Anda di halaman 1dari 118

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun

1945 mengakui, menjamin dan melindungi kemerdekaan

menyatakan pendapat, menyampaikan, dan memperoleh

informasi, yang bersumber dari kedaulatan rakyat dan

merupakan hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa, dan bernegara yang demokratis. Dengan demikian,

kemerdekaan atau kebebasan dalam penyiaran harus dijamin

oleh negara. Namun, sesuai dengan cita-cita Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia, maka kemerdekaan tersebut harus

bermanfaat bagi upaya bangsa Indonesia dalam menjaga

integrasi nasional, menegakkan nilai-nilai agama, kebenaran,

keadilan, moral, dan tata susila, serta memajukan kesejahteraan

umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini

kebebasan harus dilaksanakan secara bertanggung jawab,

selaras dan seimbang antara kebebasan dan kesetaraan

menggunakan hak berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah

melahirkan masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya

akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan

informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan pokok bagi

1
masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi tersebut

telah membawa implikasi terhadap dunia penyiaran, termasuk

penyiaran di Indonesia. Penyiaran sebagai penyalur informasi

dan pembentuk pendapat umum, perannya makin sangat

strategis, terutama dalam mengembangkan alam demokrasi di

negara kita. Penyiaran telah menjadi salah satu sarana

berkomunikasi bagi masyarakat, lembaga penyiaran, dunia

bisnis, dan pemerintah. Perkembangan tersebut telah

menyebabkan landasan hukum pengaturan penyiaran yang ada

selama ini menjadi tidak memadai. Peran serta masyarakat

dalam menyelenggarakan sebagian tugas-tugas umum

pemerintahan, khususnya di bidang penyelenggaraan penyiaran,

tidaklah terlepas dari kaidah-kaidah umum penyelenggaraan

telekomunikasi yang berlaku secara universal.

Dunia Penyiaran Indonesia berkembang pesat seiring

dengan kemajuan teknologi serta dinamika masyarakat, untuk

memberikan keseimbangan dalam memperoleh informasi,

pendidikan, kebudayaan dan hiburan yang sehat pada

masyarakat, diperlukan lembaga penyiaran publik yang bersifat

independen, netral, tidak komersial, yang tidak semata-mata

memproduksi acara siaran sesuai tuntutan liberalisasi dan selera

pasar, serta bukan pula sebagai corong pemerintah, melainkan

berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

Pelaksanaan otonomi daerah memberikan peluang bagi

setiap daerah untuk tumbuh dan berkembang sesuai potensi dan

2
kemampuan yang dimiliki oleh daerah masing-masing.

Pembangunan yang dilakukan pemerintah daerah tidak akan

berhasil tanpa dukungan dan partisipasi masyarakat. Dukungan

masyarakat akan terwujud apabila pemerintah daerah mampu

secara transparan memberikan informasi kepada masyarakat

tentang pembangunan-pembangunan yang telah, sedang

maupun pembangunan yang akan dilaksanakan.

Dalam rangka mendukung penyelenggaraan otonomi daerah

perlu dikembangkan sarana komunikasi massa sebagai media

untuk memberikan pelayanan informasi yang dibutuhkan oleh

masyarakat, apalagi daerah yang memiliki wilayah yang cukup

luas dan berpenduduk cukup banyak. Pendirian Lembaga

Penyiaran Publik Lokal Radio dan Televisi pemerintah daerah

dapat memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan

yang sehat serta melestarikan budaya daerah untuk kepentingan

seluruh masyarakat.

Lahirnya Undang-undang Nomor 32 tahun 2002 tentang

Penyiaran membawa perubahan tatanan media penyiaran di

Indonesia. Peraturan yang mencakup radio dan televisi tersebut

memberi ruang bagi tumbuhnya lembaga penyiaran yang

memiliki jalur dan tujuan masing-masing. Menurut Pasal 13 ayat

(2) Undang-Undang 32 tahun 2002 tentang Penyiaran tersebut

lembaga penyiaran terdiri dari lembaga penyiaran publik,

lembaga penyiaran swasta, lembaga penyiaran komunitas dan

lembaga penyiaran berlangganan. Selanjutnya dalam Pasal Pasal

14 ayat (1) disebutkan Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga

penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh

3
negara, bersifat independen, netral, tidak komersial, dan

berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat.

Pada ayat (3) dinyatakan bahwa di daerah provinsi, kabupaten,

atau kota dapat didirikan Lembaga Penyiaran Publik Lokal.

Ketentuan dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002

tentang Penyiaran tersebut diperkuat dengan Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran

Publik. Pasal 1 ayat (3) Peraturan Pemerintah tersebut

menyebutkan Lembaga Penyiaran Publik Lokal adalah lembaga

penyiaran yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh

pemerintah daerah, menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio

atau penyiaran televisi, bersifat independen, netral, tidak

komersial, dan berfungsi memberikan layanan untuk

kepentingan masyarakat yang siarannya berjaringan dengan

Radio Republik Indonesia (RRI) untuk radio dan Televisi Republik

Indonesia (TVRI) untuk televisi.

Kabupaten Bengkayang yang dibentuk berdasarkan

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang

Pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang

merupakan salah satu Kabupaten yang terletak di sebelah

Utara Provinsi Kalimantan Barat. Secara administratif,

wilayah sebelah utara Kabupaten Bengkayang berbatasan

langsung dengan Negara tetangga Malaysia, yaitu dengan

Serawak (Malaysia Timur).

Salah satu masalah yg dihadapi warga masyarakat lokal

yang bermukim di sekitar kawasan perbatasan antar negara

adalah akses informasi. Kehadiran Undang-Undang Penyiaran,

4
Undang-Undang Pers, dan Undang-Undang Keterbukaan 

Informasi Publik, sejauh ini belum sepenuhnya dapat menjamin

mereka mendapatkan akses informasi yang mudah dan

bermanfaat bagi kebutuhan mereka sehari-hari. Mereka

sesungguhnya sangat membutuhkan ketersediaan informasi

untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, pengembangan kultur

politik dan sosial budaya daerahnya. Informasi itu sangat

diperlukan menjadi energi bagi upaya mencairkan modal sosial,

modal ekonomi, modal politik, dan modal budaya, yang secara

kolektif sudah mereka miliki.

Untuk mewujudkan hal tersebut di atas, perlu dibentuk

Lembaga Penyiaran Publik Lokal di Kabupaten Bengkayang.

Bahwa dalam rangka melaksanakan Ketentuan Pasal 14 ayat (3)

Undang-Undang Nomor 32 tahun 2002 tentang Penyiaran dan

pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005

tentang Penyelenggaraan penyiaran Lembaga Penyiaran Publik,

perlu ditetapkan Peraturan Daerah tentang Lembaga Penyiaran

Publik Lokal Televisi Border Bengkayang.

B. Identifikasi Masalah

Identifikasi masalah memuat rumusan mengenai masalah apa

yang akan ditemukan dan diuraikan dalam Naskah Akademik.

Adapun Identifikasi masalah dalam penyusunan Naskah Akademik

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang tentang

Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang pada

dasarnya mencakup 4 (empat) pokok masalah, yaitu sebagai

berikut:

5
1. Permasalahan apa yang dihadapi dalam pembentukan Lembaga

Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang serta

bagaimana permasalahan tersebut dapat diatasi?

2. Mengapa perlu dibentuk Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Bengkayang tentang Lembaga Penyiaran Publik Lokal

Border Televisi Bengkayang ?

3. Apa yang menjadi pertimbangan atau landasan filosofis,

sosiologis, yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Bengkayang tentang Lembaga Penyiaran Publik Lokal

Border Televisi Bengkayang?

4. Apa sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup pengaturan,

jangkauan, dan arah pengaturan Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Bengkayang tentang Lembaga Penyiaran Publik Lokal

Border Televisi Bengkayang?

C. Tujuan dan Kegunaan Kegiatan Penyusunan Naskah Akademik

Sesuai dengan ruang lingkup identifikasi masalah yang

dikemukakan di atas, tujuan penyusunan Naskah Akademik

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang tentang

Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang

dirumuskan sebagai berikut:

1. Merumuskan permasalahan yang dihadapi dalam pembentukan

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang tentang

Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang

serta cara-cara mengatasi permasalahan tersebut.

2. Merumuskan permasalahan hukum yang dihadapi sebagai

alasan pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

6
Bengkayang tentang Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border

Televisi Bengkayang.

3. Merumuskan pertimbangan atau landasan filosofis, sosiologis,

yuridis pembentukan Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten

Bengkayang tentang Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border

Televisi Bengkayang.

4. Merumuskan sasaran yang akan diwujudkan, ruang lingkup

pengaturan, jangkauan, dan arah pengaturan dalam Rancangan

Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang tentang Lembaga

Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang.

Sementara itu, kegunaan penyusunan Naskah Akademik

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang tentang

Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang

adalah sebagai acuan atau referensi penyusunan dan pembahasan

Rancangan Peraturan Daerah Kabupaten Bengkayang tentang

Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang.

D.Metode

Penyusunan Naskah Akademik Rancangan Peraturan Daerah

Kabupaten Bengkayang tentang Lembaga Penyiaran Publik Lokal

Border Televisi Bengkayang pada dasarnya merupakan suatu

kegiatan penelitian sehingga digunakan metode penyusunan

Naskah Akademik yang berbasiskan metode penelitian hukum

atau penelitian lain. Penelitian hukum dapat dilakukan melalui

metode yuridis normatif dan metode yuridis empiris. Metode

yuridis empiris dikenal juga dengan penelitian sosiolegal. Metode

yuridis normatif dilakukan melalui studi pustaka yang menelaah

7
(terutama) data sekunder yang berupa Peraturan Perundang-

undangan, putusan pengadilan, perjanjian, kontrak, atau

dokumen hukum lainnya, serta hasil penelitian, hasil pengkajian,

dan referensi lainnya. Metode yuridis normative dapat dilengkapi

dengan wawancara, diskusi (focus group discussion), dan rapat

dengar pendapat.

Metode yuridis empiris atau sosiolegal adalah penelitian yang

diawali dengan penelitian normatif atau penelaahan terhadap

Peraturan Perundang-undangan (normatif) yang dilanjutkan

dengan observasi yang mendalam serta penyebarluasan kuesioner

untuk mendapatkan data faktor nonhukum yang terkait dan yang

berpengaruh terhadap Peraturan Perundang-undangan yang

diteliti.

8
BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN PRAKTIK EMPIRIS

A. Kajian Teoretis

Secara fundamental, sebuah informasi adalah milik publik,

bukan milik pemerintah atau badan publik. Informasi publik

diperlukan dalam rangka menyokong terciptanya pemerintahan

yang terbuka, akan tetapi pemerintah harus menjaga

keseimbangan antara menutup informasi dan kepentingan publik.

Namun, bagaimanapun, kepentingan publik tetap harus

didahulukan.

Bolton (1996), menyatakan tujuan utama keterbukaan

informasi di setiap negara adalah memastikan bahwa lembaga

publik akan lebih akuntabel dan kredibel dengan menyediakan

informasi dan dokumen sesuai permintaan publik, sedangkan

menurut Mendel, (2004) membuka akses informasi merupakan

kewajiban bagi pemerintah dan badan publik.

Dalam literatur dan referensi penyelenggaraan birokrasi di

Indonesia masalah keterbukaan bukanlah hal asing. Di awal tahun

1990-an berkembang konsep good governance sebagai mekanisme

pengelolaan sumber daya ekonomi dan sosial yang melibatkan

pengaruh negara dan non-pemerintah dalam suatu usaha kolektif.

Governance mengakui bahwa di dalam masyarakat terdapat

9
banyak pusat pengambilan keputusan yang bekerja pada tingkat

yang berbeda (Ganie-Rochman, 2002).

