Anda di halaman 1dari 11

NEOKLASISME DAN

PENGANTAR KE
ROMANTISISME

Disusun oleh
Drs. Sumiyadi, M.Hum.
Yulianeta, M.Pd.
NEOKLASISME
 Aliran ini menguasai gaya sastra pada abad
ke-17 dan abad ke-18, terutama di Perancis
dan Inggris. Cita-citanya yang dijunjung
tinggi di dalam aliran ini adalah
menghidupkan kembali keagungan sastra di
zaman klasik Yunani dan Roma, seperti
terdapat di dalam karya-karya Virgilius dan
Horatius. Bentuk-bentuk sastra yang disukai
adalah epik bersajak, kisah sedih yang
bersajak, dan sajak-sajak pendek. Semua
karya tersusun secara seimbag, sepadan,
teratur, dan jernih.
PENGANTAR KE
ROMANTISISME
 Puncak hegemoni sastra umat manusia
yang paling penting adalah zaman
romantik. Mengapa? Karena pada zaman
romantik umat manusia menganggap
bahwa aspirasi pemikiran manusia itu
yang paling tepat
disalurkan/diekspresikan melalui sastra,
bukan melalui filsafat atau ilmu
pengetahuan lainnya. Dengan demikian,
sastra merupakan sesuatu yang monolitik
dan mencakup fungsi-fungsi lainnya.
 Pendapat bahwa sastra itu merupakan
ekspresi aspirasi pemikiran manusia
terdapat pada kalangan semua pemikir
dalam masyarakat. Karena sangat
agungnya fungsi sastra, maka para
penyair dianggap sebagai “nabi”. Apa
yang disampaikan penyair melalui
tulisannya, oleh masyarakat dianggap
sebagai “peraturan dunia”. Penyair
adalah “legislator dunia” dan
masyarakat percaya/yakin dengan
gagasan-gagasan yang ditulis penyair.
 Keyakinan masyarakat terhadap penyair itu
tampak, misalnya pada abad ke-19 di
Inggris. Lord Byron adalah penyair Inggris,
yang ketika itu, menerbitkan bukunya
dengan judul The Corsair. Masyarakat
Inggris pada saat itu tidak segan-segan
membeli buku tersebut sehingga omzet
penjualannya (1 hari : 10.000 eksemplar).
Jumlah yang sangat fantastis dalam
sejarah buku sastra. Wajar saja apabila
orang menganggap bahwa pada zaman
romantisisme dunia sastra berada pada
puncak kejayaannya.
MITOLOGI YUNANI
 Salah satu tonggak kebudayaan Barat (Eropa,
Amerika, Kanada, Australia) adalah Mitologi
Yunani. Mereka seolah-olah tidak dapat
melepaskan diri dari Mitologi Yunani. Mitologi itu
selalu menjadi acuan sastra Barat. Sampai
sekarang, pengarang Barat (diakui atau tidak oleh
mereka) masih mengacu pada Mitologi Yunani).
Mitologi Yunani adalah cerita tentang dewa-dewa
atau setengah dewa yang pimpinan tertingginya
bernama Zeus. Dewa Zeus berdiam di Olympus.
 Dalam Mitologi Yunani, salah satu episode
besarnya adalah “Perang Troya”. Banyak orang
yang beranggapan, kita tidak mungkin dapat
mengenali kebudayaan Barat tanpa memahami
cerita Perang Troya, yang di dalamnya terdapat
kebejatan-kebejatan para dewa.
Asal-Usul Perang Troya
 Zeus sebagai pimpinan para dewa sering kali
mengadakan sidak (inspeksi mendadak) ke
bumi tempat hidup manusia biasa. Suatu saat
ketika sedang terbang, Zeus melihat seorang
gadis di bumi bernama Leda sedang mandi di
sebuah sungai. Agar tidak mengagetkan si
gadis, kemudian Zeus mengubah wujudnya
menjadi seekor angsa. Angsa jelmaan Zeus
mengejar dan kemudian memerkosa Leda.
Perkosaan itu mengakibatkan Leda hamil.
Leda kemudian melahirkan seorang bayi
perempuan yang lucu dan sangat cantik. Bayi
itu diberi nama Helen. Namun, kecantikan
Helen kelak akan menimbulkan huru-hara di
dunia.
 Dalam alam dewa diceritakan pula bahwa pada
jamuan pesta berkumpullah para dewa dan dewi.
Di antara kerumunan dewa-dewi itu tampaklah tiga
sosok dewi yang sedang menikmati pesta. Namun di
luar pesta, ada juga seorang dewi yang merasa sakit
hati karena tidak terundang dalam pesta tersebut; ia
merasa direndahkan. Untuk membalas sakit hatinya,
kemudian dewi itu menciptakan apel yang terbuat
dari emas dan mengukirnya dengan tulisan “untuk
yang paling cantik”. Apel emas bergulir dan
menggelinding ke arah tiga dewi dan berhenti tepat
di depan mereka. Mereka saling membaca tulisan di
atas apel itu, namun beberapa saat kemudian mereka
bertengkar. Mereka bertengkar karena masing-
masing menganggap dirinya paling cantik. Untuk
menyelesaikan persoalan itu, Herkules membawa
ketiga dewi itu ke bumi untuk bertemu dengan
seorang penggembala yang jujur bernama Paris.
 Paris dimintai pendapatnya, untuk menjawab,
siapa di antara ketiga dewi itu yang paling
cantik. Dewi pertama meminta Paris agar mau
memberi tahu bahwa dialah yang paling
cantik, dengan imbalan, Paris akan
dijadikannya seorang raja. Dewi kedua
meminta hal yang sama dengan imbalan harta
kekayaan. Sementara itu, dewi ketiga, yaitu
dewi cinta, memimta hal yang sama, namum
dengan cerdiknya ia tidak akan memberi Paris
jabatan atau kekayaan, melainkan wanita
tercantik di dunia bernama Helen. Dewi ketiga
itu seolah mampu menyihir atau menghipnotis
Paris sehingga Paris mau menyebutkan
bahwa dewi ketiga itulah yang paling cantik.
Padahal, wanita cantik yang dihadiahkan dewi
cinta itu sudah menikah. Perebutan Helen
inilah yang menyebabkan huru-hara yang
kemudian memunculkan Perang Troya.
 Dalam perang Troya tidak ada kalah dan menang.
Lalu ada seorang jendral yang cerdik membuat
Kuda Troya, yaitu kuda raksasa yang terbuat dari
kayu yang dihadiahkan prajurit Yunani kepada
orang Troya. Orang-orang Yunani mengaku kalah
dan menyatakan akan menyerahkan Kuda Troya
sebagai tanda kekalahan. Lalu oleh para prajurit
Troya, kuda itu pun diarak memasuki benteng
pertahanan Troya. Padahal, dalam Kuda kayu itu
terdapat pasukan Yunani. Setelah berada di dalam
benteng dan setelah orang-orang Troya kelelahan
karena pesta perayaan kemenangan, pasukan
Yunani turun dari dalam kuda dan membuka
gerbanng benteng agar pasukan Yunani yang
lebih besar dan telah menunggu di luar benteng
untuk segera masuk. Akhirnya, orang-orang Troya
tak berdaya dan habis dilumat para prajurit
Yunani.
Berikutnya ….

ZAMAN KLASIK

Anda mungkin juga menyukai