Anda di halaman 1dari 8

Tidak ada rentang waktu yang jelas tentang kapan abad pertengahan dimulai.

Ada pendapat
yang mengatakan kalau ia dimulai pada abad 3 masehi. Ada pula yang berpendapat bahwa
dia dimulai sejak 5 masehi. Tapi bukan itu yang akan menjadi pokok pembahasan. Yang akan
dibahas adalah substansi, atau sejarah perkembangan pemikiran pada abad pertengahan.

Filsafat bermula di Yunani. Kita semua paham akan hal tersebut. Akan tetapi, proses
penyebaran kebudayaan filsafat Yunani ke seluruh penjuru dunia, setidak-tidaknya sejauh
pemahaman saya, dimulai dari dua kontinen besar, yaitu Eropa dan Asia. Hal tersebut akan
dibahas secara terperinci kemudian.

Sebelum membahas filsafat pada abad pertengahan, maka berdosa rasanya apabila kita tidak
berbicara tentang Plato dan Aristoteles terlebih dahulu. Mengapa demikian? Karena
pemikiran dua sosok inilah yang kemudian akan direproduksi dan dimodifikasi sedemikian
rupa oleh ratusan filsuf, entah itu di arab ataupun eropa, selama kurang lebih 17 abad
lamanya. Oleh karena itu, corak pemikiran filsafat sejak dimulainya genderang abad
pertengahan hingga terbitnya abad pencerahan nanti tidak akan jauh-jauh dari model
pemikiran mereka berdua.

A. Plato
Ia lahir di Athena dan dibesarkan dalam pengaruh filsafat Sokrates. Bagi Plato,
Sokrates adalah guru. Ia hidup semasa konflik antara Athena dan Sparta, di mana
Sparta keluar sebagai pemenang. Menurut Plato, Sparta adalah model negara yang
ideal, atau yang dalam bukunya ia sebut sebagai utopia. Salah satu ciri dari filsafat
Plato adalah keniscayaan sebuah Universalitas yang hanya dapat ditemukan di dunia
ide, yang bahkan hingga sekarang belum terselesaikan. Yang tidak kalah menarik
adalah pandangannya terkait imortalitas dan benda-benda langit. Tapi satu yang
paling menjadi ciri Plato, bahwa pengetahuan berasal dari ingatan bukannya persepsi.

Dalam konteks bernegara, Plato adalah seorang peminat totalitarianisme. Dijelaskan


bahwa ia menyalahkan model Demokrasi atas dikalahkannya Athena oleh Sparta.
Negara Utopia versi Plato adalah negara yang berkonsep Komunisme Total. Negara
utopia tersebut terbagi atas tiga kelas, yakni pemimpin, serdadu, dan
pekerja/petani/rakyat biasa. Negara yang dipimpin oleh seorang filsuf ini
menghapuskan segala jenis kepemilikan pribadi dan pembedaan cara berperilaku.
Salah satu yang paling ekstrim adalah anggapan Plato bahwa dalam sebuah negeri
utopis perkawinan diatur oleh negara, seorang anak tidak boleh mengetahui siapa
orang tuanya, pada usia tertentu harus mendapat pendidikan politik, seni, dan
berperang, untuk kemudian ditempatkan pada salah satu kelas tertentu. Namun kali ini
yang akan menjadi titik tekan adalah tentang Plato dan dunia ide.

