
menunjukan bahwa Homerus sesungguhnya adalah sejumlah penyair dan bukan hanya satu yang
untuk merampungkan Iliad dan Odyssey di antara para penyair itu mungkin perlu waktu 200
tahun Beberapa pihak mengatakandari tahun 750 sampai 550 SM. Sementara kalangan lain
menyebut bahwa karya “HOMERUS” sudah hampir selesai pada akhi abad ke-8 SM. Syair-syair
Homerus, dalam bentuknya yang sekarang, dibawa ke Athena oleh Peisistratus yang bertakhta
dari tahun 560-527 SM. Sejak saat itu karya Homerus di pelajari oleh geneasi muda Athena,
yang merupakan bagian terpenting dalam pendidikan mereka.

Dengan paduan ilmu antropologi, banyak penulis modern yang kemudian sampai pada
kesimpulan bahwa Homerus adalah juru sensor yang sama sekali jauh dari ciri primitif, sejenis
ahli tafsir abad ke-18 yang merasionalisir mitos-mitos kuno, yang menjunjung cita-cita kelas
atas untuk mencapai peadaban tinggi. Dewa-dewi Olympia, yang mewakili keyakinan agama
dalam karya Homerus, bukanlah satu-satunya objek sesembahan dikalangan bangsa yunani, baik
dimasa hidup Homerus maupun sesudahnya. Masih ada unsur-unsur agama rakyat lainya yang
lebih gelap dan primitif yang tersisihkan oleh pemikiaran Yunani yang lebih beradab, namun
tetap siaga untuk bangkit dari masa-masa lemah atau kemelut. Dalam masa dekadansi berbagai
kepercayaan yang disingkirkan Homerus tebukti tetap bertahan, setengah terkubur, di sepanjang
periode klasik. Fakta ini bisa menjelaskan banyak hal yang justru tidak konsisten dan
mengherankan.

Agama primitif lebih besifat kesukuan atau bekelompok. Upacara keagaman agama
primitif tertentu dilakukan dengan menggunakan kekuatan gaib yang simpatik untuk membantu
kepentingan—kepentingan suku, terutama dalam kaitanya kesuburan, tumbuh-tumbuhan,
binatang, dan manusia. Di seluruh dunia pada tahap perkembangan agama tertentu, binatang-
binatang yang dianggap suci dan manusia akan di korbankan dalam upacara dan dimakan. Di
berbagai wilayah yang berbeda maka tahap persembahan\pengorbanan mereka berbeda. Adat
pengorbanan manusia umumnya bertahan lebih lama dari pada adat memakan korban manusia.
Di yunani adat seperti ini belum punah pada awal masa sejarahnya. Harus di akui bahwa agama
dalam karya Homerus sebelumnya tidak terlalu religius. Dewa-dewinya sepenuhnya beciri-ciri
manusia,dan berbeda dengan manusia hanya karena mereka baka dan memiliki kekuatan yang
melebihi manusia. Dari sisi moral tak ada yang bisa dikatakan mengenai mereka, dan sulit
dimengerti bagaimana dewa-dewi itu bisa membangkitkan rasa takzim. Di sejumlah bagian yang
dianggap sebagai bagian-bagian akhir karya, dewa-dewi itu di kisahkan dengan gaya voltairean
yang kurang ajar. Perasaan religius asli yang tedapat dalam karya Homerus sebetulnya kurang
bekaitan dengan dewa-dewi Olympus itu, namun lebih bekenan dengan sejumlah hal yang
samar-samar seperti nasib atau keniscayaan atau takdir, yang terhadapnya Zeus pun tidak bisa
mengelak Perihal nasib sangat dipengaruhi seluruh Yunani dan mungkin merupakan salah satu
sumber Ilham yang darinya ilmu pengetahuan meneima keyakinan mengenai hukum alam.
Dewa-dewi Homerus adalah sesembahan kaum bangsawan penahluk, dan bukan dewa kesuburan
yang beguna bagi mereka yang benar-benar bercocok tanam. Sebagai mana di unkapkan oleh
Gilbet Murray .

“DEWA-DEWI SESEMBAHAN KEBANYAKAN BANGSA MENYATAKAN BAHWA


MEREKALAH YANG MENCIPTAKAN DUNIA. DEWA-DEWI OLYMPIA TAK MEMBUAT
PENEGASAN DEMIKIAN, YANG PERNA MEREKA LAKUKAN PALING-PALING
MENAKLUKKAN DUNIA.....DAN SETELAH MEREKA TAKLUKAN KERAJAANNYA, LANTAS
APA YANG MEREKA PERBUAT? APAKAH MEREKA MENJALANKAN PEMERINTAH?
APAKAH MEREKA MENGEMBANGKAN PETANIAN? APAKAH MEREKA MENJALANKAN
PERDAGANGAN DAN INDUSTRI? TAK ADA SATUPUN DI ANTARANYA. BUAT APA
MEREKA HARUS MELAKUKAN KERJA JUJUR SEPERTI ITU? LEBIH ENAK MEREKA
HIDUP DARI HASIL UPETI, SEMENTARA RAKYAT TIDAK SUDI MEMBAYAR TINGGAL
MEREKA GEMPUR DENGAN PETIR. MEREKA ADALAH PARA KEPALA SUKU
PENAKHLUK, PARA KELOMPOK KERAJAAN. MEREKA BERPERANG, BERPESTA-PORA,
BERRMAIN, DAN MENGUBAH MUSIK, MEREKA MINUM SAMPAI MABUK, DAN TERTAWA
TERBAHAK-BAHAK DI TENGAH PARA ABDI YANG PATUH MELAYANI MEREKA. MEREKA
TAK KENAL TAKUT KECUALI PADA RAJANYA SENDIRI, MEREKA TAK PERNAH
BERDUSTA, KECUALI DALAM PEPERANGAN DAN PERCINTAAN.”