10
Ada lima prinsip utama dalam membangun governance, yaitu

adanya (1) fairness, yang seringkali disebut kewajaran prosedural;

(2) transparancy atau keterbukaan sistem; (3) disclosure atau

pelengkap kinerja; (4) accountibility atau pertanggungjawaban

publik dan (5) responsibility atau kepekaan menangkap aspirasi

masyarakat luas (Reksodiputro, 2000). Dalam konteks good

government, keterbukaan informasi publik adalah suatu

keharusan. Pemerintahan dapat berlangsung transparan dan

partisipasi masyarakat terjadi secara optimal dalam seluruh proses

pemerintahan, mulai dari pengambilan, pelaksanaan serta evaluasi

keputusan. Menurut Achmad Santosa, suatu pemerintahan yang

terbuka mensyaratkan jaminan atas 5 (lima) hal, yaitu:

1. Hak untuk memantau perilaku pejabat publik dalam

menjalankan peran publiknya (right to observe);

2. Hak untuk memperoleh informasi (right to information);

3. Hak untuk terlibat dan berpartisipasi dalam proses

pembentukan kebijakan publik (right to participate);

4. Kebebasan berekspresi yang salah satunya diwijudkan dalam

kebebasan pers;

5. Hak untuk mengajukan keberatan terhadap penolakan

diimplementasikannya hak-hak tersebut di atas.

Regulasi yang berkaitan dengan kebebasan informasi atau

lebih dikenal keterbukaan informasi publik di Indonesia akan

selalu memuat hak setiap orang untuk memperoleh informasi,

kewajiban badan publik menyediakan dan melayani permintaan

informasi secara cepat dan tepat waktu, biaya ringan

(proporsional), dan cara sederhana, adanya pengecualian informasi

11
bersifat ketat dan terbatas, serta kewajiban badan publik untuk

membenahi sistem dokumentasi dan pelayanan informasi (Mendel,

2008: 3-8).

Hak publik untuk memperoleh informasi merupakan

prasyarat penting untuk dapat mewujudkan pemerintahan yang

terbuka, yang perwujudannya dapat mendukung untuk mencegah

secara proaktif timbulnya praktek korupsi, kolusi dan nepotisme

(KKN) dalam mengelola sumber daya publik. Manfaat kebebasan

untuk memperoleh informasi bukan hanya sekedar menciptakan

pemerintahan yang bersih, efesien dan bebas dan praktek korupsi,

kolusi dan nepotisme (KKN), namun Iebih jauh dan itu dapat

meningkatkan kualitas partisipasi masyarakat dalam perumusan

kebijakan publik (public policy making process), dan pengawasan

atas pelaksanaan kebijakan publik tersebut.

Menurut A Warlan Yusuf kebebasan untuk memperoleh

informasi merupakan salah satu pilar dan negara hukum yang

demokratis. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Scheltema yang

menyatakan bahwa pada intinya bahwa salah satu pilar dan

negara hukum itu adalah adanya pengakuan dan perlindungan

terhadap hak asasi manusia dengan memperlakukan semua orang

sama dihadapan hukum yang didasarkan kepada hak-hak

perorangan maupun hak-hak kolektif termasuk didalamnya hak

untuk memperoleh informasi (right to know) yang merupakan salah

satu dasar dari suatu fungsi pemerintahan. Pemenuhan hak-hak

tersebut dapat menutup ruang bagi penyelenggara negara untuk

menyembunyikan informasi yang seharusnya diketahui oleh

publik.

12
Resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa Nomor

59 (1) Tahun 1946 menyatakan bahwa kebebasan informasi adalah

hak asasi yang fundamental dan merupakan tanda dan seluruh

kebebasan yang akan menjadi fokus perhatian Perserikatan

Bangsa-Bangsa. Kebebasan tidak akan efektif apabila orang tidak

memiliki akses terhadap informasi Hak atas informasi lahir sebagai

rangkaian dan natural rights manusia yaitu hak untuk hidup, hak

atas kemerdekaan dan hak milik.

Pasal 19 Deklarasi Universal tentang Hak Asasi Manusia

tahun 1948 menyatakan bahwa setiap orang berhak untuk

kebebasan berpendapat dan menyatakan pendapatnya, hal ini

mencakup untuk menganut pendapat tanpa ada yang mengganggu

dan untuk mencari, menerima dan memberikan informasi dan

gagasan melalui media apapun tanpa memperdulikan batas negeri.

Pengaturan tersebut diperjelas oleh Pasal 19 Kovenan

Internasional Hak-hak Sipil dan Politik yang menyatakan bahwa

setiap orang mempunyai hak untuk menyatakan pendapat, hak ini

hak kebebasan mencari, menerima dan memberikan segala macam

informasi serta gagasan tanpa melihat perbatasan negara.

Eric Barendt (Mendel, 2000) membuat definisi tentang media

penyiaran publik (public service broadcasting) sebagai media yang:

1)tersedia (available) secara general-geographis, 2)memiliki

concern terhadap identitas dan kultur nasional, 3)bersifat

independen, baik dari kepentingan negara maupun kepentingan

komersil, 4)memiliki imparsialitas program, 5)memiliki ragam

varietas program, dan 6)pembiayaannya dibebankan kepada

pengguna media. Definisi tersebut mengandaikan bahwa penyiaran

13
publik dibangun didasarkan pada kepentingan, aspirasi, gagasan

publik yang dibuat berdasarkan swadaya dan swamandiri dari

masyarakat atau publik pengguna dan pemetik manfaat penyiaran

publik. Oleh karena itu, ketika penyiaran publik dibangun

bersama atas partisipasi publik, maka fungsi dan nilai kegunaan

penyiaran publik tentunya ditujukan bagi berbagai kepentingan

dan aspirasi publik.

Sendjaja (2001, h.1) yang terinspirasi oleh Harol D. Lasswell

(1946), telah menguraikan beberapa fungsi sosial dari lembaga

penyiaran publik, yaitu:

1. Sebagai pengawas sosial (social surveillance).

Yaitu merujuk pada upaya penyebaran informasi dan

interpretasi yang objektif mengenai berbagai peristiwa yang

terjadi di dalam dan di luar lingkungan sosial dengan tujuan

kontrol sosial agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

2. Korelasi sosial (social correlation).

Merujuk pada upaya pemberian interpretasi dan informasi yang

menghubungkan satu kelompok sosial dengan kelompok sosial

lainnya atau antara satu pandangan dengan pandangan lainnya

dengan tujuan mencapai konsensus. Konsensus sosial ini

biasanya untuk memperkuat rasa identitas dari berbagai

kelompok untuk menjadi satu kekuatan besar bersama.

3. Sosialisasi (socialization).

Merujuk pada upaya pewarisan nilai-nilai dari satu generasi ke

generasi lainnya, atau dari satu kelompok ke kelompok lainnya.

Nilai-nilai kearifan masyarakat lokal harus terus dijaga dan

14
dibentengi dari ‘serbuan’ nilai-nilai modern yang ditampilkan

melalui institusi-institusi produksi.

Selanjutnya menurut Ashadi (2001), ada beberapa hal yang

perlu diperhatikan untuk kehadiran media penyiaran publik di

Indonesia, yaitu:

1. Telekomunikasi sebagai basis material.

Keberadaan media penyiaran publik bertumpu pada ranah

(domain) telekomunikasi, yaitu fasilitas transmisi signal. Setiap

transmisi menggunakan jalur telekomunikasi berupa gelombang

elektromagnetik yang ‘dikuasai’ negara. Regulasi penyiaran

publik harus menjamin pengelolaan spektrum gelombang

tersebut dalam bingkai penguatan publik.

2. Orientasi fungsi publik sebagai basis kultural.

Basis kultural dari keberadaan media penyiaran publik sebagai

institusi publik ditentukan oleh nilai bersama yang menjadi

dasar keberadaannya. Nilai dasar ini mulai dari ketentuan

hukum, kebijakan negara, serta konsensus yang tumbuh di

lingkungan masyarakat tentang orientasi dan fungsi sosial-

kultural yang harus dijalankan oleh media penyiaran publik.

nilai bersama ini diharapkan dirumuskan oleh kaum profesional

penyiran publik sebagai titik awal dalam penghayatan atas

orientasi fungsional kelembagaan.

3. Sistem jaringan publik.

Sistem penyiaran publik pada dasarnya berupa ranah jaringan

(networks) penyiaran dan stasiun penyiaran. Masing-masing

ranah ini dapat memiliki pola orientasi fungsional yang spesifik,

serta pola hubungan institusional satu sama lain. Rumusan

15
kedua macam pola ini diperlukan sebagai dasar sistemik

kelembagaan penyiaran publik. Keberadaan media penyiran

publik juga ditentukan oleh dukungan sosial dan finansial.

Secara kongkrit dukungan ini diwujudkan melalui adanyastake-

holder yang berfungsi untuk mendorong dan mengawasi

jalannya fungsi kultural penyiaran publik, dan memberi

dukungan sistem finansial beroperasinya penyiaran publik.

4. Adanya code of conduct profesi dan institusi. 

Code of conduct dimaksudkan untuk memelihara standar

profesi. Biasanya mencakup visi dan misi yang menjadi

landasan dari seluruh standar tindakan dan nilai hasil kerja

kaum prefesional, bertolak dari sikap terhadap masyarakat, dan

pemaknaan atas hasil kerja dalam konteks sosial. Pemaknaan

hasil kerja dalam konteks sosial ini perlu ditempatkan dalam

konteks makna sosial dari media penyiaran publik. Sebagai

acuan standar tindakan profesional dan hasil kerjanya suatu

institusi memiliki dua sisi, eksternal untuk menjaga makna

sosial dari Lembaga Penyiaran, dan internal sebagai dasar dalam

penilaian (evaluasi) profesional sebagai bagian dalam sistem

manejemen personalia.

5. Sistem kontrol fungsi publik.

Untuk menjaga agar suatu institusi dapat berjalan dalam

penyelenggaraan yang bersih, perlu dijunjung tinggi prinsip

akuntabilitas terhadap stake-holder khususnya dan publik

umumnya. Akuntabilitas memiliki dua sisi, menyangkut

parameter akuntabilitas akuntasi dan menyangkut prinsip

akuntabilitas sosial untuk menjaga orientasi fungsionalnya

16
kepada publik. Jika pertanggungjawaban akuntansi melalui

lembaga audit (publik maupun negara), maka akuntabilitas

sosial perlu dipertanggung-jawabkan kepada stake-holder dan

lembaga yang relevan. Lewat akuntabilitas sosial ini kontrol atas

fungsi publik yang harus dijalankan oleh media penyiaran

publik dapat berjalan.

Lembaga penyiaran publik adalah lembaga penyiaran yang

tidak bersifat komersial, independen/netral dan berfungsi

memberikan layanan untuk kepentingan publik. Sumber

pendanaan penyiaran publik berasal dari negara, iuaran, iklan dan

donatur yang tidak mengikat. Menurut Effendi Gazali setidaknya

terdapat lima ciri penyiaran publik, yaitu:

1. akses publik, akses publik di sini dimaksudkan tidak hanya

coverage area, tetapi juga menyangkut bagaimana penyiaran

publik mau mengangkat isu-isu lokal dan memprosuksi

program-program lokal sehingga  misalnya dapat membentuk

secara alami dari bawah, tokoh-tokoh lokal yang betul-betul

mengenal. Dikenal dan mewakili masyarakatnya;

2. dana publik, perlu diingat bahwa lembaga penyiaran publik

tidak hanya mengandalkan keuangannya dari anggaran negara

tetapi juga dari iuran dan donatur. NHK di jepang misalnya 90%

anggarannya berasal dari sumbangan sukarela masyarakat

Jepang. ABC di Australia mayoritas anggarannya berasal dari

pemerintah federal Australia;

3. akuntabilitas publik, karena dana utamanya dari publik, maka

terdapat kewajiban bagi penyiaran publik untuk membuatr

akuntabilitas finansialnya. Di banyak TV publik di Amerika

17
Serikat, pemirsa dapat melihat neraca keuangan stasiunnya

setiap saat yang disebut public file;

4. keterlibatan publik, keterlibatan publik di sini, bisa berarti

(pertama) menjadi penontonnya, kemudian menjadi kelompok

yang dengan rela membantu menyumbangkan tenaga, pikiran,

dan dana untuk kelangsungan penyiaran publik; dan yang

demikian penting adalah keterlibatan dalam ikut memberi arah

pada program-program yang akan dibuat serta ikut

mengaevaluasinya;

5. kepentingan publik lebih dimenangkan dari pada kepentingan

iklan. Misalnya, ada satu acara yang begitu baik dan bermanfaat

menurut publik, namun ratingnya rendah, maka ia tetap akan

diproduksi dan diupayakan tetap dipertahankan

penayangannya. Tentu kontras dengan penyiaran komersial.

