Anda di halaman 1dari 3

Kata epik berasal dari bahasa Latin, epicus dan dalam bahasa Yunani, epikos yang kemudian

menurunkan kata epos yang berarti kata, lagu atau pidato. Epik dapat digunakan sebagai
kata sifat untuk menggambarkan sesuatu yang penting secara historis, abadi dan
kompleks. Epos dimaknai sebagai puisi epik (epic poetry), sedangkan epik (epic) dimaknai
sebagai puisi naratif yang panjang yang mengisahkan sebuah tradisi atau sejarah kepahlawanan
yang ditempatkan dalam kedudukan yang tinggi.
Epic adalah salah satu jenis karya sastra tradisional. Epic adalah karya yang biasanya
menceritakan tentang legenda heroik, mitos, sejarah, atau agama. Epic bisa berbentuk puisi,
syair, novel, cerpen, atau teatrikal. Tujuan dari penulisan epic adalah untuk membangkitkan
semangat dan memuji para pahlawan.
Epic didefinisikan sebagai cerita panjang dalam syair yang membahas tema penting
dalam gaya dan bahasa yang paling elegan. Sebagai karya sastra, sebuah epic
mengisahkan tindakan heroik dan peristiwa penting secara historis (atau bahkan
kosmik). Epic adalah cerita yang menyaring seluruh sejarah dan budaya menjadi
sesuatu yang nyata dan menarik. Contoh nya adalah The Illiad dan Odyssey,
Mahabharata, Ramayana, Hang Tuah dan lain-lain.
Epic berawal dari bentuk puisi. Puisi epic berakar pada tradisi lisan, yang mendahului kata-
kata tertulis dan merupakan cara budaya dan sejarah dilestarikan. Genre ini sekarang juga
berlaku untuk teater, film, musik, novel, sandiwara, serial, dan video game. Kisah-kisah epic
memiliki kepentingan budaya, sejarah, dan agama.
Puisi epik, yakni puisi yang di dalamnya mengandung cerita kepahlawanan, baik
kepahlawanan yang berhubungan dengan legenda, kepercayaan, maupun sejarah. Puisi epik
dibedakan antara folk-epic, yakni bila nilai akhir puisi itu untuk dinyanyikan dan literary-epic,
yakni bila nilai akhir puisi itu untuk dibaca, dipahami, dan diresapi maknanya.
puisi epik biasanya selalu dikaitkan dengan kisah-kisah klasik peperangan dan kepahlawanan
yang menakjubkan. Mengingat kisah-kisah itu terdiri dari serangkaian peristiwa dan sejumlah
episode, maka bentuk puisi epik hampir selalu berupa puisi naratif yang panjang. Di dalam
perkembangannya kemudian, panjang pendeknya puisi itu, bukanlah merupakan ukuran
mutlak. Ia juga bukan merupakan ciri satu-satunya.
Oleh karena itu, puisi naratif yang panjang itu, harus diikuti pula oleh ciri lainnya, baik yang
menyangkut isi, maupun gaya atau style yang digunakan. Jadi, puisi naratif yang panjang, belum
tentu dapat disebut puisi epik, jika di dalamnya kita tidak menjumpai peristiwa besar
peperangan, kisah kepahlawanan, kehebatan tokoh-tokoh digdaya atau campur tangan
makhluk supernatural.
Odysseus adalah pahlawan Yunani dalam perang Troya yang dikisahkan oleh puisi Homeros
dalam Odyssey. Perang Troya, yang sangat terkenal dan telah banyakmemberi inspirasi dunia itu
memakan waktu 20 tahun lamanya:10 tahun pertama dihabiskan untuk mengumpulan armada
perang(pihak Yunani) dan 10 terakhir dihabiskan di medan perang, hinggaakhirnya, berkat ide
cemerlang Odysseus, Troydapat ditaklukkan.

Dengan kepintarannya, akal dan kelicikannya, Odysseus berhasil melewati semua halangan dan
rintangan dalam peperangan dan sukses mempecundangi para dewa serta menaklukkan
keganasan alam, hingga akhirnya ia dengan selamat tiba di tanah airnya pasca bubarnya perang
Troya.

Setelah berhasil menaklukkan Troy, namun sayangnya dalam perjalanan pulang mereka tidak
seperti yang mereka bayangkan. Para dewa marah karenatindakan brutal mereka menghancurkan
kuil-kuil ketika merekamembumi hanguskan Kota Troya, dan banyak prajurit yang
ditakdirkanmati dalam perjalanan pulang: Odysseus tersesat selama sepuluhtahun lamanya,
mengalami banyak penderitaan dan kehilangansemua anak buahnya.

Odysseus bagaikan hilang dari peredaran dunia, sebab ia justru disembunyikan di sebuah pulau
sunyi yang jauh dari tanah airnya serta keluarganya dan disana ia hidup dengan Calypso seorang
bidadari jelita. Namun Penelope istrinya yang hidup di Ithaca meminta anak tunggalnya
Telemachus mencari Odysseus dan memintanya pulang sebab ia tidak tahan akan godaan lelaki
hidung belang yang mencoba memperistrinya. Penelope berharap dapat hidup bahagia dengan
Odysseus di Ithaca.