Para pahlawan Homerus yang berwujud manusia pun kurang terpuji perilakunya. Yang terkenal
adalah keluara Pelops, yang nyatanya gagal menciptakan pola kehidupan dalam keluarga
bahagia.”Tantalos merupakan pendiri dinasti dari, mengawali kisahnya dengan men-durhakai
para dewa, yang kono berusaha mengelabui dewa sehingga memakan daging manusia yakni
daging Pelops yang merupakan putranya sendiri. Setelah Pelops dibunuh oleh Tantalos ayahnya
sendiri dengan ajaibnya bisa hidup kembali. Pelops yang berakhir balas dendam yang berbuat
duhaka. Ketika ia berhasil memenangkan balap kereta yang tekenal melawan Oinomaos
merupakan raja pisa dengan cara berskongkol dengan Myrtilos merupakan kusir kereta raja pisa,
yang oleh Pelops dijanjikan akan diberikan hadiah. Namun akhirnya kusir itu diceburkan ke
dalam laut. Kutukan pun menimpa putra-putra Pelops ,yakni Atreus dan Tyestes, dalam bentuk
oleh orang Yunani dinamakan Ate yaitu merupakan kutukan semacam hasrat yang terus melekat
untuk bebuat kejahatan. Sedangkan Tyestes mendapatkan kutukan untuk menghasut istri
saudarannya sehingga berhasil mencuri “keberuntungan” keluarga yakni beberapa domba
berbulu emas yang terkenal. Atreus suatu ketika membebaskan saudaranya itu dari pembuangan,
pura-pura mengajaknya berdamai dan menjamunya dengan memakan daging anak Tyestes
sendiri. Kutukan ini diwarisi oleh Agamemnon yaitu putra Atreus yang mendurhakai Artemis
karena membunuh rusa keramat, sehingga harus mengorbankan putrinya sendiri Iphigenia untuk
memenuhi tuntutan sang dewi dan memperoleh jalan yang aman bagi rombonganya menuju
Troya. Agamemnon kemudian dibunuh oleh istrinya sendiri Klytaimnestra beserta kekasih
gelapnya,Aigisthos yang tak lain adalah putra dari Tyestes yang masih hidup. Orestes putra
Agamemnon kemudian menuntut bela kematian ayahnya dengan membunuh ibunya dan
Aigisthos.

Syair-syair Homerus sebagai satu karya yang utuh adalah produk Ionia yakni sebagian
dari asia kecil Hellenis serta pulau-pulau sekitarnya. Di suatu saat yang selamba-lambatnya
termasuk dalam abad ke-6 SM, syair-syair Homures telah rampung sebagai wujudnya saat ini
pada abad ini pula ilmu pengetahuan, filsafat, dan matematika Yunani lahir.

BAGAIMANA KITA MENGENAL ORPHEUS?

Orpheus seorang penyanyi, penyair, dan pemusik yang handal. Nyanyianya dan permainan
liarnya yang mempesona dapat memikat hati banyak mahluk, termasuk Hades. Orpheus
adalah anak dari dewa sungai yakni Oiagros dan Kalliope seorang Mousai. Orpheus adalah
yang samar namun adalah menarik. Sejumlah pihak mengatakan dia adalah manusia
nyata,sedangkan kalangan lain mengatakan dia adalah dewa atau pahlawan imajiner.
Banyak yang mengatakan dia sama seperti Bacchus yang berasal dari Kreta, banyak yang
menjelaskan bahwa Doktrin-doktrin Orphis banyak berisi pandangan-pandangan yang
berumber dari Mesir, terutaman diwilayah Kreta yang sangat mempengaruhi Yunani
pada masa itu. Orpheus konon diceritakan adalah seorang pendatang yang kemudian
menjadi korban pembantaian hingga lumat oleh kaum Maenad yang waktu itu mabuk
menggila yang merupakan orang Ortodoks agama Bacchus Orpheus meninggal dengan
cara dibunuh oleh para Mainad karena tidak menghormati dewa Dionisos. Orpheus
sangat menyukai akan musik yang tidak menonjol dalam kisah-kisah legenda yang lebih
kuno dan baru diketahui belakangan, ia merupakan seorang pendeta. Orpeus pernah
berpetualang bersama Iason dalam rombongan Argonautnya. Suatu ketika para Argonaut
berpapasan dengan para Siren (makhluk bersayap yang membuai para pelaut dengan
nyanyian mereka dan menghancurkan kapal para pelaut). Para Siren tersebut lalu bernyanyi
untuk memikat para Argonaut namun Orpeus langsung mengambil liranya dan memainkan
lagu yang lebih merdu daripada nyanyian para Siren. Para Siren yang merasa kalah akhirnya
pergi. Orpeus pernah pergi ke dunia bawah untuk membawa kembali kekasihnya, Euridike,
yang meninggal karena gigitan ular. Di dunia bawah, Hades dan Persefon terpesona pada
musik Orpeus dan mengabulkan permintaan Orpheus dengan satu syarat: Orpeus harus
berjalan di depan Euridike dan tidak boleh menengok ke belakang sebelum sampai di dunia
atas. Namun dalam perjalannya menuju dunia atas Orpeus menoleh ke belakang sehingga
Euridike pun hilang dan kembali ke dunia bawah, kali ini untuk selamanya.
Bagaimanapun bentuk ajaran Orpheus itu sesungguhnya yang jelas ajaran-ajaran
Orphis dikenal luas. Ajaran-ajaran kaum Orphis menyakini adanya perpindahan jiwa atau
yang biasa disebut rekrenasi. Mereka mengajarkan bahwa jiwa nantinya bisa memperoleh
kebahagiaan abadi, penderitaan abadi atau siksaan sementara tergantung cara hidup mereka
didunia. Tujuan mereka menjadi “suci” yang sebagian dicapai lewat upacara-upacara
purifikasi. Kalangan yang paling Ortodoks di antara mereka berpantang makan daging,
kecuali dalam upacara keagamaan dimana mereka memakang daging yang mereka anggap
suci demi kepentingan sakramen. Mereka menyakini bahwa manusia menggandung sebagian
unsur duniawi dan sebagian unsur surgawi; dengan hidup yang suci unsur surgawi
ditingkatkan dan unsur duniawi dihilangkan. Kaum Orphis adalah sekte yang asketis; bagi
mereka anggur hanyalah pelambangan, seperti halnya dalam sakramen Kristiani di masa
kemudian. Kemabukan yang mereka cari adalah berupa “antusiasme” yang berarti persatuan
dengan dewa. Dengan cara ini mereka percaya bisa memperoleh pengetahuan mistik yang
mustahil di dapat dengan cara-cara lain yang lazim. Unsur mistik merasuki filsafat Yunani
lewat Pyhtagoras yang meupakan seorang pembaru Orphisme, seperti halnya Orpheus
adalah pembaru agama Bacchus. Dari Pyhtagoras unsur-unsur Orphis itu memasuki
filsafat Plato dan dari Plato merasuk sebagian besar filsafat yang selanjutnya kurang
lebih bercorak religius.