Pengaturan tentang penyiaran di Indonesia bermula sejak

sebelum kemerdekaan, dengan dikeluarkannya Radiowet oleh

pemerintah Hindia Belanda pada tahun 1934. Secara tidak

langsung peraturan tersebut dijadikan pijakan untuk pendirian

NIROM (Nederlands Indische Radio Omroep Maatschaapij)  yang

memperoleh hak-hak istimewa dari pemerintah Hindia Belanda.

Peraturan ini terus mengalami perubahan seiring bermunculannya

radio-radio siaran. Yang kemudian pemerintah menerbitkan

Peraturan Pemerintah Nomor 55 Tahun 1970 tentang Radio Siaran

Non Pemerintah.  Selama hampir 27 tahun, radio siaran hanya

diatur oleh aturan-aturan yang tersebar di berbagai peraturan

perundang-undangan.  Memasuki tahun 1997, dengan proses yang

cukup alot, DPR-RI akhirnya menyetujui Rancangan Undang-

18
Undang tentang Penyiaran yang kemudian disahkan oleh Presiden 

menjadi Undang-Undang Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Penyiaran

pada tanggal 29 September 1997.

Pada saat masih berlakunya Undang-Undang Nomor 24

Tahun 1997 tentang Penyiaran diwarnai dengan pro kontra

terutama berkaitan dengan lembaga pengawas (BP3N), selain itu

dengan penghapusan Departemen Penerangan oleh Presiden

Presiden Abdurahman Wahid, membuat substansi dari Undang-

Undang Nomor 24 Tahun 1997 Tentang Penyiaran tidak lagi

sesuai.  Oleh sebab itu pada tahun 2002, Undang-Undang Nomor

24 Tahun 1997 Tentang Penyiaran dicabut dengan

diundangkannya Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 Tentang

Penyiaran.

Dalam Undang-undang ini disebutkan bagaimana asas,

tujuan, fungsi dan arah penyiaran dan bagaimana

penyelenggaraan dan pelaksanaan siaran. Termaktub pula

ketentuan dan pengaturan hukum mengenai KPI yang bertugas

mengatur hal-hal mengenai penyiaran; dan ketentuan dan

pengaturan hukum mengenai penyelenggara jasa pelayanan

penyiaran yang terdiri dari :

- Lembaga penyiaran publik;                                     

- Lembaga penyiaran swasta;

- Lembaga penyiaran komunitas; dan                            

- Lembaga penyiaran berlangganan.

Dari segi orientasi, keberadaan pasal tersebut dalam Undang-

Undang Penyiaran tidak lain adalah untuk menjaga keseimbangan

penyebaran informasi dengan tetap memberikan kesempatan bagi

19
berkembangnya industri penyiaran lain di Indonesia, menjaga

keberlangsungan demokratisasi, serta untuk mencegah

hilangnya diversity of content yang berimbas pada monopoli opini.

Lembaga Penyiaran Publik Lokal Radio dan Televisi

Pemerintah daerah adalah Lembaga Penyiaran Publik Lokal yang

menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio dan televisi bersifat

Indenpenden, netral, tidak komersil, dan berfungsi memberikan

pelayanan untuk kepentingan masyarakat. Disamping itu LPPL TV

dan Radio pemerintah daerah mempunyai tugas memberikan

pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan

perekat sosial dan budaya, serta melestarikan kebudayaan bangsa

khususnya kebudayaan daerah dan untuk kepentingan seluruh

lapisan masyarakat melalui penyelenggaraan siaran daerah yang

menjangkau seluruh wilayah daerahnya. Setiap daerah

mempunyai Visi pembangunan untuk menjadikan daerahnya maju

dan berkembang sesuai dengan kebutuhan masyarakat di

daerahnya masing-masing.

Dalam rangka menuju pada visi tersebut, maka salah satu

komponen utama penunjang keberhasilan pembangunan yang

dilakukan pemerintahan adalah keikutsertaan dan partisipasi

masyarakat dalam mendukung segala program pembangunan yang

telah, sedang maupun yang akan dilaksanakan pemerintah

daerah. Segala program pembangunan tersebut tidak akan dapat

diketahui dan tidak akan mampu menggerakkan masyarakat

untuk berpartisipasi apabila masyarakat tidak mendapatkan

informasi dan sosialisasi dari Pemerintah daerah, oleh karena itu

sangat diperlukan suatu Lembaga Penyiaran yang bias menjadi

20
sumber informasi utama bagi pemerintah daerah yang dapat

diandalkan untuk menginformasikan program-program

pembangunan sampai ke masyarakat. Transparansi informasi

merupakan salah satu komponen penyelenggaraan pemerintahan

menuju good governance.

Keberadaan TV dan Radio Pemerintah daerah merupakan aset

daerah dalam pengembangan teknologi informasi dan komunikasi

yang diselaraskan dengan visi dan misi daerah masing-masing

dimana diharapkan TV dan Radio pemerintah daerah menjadi

pusat informasi utama dalam pengembangan, pengelolaan dan

pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk layanan

masyarakat dalam rangka sebesar-besarnya mensejahterakan

rakyat, pengelolaan informasi daerah yang akurat, cepat dan

handal yang akan menjamin masyarakat mendapatkan layanan

informasi program-program pembangunan yang dilaksanakan

pemerintah derah sebagai bagian dari Transparansi dan

akuntabilitas aparatur daerah.

Pembangunan di daerah yang telah berkembang pesat,

sehingga mau tidak mau pemerintah daerah harus menyesuaikan

diri dengan tuntutan jaman dan harapan masyarakat untuk

menjadikan pemerintahnya sebagai pemerintahan yang Smart

Government, artinya pemerintah yang cerdas dalam membangun

layanannya pada masyarakat. Dalam rangka untuk mewujudkan

pemerintahan yang good governance salah satu upayanya adalah

menggunakan teknologi informasi dan komunikasi atau

menggunakan Lembaga Penyiaran sebagai bagian dari

transparansi dan akuntabilitas pemerintah daerah dalam

21
memberikan layanan informasi kepada masyarakat agar segala

kebijakan dan program-program pembangunan pemerintah daerah

dapat segera diketahui masyarakat.

Penyiaran intinya adalah proses penyampaian pesan melalui

Lembaga Penyiaran elektronik kepada khalayak dalam hal ini

penyiaran Televisi dan Radio sebagai alat untuk membantu

menyampaikan informasi tentang kebijakan dan program-program

pembangunan yang dijalankan pemerintah daerah agar system

pemerintahan daerah dapat berjalan secara lebih efisien.

Didalamnya ada hal utama yaitu penyiaran sebagai alat bantu dan

pemanfaatannya menjadikan pelayanan pemerintahan berjalan

lebih efisien. Dalam konsep penyiaran, masyarakat masih bisa

secara interaktif memberikan masukan, saran, harapan dan

kritikan kepada pemerintah daerah sehingga keberadaan TV dan

Radio pemerintah daerah dapat meningkatkan hubungan antara

pemerintah dengan masyarakat dan pihak-pihak lainnya.

Dengan pengembangan penyiaran melalui suatu lembaga

penyiaran publik lokal tentunya memberikan peluang baru untuk

meningkatkan kualitas pemerintahan, dengan cara

ditingkatkannya efisiensi, layanan-layanan baru, peningkatan

partisipasi warga dan adanya suatu peningkatan terhadap global

information infrastructure. Dengan demikian TV dan Radio daerah

akan meningkatkan kualitas pelayanan informasi publik sebagai

jalan untuk mewujudkan good governance. Melalui lembaga

penyiaran publik lokal, pelayanan pemerintah akan berlangsung

secara transparan, sehingga dapat dianggap akuntabel. Unsur

22
penyimpangan dapat dihindarkan dan pelayanan dapat diberikan

secara lebih efektif dan efisien.

Menurut Wahyudi (1996), komunikasi massa media televisi

(TV) merupakan proses komunikasi antara komunikator dengan

komunikan (massa) melalui sebuah sarana, yaitu Televisi.

Komunikasi massa media TV bersifat periodik. Dalam komunikasi

massa media tersebut, lembaga penyelenggara komunikasi bukan

secara perorangan, melainkan melibatkan banyak orang dengan

organisasi yang kompleks serta pembiayaan yang besar. Karena

media TV bersifat “transitory” (hanya meneruskan) maka pesan

yang disampaikan melalui komunikasi Lembaga Penyiaran

tersebut hanya dapat didengar dan dilihat secara sekilas. TV Lokal

Publik merupakan lembaga penyiaran yang didirikan oleh

pemerintah daerah, bersifat independen, tidak komersial dan

berfungsi untuk memberikan layanan untuk kepentingan

masyarakat. Sebagai Televisi Lokal Publik harus mampu

memenuhi kebutuhan informasi bagi masyarakat baik sebagai

media pendidikan, penerangan, hiburan maupun promosi.

Keberadaan TV Lokal Publik tidak dapat memihak pada satu

kepentingan. Oleh sebab itu, program siaran TV Lokal Publik

harus disusun sedemikian rupa sehingga tujuan pemenuhan

informasi bagi masyarakat dapat tercapai.

Televisi dan Televisi Lokal dalam Lintasan Sejarah Televisi

merupakan perkembangan media audiovisual yang ditemukan oleh

Paul Nipkow dari Jerman pada tahun 1884. Di negara-negara

Eropa, Amerika dan Negara maju lainnya, puluhan saluran TV

tersedia dan dapat dipilih sekehendak hati. Mereka bersaing untuk

23
menyajikan acara-acaranya yang terbaik agar dapat ditonton oleh

masyarakat yang semuanya dilandasi perhitungan bisnis. Di

Indonesia kecenderungan televisi swasta sudah mulai mengarah

kepada sistem Amerika, ini dimulai dari garapan-garapan sinetron,

kuis dan beberapa acara hiburan lainnya. Cara seperti ini memang

sangat menguntungkan bagi stasiun TV tersebut karena semuanya

dapat dilakukan berdasarkan pertimbangan -pertimbangan bisnis

yaitu untung dan rugi. Tidak dapat dipungkiri bahwa televisi

merupakan suatu bisnis maka tak heran kalau Bignell (2004 : 43)

menyebutnya Televisi on today is a centralized business.

Pergeseran politik tahun 1998 menimbulkan suasana dan

kondisi baru di dunia pertelevisian. Selain terbukanya peluang

untuk mendirikan televisi swasta juga munculnya gerakan di

daerah untuk mendirikan stasiun televisi dan radio lokal.

Reformasi 1998 menjadi titik tolak bagi berkembangnya industri

penyiaran di daerah. Isu desentralisasi, otonomi daerah, frekuensi

sebagai ranah publik, dan demokratisasi ranah penyiaran

menimbulkan berkembangnya televisi lokal di daerah.

Kajian mengenai lokalisme (localism) dimulai oleh Federal

Communications Commision (FCC) Amerika Serikat ketika

mendefinisikan mengenai lokalisme (localism) pada tahun 1998.

Lokalisme adalah area geografi yang berbeda berkaitan dengan

layanan lembaga penyiaran kepada komunitas di setiap

lokasi/wilayah penyiarannya (O’Regan, 1993). Selanjutnya Napoli

menjelaskan bahwa konten lokal dalam kebijakan media

didasarkan pada asumsi normatif bahwa setiap stasiun TV wajib

dan harus meliput isu-isu lokal, melaporkan berita-berita lokal,

24
memproduksi program lokal dan menyediakan saluran bagi

aspirasi lokal (2001: 373). Tiap-tiap negara memiliki aturan

mengenai konten lokal dalam penyiaran mereka. Kegunaannya

tidak lain adalah untuk mempromosikan program yang bersifat

lokal dan sektor penyiaran lokal itu sendiri. Konten lokal juga

dilihat sangat penting untuk mempromosikan pluralisme dan

melindung identitas, persatuan dan kesatuan suatu bangsa

(Bhattacharjee dan Mendel, 2001).