Sepanjang jalan pulang ke Ithaca, sekali lagi Odysseus menghadapi cobaan, godaan, hambatan
dan halangan. Ia menghadapi raksasa jahat serta dewa-dewa yang menipunya, kapalnya karam,
anak buahnya frustrasi. Berkat kepandaian dan kelicikannyalah sekali lagi, Odysseus berhasil
mengalahkan semua halangan itu.
Saat dewa laut Poseidon mengaramkan kapalnya, Odysseus dengan cerdik mengelabui Poseidon
dengan membodohkan dirinya bahkan meniadakan dirinya sebagai manusia dihadapan Poseidon.
Poseiden puas dengan taktik ‘rasional’ yang sebetulnya irrasional, hingga ia membebaskan
Odysseus. Ia juga dengan licik mengosongkan ‘kediriannya’ dengan menyebut dirinya ‘no man’
sebab hanya dengan cara itu si raksasa jahat mata satu mau membebaskannya.
Bahkan sampai di Ithaca ia mesti menjadi pengemis, dengan menistakan dirinya hidup bersama
seorang kacung babi hingga istrinya Penelope tidak mengenalinya lagi. Bahkan istrinya meminta
bukti bahwa jika ia suaminya ia mampu menembus dua belas sasaran dengan satu anak panah.
Hanya berkat dewalah Odysseus lulus dari ujian tersebut. Intinya semakin Odysseus
berkeinginan ‘menjadi manusia’, sesungguhnya makin niscaya pula ia menjadi ‘bukan manusia’.
Circe mengingatkan bahwa dalam perjalanan pulang nanti, ia jangan tergoda oleh bujuk rayuan
suara Sirens sebab manusia pasti akan musnah dihadapannya jika ia menuruti suaranya.
Odysseus mencari akal bagaimana tidak tergoda suara rayuan Sirens yang menggoda tapi
membuat binasa. Ia menyumbat telinga awak kapalnya dengan lilin, sedangkan ia sendiri minta
diikat kepada tiang layar. Ia berpesan jika ia meronta-ronta meminta membelokkan haluan kapal
maka ikatannya semakin dikencangkan.

Suara Sirens akhirnya benar-benar datang merayu dan mempesona. Semua awak kapalnya justru
tenang-tenang saja sebab telinga mereka sudah tersumbat lilin. Namun tidak bagi Odysseus,
sebab ia justru sudah tergoda dan terpukau dengan rayuan suara Sirens. Ia justru meronta-ronta
dengan sekuat tenaga dan berteriak dengan sekerasnya agar awak kapalnya membelokkan haluan
ke arah Sirens. Namun teriakan Odysseus justru tak didengar awak akaplnya, sementara semakin
kuat ia meronta-ronta maka ikatannya semakin mereka kencangkan sesuai perjanjian.
PARADISE LOST

Paradise Lost, epic poem in blank verse, one of the late works by John
Milton, originally issued in 10 books in 1667 and, with Books 7 and 10 each
split into two parts, published in 12 books in the second edition of 1674. The
main characters in the poem are God, Lucifer (Satan), Adam, and Eve.
It tells the story of the Fall of Man, a tale of immense drama and excitement, of rebellion and treachery,
of innocence pitted against corruption, in which God and Satan fight a bitter battle for control of
mankind's destiny. The struggle rages across three worlds - heaven, hell, and earth - as Satan and his band
of rebel angels plot their revenge against God. At the center of the conflict are Adam and Eve, who are
motivated by all too human temptations but whose ultimate downfall is unyielding love.

Dalam dua jilid terakhir Paradise Lost, dikisahkan bahwa Tuhan mengutus Malaikat Mikail untuk melipur
Adam atas dosanya, dengan menunjukkan kepadanya bagaimana nanti anak keturunannya akan
diampuni. Seluruh alur sejarah penyelamatan ditampakkan kepada Adam, dengan uraian dari Mikail: dia
melihat pembunuhan Habil oleh Qabil, Banjir Besar dan Bahtera Nuh, Menara Babil, panggilan kepada
Ibrahim, pengusiran dari Mesir, dan Taurat di Sinai. Mikail menjelaskan bahwa ketidaklayakan Taurat,
yang menindas umat pilihan Tuhan yang malang selama berabad-abad, merupakan cara untuk membuat
mereka rindu pada kehadiran suatu hukum yang lebih spiritual. Seiring perkembangan kisah
penyelamatan di Hari Akhir ini, melalui kejayaan Raja Daud, pengusiran ke Babilonia, dan seterusnya,
pembaca akan mengetahui bahwa pasti terdapat jalan yang lebih mudah dan langsung untuk penebusan
dosa manusia. Kenyataan bahwa rencana yang berliku-liku ini, dengan kegagalan dan titik awalnya yang
salah, telah ditetapkan sejak awal hanya akan menimbulkan keraguan besar tentang kecerdasan
Penggagasnya. Tuhan Milton tidak banyak mengilhami rasa percaya diri. Lalu, pada bagian
akhir Paradise Lost, Adam dan Hawa menempuh jalan mereka masing-masing keluar dari surga dan
menuju dunia.[]

Anda mungkin juga menyukai