Penjelasan mengenai Plato diawali dengan sebuah cerita. Dikisahkan bahwa


sekelompok manusia terbelenggu dalam sebuah gua sejak mereka lahir. Posisi mereka
menghadap ke tembok gua, dan beberapa meter di belakang mereka menyala api
unggun yang menjadi perantara antara mereka dan bibir gua. Seumur hidup orang-
orang ini hanya melihat bayangan yang diproyeksikan api unggun di dinding gua.
Meskipun demikian, mereka sudah sangat bahagia karena mereka tidak mengenal
kenyataan yang lain selain bayangan-bayangan tersebut. Suatu hari salah seorang di
antara mereka berhasil meloloskan diri dan melihat keindahan dunia di luar gua.
Nahas, setelah kembali untuk menjelaskan kepada teman-temannya bahwa terdapat
kenyataan yang hakiki di luar gua, orang tersebut malah ditertawakan dan tidak
dipercayai. Inilah alegori manusia gua Plato. Orang yang berhasil terbebas
disimbolkan sebagai filsuf, sedangkan orang yang terbelenggu adalah masyarakat
pada umumnya. Di sinilah peran filsuf dalam utopia versi Plato, yaitu sebagai
pemimpin, pembimbing, sekaligus penuntun masyarakat untuk keluar dari gua dan
memandang dunia ide.

Plato menegaskan bahwa dunia ide adalah alam universal sedangkan dunia nyata
adalah alam partikular. Maksudnya adalah, benda-benda yang hadir di dunia nyata
adalah bagian-bagian kecil yang mengambil bagian dari suatu keseluruhan yang
hanya terdapat di dunia ide. Contohnya apabila kita berbicara tentang pulpen A dan
pulpen B. Keduanya berbeda sekaligus sama. Mungkin keduanya berbeda dari segi
kenampakan atau materiil, akan tetapi entah itu pulpen A, B, dan seluruh pulpen di
dunia nyata sama-sama mengambil bagian dalam kesatuan pulpen di dunia ide.

Plato juga menguraikan pendapatnya mengenai pembedaan antara jiwa dan tubuh
jasmani. Merujuk kembali ke tamsil manusia gua, bagi Plato hanya jiwa yang
tercerahkan yang sanggup kembali ke dalam gua dari dunia yang terang untuk
menyadarkan manusia lain. Sedangkan, jiwa yang masih terjebak nafsu hanya akan
menikmati dunia ide sendirian.
B. Aristoteles
Filsafat Aristoteles adalah bentuk reaksi langsung atas teori dunia ide Plato. Ia
memandang persoalan universalitas dan dunia ide milik Plato sebagai persoalan kosa
kata belaka, sebab Plato tidak mampu membedakan antara nama-nama diri dan kata
sifat. Aristoteles menguraikan nama diri sebagai kata-kata yang mengacu pada satu
benda atau orang tertentu, atau dalam kata lain ia berisi substansi. Di lain pihak, kata
sifat adalah suatu ciri yang dapat dipredikatkan pada banyak subjek. Kata sifat adalah
sesuatu yang “universal” yang dapat dilekatkan pada berbagai subjek, akan tetapi dia
sendiri bukan sebuah subjek. Sebagai contoh, pernyataan Key adalah perempuan
dapat diterima, sedangkan Key adalah key, perempuan adalah key, atau perempuan
adalah perempuan tidak dapat diterima.

Persoalan selanjutnya yang dibahas oleh Aristoteles adalah pembedaan antara


forma/bentuk dan materi. Apabila dicontohkan dengan sebuah meja kayu, maka kayu
adalah materi dan bentuk meja yang dihasilkan adalah forma. Dalam proses
perubahan kayu menjadi meja terdapat penyebab lain yang disebabkan oleh pemahat.
Penyebab inilah yang disebut penyebab efisien. Rangkaian penyebab ini ditutup oleh
Aristoteles dengan penyebab akhir atau causa final, yaitu tujuan meja itu dibuat.
Forma adalah penyebab yang menyebabkan kayu itu dapat diidentifikasi sebagai
meja. Tanpa forma, materi hanya sekedar kumpulan potensialitas. Bagi Aristoteles,
sebelum sesuatu terjadi sudah ada materi sekaligus forma. Materi dan forma ini
digerakkan oleh penyebab efisien dari potensialitas menuju aktualitas. Penyebab yang
menggerakkan penyebab efisien sendiri dapat dikatakan sebagai penyebab akhir/causa
final, yang biasa menjawab pertanyaan tentang “mengapa sesuatu dibuat.”