Definisi penyiaran adalah kegiatan pembuatan dan proses

menyiarkan acara siaran radio dan televisi serta pengelolaan

operasional perangkat lunak dan keras yang meliputi segi idiil,

kelembagaan dan sumber daya manusia untuk memungkinkan

terselenggaranya siaran radio dan televisi. Kegiatan penyiaran

dilakukan oleh organisasi penyiaran. Organisasi penyiaran

biasanya bersifat public sector, private sektor maupun non-profit

oriented. Organisasi penyiaran didukung oleh tiga unsur utama

yaitu, siaran, teknik dan administrasi. Manusia pengelola ketiga

unsur ini harus bekerjasama atas dasar saling pengertian,

menghargai dan mengingatkan untuk menghasilkan output siaran

yang berkualitas. Siaran merupakan satu-satunya output dari

organisasi penyiaran. Siaran terdiri dari siaran radio dan siarn

televisi. Siaran radio hanya menyajikan informasi audio,

sedangkan siaran televise menyajikan informasi audio visual gerak

dan sinkron. Proses penyelenggaraan siaran televise jauh lebih

rumit dibandingkan dengan penyelenggaraan siaran radio,

demikian juga biaya yang diperlukan jauh lebih besar. Daya

25
penetrasi dan dampak yang ditimbulkan oleh siaran televisi jauh

lebih besar dibandingkan dengan siaran radio.

Siaran radio dan juga televisi, mampu mendatangkan

khalayak tanpa membedakan status usia selama 24 jam setiap

hari, yang berarti berkala dalam siaran tidak dibatasi lagi oleh

waktu dalam pengertian hari, minggu dan bulan seperti pada

media massa cetak, tetapi dibatasi waktu dalam pengertian detik,

menit dan jam.

Makna aktual dalam penyiaran juga menjadi berbeda

dibandingkan dengan makna pada Lembaga Penyiaran cetak,

karena melalui penyiaran peristiwa, pendapat dan realita yang

tengah terjadi sudah dapat langsung disajikan kepada khalayak

melalui proses siaran langsung (live broadcast). Ini berarti jarak

antara peristiwa, pendapat dan realita terjadi dan

uraian/laporannya sampai pada khalayak menjadi nol (tidak

ada/berhimpit). Siaran sebagai output medium radio dan televisi

memiliki fungsi yang sama dengan Lembaga Penyiaran lain, yaitu

mendidik, menginformasikan, meneruskan nilai-nilai budaya

bangsa, menghibur, mempromosikan, melakukan kontrol sosial,

menjadi agen pembaruan. Semua fungsi ini dilandasi pada filosofi

komunikasi yaitu melalui ilmu komunikasi mengangkat harkat dan

martabat manusia baik sebagai individu, makhluk social maupun

makhluk Tuhan.

Setiap mata acara siaran direncanakan, diproduksi dan

disajikan kepada khalayak dengan isi pesan yang bersifat

informatif, edukatif, persuasif, simulatif dan komunikatif. Dalam

merencanakan, memproduksi dan menyajikan siaran, para

26
pengelola siaran memiliki tangung jawab moral dan etika terhadap

masyarakat. Siaran sebagai output stasiun penyiaran yang dikelola

oleh organisasi penyiaran merupakan hasil perpaduan antara

kreatifitas manusia dan kemauan sarana/alat atau antara

perangkat keras dan lunak.

Perangkat keras (hardware) terdiri atas:

1. Sarana dan prasarana: gedung, studio, kamera elektronika dan

statip, system lampu dan suara, dekorasi, sub dan master

control, program continuity, telecine, VTR dan VCR, alat editing

dan manipulating (efek gambar dan suara) dan peralatan lain

yang mendukung produksi dan siaran.

2. Pemancar dan perangkatnya Perangkat lunak/aplikasi (software)

terdiri atas:

a. Manusia pengelola (di dalamnya termasuk manajemen);

Lembaga Penyiaran Publik Lokal adalah lembaga penyiaran

yang berbentuk badan hukum yang didirikan oleh pemerintah

daerah menyelenggarakan kegiatan penyiaran televisi, bersifat

independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi

memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat yang

siarannya berjaringan dengan Televisi Republik Indonesia

(TVRI);

b. Program/Acara Siaran;

Program adalah kegiatan penyelenggaraan siaran yang

berisikan serangkaian program acara siaran yang ditujukan

kepada khalayak dan wilayah tertentu dengan menggunakan

spektrum frekuensi radio. Siaran ialah pesan atau rangkaian

pesandalam bentuk suara, gambar atau suara dan gambar

27
atau yang berbentuk grafis, karakter, baik yang bersifat

interaktif maupun tidak yang dapat diterima melalui

perangkat penerima siaran.

Siaran Lokal adalah siaran yang ditujukan untuk masyarakat

di wilayah jangkauan satu kabupaten/kota sesuai wilayah layanan

siaran. Penyiaran dimaksud memiliki ruang lingkup kegiatan

meliputi:

1. merencanakan dan memproduksi program (mata acara);

2. menyiapkan/mengadakan program;

3. menyiapkan pola acara, baik harian (rundown), mingguan,

bulanan, triwulan, tengah tahunan dan seterusnya;

4. menyelenggarakan siaran, baik artistik maupun jurnalistik;

5. mengadakan kerjasama dengan lembaga penyiaran lain;

6. mengadakan kerjasama dengan rumah produksi;

7. menyelenggarakan penelitian dan pengembangan;

8. mengadakan pendidikan dan pelatihan sumber daya manusia;

9. menyelenggarakan pertukaran berita dan program dengan

lembaga penyiaran baik dalam maupun luar negeri; dan

10. mengadakan promosi dan menjual program Siaran sebagai

output medium radio dan televisi memiliki fungsi yang sama

dengan Lembaga Penyiaran lain, yaitu mendidik,

menginformasikan, meneruskan nilai-nilai budaya bangsa,

menghibur, mempromosikan, melakukan kontrol sosial, menjadi

agen pembaruan.

Semua fungsi ini dilandasi pada filosofi komunikasi yaitu melalui

ilmu komunikasi mengangkat harkat dan martabat manusia baik

sebagai individu, makhluk social maupun makhluk Tuhan.

28
Pengembangan sarana komunikasi merupakan salah satu

bagian yang tidak terpisahkan dari upaya untuk mendukung

penyelenggaraan otonomi daerah. Pemerintah daerah berkeinginan

memberikan pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat

serta melestarikan budaya daerah untuk kepentingan seluruh

masyarakat, apalagi daerah yang memiliki wilayah yang cukup

luas dan penduduk yang cukup banyak dimana hal tersebut

merupakan potensi usaha yang cukup besar di bidang penyiaran.

Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka pemerintah daerah

memandang perlu membentuk sebuah lembaga penyiaran yaitu

Lembaga Penyiaran Publik Lokal Radio dan Televisi pemerintah

daerah. Lembaga Penyiaran Publik Lokal TV dan Radio pemerintah

daerah adalah Lembaga Penyiaran Publik yang menyelenggarakan

kegiatan penyiaran TV dan Radio, bersifat independen, netral,

tidak komersial dan berfungsi memberikan layanan untuk

kepentingan masyarakat.

B. Kajian Terhadap Asas/Prinsip Yang Terkait Dengan

Penyusunan Norma

Sebagaimana diamanatkan dalam Undang-Undang Nomor 32

tahun 2002 tentang Penyiaran, dinyatakan bahwa kemerdekaan

menyatakan pendapat, menyampaikan, dan memperoleh informasi

adalah merupakan hak asasi manusia dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara yang demokratis.

Dengan demikian, kemerdekaan atau kebebasan dalam

melaksanakan penyiaran harus sepenuhnya dijamin oleh negara.

Dalam kaitan ini maka Undang-Undang Dasar Negara Republik

29
Indonesia Tahun 1945 mengakui, menjamin dan melindungi hal

tersebut dan harus seiring dan sejalan dengan cita-cita Proklamasi

Kemerdekaan Indonesia. Maka posisi penyelenggaraan penyiaran

di Indonesia harus bermanfaat bagi upaya bangsa Indonesia dalam

memeperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak dan jati diri

bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan kehidupan

bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam rangka

membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adi dan

sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Peranan lembaga penyiaran jasa penyiaran televisi sebagai media

komunikasi massa penyalur informasi dan pembentuk pendapat

umum makin sangat strategis terutama dalam mengembangkan

alam demokrasi di Indonesia.

Prinsip dasar penyelenggaraan penyiaran berkaitan dengan prinsip-

prinsip penjaminan dari negara agar aktivitas penyiaran yang

dilakukan oleh lembaga penyiaran berdampak positif bagi publik.

Dalam hal ini, publik harus memiliki akses yang memadai untuk

dapat terlibat, memanfaatkan, mendapatkan perlindungan, serta

mendapatkan keuntungan dari kegiatan penyiaran. Guna

mencapai keberhasilan dari prinsip ini, juga dibutuhkan prinsip lain,

yang secara melekat (embedded) menyokongnya, yakni:

a. Prinsip keterbukaan akses, partisipasi, serta perlindungan dan

kontrol publik.

Prinsip ini membuka peluang akses bagi setiap warga Negara untuk

menggunakan dan mengembangkan penyelenggaraanpenyiaran

nasional. Undang-undang memberi hak, kewajiban dan tanggung jawab

serta partisipasi masyarakat untukmengembangkan penyiaran, seperti

30
mengembangkan pribadi dan lingkungan sosialnya, mencari,

memperoleh, memiliki dan menyimpan, mengolah dan menyampaikan

informasi di lembaga penyiaran serta mengembangkan kegiatan literasi

dan/atau pemantauan untuk mengawasi dan melindungi publik dari isi

siaran yang merugikan mereka.

b. Prinsip Diversity of ownership (keberagaman kepemilikan).

Gelombang radio merupakan sumber daya alam yang terbatas

(dalam ketakterbatasan inovasi teknologi) bagian dari ranah publik, yang

penggunaannya ditujukan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat,

utamanya berupa kebebasan untuk berkomunikasi dan memperoleh

informasi. Prinsip diversity of ownership ditujukan agar tidak

terjadi konsentrasi kepemilikan modal (capital) dalam lembaga

penyiaran, serta saat bersamaan diarahkan untuk mendorong adanya

pelibatan modal dari masyarakat luas di Indonesia. Oleh karena itu

prinsip diversity of owner ship  menjadi prinsip dasar yang harus

dipegang teguh untuk menciptakan system persaingan yang sehat,

mencegah terjadinya monopoli dan oligopoli, serta memiliki manfaat

ekonomi bagi masyarakat luas.

c. Prinsip Diversity of content (keberagaman isi).

Prinsip ini masih terkait erat dengan prinsip diversity

of ownership  Salah satu esensi dari demokrasi adalah adanya

jaminan kebebasan bagi munculnya berbagai ragam opini. Melalui

prinsip diversity of content berarti menjamin keberagaman isi siaran,

yang selaras dengan semangat dan eksistensi kultur bangsa

Indonesia yang heterogen dan pluralis. Artinya, berbagai kelompok

budaya, etnik, agama, ras dan golongan mempunyai posisi dan peluang

yang sama dalam penyiaran.

31
Prinsip diversity of ownership (keberagaman kepemilikan) dan

diversity of content (keberagaman isi) dari lembaga penyiaran.

Dengan kedua prinsip diversity ini diharapkan, negara dapat

melakukan penjaminan terhadap publik melalui penciptaan iklim

kompetitif antar lembaga penyiaran agar bersaing secara sehat

dalam menyediakan pelayanan informasi yang terbaik kepada publik.