PERIODE ZAMAN KEKAISARAN YUNANI

Tidak ada kesepakatan yang tetap dan universal mengenai waktu awal dan akhir
masa Antikuitas Klasik. Biasanya dimulai sejak abad ke-8 SM sampai abad ke-6 M, atau
sekitar 1300 tahun. Antikuitas Klasik di Yunani didahului oleh  Zaman Kegelapan
Yunani (1100 - 750 SM), yang secara arkeologis dicirikan dengan gaya
tembikar protogeometris dan geometris, yang dilanjutkan oleh Periode Oriental, yaitu
pengaruh yang kuat terhadap Yunani dari budaya Suriah-
Hittit, Asiria, Punisia dan Mesir. Secara tradisional, periode Arkais di Yunani kuno
dimulai dari kuatnya pengaruh Oriental pada abad ke-8 SM, yang merupakan salah satu
faktor yang menjadikan Yunani memiliki huruf alfabet sendiri. Dengan alfabet,
muncullah karya tulis Yunani kuno, yang paling terkenal adalah buatan  Homeros dan
Hesiodos. Setelah periode Arkais, dimulailah periode Klasik sekitar 500 SM, yang pada
gilirannya dilanjutkan oleh periode Helenistik setelah kematian Aleksander Agung pada
323 SM.

Sejarah Yunani pada Antikuitas Klasik dapat dibagi menjadi beberapa periode berikut:

 Zaman Arkais (750 - 500 SM) adalah ketika para seniman membuat patung berdiri dalam pose
yang kaku dan keramat dengan 'senyum arkais'. Periode Arkais biasanya disebut berakhir dengan
penggulingan kekuasaan tiran Athena yang terakhir pada 510 SM.

 Zaman Classic (500 - 323 SM) dicirikan dengan gaya yang oleh para pengamat berikutnya
disebut sebagai contoh, atau klasik, misalnya Parthenon. Dalam politik, periode Klasik
didominasi oleh Athena dan Liga Delos pada abad ke-5 SM, yang digantikan oleh Hegemoni
Sparta pada awal abad ke-4 SM, sebelum kekuasaan beralih pada Thebes dan Liga Boiotia dan
akhirnya pada Liga Korinthos yang dipimpin oleh Makedonia.

 Zaman Helenistis (323-146 SM) adalah ketika budaya dan kekuasaan Yunani menyebar sampai
ke Timur Dekat dan Timur Tengah. Periode ini dimulai setelah kematian Aleksander Agung dan
berakhir dengan penaklukan Yunani oleh Romawi.
 Zaman Yunani Romawi adalah periode yang berlangsung
sejak Romawi menaklukan Korinthos dalam Pertempuran Korinthos pada 146 SM sampai
didirikannya Bizantium oleh kaisar Konstantinus sebagai ibu kota Kekaisaran Romawi pada 330
SM.

 Fase akhir Antikuitas adalah kurun waktu Kristenisasi dari akhir abad ke-4 M sampai abad ke-6
M, biasanya disebut berakhir setelah ditutupnya Akademi Neoplatonik oleh kaisar Yustinianus
I pada 529 M.

PERIODE KEKAISARAN ZAMAN YUNANI

ZAMAN YUNANI ARKAIS (750-500 SM)