Itulah tadi beberapa konsep dasar yang diperlukan untuk memahami terkait filsafat abad
pertengahan.

Pengaruh filsafat Yunani berkembang seiring ekspansi kekaisaran Macedonia di bawah


pimpinan Alexander The Great. Ekspansi ini bergerak dari Yunani, menuju Asia, Mesir, dan
Eropa. Pada mulanya Alexander sebagai murid langsung dari Aristoteles menyebarkan
pengaruh pemikiran gurunya hanya ke Asia dan berpusat di kota Mesir/Alexandria. Di kota
itu pernah berdiri perpustakaan terbesar di dunia sebagai bukti bahwa ekspansi Macedonia
turut serta membawa ilmu pengetahuan, bahasa, sekaligus kebudayaan Yunani.

Kematian Alexander membawa keruntuhan bagi kekaisaran Macedonia. Terjadi perpecahan


kekuasaan. Asia dikuasai oleh Ptolemeus, pendiri dinasti Ptolemy, yang kemudian akan jatuh
ke tangan Octavius Romulus, pendiri kekaisaran Romawi, setelah serangkaian konflik antara
mesir dan Roma yang berujung pada kematian Mark Anthony dan Cleopatra.

Dikisahkan bahwa Cleopatra sebagai penguasa Mesir pada saat itu menjalin hubungan dengan
penguasa Romawi, Julius Caesar. Keduanya dikaruniai anak dan Cleopatra hidup dalam
persembunyian. Singkat cerita, Caesar dibunuh oleh Cassius dan Brutus sehingga Cleopatra kembali ke
Mesir untuk berkuasa. Setelah kematian Caesar, kembali terjadi perang saudara di Romawi antara
pewaris tahta sekaligus keponakan Caesar, Octavianus Agustus, seorang jenderal bernama Mark
Anthony, dan seorang negarawan bernama Lepidus. Cleopatra berhasil mendekati dan merayu Mark
Anthony. Keduanya menjalin hubungan dan mempersatukan kekuatan untuk merebut kekaisaran
Romawi. Terjadi pertempuran sengit selama berminggu-minggu, Cleopatra mundur kembali ke
Alexandria sedangkan Mark Anthony terus merangsek maju ke garis pertahanan musuh.

Singkat cerita, pasukan Mark Anthony yang kalah jumlah secara perlahan menyerah. Mark Anthony
berhasil diperdaya dengan kabar bahwa Cleopatra telah dibunuh. Akhirnya mark Anthony bunuh diri
dengan pisaunya sendiri. Mayat Mark Anthony dibawa ke Alexandria di hadapan Cleopatra. Cleopatra
bunuh diri diduga dengan bisa ular. Octavianus Agustus akhirnya menjadi Kaisar pertama Romawi dan
berhasil mempersatukan Romawi dan Alexandria.

Di bawah kebudayaan Yunani, baik itu Eropa maupun Alexandria menjadi pusat-pusat
perkembangan ilmu pengetahuan. Di sisi lain, di tanah Yerussalem terlahir seorang anak yang
dipercaya sebagai penyelamat umat Manusia. Agama Kristen lahir di Asia dan dengan segera
ikut menyebar hingga ke Kekaisaran Romawi. Meski sempat ditolak dan seluruh
penganutnya diburu untuk dibunuh, agama Kristen diterima sebagai agama resmi Kekaisaran
Romawi berabad-abad kemudian.

Meski diterima entah itu di Romawi barat maupun Timur, akan tetapi agama Kristen lebih
besar pengaruhnya di barat. Hal ini membawa barat pada abad pertengahan.