Terdapat 8 (delapan) asas dalam penyelenggaraan penyiaran,

antara lain adalah:

1. asas kebebasan, penyiaran harus mampu menjamin dan

melindungi kebebasan berekspresi atau mengeluarkan pikiran

secara lisan dan tertulis, termasuk menjamin kebebasan

berkreasi dengan bertumpu pada asas keadilan, demokrasi, dan

supremasi hukum;

2. Asas adil dan merata, penyiaran harus mencerminkan keadilan

dan demokrasi dengan menyeimbangkan antara hak dan

kewajiban masyarakat ataupun pemerintah, termasuk hak asasi

setiap individu/orang secara merata dengan menghormati dan

tidak mengganggu hak individu/orang lain;

3. asas keseimbangan, memperhatikan seluruh aspek kehidupan

berbangsa dan bernegara, juga harus mempertimbangkan

penyiaran sebagai lembaga ekonomi yang penting dan strategis,

baik dalam skala nasional maupun internasional;

4. Asas mutakhir, mengantisipasi perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi, khususnya di bidang penyiaran,

seperti teknologi digital, kompresi, komputerisasi, televisi kabel,

satelit, internet, dan bentuk-bentuk khusus lain dalam

penyelenggaraan siaran;

32
5. asas Pemberdayaan, lebih memberdayakan masyarakat untuk

melakukan kontrol sosial dan berpartisipasi dalam memajukan

penyiaran nasional; untuk itu, dibentuk Komisi Penyiaran

Indonesia yang menampung aspirasi masyarakat dan mewakili

kepentingan publik akan penyiaran;

6. asas efektif dan efisien, penyiaran mempunyai kaitan erat

dengan spektrum frekuensi radio dan orbit satelit geostasioner

yang merupakan sumber daya alam yang terbatas sehingga

pemanfaatannya perlu diatur secara efektif dan efisien;

7. asas perlindungan sosial dan budaya, pengembangan penyiaran

diarahkan pada terciptanya siaran yang berkualitas,

bermartabat, mampu menyerap, dan merefleksikan aspirasi

masyarakat yang beraneka ragam, untuk meningkatkan daya

tangkal masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai budaya

asing;

8. asas Pendayagunaan Kearifan Lokal, adalah menjaga integritas

Indonesia sebagai suatu kesatuan sosial, politik, ekonomi,

budaya, pertahanan dan keamanan, serta pengakuan dan

peneguhan identitas daerah, sebagai upaya menghormati,

menjaga, dan mendayagunakan kearifan lokal yang telah

mengakar dalam kehidupan sosial dan politik masyarakat dalam

konteks kekinian dan masa depan.

Guna mencapai keberhasilan penyelenggaraan penyiaran yang sesuai

dengan haluan dasar penyiaran, UU Penyiaran telah menetapkan 4

(empat) karakteristik dalam penyiaran yang diberlakukan di

Indonesia, yakni:

33
a. Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran

nasional (Pasal 6 ayat (1));

b. Dalam sistem penyiaran nasional tersebut, negara menguasai

spectrum frekuensi radio yang digunakan

untukpenyelenggaraan penyiaran guna sebesar-besarnya

kemakmuran rakyat (Pasal 6 ayat (2));

c. Dalam sistem penyiaran nasional terdapat lembaga penyiaran

dan pola jaringan yang adil dan terpadu yang dikembangkan

dengan membentuk stasiun jaringan dan stasiun lokal. Adil dan

terpadu yang dimaksud di sini dengan demikian adalah

pencerminan adanya keseimbangan informasi antar daerah serta

antara daerah dan pusat (Pasal 6 ayat (3)).

d. Untuk penyelenggaraan penyiaran, dibentuk sebuah komisi

penyiaran. Komisi ini kemudian disebut dengan Komisi Penyiaran

Indonesia (Pasal 7 ayat (1)).

Undang-undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

disusun berdasarkan pokok-pokok pikiran sebagai berikut:

1. penyiaran harus mampu menjamin dan melindungi kebebasan

berekspresi atau mengeluarkan pikiran secara lisan dan tertulis,

termasuk menjamin kebebasan berkreasi dengan bertumpu

pada asas keadilan, demokrasi, dan supremasi hukum;

2. penyiaran harus mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan

menyeimbangkan antara hak dan kewajiban masyarakat

ataupun pemerintah, termasuk hak asasi setiap individu/orang

dengan menghormati dan tidak mengganggu hak individu/orang

lain;

34
3. memperhatikan seluruh aspek kehidupan berbangsa dan

bernegara, juga harus mempertimbangkan penyiaran sebagai

lembaga ekonomi yang penting dan strategis, baik dalam skala

nasional maupun internasional;

4. mengantisipasi perkembangan teknologi komunikasi dan

informasi, khususnya di bidang penyiaran, seperti teknologi

digital, kompresi, komputerisasi, televisi kabel, satelit, internet,

dan bentuk-bentuk khusus lain dalam penyelenggaraan siaran;

5. lebih memberdayakan masyarakat untuk melakukan kontrol

sosial dan berpartisipasi dalam memajukan penyiaran nasional;

untuk itu, dibentuk Komisi Penyiaran Indonesia yang

menampung aspirasi masyarakat dan mewakili kepentingan

publik akan penyiaran;

6. penyiaran mempunyai kaitan erat dengan spektrum frekuensi

radio dan orbit satelit geostasioner yang merupakan sumber

daya alam yang terbatas sehingga pemanfaatannya perlu diatur

secara efektif dan efisien;

7. pengembangan penyiaran diarahkan pada terciptanya siaran

yang berkualitas, bermartabat, mampu menyerap, dan

merefleksikan aspirasi masyarakat yang beraneka ragam, untuk

meningkatkan daya tangkal masyarakat terhadap pengaruh

buruk nilai budaya asing.

Dalam konsideran Undang-Undang 32 Tahun 2002 butir d

ditegaskan bahwa lembaga merupakan media komunikasi massa

yang mempunyai peranan penting dalam kehidupan sosial,

budaya, politik, dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung

jawab dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,

35
pendidikan, hiburan, serta kontrol dan perekat sosial. Diantara

lembaga penyiaran yang sangat populer dan dominan dijadikan

sumber informasi dan komunikasi masyarakat adalah jasa

penyiaran televisi. Penyiaran televisi merupakan media komunikasi

massa dengar pandang yang menyalurkan gagasan dan informasi

dalam bentuk suara dan gambar secara umum, baik terbuka

maupun tertutup, berupa program teratur dan berkesinambungan.

Di samping hal tersebut di atas, peran serta masyarakat dalam

menyelenggarakan sebagian tugas-tugas umum pemerintahan,

khususnya di bidang penyelenggaraan penyiaran, tidaklah terlepas

dari kaidah-kaidah umum penyelenggaraan penyiaran yang

berlaku secara universal, untuk itulah pengaturan terhadap

penyelenggaraan jasa penyiaran televisi, dilandasi oleh sebuah

pemikiran, sebagai berikut:

a. penyelenggaraan penyiaran televisi di daerah harus mampu

menjamin dan melindungi kemerdekaan menyampaikan

pendapatdan memperoleh informasi melalui penyiaran sebagai

perwujudanhak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara, dilaksanakan secara bertanggung

jawab, selaras danseimbang antara kebebasan dan kesetaraan

menggunakan hak berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang

Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945;

b. penyelenggaraan penyiaran televisi di daerah harus

mencerminkan keadilan dan demokrasi dengan

menyeimbangkan antara hak dan kewajiban masyarakat,

pemerintah, lembaga penyiaran, termasuk hak asasi setiap

36
individu/orang dengan menghormati dan tidak mengganggu hak

individu/orang lain;

c. pengaturan penyelenggaraan penyiaran di daerah akan lebih

memberdayakan peran serta masyarakat untuk melakukan

kontrol sosial dan berpartisipasi dalam memajukan penyiaran

nasional dan daerah, melalui optimalisasi tugas dan wewenang

Komisi Penyiaran Indonesia Daerah;

d. pengembangan penyelenggaraan penyiaran televisi di daerah

diarahkan pada terciptanya siaran yang berkualitas,

bermartabat, mampu menyerap, dan merefleksikan aspirasi

masyarakat yang beraneka ragam, untuk meningkatkan daya

tangkal masyarakat terhadap pengaruh buruk nilai budaya

asing.

Penting dan strategisnya kehadiran Lembaga Penyiaran Publik

Lokal bagi masyarakat luas saat ini di karenakan ada beberapa

fungsi utama Lembaga Penyiaran Publik Lokal, yaitu :

1. memberi kesempatan bagi publik untuk berperan serta

menyuarakan pikiran dan keinginannya berkaitan dengan

program siaran;

2. sebagai sumber informasi alternatif bagi masyarakat yang

kepentingannya tidak terwadahi dan diberikan oleh lembaga

penyiaran swasta maupun berlangganan;

3. mengangkat nilai-nilai lokal dengan segala pernak-perniknya,

ragam budaya, karakater masyarakatnya, dan sebagainya.

37
C. Kajian terhadap praktik penyelenggaraan, kondisi yang ada,

serta permasalahan yang dihadapi masyarakat

Kabupaten Bengkayang yang dibentuk berdasarkan

Undang- Undang Nomor 10 Tahun 1999 merupakan salah

satu Kabupaten yang terletak di sebelah Utara Provinsi

Kalimantan Barat secara geografis. Kabupaten Bengkayang

terletak di 00 33’ 00” Lintang Utara sampai 10 30’ 00”

Lintang Utara dan 1080 39’ 00” Bujur Timur sampai

1100 10’00” Bujur Timur.

Secara administratif, batas wilayah Kabupaten

Bengkayang adalah sebagai berikut:

 Sebelah Utara berbatasan dengan Serawak (Malaysia

Timur) dan Kabupaten Sambas;

 Sebelah Selatan berbatasan dengan Kabupaten Pontianak;

 Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Natuna dan

Kabupaten Singkawang; dan

 Sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Sanggau

dan Kabupaten Landak.

Kabupaten Bengkayang merupakan bagian Utara dari

Provinsi Kalimantan Barat dengan luas wilayah 5.396,30

Km2 atau sekitar 3,68% dari total luas wilayah Provinsi

Kalimantan Barat. Jagoi Babang Merupakan Kecamatan

yang paling luas di Kabupaten Bengkayang dengan cakupan

wilayah sebesar 655 Km2 atau sekitar 12,14% dari luas

wilayah Kabupaten Bengkayang. Sedangkan kecamatan

dengan cakupan wilayah terkecil adalah Kecamatan Capkala

38
dengan luas wilayah sebesar 46,35 Km 2 atau hanya sekitar

0,86% dari total wilayah Kabupaten Bengkayang.

Tabel 1
Jumlah Desa, Dusun, dan Luas Wilayah Untuk Setiap
Kecamatan di Kabupaten Bengkayang Tahun 2016
No. Kecamatan Jumlah Luas
Kelurah Desa Dusu Wilayah
an n (Km2)
1 Sungai Raya 5 19 75,85
2 Capkala 6 11 46,35
3 Samalantan 7 28 420,50
4 Monterado 11 29 291,00
5 Bengkayang 2 4 9 167,04
6 Teriak 18 29 231,51
7 Sungai Betung 4 13 205,95
8 Ledo 12 32 481,75
9 Suti Semarang 8 13 280,84
10 Lumar 5 14 275,21
11 Sanggau Ledo 5 17 392,50
12 Seluas 6 24 506,50
13 Jagoi Babang 6 14 655,00
14 Siding 8 21 563,30
15 Tujuh Belas 4 12 221,00
16 Sungai Raya 5 19 394,00
Kepulauan
17 Lembah Bawang 8 16 188,00
JUMLAH 1
2 22 320 5.396,30
Sumber: Kabupaten Bengkayang Dalam Angka 2016

Secara topografi wilayah Kabupaten Bengkayang

memiliki dua kondisi alam, yaitu:

1. pesisir pantai yang termasuk dalam wilayah

administrasi kecamatan Sungai Raya dan Sungai Raya

Kepulauan; dan

2. daratan dan Perbukitan yang terdiri dari Kecamatan

Capkala, Samalantan, Monterado, Bengkayang, Teriak,

Sungai Betung, Ledo, Suti Semarang, Lumar, Sanggau

Ledo, Seluas, Jagoi Babang, dan Siding.

39
Jumlah penduduk Kabupaten Bengkayang pada tahun

2015 adalah 238.610 Jiwa yang tersebar pada 17 (tujuh

belas) Kecamatan. Jumlah tersebut terbagi atas 123.874

jiwa penduduk Laki-laki dan 114.736 Jiwa penduduk

perempuan, dengan rasio perbandingan penduduk berjenis

kelamin Laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan

yaitu dengan angka rasio sebesar 108.

Kecamatan Bengkayang merupakan daerah yang

memiliki jumlah penduduk paling tinggi yaitu sebanyak

28.981 Jiwa, sedangkan daerah yang memiliki penduduk

paling sedikit adalah Kecamatan Suti Semarang yaitu hanya

sebanyak 4.953 Jiwa. Meskipun Kecamatan Bengkayang

memiliki jumlah penduduk terbanyak tetapi yang memiliki

tingkat kepadatan tertinggi adalah Kecamatan Sungai Raya

yaitu mencapai 253 Jiwa per Km 2. Hal ini menjelaskan

bahwa Kecamatan Sungai Raya memiliki luasan yang relatif

kecil, sehingga dengan jumlah penduduk yang tidak begitu

besar telah berpengaruh yang signifikan pada kepadatan

penduduk.