Periode Arkais dimulai pada abad ke-8 SM, ketika Yunani mulai bangkit dari Zaman Kegelapan
yang ditandai dengan keruntuhan peradaban Mykenai. Peradaban baca-tulis telah musnah
dan aksara Mykenai telah dilupakan, akan tetapi bangsa Yunani mengadopsi alfabet Punisia,
memodifikasinya dan menciptakan alfabet Yunani. Sekitar abad ke-9 SM catatan tertulis mulai
muncul. Yunani saat itu terbagi-bagi menjadi banyak komunitas kecil yang berdaulat, terbentuk
sesuai pola geografis Yunani, di mana setiap pulau, lembah, dan dataran terpisah satu sama lain
oleh laut atau pengunungan. Perang Lelantin (710–650 SM) adalah konflik yang berlangsung
pada masa ini dan merupakan perang tertua yang berhasil terdokumentasikan dari masa Yunani
kuno. Konflik ini adalah pertikaian antara Polis (negara kota) Khalkis dan Eretria dalam
memperebutkan tanah Lelantina yang subur di Euboia. Kedua kota itu menderita kemunduran
akibat lamanya perang, meskipun Khalkis menjadi pemenangnya. Kaum saudagar berkembang
pada paruh pertama abad ke-7 SM, ditunjukkan dengan diperkenalkannya mata uang koin sekitar
680 SM. Hal ini tampaknya menimbulkan ketegangan pada banyak negara kota. Rezim kaum
aristokrat yang secara umum memerintah polis kini terancam oleh para saudagar kaya, yang pada
gilirannya menginginkan juga kekuasaan politik. Sejak tahun 650 SM, para aristokrat harus
berusaha supaya tidak digulingkan dan digantikan oleh tiran populis. Kata ini berasal dari kata
Yunani non-peyoratif, τύραννος "("tyrannos"), bermakna 'penguasa tidak sah', meskipun gelar ini
berlaku baik untuk pemimpin yang bagus maupun yang buruk. Populasi yang bertambah dan
kurangnya lahan tampaknya telah memicu perselisihan internal antara kaum kaya dan kaum
miskin di banyak negara kota. Di Sparta, Perang Messenia terjadi dan
akibatnya Messenia ditaklukan dan penduduknya dijadikan budak. Perang ini dimulai pada paruh
kedua abad ke-8 SM, dan merupakan suatu tindakan tanpa pendahulu di Yunani kuno. Praktik ini
memungkinkan terjadinya revolusi sosial. Penduduk yang diperbudak, yang kemudian
disebut helot, dipaksa untuk bertani dan bekerja untuk rakyat Sparta, sementara semua lelaki
Sparta menjadi prajurit dan masuk ke dalam Pasukan Sparta. Ini telah menjadikan Sparta sebagai
negara yang termiliterisasi secara permanen. Bahkan orang kaya juga harus hidup dan berlatih
sebagai prajurit seperti halnya kaum miskin. Penyetaraan ini bertujuan mengurangi potensi
terjadinya konflik sosial antara kaum kaya dan kaum miskin. Reformasi ini disebut-sebut
dilakukan oleh Lykurgos dari Sparta dan kemungkinan selesai pada 650 SM. Athena menderita
krisis tanah dan pertanian pada akhir abad ke-7 SM dan lagi-lagi mengalami perang
saudara. arkhon (hakim kepala) Drako membuat beberapa perubahan terhadap kode hukum pada
621 SM, tetapi tindakan ini gagal meredakan konflik. Pada akhirnya reformasi terjadi
berkat Solon (594 SM), yang memperbanyak tanah untuk orang miskin tetapi menempatkan
kaum aristokrat sebagai pemegang kekuasaan. Reformasi ini cukup membuat Athena stabil. Pada
abad ke-6 SM beberapa negara kota telah tumbuh menjadi kekuatan dominan Yunani, antara lain
Athena, Sparta, Korinthos, dan Thebes. Masing-masing menaklukkan wilayah pedesaan dan kota
kecil sekitarnya. Sementara Athena dan Korinthos juga menjadi kekuatan maritim dan
perdagangan terkemuka. Pertumbuhan penduduk yang pesat pada abad ke-8 dan ke-7 SM telah
mengakibatkan perpindahan penduduk Yunani ke koloni-koloninya di Yunani
Besar (Italia selatan dan Sisilia), Asia Minor dan wilayah lainnya. Emigrasi ini berakhir pada
abad ke-6 yang pada saat itu dunia Yunani, secara budaya dan bahasa, mencakup kawasan yang
jauh lebih luas dari negara Yunani sekarang. Koloni Yunani ini tidak diperintah oleh kota
pembangunnya, meskipun mereka tetap menjalin hubungan keagamaan dan perdagangan. Pada
periode ini, perkembangan yang pesat dalam bidang ekonomi terjadi di Yunani dan juga di
daerah-daerah koloninya, yang menikmati kemajuan dalam perdagangan dan manufaktur. Periode
ini juga ditandai dengan meningkatnya standar hidup di Yunani dan koloninya. Beberapa studi
memperkirakan bahwa rata-rata ukuran rumah tangga Yunani, pada periode 800 SM sampai 300
SM, meningkat sampai lima kali lipat, yang mengindikasikan adanya peningkatan tajam dalam
hal pendapatan para penduduknya. Pada paruh kedua abad ke-6 SM, Athena jatuh dalam
cengkeraman tirani Peisistratos dan putranya; Hippias dan Hipparkhos. Akan tetapi pada tahun
510 SM pada pelantikan aristokrat Athena Keisthenes, raja Sparta Kleomenes I membantu rakyat
Athena menggulingkan sang tiran. Setelah itu Sparta dan Athena berulang kali saling serang,
pada suatu saat Kleomenes I mengangkat Isagoras yang pro-Sparta menjadi arkhon Athena.
Untuk mencegah Athena menjadi negara boneka Sparta, Kleisthenes meminta warga Athena
untuk melakukan suatu revolusi politik: bahwa semua warga Athena memiliki hak dan kewajiban
politik yang sama tanpa memandang status: dengan demikian Athena menjadi "demokrasi".
Gagasan ini disambut oleh warga Athena dengan bersemangat sehingga setelah berhasil
menggulingkan Isagoras dan menerapkan reformasi Kleisthenes, Athena dengan mudah berhasil
menangkal tiga kali serangan Sparta yang berusaha mengembalikan kekuasaan
Isagoras.Bangkitnya demokrasi memulihkan kekuatan Athena dan memicu dimulainya 'masa
keemasan' Athena.

ZAMAN YUNANI CLASSIC ( 500-323)

Zaman Classic adalah kurun waktu abad ke-8 Pra-Masehi sampai abad ke-4 Tarikh Masehi dalam
sejarah peradaban kawasan Laut Tengah, teristimewa peradaban Yunani Kuno dan
peradaban Romawi Kuno, dua serangkai yang lazim disebut Dunia Yunani-Romawi. Pada kurun
waktu inilah masyarakat Yunani-Romawi berkembang dan meluaskan pengaruhnya ke seluruh Eropa,
Afrika Utara, dan Asia Barat. Zaman Klasik sudah jamak dianggap bermula pada masa penulisan
naskah tertua yang memuat syair-syair gubahan Homeros dalam bahasa Yunani langgam
wiracarita (abad ke-8 sampai abad ke-7 SM), masih berlangsung sewaktu agama Kristen naik
marak dan Wilayah Barat Kekaisaran Romawi jatuh terpuruk (abad ke-5 M), lantas berakhir manakala
kebudayaan Yunani-Romawi meluntur pada penghujung Akhir Abad Kuno (tahun 300–600 M).
Rentang sejarah dan bentang wilayah yang sedemikian luas merangkum banyak sekali peradaban dan
kurun waktu yang istimewa tiada bandingnya. Istilah "Zaman Klasik" juga mengacu kepada visi
muluk orang-orang zaman kemudian tentang apa yang disebut Edgar Allan Poe sebagai
"kegemilangan nan dahulu Gerika, dan kemegahan nan dahulu Roma". Istilah lain untuk Zaman
Klasik adalah Era Klasik, Abad Klasik, dan Abad Kuno Klasik. Kebudayaan bangsa Yunani Kuno
serta beberapa unsur kebudayaan masyarakat Timur Dekat Kuno mendasari tolok-tolok ukur
kesempurnaan di bidang seni rupa, filsafat, tata kemasyarakatan, dan pendidikan Dunia Yunani-
Romawi sampai dengan Zaman Kekaisaran Romawi. Bangsa Romawi melestarikan, meniru,
dan menyebarluaskan tolok-tolok ukur kesempurnaan ini ke seluruh Eropa sampai mereka mampu
bersaing dengan kebudayaan Yunani, yakni ketika penggunaan bahasa Latin sudah meluas ke mana-
mana, dan Dunia Yunani-Romawi sudah terbiasa bertutur dalam bahasa Yunani sekaligus bahasa
Latin. Asas kebudayaan Yunani-Romawi ini sangat besar pengaruhnya terhadap bahasa, politik,
hukum, sistem pendidikan, filsafat, ilmu pengetahuan, hal ihwal berperang, seni puisi, historiografi,
etika, retorika, seni rupa, dan arsitektur Zaman Modern. Semenjak abad ke-14, suatu gerakan
kebangunan kembali berangsur tumbuh di atas sisa-sisa warisan peninggalan Zaman Klasik, yakni
gerakan yang kelak disebut Renaisans di Eropa. Gerakan ini kembali mencuat ketika gerakan-
gerakan neoklasik marak bermunculan pada abad ke-18 dan ke-19.