A. Plotinos
Periode Plotinos adalah transisi dari Filsafat Yunani ke Abad Pertengahan. Ia lahir
di Alexandria dan setelah dewasa pindah ke Eropa untuk mendirikan sekolah
filsafatnya di sana. Konteks kehidupan sekitaran Plotinus penuh dengan
kekacauan. Tentara bayaran yang siap menggulingkan raja atas perintah siapapun
dengan harga tertinggi, perang saudara dan wabah penyakit, warga negara yang
melarikan diri untuk menghindari pajak tinggi. Semuanya berlalu lalang di
hadapan Plotinus tapi tidak secuil pun tentang itu dibahas dalam karya-karya
filsafatnya. Oleh sebab itulah filsafat Plotinos akan lebih nyaman apabila saya
sebut dengan mistisisme mutlak.

Plotinos memalingkan diri dari semua pandangan-pandangan duniawi untuk


berkontemplasi ke dalam dirinya sendiri. Ia menarik diri dari segala kenikmatan
duniawi dan mengejar kenikmatan abadi di dunia yang lain, yang oleh Plato
disebut dengan dunia ide, dan oleh umat beragama disebut sebagai surga.

Filsafat Plotinos berangkat dari trinitas suci : Yang esa, Akal Budi, dan Jiwa.
Yang esa adalah yang satu, yang tidak bisa dijelaskan dan didefinisikan dalam
kata-kata apapun, dan melampaui segala sesuatu. Selanjutnya adalah Akal Budi,
yaitu proses Yang esa mengenali/berpikir tentang dirinya sendiri. Karena telah
disebutkan bahwa Yang esa melampaui segala sesuatu, maka ketika Yang esa
berpikir/sadar maka satu-satunya yang dapat dipikirkan adalah dirinya sendiri.
Akal budi inilah yang dalam filsafat Plato dianggap sebagai ide universal. Ide
Universal ini kemudian kembali memancar sebagai jiwa. Jiwa adalah pencipta
seluruh makhluk hidup dan alam inderawi.

Neoplatonisme membawa kita pada abad pertengahan, atau yang biasa disebut abad
kegelapan. Salah satu karakteristik dari periode ini adalah mendominasinya filsafat katolik.
Tokoh-tokoh yang hadir di periode ini disebut dengan para bapa gereja, oleh sebab itu zaman
ini juga biasa disebut Patristik, yang berasal dari kata patria yang berarti bapak. Bapa bapa
gereja yang dimaksud adalah para Doktor filsafat yang mencoba menggunakan filsafat
sebagai dalil pembenaran agama, yaitu St. Ambrose, St. Jerome, St. Agustinus, dan Paus
Gregorius Agung. Yang paling menonjol di periode ini adalah kekuasaan gereja melebihi
segala pengetahuan.

Mencuat masalah antara filsafat dan agama pada saat itu. Agama menjadikan wahyu sebagai
sumber kebenaran mutlak, sedangkan filsafat Yunani menganggap bahwa akal dapat menjadi
sumber kebenaran karena. Hal ini karena orang Yunani belum mengenal Wahyu. Abad
Pertengahan terbagi menjadi dua periode, yaitu periode patristic yang cirinya adalah
perkembangan ilmu pengetahuan berpusat di gereja dan katedral-katedral. Sedangkan periode
skolastik yang berasal dari kata Schule/sekolah menyimbolkan bahwa perkembangan
pengetahuan sudah berpusat di Universitas-universitas dan sekolah-sekolah.

1. St. Agustinus (Patristik)


Corak pemikiran St. Agustinus bersifat murni untuk mendukung argumen kitab
suci mengenai penciptaan. Oleh sebab itu, filsafat St. Agustinus kerap juga disebut
filsafat murni. Ia berpandangan bahwa alam semesta memang diciptakan dari
ketiadaan. Bukan dari materi purba yang oleh Aristoteles disebut potensialitas,
bukan pula dari pancaran-pancaran seperti yang diuraikan Plotinus. Lantas apa
yang terjadi dalam ketiadaan sebelum tuhan menciptakan alam semesta?
Agustinus menjawab bahwa tidak ada. Karena tuhan tidak terikat oleh sebelum
atau sesudah. Dengan kata lain, tuhan berada di luar waktu. Sementara itu, ia juga
mengemukakan teori relativitas waktu. Dalam uraiannya tersebut Agustinus
berpendapat bahwa waktu sendiri adalah konstruksi mental (kelak akan kembali
ditemui pada Kant).