Terdapat 4 Kecamatan yang memiliki peluang menjadi

daerah yang padat penduduknya jika dilihat dari laju

pertumbuhan penduduk yang merupakan hasil dari sensus

penduduk periode 2000-2010, yaitu Kecamatan

Bengkayang, Samalantan, Seluas, dan Jagoi Babang.

Empat Kecamatan tersebut memiliki tingkat laju

pertumbuhan penduduk yang relatif tinggi dibandingkan 13

kecamatan lainnnya, yaitu mencapai 3%. Kecamatan

40
Bengkayang adalah daerah yang memiliki laju pertumbuhan

penduduk paling tinggi, yaitu mencapai 4,56%, hal ini wajar

mengingat kecamatan tersebut merupakan ibu Kabupaten

dan pusat perekonomian Kabupaten Bengkayang.

Tabel 2
Luas Wilayah, Laju Pertumbuhan, dan Kepadatan Penduduk
Berdasarkan Kecamatan di Kabupaten Bengkayang
pada Tahun 2015

Kepadatan
Laju Penduduk
No. Kecamatan Pertumbuhan Luas (Jiwa per
2000-2010 Wilayah Km2)
(%) (Km2)
1 2 3 4 5
1 Sungai Raya 0,69 75,85 253
2 Capkala 1,93 46,35 180
3 Sungai Raya 1,25 394,00 57
Kepulauan
4 Samalantan 3,00 420,50 50
5 Monterado 1,56 291,00 91
6 Lembah Bawang 2,99 188,00 32
7 Bengkayang 4,56 167,04 173
8 Teriak 2,13 231,5 60
1
9 Sungai Betung 1,181 205,95 47
10 Ledo -0,57 481,75 23
1 Suti Semarang 1,53 280,84 18
1
12 Lumar 1,75 275,21 23
13 Sanggau Ledo 1,73 392,50 31
14 Tujuh Belas 1,47 221,00 55
15Seluas 3,79 506,50 40
16 Jagoi Babang 3,31 655,00 15
17Siding 0,39 563,30 11

Jumlah 2,01 5.396,3 44


0
Sumber: Kabupaten Bengkayang Dalam Angka 2016

41
Kekuatan Kabupaten Bengkayang berdasarkan Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Bengkayang Tahun 2016-2021 antara lain adalah:

1. Kabupaten Bengkayang memiliki sumberdaya alam yang

melimpah meliputi sub sektor pertanian tanaman pangan dan

hortikultura, perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan,

dan sektor pertambangan (terutama Bauksit, Batu Bara dan

Mineral Radioaktif) yang belum termanfaatkan secara optimal;

2. Posisi geografis Kabupaten Bengkayang sangat strategis karena

terletak pada Alur Laut Kepulauan Indonesia 1 (ALKI-1) dan

perairan lautnya berhadapan langsung ke Laut Cina Selatan;

3. Mempunyai daerah yang berbatasan langsung (Darat) dengan

negara tetangga (Malaysia) yang menjadi beranda depan

perekonomian wilayah;

4. Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu daerah penghasil

devisa yang ditandai dengan tingginya nilai ekspor

dibandingkan dengan impor;

5. Kabupaten Bengkayang memiliki potensi wisata yang cukup

kaya dan beragam, mulai dari wisata alam, wisata sejarah dan

budaya serta wisata minat khusus seperti perayaan Cap Go

Meh, ritual sembahyang kubur, Eco Tourism dengan alamnya

yang masih potensial;

6. Kabupaten Bengkayang mempunyai bentang hutan hujan

tropika basah (tropical rainforest) yang cukup luas dan memiliki

berbagai biodiversity endemik bagi pengembangan dunia ilmu

pengetahuan dan teknologi serta untuk kepentingan kerjasama

dengan pihak luar negeri;

42
7. Membaiknya kinerja lembaga-lembaga pembiayaan mikro, yang

ditandai dengan meningkatnya perkembangan lembaga-lembaga

tersebut seperti Bank Perkreditan Rakyat (BPR), Koperasi

Simpan Pinjam, termasuk pula Credit Union (CU) dalam

mendorong perekonomian wilayah Kabupaten Bengkayang.

Sedangkan kelemahan Kabupaten Bengkayang sebagaimana

yang dijelaskan dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah

Daerah (RPJMD) Kabupaten Bengkayang Tahun 2016-2021

adalah:

1. terbatasnya infrastruktur kebutuhan dasar yang menghambat

pengembangan usaha dan pelayanan publik;

2. lemahnya Daya saing Kabupaten Bengkayang karena belum

berkembangnya hilirisasi industri terutama akibat terbatasnya

energi;

3. kondisi infrastruktur di daerah perbatasan negara dan daerah

tertinggal masih sangat terbatas;

4. belum optimalnya pengembangan sumber daya manusia yang

ditunjukkan oleh Indeks Pembangunan Manusia (IPM) yang

masih berada di bawah rata-rata nasional;

5. belum optimalnya kompetensi, sistem kinerja dan kesejahteraan

aparat birokrasi dalam memberikan pelayanan publik;

6. belum optimalnya investasi swasta dalam mendukung

perkembangan perekonomian daerah karena belum

terbangunnya infrastruktur bertaraf internasional sebagai

prasyarat utama masuknya investasi;

7. degradasi lingkungan dan deforestasi sumber daya hutan masih

terus terjadi sebagai akibat dari kegiatan perambahan hutan,

43
pertambangan emas tanpa izin, serta kebakaran hutan dan

lahan;

8. belum optimalnya akses pelayanan pendidikan dan kesehatan,

terutama di wilayah perbatasan, pedalaman, pesisir dan

kepulauan;

9. daya dukung Kota Bengkayang dalam menanggung beban

sebagai pusat pelayanan, pemerintahan dan perekonomian

semakin berkurang yang ditandai dengan semakin padatnya

lalu lintas kota;

10. lemahnya koordinasi antara Pemerintah Pusat, Provinsi dan

Kabupaten/Kota menyebabkan kurang optimalnya pengelolaan

sumber daya dan lingkungan serta lambatnya pembangunan

dan pemeliharaan infrastruktur di daerah;

11. belum optimalnya pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya

alam di bidang kehutanan, pertanian, perkebunan,

pertambangan dan energi, kelautan dan perikanan;

12. masih sering terjadinya kebakaran hutan dan lahan yang

menimbulkan gangguan terhadap lalu lintas darat, laut dan

udara serta kesehatan masyarakat; dan

13. luasnya wilayah Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu

penyebab panjangnya rentang kendali pelayanan serta

penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan, yang

berdampak pada keterbatasan infrastruktur di daerah serta

lambannya pembangunan ekonomi dan kesejahteraan

masyarakat.

44
Peluang Daerah sebagaimana dijabarkan dalam Rencana

Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Kabupaten

Bengkayang Tahun 2016-2021 antara lain adalah:

1. Pengembangan kerjasama antarkawasan dan antarnegara

secara lebih luas dan nyata seperti Indonesia–Malaysia–

Singapore–Growth Triangle (IMS-GT) dan Brunei-Indonesia-

Malaysia-Philipines East ASEAN Growth Area (BIMP EAGA) akan

memperluas peluang investasi, produksi, kesempatan kerja dan

pendapatan bagi kesejahteraan masyarakat dan kemajuan

daerah;

2. Kabupaten Bengkayang merupakan salah satu Kabupaten di

Provinsi Kalimantan Barat yang resmi mempunyai akses

hubungan darat secara langsung dengan negara tetangga

(Malaysia) (kerja sama Sosial Ekonomi Malaysia Indonesia

(Sosek Malindo) mendorong tumbuh dan berkembangnya

perekonomian wilayah kedua Negara dan terbukanya pintu

gerbang internasional Pos Lintas Batas (PLB) di Jagoi Babang-

Serikin);

3. adanya komitmen global terhadap mitigasi perubahan iklim dan

percepatan pencapaian tujuan-tujuan Millenium Development

Goals (MDGs);

4. perubahan tatanan kehidupan politik, ekonomi, sosial dan

budaya semakin meningkatkan partisipasi masyarakat dalam

proses pengambilan keputusan dan kebijakan pembangunan;

5. belum disahkannya Rencana Tata Ruang Wilayah Kabupaten

(RTRWK).

45
Globalisasi membawa dampak yang dapat menjadi ancaman

bagi Kabupaten Bengkayang, yaitu:

a. krisis ekonomi dan keuangan pada negara-negara tujuan ekspor

atau menjadi mitra dagang Indonesia akan membawa dampak

pada perekonomian daerah;

b. pemberlakuan Zona Perdagangan Bebas (Free Trade Area)

meningkatkan arus masuk barang dan jasa dari pasar

internasional yang berdampak pada determinasi pasar lokal

(daerah) dan pasar dalam negeri;

c. arus informasi yang bersifat negatif semakin sulit dibendung

akibat pesatnya perkembangan teknologi informasi sehingga

dengan mudah dapat diakses oleh masyarakat di daerah;

d. globalisasi akan menguntungkan negara-negara yang memiliki

daya saing tinggi;

e. luasnya wilayah perairan teritorial Kabupaten Bengkayang

masih dimanfaatkan nelayan-nelayan asing untuk mengambil

sumberdaya perikanan dan kelautan;

f. letak geografis Kabupaten Bengkayang terutama di kawasan

perbatasan negara rawan terjadi ilegal trading, trafficking, dan

penyelundupan narkoba serta terorisme;

g. adanya Peraturan dan perundang-undangan yang bersifat

kontraproduktif terhadap jalannya proses pelaksanaan

pembangunan di daerah; dan

h. pengelolaan status daerah tertinggal dan persoalan perbatasan

antar negara belum optimal.

Identifikasi permasalahan pembangunan digunakan untuk

menentukan program pembangunan daerah yang tepat sebagai

46
solusi terhadap permasalahan yang dihadapi, oleh karenanya

dibutuhkan ketepatan dalam melakukan identifikasi dengan

menggunakan kriteria tertentu sehingga menghasilkan daftar

permasalahan yang secara faktual dihadapi dalam pembangunan.

Kriteria yang digunakan untuk mengidentifikasi permasalahan

yang akan diangkat adalah cakupan masalah yang luas,

permasalahan cenderung meningkat atau membesar di masa yang

datang dan berdampak negative, sehingga memerlukan upaya

penanganan yang konsisten dari waktu ke waktu serta sinergitas

berbagai pihak.

Adapun permasalahan dalam Urusan Komunikasi dan

Informatika antara lain adalah:

1. belum optimalnya penyediaan dan pemanfaatan sarana,

prasarana dan layanan komunikasi dan informatika. Pada

aspek telekomunikasi, cakupan layanan untuk infrastruktur

telekomunikasi belum bisa menjangkau setiap pelosok wilayah;

2. Pembangunan jaringan internet yang belum menjangkau

seluruh wilayah Kabupaten Bengkayang;

3. Pemanfaatan Teknologi Informasi dan Komunikasi oleh birokrasi

terutama untuk peningkatan pelayanan public belum optimal;

dan

4. Pemanfaatan Iptek dan TI di masyarakat masih kurang.

Visi merupakan pencapaian kondisi optimal daerah yang

selanjutnya menjadi arah pembangunan Kabupaten Bengkayang

selama kepemimpinan Kepala Daerah Terpilih dalam 5 (lima)

tahun mendatang (clarity of direction). Visi juga harus menjawab

permasalahan pembangunan daerah dan/atau isu strategis yang

47
harus diselesaikan dalam jangka menengah serta sejalan dengan

visi dan arah pembangunan jangka panjang daerah.

Visi yang dirumuskan tentunya sinergis serta mengakomodir

isu strategis serta kebijakan-kebijakan nasional yang bersifat

dinamis. Dengan mempertimbangkan arah pembangunan jangka

panjang daerah, kondisi, permasalahan dan tantangan

pembangunan yang dihadapi serta isu-isu strategis maka Visi

Kabupaten Bengkayang Tahun 2016-2021, yaitu: “Terwujudnya

Masyarakat Kabupaten Bengkayang Yang Sejahtera Dan Berdaya

Saing”.