ZAMAN HELLENISTIK (323-146SM)

Zaman Helenistik adalah masa yang berlangsung setelah penaklukan Aleksander Agung.


Istilah ini dikemukakan oleh sejarawan J. G. Droysen. Pada masa ini, pengaruh budaya dan
kekuasaan Yunani mencapai pada puncaknya di Eropa dan Asia. Masa ini kadang disebut
masa transisi, atau bahkan disebut masa kemunduran, antara Zaman Klasik yang brilian dan
kebangkitan Kekaisaran Romawi. Periode ini dimulai setelah kematian Aleksander pada
tahun 323 SM dan berakhir ketika Republik Romawi menaklukan daratan Yunani pada tahun
146 SM; atau ketika negara penerus Aleksander yang terakhir mengalami kejatuhan,
yaitu Kerajaan Ptolemaik di Mesir pada tahun 31/30 SM, dalam Pertempuran Actium.
Periode Helenistik dicirikan dengan adanya gelombang baru koloni-koloni yang didirikan
oleh kota-kota dan kerajaan-kerajaan Yunani di Asia dan Afrik Helenistik adalah kata modern
dan konsep abad ke-19 gagasan tentang periode Helenistik tidak ada di era Yunani Kuno. Meskipun
ada beberapa kata yang berkaitan dengan istilah tersebut, seperti Hellenist (bahasa Yunani
Kuno: Ἑλληνιστή ς, Hellēnistēs) telah dibuktikan sejak zaman kuno, pada pertengahan abad ke-19,
dalam buku Geschichte des Hellenismus (sejarah Helenisme), J.G Droysen mengemukakan
istilah Helenistik untuk merujuk dan mendefinisikan periode ketika budaya Yunani menyebar di dunia
non-Yunani setelah penaklukan Aleksander. Mengikuti Droysen, istilah Helenistik dan isitlah lainnya,
misalnya Hellenisme, telah banyak digunakan dalam berbagai konteks penggunaannya yang terkenal
adalah dalam Culture and Anarchy oleh Matthew Arnold, di mana istilah Hellenisme digunakan
berbeda dengan Hebraisme. Masalah utama dengan istilah Helenistik terletak pada kecocokannya,
karena penyebaran budaya Yunani bukanlah fenomena umum yang disiratkan oleh istilah tersebut.
Beberapa wilayah di dunia yang ditaklukkan lebih dipengaruhi oleh pengaruh Yunani daripada yang
lain. Istilah Helenistik juga menjelaskan semata-mata bahwa bangsa Yunani menjadi mayoritas di
daerah mereka tinggal, tetapi dalam banyak kasus, pemukim Yunani sebenarnya adalah minoritas di
antara penduduk asli. Populasi Yunani tidak selalu bercampur dengan penduduk asli orang-orang
Yunani cenderung bergerak dan membawa budayanya sendiri, tetapi interaksi tidak selalu terjadi.
Meskipun awalnya terdapat beberapa fragmen, tidak ada bentuk sejarah lengkap yang bertahan hingga
ratusan tahun setelah kematian Aleksander. Karya-karya sejarawan Helenistik Hieronimos dari
Kardia (yang bekerja di bawah pimpinan Aleksander, Antigonos I dan penerus lainnya), Duris dari
Samos dan Filarkhos yang digunakan sebagai sumber yang masih tersisa dinyatakan hilang. Sumber
yang masih bertahan dan paling kredibel untuk periode Helenistik adalah Polibios dari Megalopolis,
seorang negarawan dari Liga Akhaia hingga 168 SM ketika ia dipaksa pergi ke Roma sebagai
sandera. Catatan sejarahnya berjumlah 40 buku, yang mencakup tahun 220 hingga 167 SM.
Sumbernya yang lain termasuk epitoma Yustinus dari catatan Pompeius Trogus, Historiae
Philipicae dan ringkasan acara Arrian setelah Aleksander, oleh Photios I dari Konstantinopel.
Sumber tambahan yang lebih sedikit termasuk Curtius Rufus, Pausanias, Pliny,
dan Ensiklopedia Bizantium Suda. Dalam bidang filsafat, Kehidupan dan Pendapat dari para filsuf
Tersohor milik Diogenes Laërtius merupakan sumber utamanya; karya-karya seperti De Natura
Deorum dari Cicero juga memberikan beberapa perincian lebih lanjut tentang sekolah-sekolah filsafat
pada masa Helenistik. Yunani Kuno secara umum merupakan kumpulan negara kota yang merdeka.
Setelah Perang Peloponnesos, Yunani telah jatuh di bawah hegemoni Sparta, yang mana Sparta lebih
unggul tetapi tidak seluruhnya kuat. Hegemoni Sparta digantikan
oleh hegemoni Thiva setelah Pertempuran Leuktra, tetapi setelah Pertempuran Mantineia, seluruh
Yunani melemah sehingga tak ada satu negara pun yang bisa mengklaim kemenangannya. Dengan
latar belakang inilah kekuasaan Makedonia bermula, di bawah raja Filipus II. Makedonia terletak di
pinggiran wilayah Yunani. Meskipun keluarga kerajaannya mengklaim keturunan Yunani, Makedonia
sendiri dipandang remeh sebagai semi-barbar oleh orang-orang Yunani lainya. Namun, Makedonia
memiliki pemerintahan yang relatif kuat dan terpusat, dibandingkan dengan sebagian besar negara-
negara Yunani, sehingga secara langsung mengendalikan wilayah yang luas. Filipus II adalah raja
yang kuat dan ekspansionis serta selalu mengambil setiap kesempatan untuk memperluas wilayah
Makedonia. Pada tahun 352 SM ia menganeksasi Thessalia dan Magnesia. Tahun 338 SM, Filipus
mengalahkan pasukan gabungan Thiva dan Athena pada Pertempuran Khaironeia setelah satu dekade
konflik yang tak berujung. Setelah itu, Filipus membentuk Liga Korintus, yang secara efektif
membawa mayoritas Yunani di bawah kekuasaannya secara langsung. Dia terpilih
sebagai hegemon di liganya, serta merencanakan kampanye militer
melawan Kekaisaran Persia Akhemeniyah. Namun, saat kampanye ini masih dalam tahap awal, ia
dibunuh. Menggantikan ayahnya, Aleksander mengambil alih perang Persia sendiri. Selama satu
dekade berkampanye, Aleksander menaklukkan seluruh Kekaisaran Persia, menggulingkan raja
Persia Darius III. Negeri-negeri yang ditaklukkan termasuk Asia
Kecil, Asyur, Levant, Mesir, Mesopotamia, Media, Persia, dan bagian-
bagian Afghanistan modern, Pakistan, dan Stepa Asia Tengah. Kampanye militer yang dilakukannya
terus-menerus membuahkan hasil, tetapi Aleksander meninggal pada tahun 323 SM. Setelah
kematiannya, wilayah-wilayah besar yang ditaklukkan Aleksander menjadi sasaran pengaruh Yunani
yang kuat (Helenisasi) selama dua atau tiga abad berikutnya, sampai kebangkitan Roma di barat,
dan Partia di timur. Ketika budaya Yunani dan Levant berbaur, pengembangan budaya Helenistik
campuran dimulai, dan bertahan bahkan ketika diisolasi dari pusat-pusat utama budaya Yunani