Agustinus beranggapan bahwa tidak ada masa silam ataupun saat nanti. Masa
silam menurutnya hanyalah ingatan dan masa nanti hanyalah harapan, yang
kedua-duanya merupakan fakta yang terjadi di masa yang sekarang. Karena waktu
adalah konstruksi mental dari makhluk (manusia), maka membicarakan waktu
sebelum penciptaan makhluk itu mustahil.

Serangan yang terjadi di Roma pada saat itu mengakibatkan St. Agustinus
mengkonsepsikan tentang kota Tuhan, kota di mana para korban Kristen akan
menuju setelah kematiannya. Menurutnya, tidak semua kejahatan harus dibalas,
karena kelak akan ada hari penghakiman.

St. Agustinus juga mengajarkan tentang dosa turunan. Menurutnya, Adam dan
Hawa pada mulanya memiliki kehendak bebas. Akan tetapi keduanya
mengkhianati kehendak bebas tersebut dengan memakan buah terlarang. Hasilnya,
dosa keduanya akan diturunkan kepada anak dan cucunya. Karena anusia terlahir
sudah dalam keadaan berdosa, maka satu-satunya yang dapat menghindarkan
manusia dari siksa abadi adalah penyucian melalui pembaptisan.
2. St. Thomas Aquinas
Thomas Aquinas mencoba menjelaskan keberadaan Tuhan menggunakan 5 dalil.
Yang pertama adalah gerak, yaitu perubahan dari potensialitas ke aktualisasi.
Aquinas mencontohkan sebuah rangkaian domino yang tersusun, yang apabila
domino A jatuh akan menimpa domino B, dan kemudian akan menimpa Domino
C, dan seterusnya. Menurut argumen Aquinas, harus ada penggerak pertama yang
menggerakkan domino A. Penggerak pertama inilah yang disebut oleh Aquinas
sebagai Supreme Being.

Argumen kedua adalah penyebab efisien. Di sini dia meminjam distingsi materi
dan bentuk dari Aristoteles. Menurutnya alam semesta pada mulanya telah
memiliki materi penyusun berupa sekumpulan aktualitas. Sekumpulan aktualitas
ini harus ada yang memberi bentuk agar menjadi Aktualitas. Entitas yang
memberi bentuk kepada materi (potensialitas) ini disebut sebagai penyebab
efisien. Seperti halnya air yang memiliki potensialitas untuk menjadi uap, dia
tidak bisa berubah dengan sendirinya tanpa adanya suhu 100 derajat yang
membuatnya mendidih. Suhu 100 derajat inilah yang disebut sebagai penyebab
efisien.

Selanjutnya adalah keniscayaan sebuah keberadaan. Argumen ini berangkat dari


melihat fenomena segala sesuatu yang pernah ada dan kelak akan menjadi tidak
ada. Menurut Aquinas, harus ada suatu entitas yang menyelenggarakan ini semua,
yang selalu ada dan tidak akan pernah tidak ada.

Dalil keempat adalah tentang kesempurnaan, bahwa manusia punya konsep


tentang kesempurnaan maka sudah pasti ada entitas yang sempurna.

Yang terakhir adalah dalil keteraturan. Yang berarti bahwa alam semesta yang
terselenggara dalam keteraturan sudah pasti ada yang mengatur.

KEKEJAMAN GEREJA TERHADAP PARA PEMIKIR


Hypatia dikuliti, daging dan tulangnya dibakar. Coppernicus digantung. Giordano Giorgio
dibakar hidup-hidup. Galileo Galilei mengaku bersalah agar mendapatkan pengurangan
hukuman.

ILMU PENGETAHUAN DI ARAB DAN TRADISI PERIPATETIK

Anda mungkin juga menyukai