Dalam rangka mewujudkan visi Bupati Bengkayang tersebut

di atas, visi tersebut dijabarkan dalam rumusan beberapa misi

agar langkah-langkah yang akan diimplementasikan dalam

pembangunan menjadi jelas. Rumusan visi yang tersusun

merupakan gambaran dan uraian mengenai upaya yang harus

dilakukan agar visi Kabupaten Bengkayang dapat tercapai sampai

pada tahun 2021. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa misi

merupakan kerangka atau arah bagi kebijakan pada

pembangunan di Kabupaten Bengkayang.

Rumusan misi disusun dengan memperhatikan faktor-faktor

lingkungan strategis, baik eksternal dan internal yang

mempengaruhi serta kekuatan, kelemahan, peluang dan

tantangan yang ada dalam pembangunan daerah. Misi disusun

untuk memperjelas jalan atau langkah yang akan dilakukan

dalam rangka mencapai perwujudan visi. Berdasarkan deskripsi

tersebut maka penyusun melakukan penyesuaian dan

menerjemahkan berkaitan pernyataan misi dengan visi yang akan

48
dicapai. Adapun rumusan misi kepala daerah Kabupaten

Bengkayang adalah sebagai berikut:

1. Meningkatkan perekonomian masyarakat Kabupaten

Bengkayang dengan konsep nilai tambah dan optimalisasi.

Dimaksudkan meningkatkan perekonomian masyarakat dengan

peningkatan pada pengelolaan sektor unggulan daerah,

mengoptimalkan perdagangan dan perindustrian masyarakat,

membangun pariwisata dengan menggunakan pendekatan

ekonomis, dan meningkatkan kesempatan kerja di Kabupaten

Bengkayang.

2. Mewujudkan masyarakat Kabupaten Bengkayang yang cerdas,

kreatif dan mampumenguasai ilmu pengetahuan dan teknologi.

Dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas SDM Kabupaten

Bengkayang melalui peningkatan standar dan mutu pelayanan

pendidikan, pemberdayaan masyarakat melalui diklat dan

pendidikan non formal, dan menyediakan fasilitas media

informasi dan komunikasi bagi masyarakat secara merata di

seluruh wilayah Kabupaten Bengkayang.

3. Meningkatkan keamanan dan ketertiban kehidupan

bermasyarakat di kabupaten Bengkayang melalui optimalisasi

program partisipasi masyarakat. Dimaksudkan untuk

meningkatkan kualitas hidup masyarakat melalui jaminan

keamanan dan ketertiban, serta mengikutsertakan masyarakat

untuk bersama-sama menjaga ketertiban umum.

4. Meningkatkan pelayanan kesehatan yang berkualitas dan

merata di seluruh wilayah Kabupaten Bengkayang.

Dimaksudkan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat

49
melalui peningkatan standar dan mutu pelayanan kesehatan

yang berkeadilan dan merata, menyediakan sarana dan

prasarana kesehatan serta tenaga medis yang standar, dan

meningkatkan pemahaman hidup sehat di masyarakat

kabupaten Bengkayang melalui program sosialisasi.

5. Menciptakan iklim yang sehat bagi perkembangan organisasi

kemasyarakatan. Dimaksudkan untuk meningkatkan peran

kelembagaan non pemerintahan dalam proses pembangunan di

Kabupaten Bengkayang dan meningkatkan pemahaman

masyarakat tentang proses terbentuk dan pentingnya peran

organisasi kemasyarakatan.

6. Mewujudkan manajemen pemerintahan yang profesional dan

bersih dengan prinsip melayani. Dimaksudkan untuk

meningkatkan tata kelola pada perencanaan, penganggaran,

dan aparatur pemerintah yang pada akhirnya mengarah pada

peningkatan mutu pelayanan publik pada masyarakat.

7. Mengoptimalkan pengelolaan sumberdaya alam yang

berlandaskan pada prinsip keberlanjutan dan berwawasan

lingkungan. Dimaksudkan untuk mengoptimalkan pemanfaatan

potensi sumberdaya alam yang tersedia dengan tetap menjaga

stabilitas kualitas lingkungan.

8. Menjadikan wilayah perbatasan Kabupaten Bengkayang sebagai

daerah yang maju dan beranda depan NKRI. Dimaksudkan

untuk menjadikan perbatasan Kabupaten Bengkayang sebagai

daerah yang berkembang baik dari sisi infrastruktur, fasilitas

kebutuhan dan pelayanan dasar, perekonomian masyarakat,

50
maupun dari sisi pembangunan kualitas sumberdaya

manusianya.

Salah satu problem yg dihadapi warga masyarakat lokal yang

bermukim di sekitar kawasan perbatasan antar negara adalah

akses informasi. Kehadiran Undang-Undang Penyiaran, Undang-

Undang Pers, dan Undang-Undang Keterbukaan  Informasi Publik,

sejauh ini belum sepenuhnya dapat menjamin mereka

mendapatkan akses informasi yang mudah dan bermanfaat bagi

kebutuhan mereka sehari-hari. Hak informasi masyarakat di

wilayah perbatasan harus terus diperjuangkan, sekalipun berbagai

kendala yang kerap kali ditemui diantaranya jarak tempuh yang

panjang untuk mencapai kawasan perbatasan. Pemerintah

memiliki tugas dan kewenangan untuk menjamin masyarakat

memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai dengan hak

asasi manusia. Penduduk di Daerah Perbatasan kerap

mendapatkan siaran televisi dari negara tetangga yang berada di

Serawak, Malaysia. Masyarakat di perbatasan ini memenuhi

kebutuhan informasi dengan berlangganan TV kabel atau

menggunakan satelit.

Pembentukan Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi

Bengkayang diharapkan akan menguatkan jiwa nasionalisme

masyarakat di daerah perbatasan, tentunya dengan muatan

program siaran yang selaras dengan tujuan diselenggarakannya

penyiaran seperti yang diamanatkan oleh Undang-Undang.

D.Kajian terhadap implikasi penerapan sistem baru yang akan

diatur dalam Peraturan Daerah terhadap aspek kehidupan

51
masyarakat dan dampaknya terhadap aspek beban keuangan

negara.

Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang

di perbatasan diharapkan mampu mengambil peranan di tengah

permasalahan perbatasan dengan menjembatani komunikasi dan

kebutuhan informasi masyarakat, kontrol sosial terhadap

kebijakan sekaligus mempromosikan nilai-nilai yang bersifat

nasional. Lembaga Penyiaran Publik Lokal di perbatasan menjadi

faktor integratif karena telah memutus isolasi interaksi antar

masyarakat dan menghubungkannya dengan berbagai dinamika

sosial dalam suatu pola nasional, dengan demikian keterikatan

dan identitas sosial sebagai suatu kesatuan bangsa dapat

terbangun.

Berbagai terobosan perlu dilakukan untuk mengatasi kendala

perkembangan Lembaga Penyiaran di kawasan perbatasan,

langkah yang dapat ditempuh di antaranya adalah:

1. perlunya mempromosikan kebangkitan Lembaga Penyiaran

komunitas sebagai alternatif dari langkanya Lembaga Penyiaran

lokal maupun media nasional yang dapat menembus wilayah

perbatasan maupun daerah konflik. Karakteristik kedua wilayah

ini seringkali dianggap tidak cocok bagi investasi di bidang

industri media massa sehingga pertumbuhannya kurang

berkembang.  Selain itu, daya dukung pemerintah dianggap

belum memadai sebagai insentif dalam pengembangan Lembaga

Penyiaran swasta. Karena itu, Lembaga Penyiaran komunitas,

seperti halnya radio komunitas dapat menjadi alternatif bagi

masyarakat untuk berinteraksi, berbagi informasi dan

52
mempromosikan nilai-nilai yang mendukung pengembangan

masyarakat. Dalam konteks itu, pemerintah perlu mendorong

pembangunan infrastruktur yang mendukung pertumbuhan

Lembaga Penyiaran komunitas serta memberikan pendampingan

agar Lembaga Penyiaran komunitas ini tidak terjebak dalam

sektarianisme serta mengembangkan pemahaman-pemahaman

sempit yang justru dapat memicu segregasi social;

2. perlunya peran fasilitasi yang dilakukan pemerintah dalam

kegiatan-kegiatan yang dimaksudkan untuk meningkatkan

kapasitas profesional para awak media seperti pelatihan

jurnalistik, baik reportase, penulisan berita maupun kode etik

yang harus ditaati. Hal ini penting agar para awak media

menyadari bahwa Lembaga Penyiaran tidak hanya sekedar

memberitakan suatu peristiwa saja tetapi terikat dengan etika

jurnalistik dan memiliki tanggungjawab sosial atas dampak yang

ditimbulkan dari informasi yang ditransmisikannya;

3. pelatihan juga perlu diberikan pada para pebisnis lokal agar

mampu melihat dan memanfaatkan kesempatan untuk

berinvestasi di bidang industri media massa secara profesional.

Kalangan pebisnis lokal selama ini banyak melihat bahwa

investasi di bidang media massa dianggap belum memberikan

keuntungan sehingga banyak Lembaga Penyiaran karbitan yang

tumbuh dan berkembang bukan karena dikelola secara

profesional, tetapi usaha-usaha di luar fungsi utama Lembaga

Penyiaran;

4. pemerintah perlu memprioritaskan pembangunan infrastruktur

komunikasi di daerah perbatasan guna mengatasi keterisolasian

53
masyarakat dari masyarakat lain. Hal ini penting guna

menumbuhkan pengetahuan dan kesadaran bersama tentang

ke-Indonesiaan melalui berbagai informasi yang di dapat dari

Lembaga Penyiaran nasional maupun lokal. Infrastruktur ini

penting sehingga dapat minimal mengimbangi penetrasi

Lembaga Penyiaran negara lain yang selama ini mendominasi

sejumlah wilayah perbatasan Indonesia. 

Informasi adalah segala hal yang dapat digunakan oleh

seseorang sehingga mengetahui tentang hal yang baru,dan

mempunyai ciri-ciri yaitu, dapat dilihat, dibaca dan dipelajari,

diteliti, dikaji dan dianalisis  dimanfaatkan dan dikembangkan

didalam kegiatan-kegiatan pendidikan, penelitian, laboratorium,

ditransformasikan kepada orang lain.

Minimnya infrastuktur pendukung seperti transportasi dan

komunikasi juga perlu mendapatkan perhatian. Di wilayah

perbatasan jarang ditemukan alat transportasi dan komunikasi

yang memadai untuk membantu akses masyarakatnya menuju

dearah lain untuk mencari kebutuhan hidup. Media informasi yang

ada juga sangat terbatas sehingga tidak bisa dipungkiri

masyarakat di wilayah perbatasan menjadi buta akan teknologi

dan informasi. Keaadaan yang kurang layak ini menjadikan

masyarakat wilayah perbatasan menjadi terbelakang dan sulit

berkembang seperti masyarakat-masyarakat perkotaan pada

umumnya.

Tidak hanya masalah infrastruktur dan fasilitas yang perlu

ditinjau kembali. Kita ketahui bersama masyarakat wilayah

perbatasan laut hidup berdampingan dengan sumber daya alam

54
yang begitu melimpah ruah. Namun tidak adanya pengetahuan

dan kemampuan menjadikan produktifitas masyarakat pebatasan

sangatlah tidak optimal.

Semua permasalahan yang berkaitan dengan pembangunan

wilayah perbatasan ini merupakan kunci pokok yang

menimbulkan kesenjangan sosial pada masyarakat wilayah

perbatasan. Jika dicerna dan diruntut kembali masalah yang telah

dijabarkan di atas adalah salah satu faktor utama yang

menyebabkan timbulnya kemiskinan di kalangan masyarakat

wilayah perbatasan. Dengan itu untuk daerah perbatasan sarana

dan prasarana komunikasi sangat diperlukan untuk memperoleh

informasi dan berkomunikasi. Baik itu dari pusat ke daerah

maupun antar daerah, khususnya pada daerah terpencil maupun

perbatasan yang minim sarana komunikasi.

Pengembangan sistem Komunikasi, sangat diperlukan pada

daerah-daerah perbatasan yang belum terjangkau. Akan tetapi jika

dapat memperoleh atau mengakses informasi dan komunikasi

dapat meningkatkan kesejahteraan di tiap-tiap daerah perbatasan.

Dengan adanya sarana komunikasi dengan menggunakan satelit

atau yang lainnya diharapkan dapat mampu mendukung

pengembangan dan peningkatan kelancaran arus informasi secara

cepat dan akurat. Karena akses informasi akan menjadi lebih

terbuka dan masyarakat di kecamatan-kecamatan akan lebih

mudah mengakses informasi.