(misalnya, di kerajaan Yunani-Baktria). Dapat dikatakan bahwa beberapa perubahan di Kekaisaran
Makedonia setelah penaklukan Aleksander dan selama pemerintahan Diadokhoi bisa terjadi tanpa
pengaruh pemerintahan Yunani. Seperti yang disebutkan oleh Peter Green, banyak faktor penaklukan
telah digabungkan pada istilah Periode Helenistik. Daerah-daerah tertentu yang ditaklukkan oleh
pasukan penyerang Aleksander, termasuk Mesir dan wilayah-wilayah Asia
Kecil dan Mesopotamia "jatuh" dengan sukarela untuk ditaklukan dan memandang Aleksander lebih
sebagai pembebas daripada penakluk. Ketika Aleksander Agung meninggal pada 10 Juni 323 SM, ia
meninggalkan sebuah kerajaan besar yang terdiri dari wilayah-wilayah, yang memiliki dasar otonom
sebagaimana yang disebut Satrap. Tanpa adanya pengganti yang dipilih, perselisihan timbul di antara
jenderalnya terkait siapa yang harus menjadi raja Makedonia. Para jenderal ini kemudian dikenal
sebagai Diadokhoi (Yunani: Διά δοχοι, yang berarti "Penerus"). Meleagros dan infantrinya
mendukung pencalonan saudara tiri Aleksander, Filipus Arrhidaios, sementara Perdikas, komandan
kavaleri terkenal, mendukung untuk menunggu kelahiran anak Aleksander dari Roxana. Setelah
infantri menyerbu istana Babel, sebuah perjanjian diatur, yang berisi bahwa Arrhidaios (sebagai
Filipus III) harus menjadi raja dan memerintah bersama dengan anak Roxana, menganggap bahwa
anaknya itu laki-laki (seolah-olah menjadi Aleksander IV). Perdikas sendiri akan menjadi bupati
(epimelet) dari kekaisaran, dengan Meleager sebagai letnannya. Namun, dengan segera, Perdikas
membunuh Meleager dan para pemimpin infanteri lainnya, dan mengambil kendali penuh. Para
jenderal yang telah mendukung Perdikas dihargai pada partisi Babel dengan menjadi satrap di
berbagai bagian kekaisaran, tetapi posisi Perdikas goyah, karena, seperti yang ditulis  Arrianos,
"semua orang curiga kepadanya, dan dia dari mereka". Perang Diadokhoi yang pertama pecah saat
Perdikas berencana untuk menikahi saudara perempuan Aleksander, Kleopatra, dan mulai
mempertanyakan kepemimpinan Antigonos I Monophthalmus di Asia Kecil. Antigonos melarikan diri
ke Yunani, dan kemudian, bersama-sama dengan Antipatros dan Krateros (satrap Kilikia yang berada
di Yunani berperang pada perang Lamian) menyerbu Anatolia. Para pemberontak didukung oleh
satrap Trakia Lysimakhos, dan satrap Mesir Ptolemaeus. Meskipun Eumenes, satrap dari Kapadokia,
mengalahkan para pemberontak di Asia Kecil, Perdikas dibunuh oleh jendralnya
sendiri, Peithon, Seleukos, dan Antigenes (mungkin dengan bantuan Ptolemaeus) selama invasi ke
Mesir ( ca. 21 Mei hingga 19 Juni, 320 SM). Ptolemaeus sepakat dengan para pembunuh Perdikas,
menjadikan Peithon dan Arrhidaios sebagai bupati di tempatnya, tetapi tak lama kemudian mereka
mencapai kesepakatan baru dengan Antipatros pada Perjanjian Triparadeisos, Antipatros diangkat
menjadi bupati kekaisaran, dan kedua raja dipindahkan ke Makedonia. Antigonos tetap memimpin
Asia Kecil, Ptolemaeus mempertahankan Mesir, Lysimakhos mempertahankan Trakia dan Seleukos
I menguasai Babilon. Perang Diadokhoi kedua dimulai setelah kematian Antipatros pada tahun 319
SM. Mengabaikan putranya sendiri, Kassandros, Antipatros telah menyatakan Poliperkones sebagai
penggantinya sebagai bupati. Kassandros bangkit memberontak melawan Poliperkones (yang
bergabung dengan Eumenes) dan didukung oleh Antigonos, Lysimakhos dan Ptolemaeus. Pada tahun
317 SM Kassandros menyerbu Makedonia, mendapatkan kendali atas Makedonia, menjatuhkan
hukuman mati kepada Olympias dan menangkap raja muda Aleksander IV dan ibunya. Di
Asia, Eumenes dikhianati oleh pasukannya sendiri setelah bertahun-tahun melakukan kampanye
militernya dan diserahkan kepada Antigonos yang membuatnya dieksekusi. Perang Diadokhoi
kembali pecah ketiga kalinya karena meningkatnya kekuatan dan ambisi Antigonos. Dia mulai
melepas dan menetapkan satrap seolah-olah dia adalah raja dan juga merampok harta kerajaan
di Ekbatana, Persepolis dan Susa, lalu dibawa kabur sebanyak 25.000 talenta. Seleukos terpaksa
mengungsi ke Mesir dan Antigonos segera berperang dengan Ptolemaeus, Lysimakhos, dan
Kassandros. Kemudian ia menyerbu Fenisia, mengepung Tirus, menyerbu Gaza dan mulai
membangun armada. Ptolemaeus menyerbu Suriah dan mengalahkan putra Antigonos, Demetrius
Poliorketes, dalam Pertempuran Gaza tahun 312 SM yang memungkinkan Seleukos untuk
mengamankan kendali di Babel, dan satrap-satrap di timur. Pada tahun 310 SM, Kassandros
membunuh Raja Muda Aleksander IV dan ibunya, Roxana, sebagai tanda berakhirnya Dinasti
Argeadai yang telah memerintah Makedonia selama beberapa abad. Antigonus kemudian mengirim
putranya Demetrios untuk mendapatkan kembali kendali atas Yunani. Tahun 307 SM ia mengambil
alih Athena, mengusir Demetrios dari Phaleron, gubernur Kassandros, dan memproklamirkan kota itu
kembali. Lalu, Demetrius mengalihkan perhatiannya pada Ptolemaeus, mengalahkan armadanya
di Pertempuran Salamis dan mengambil kendali Siprus. Setelah kemenangannya, Antigonos
mengambil gelar raja (basileus) dan menganugerahkannya kepada putranya Demetrius Poliorcetes,
sisa dari Diadokhoi segera mengikuti jejaknya. Demetrius melanjutkan kampanyenya
dengan mengepung Rodos dan menaklukkan sebagian besar Yunani pada tahun 302 SM, serta
menciptakan liga untuk melawan Makedon milik Kassandros. Konfrontasi terjadi ketika Lysimakhos
menyerbu dan menguasai sebagian besar Anatolia barat, tetapi segera diisolasi oleh Antigonos dan
Demetrius didekat Ipsus, Frigia. Seleukos tiba pada waktunya untuk menyelamatkan Lysimakhos dan
menghancurkan Antigonos pada Pertempuran Ipsus pada tahun 301 SM. Gajah perang Seleukos
menang telak, Antigonos terbunuh, dan Demetrius melarikan diri kembali ke Yunani untuk mencoba
memulihkan sisa-sisa pemerintahannya di sana dengan merebut kembali Athena yang memberontak.
Sementara itu, Lysimakhos mengambil alih Ionia, Seleukos mengambil Kilikia, dan Ptolemaeus
merebut Siprus.

Setelah kematian Kassandros pada tahun  298 SM, Demetrius yang masih mempertahankan pasukan
dan armada loyal, menginvasi Makedonia, merebut tahta Makedonia (294 SM) dan
menaklukkan Thessalia dan sebagian besar wilayah Yunani tengah (293–291 SM) Ia dikalahkan pada
288 SM ketika Lysimakhos dari Trakia dan Pyrrhos dari Epiros menginvasi Makedonia dengan dua
barisan, dan dengan cepat mengukir kerajaan untuk diri mereka sendiri. Demetrius melarikan diri ke
Yunani tengah dengan tentara bayarannya dan mulai membangun dukungan di sana dan di
Peloponnesos utara. Dia sekali lagi mengepung Athena setelah mereka berpaling darinya, tetapi
kemudian membuat perjanjian dengan Athena dan Ptolemaeus, yang memungkinkannya menyeberang
ke Asia Kecil dan berperang melawan kepemilikan Lysimakhos di Ionia, meninggalkan
putranya Antigonos Gonatas di Yunani. Setelah sukses di awal, ia terpaksa menyerah kepada
Seleukos pada 285 SM dan kemudian mati di penjara. Lysimakhos, yang telah merebut Makedonia
dan Thessalia untuk dirinya sendiri, terpaksa berperang ketika Seleukos menyerbu wilayahnya di Asia
Kecil dan dikalahkan dan dibunuh pada tahun 281 SM di Pertempuran Kurupedion, dekat Sardis.
Seleukos kemudian berusaha menaklukkan wilayah Eropa milik Lysimakhos di Trakia dan Makedon,
tetapi ia dibunuh oleh Ptolemaios Keraunos ("sang petir"), yang berlindung di pengadilan Seleukia
dan kemudian mengakui dirinya sebagai raja Makedonia. Ptolemaios terbunuh ketika
Makedonia diserang oleh Galia pada tahun 279 SM, dengan keadaan kepalanya menancap di tombak,
serta negaranya jatuh ke dalam anarki. Antigonos II Gonatas menginvasi Trakia pada musim panas
tahun 277 SM dan mengalahkan kekuatan besar 18.000 orang Galia. Seketika, ia pun dielu-elukan
sebagai raja Makedonia dan terus memerintah selama 35 tahun. Pada titik ini pembagian wilayah
tripartit pada zaman Helenistik berada pada tempatnya, dengan kekuatan Helenistik yang utama
yaitu Makedonia di bawah Antigonos II Gonatas, Ptolemaik di bawah pimpinan Ptolemaios
I dan Seleukia di bawah kendali Antiokhos I Soter. Selama periode Helenistik, peran Yunani di dunia
berbahasa Yunani menurun tajam. Pusat-pusat besar budaya Helenistik
adalah Aleksandria dan Antiokhia, ibukota Mesir Ptolemaik dan Suriah Seleukia. Penaklukan
Aleksander sangat memperluas cakrawala dunia Yunani, memicu konflik yang tak ada habisnya
antara kota-kota yang telah menandai abad ke-5 dan ke-4 SM tampak remeh dan tidak penting. Hal ini
menyebabkan emigrasi yang stabil, menuju kekaisaran Yunani baru di timur. Banyak orang Yunani
bermigrasi ke Aleksandria, Antiokhia, dan banyak kota Helenistik baru yang didirikan setelah
Aleksander, hingga Afghanistan modern dan Pakistan. Negara-negara kota yang telah merdeka tak
dapat bersaing dengan kerajaan Helenistik dan biasanya dipaksa untuk bersekutu dengan salah satu
dari mereka untuk pertahanan, memberikan penghargaan kepada para penguasa Helenistik dengan
imbalan perlindungan. Salah satu contohnya adalah Athena, yang telah dikalahkan
oleh Antipatros dalam perang Lamia (323–322 SM) dan pelabuhannya di Piraeus dikepung oleh
pasukan Makedonia yang mendukung oligarki konservatif. Setelah Demetrius Poliorcetes merebut
Athena pada 307 SM dan memulihkan demokrasi, orang-orang Athena menghormatinya dan ayahnya,
Antigonos dengan menempatkan patung-patung emas di agora dan memberi mereka gelar raja.
Athena kemudian bersekutu dengan Mesir Ptolemaik untuk mengusir pemerintahan Makedonia, yang
akhirnya mendirikan sebuah kultus agama untuk raja-raja Ptolemaik dan menamai salah
satu phyle kota itu untuk menghormati Ptolemeus atas bantuannya melawan Makedonia. Terlepas dari
uang Ptolemaik dan armada yang mendukung upaya mereka, Athena dan Sparta dikalahkan
oleh Antigonos II selama Perang Kremonides. Athena kemudian diduduki oleh pasukan Makedonia,
dan dijalankan oleh para pejabat Makedonia. Sparta tetap merdeka, tetapi bukan lagi sebagai kekuatan
militer terkemuka di Peloponnesos. Raja Sparta Kleomenes III melancarkan kudeta militer
terhadap ephor konservatif dan mendorong melalui reformasi sosial dan pertanahan radikal untuk
meningkatkan jumlah warga negara Sparta yang menyusut untuk memberikan layanan militer dan
memulihkan kekuatan Sparta. Tawaran Sparta untuk supremasi dihancurkan di Pertempuran
Sellasia oleh liga Akhaia dan Makedonia, yang memulihkan kekuatan ephor. Negara kota lainnya
membentuk negara-negara federasi untuk membela diri, seperti Liga Aitolia, Liga Akhaia, liga
Boiotia, "Liga Utara" (Byzantium, Kalsedon, Heraklea Pontika, dan Tium) dan Liga
Nesiotik dari Kyklades. Federasi-federasi ini melibatkan pemerintah pusat yang
mengendalikan kebijakan luar negeri dan urusan militer, kemudian meninggalkan sebagian besar
pemerintahan lokal ke negara-negara kota, sebuah sistem yang disebut sympoliteia. Di negara-negara
seperti liga Akhaia, hal ini juga melibatkan masuknya kelompok etnis lain ke dalam federasi dengan
hak yang sama. Liga Akhaia mampu mengusir Makedonia dari Peloponnesos dan membebaskan
Korintus, yang seharusnya bergabung dengan liga. Sebagian kecil negara kota yang berhasil
mempertahankan kemerdekaan penuh dari kendali kerajaan-kerajaan Helenistik adalah Rodos.
Dengan angkatan laut yang terampil untuk melindungi armada dagangnya dari bajak laut dan posisi
strategis yang ideal yang mencakup rute dari timur ke Laut Aegea, Rodos tumbuh makmur pada saat
itu. Rodos menjadi pusat budaya dan perdagangan, koin-koinnya banyak beredar dan sekolah
filosofisnya menjadi salah satu yang terbaik di Mediterania. Setelah bertahan selama satu tahun di
bawah pengepungan oleh Demetrius Poliorcetes, bangsa Rodos membangun Kolosus di Rodos untuk
memperingati kemenangan mereka. Mereka mempertahankan kemerdekaan mereka dengan
mempertahankan angkatan laut yang kuat, mempertahankan posisi netral dan bertindak untuk
menjaga keseimbangan kekuasaan antara kerajaan-kerajaan Helenistik inti. Awalnya Rodos memiliki
hubungan yang sangat dekat dengan kerajaan Ptolemaik. Rodos kemudian menjadi sekutu Romawi
melawan Seleukia, menguasai beberapa wilayah di Karia dalam Perang Romawi-Seleukia. Roma
akhirnya berpaling dari Rodos dan mencaplok pulau itu sebagai provinsi Romawi.

MENGENAL TENTANG PYHTAGORAS

Pyhtagoras yang pengaruhnya terhadap zaman kuno dan modern. Dari segi intelektual adalah salah
satu seorang tokoh terpenting yang pernah hidup, baik ketika ia bijak maupun tak bijak. Matematik
dalam pengertian sebagai argumen deduktif demonstratif, bermula dari dan dialah matematika
dikaitkan dengan suatu bentuk mistisisme yang ganjil. Pengaruh matematika terhadap filsafat adalah
karena dia, sejak zaman itu menjadi cukup mendalam sekaligus kurang menguntungkan. Mari kita
ungkap sedikit kehidupan dari Pyhtagoras ia meupakan warga pribumi dari pulau Samos di daerah
Ionia yang lahit pada tahun 570 SM. Dikenal dengan “Bapak Bilangan” dia memberikan sumbangan
yang penting terhadap filsafat dan ajaran keagamaan pada akhir abad ke-6SM. Beberapa kalangan
menyebut dia adalah dari anak seorang warga temuka bernama Mnesarchos, sementara kalangan lain
mengatakan bahwa dia adalah anak dewa Apollo. Dimasa itu Samos dipimpin oleh tiran bernama
Polycrates, seorang bandit tua yang menjadi kaya-raya serta memiliki angkatan laut yang besar.
Polycrates menjadi tiran di Samos sekitar pada tahun 535 SM dan berkuasa hinga 515 SM. Polycrates
adalah seorang penyantun seni dan ia menghiasi kota Samos dengan bangunan-bangunan publik yang
indah.

Anda mungkin juga menyukai