Implikasi dan dampak dari pengaturan Peraturan Daerah

terhadap keuangan daerah adalah Pemerintah Daerah Kabupaten

Bengkayang harus mengalokasikan anggaran yang memadai bagi

55
penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi

Bengkayang. Hal ini sesuai dengan pengaturan baik dalam Pasal

15 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

maupun Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005

tentang Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik

yang menyatakan bahwa :Sumber Pembiayaan RRI, TVRI dan

Lembaga Penyiaran Publik Lokal berasal dari : a. Iuran penyiaran

b. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara atau Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah c. Sumbangan masyarakat d.

Siaran Iklan e. Usaha lain yang sah yang terkait dengan

penyelenggaraan penyiaran.

BAB III

EVALUASI DAN ANALISIS PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

TERKAIT

56
1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Ketentuan Pasal 28f Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945, menyatakan bahwa kemerdekaan

menyatakan pendapat, berkomunikasi, memperoleh, dan mengolah

sedemikian rupa informasi untuk mengembangan diri, masyarakat

dan negara, bersumber dari kedaulatan rakyat dan merupakan

hak asasi manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa,

dan bernegara yang demokratis. Dengan demikian, kemerdekaan

atau kebebasan dalam penyiaran harus dijamin oleh negara.

Dalam kaitan ini Undang-Undang Dasar Negara Republik

Indonesia Tahun 1945 mengakui, menjamin dan melindungi hal

tersebut.

Namun, sesuai dengan cita-cita Proklamasi Kemerdekaan

Indonesia, maka kemerdekaan tersebut harus bermanfaat bagi

upaya bangsa Indonesia dalam menjaga integrasi nasional,

menegakkan nilai-nilai agama, kebenaran, keadilan, moral, dan

tata susila, serta memajukan kesejahteraan umum, dan

mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini kebebasan harus

dilaksanakan secara bertanggung jawab, selaras dan seimbang

antara kebebasan dan kesetaraan menggunakan hak berdasarkan

Pancasila dan UndangUndang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun. Dalam kontek ini pula daerah, Pasal 18 juga memberi

mandat kepada pemerintah daerah untuk mengatur urusan

pemerintah daerah dan sumber daya daerah termasuk urusan

telekomunikasi dan informatika termasuk sebagian urusan

penyiaran, agar urusan penyiaran dipastikan dapat dirasakan

57
manfaatkan bagi kepentingan pembangunan dan kesejahteraan

masyarakat di seluruh daerah.

Hak untuk memperoleh informasi meliputi dalam banyak

aspek bidang pelayanan publik sebagai hak publik yang wajib

dipenuhi oleh lembaga penyedia informasi publik, karena ketika

tidak memenuhi, sedangkan informasi publik tersebut termasuk

dalam kategori informasi yang wajib disampaikan kepada publik,

maka sudah tersedia sanksi bagi penyedia informasi publik.

Pengakuan akan hak untuk memperoleh informasi telah

diatur dalam Perubahan Kedua Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945 Pasal 28F yang menyatakan

bahwa Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh

informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan

sosialnya, serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah, dan menyampaikan informasi dengan

menggunakan segala jenis aturan yang tersedia. Dalam pengaturan

tersirat bahwa hak atas informasi tidak saja merupakan hak asasi

melainkan juga merupakan hak konstitusional seluruh rakyat

Indonesia yang melekat pada setiap diri warga negara Indonesia.

Pengaturan tersebut sejalan dengan Tap MPR No. XVII/MPR/1998

tentang Hak Asasi Manusia yang pada intinya menjamin hak

untuk berkomunikasi dan mendapatkan informasi serta hak untuk

mencari, memperoleh, memiliki, menyimpan, mengolah dan

menyampaikan infomasi dengan menggunakan segala jenis

saluran yang tersedia.

Pengaturan lebih lanjut mengenai hak kebebasan untuk

memperoleh informasi di Indonesia tersebar dalam beberapa

58
peraturan perundang-undangan antara lain Undang-Undang

Nomor 8 Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen, Undang-

Undang Nomor 25 Tahun 1999 Perimbangan Keuangan antara

Pemerintah Pusat dan Daerah, serta beberapa peraturan

perundang-undangan yang lain sebagai tindak lanjut

dikeluarkanya Tap MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi

Manusia, yang di dalamnya mengatur hak atau kebebasan

memperoleh informasi meliputi beberapa aspek antara lain:

1. Jaminan hukum terhadap hak atau kebebasan atas informasi.

Jaminan hukum terhadap hak atau kebebasan atas informasi

pada umumnya berupa pernyataan bahwa masyarakat

mempunyai hak untuk dapat mengakses informasi terkait

dengan peraturan perundang-undangan yang mengaturnya

(seperti perlindungan konsumen, kehutanan, dan sebagainya).

Idealnya jaminan hukum tersebut dilengkapi dengan sanksi bagi

pihak-pihak yang menghalangi hak atas informasi tersebut.

2. Dasar dibukanya suatu informasi.

Dibukanya suatu informasi serta keberadaan hak atas informasi

didasarkan pada:

a. sebagai wujud adanya jaminan perlindungan terhadap Hak

Asasi Manusia;

b. sebagai wujud peran serta masyarakat;

c. sebagai alat perlindungan masyarakat;

d. informasi yang dapat dibuka, diakses, atau disebarluaskan,

meliputi:

i. segala macam informasi;

59
ii. Informasi tentang hasil penelitian dan pengembangan

sistem informasi, pelayanan hasil penelitian, dan

pengembangan kehutanan, serta rancangan peruntukan

serta informasi kehutanan;

iii. Informasi tentang sistem keuangan daerah;

iv. Informasi tentang penyelenggaraan negara;

v. Informasi yang berhubungan dengan adanya dugaan telah

terjadi tindak pidana korupsi;

vi. Informasi tentang lingkungan hidup;

vii. Informasi tentang rencana tata ruang;

viii. Informasi tentang kondisi dan jaminan barang dan atau

jasa;

ix. Informasi tentang catatan pemakaian jasa telekomunikasi.

x. Informasi yang wajib dibuka dan diumumkan kepada

publik. Informasi ini wajib diserta diumumkan kepada

publik walaupun tanpa adanya permohonan, meliputi:

1) Informasi tentang kekayaan pejabat negara sebelum atau

sesudah menjabat;

2) Informasi tentang rencana suatu kegiatan atau usaha.

xi. Informasi yang dilarang untuk dibuka, meliputi:

1) Informasi tentang simpanan atau keadaan keuangan

nasabah penyimpan;

2) Informasi yang dikirim dan atau diterima oleh pelanggan

jasa telekomunikasi melalui jaringan telekomunikasi dan

atau jasa telekomunikasi.

60
2. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran

menyatakan bahwa Penyiaran diselenggarakan berdasarkan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945 dengan asas manfaat, adil dan merata, kepastian

hukum, keamanan, keberagaman, kemitraan, etika, kemandirian,

kebebasan, dan tanggung jawab. Penyiaran diselenggarakan dengan

tujuan untuk memperkukuh integrasi nasional, terbinanya watak

dan jati diri bangsa yang beriman dan bertakwa, mencerdaskan

kehidupan bangsa, memajukan kesejahteraan umum, dalam

rangka membangun masyarakat yang mandiri, demokratis, adil dan

sejahtera, serta menumbuhkan industri penyiaran Indonesia.

Penyiaran sebagai kegiatan komunikasi massa mempunyai fungsi

sebagai media informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol

dan perekat social, serta fungsi ekonomi dan kebudayaan.

Penyiaran diarahkan untuk menjunjung tinggi pelaksanaan

Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945, menjaga dan meningkatkan moralitas dan nilai-nilai

agama serta jati diri bangsa, meningkatkan kualitas sumber daya

manusia, menjaga dan mempererat persatuan dan kesatuan

bangsa, meningkatkan kesadaran ketaatan hukum dan disiplin

nasional, menyalurkan pendapat umum serta mendorong peran

aktif masyarakat dalam pembangunan nasional dan daerah serta

melestarikan lingkungan hidup, mencegah monopoli kepemilikan

dan mendukung persaingan yang sehat di bidang penyiaran,

mendorong peningkatan kemampuan perekonomian rakyat,

mewujudkan pemerataan, dan memperkuat daya saing bangsa

61
dalam era globalisasi, memberikan informasi yang benar, seimbang,

dan bertanggung jawab serta memajukan kebudayaan nasional.

Penyiaran diselenggarakan dalam satu sistem penyiaran

nasional, Negara menguasai spektrum frekuensi radio yang

digunakan untuk penyelenggaraan penyiaran guna sebesar-

besarnya kemakmuran rakyat. Dalam sistem penyiaran nasional

terdapat lembaga penyiaran dan pola jaringan yang adil dan

terpadu yang dikembangkan dengan membentuk stasiun jaringan

dan stasiun lokal.

Jasa penyiaran terdiri atas jasa penyiaran radio dan jasa

penyiaran televisi yang diselenggarakan oleh:

1. Lembaga Penyiaran Publik, yaitu lembaga penyiaran yang

berbentuk badan hukum yang didirikan oleh negara, bersifat

independen, netral, tidak komersial, dan berfungsi memberikan

layanan untuk kepentingan masyarakat. Di daerah provinsi,

kabupaten, atau kota dapat didirikan Lembaga Penyiaran Publik

lokal.

2. Lembaga Penyiaran Swasta, yaitu lembaga penyiaran yang

bersifat komersial berbentuk badan hukum Indonesia, yang

bidang usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran radio

atau televisi. Warga negara asing dilarang menjadi pengurus

Lembaga Penyiaran Swasta, kecuali untuk bidang keuangan dan

bidang teknik.

3. Lembaga Penyiaran Komunitas, yaitu merupakan lembaga

penyiaran yang berbentuk badan hukum Indonesia, didirikan

oleh komunitas tertentu, bersifat independen, dan tidak

komersial, dengan daya pancar rendah, luas jangkauan wilayah

62
terbatas, serta untuk melayani kepentingan komunitasnya.

Lembaga Penyiaran Komunitas diselenggarakan dengan tidak

untuk mencari laba atau keuntungan atau tidak merupakan

bagian perusahaan yang mencari keuntungan semata dan untuk

mendidik dan memajukan masyarakat dalam mencapai

kesejahteraan, dengan melaksanakan program acara yang

meliputi budaya, pendidikan, dan informasi yang

menggambarkan identitas bangsa.

4. Lembaga Penyiaran Berlangganan, merupakan lembaga

penyiaran berbentuk badan hukum Indonesia, yang bidang

usahanya hanya menyelenggarakan jasa penyiaran berlangganan

dan wajib terlebih dahulu memperoleh izin penyelenggaraan

penyiaran berlangganan, yang memancarluaskan atau

menyalurkan materi siarannya secara khusus kepada pelanggan

melalui radio, televisi, multi-media, atau media informasi lainnya.

Lembaga penyiaran yang menyelenggarakan jasa penyiaran

radio atau jasa penyiaran televisi terdiri atas stasiun penyiaran

jaringan dan/atau stasiun penyiaran lokal. Setiap pendirian dan

penyelenggaraan penyiaran wajib memenuhi ketentuan rencana

dasar teknik penyiaran dan persyaratan teknis perangkat

penyiaran. Sebelum menyelenggarakan kegiatannya lembaga

penyiaran wajib memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran.

Pemohon izin wajib mencantumkan nama, visi, misi, dan format

siaran yang akan diselenggarakan serta memenuhi persyaratan

sesuai dengan ketentuan undang-undang.

Isi siaran wajib mengandung informasi, pendidikan, hiburan,

dan manfaat untuk pembentukan intelektualitas, watak, moral,

63
kemajuan, kekuatan bangsa, menjaga persatuan dan kesatuan,

serta mengamalkan nilai-nilai agama dan budaya Indonesia dan

wajib memuat sekurang-kurangnya 60% (enam puluh per seratus)

mata acara yang berasal dari dalam negeri. Isi siaran wajib

memberikan perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak

khusus, yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata

acara pada waktu yang tepat, dan lembaga penyiaran wajib

mencantumkan dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai

dengan isi siaran dan wajib dijaga netralitasnya dan tidak boleh

mengutamakan kepentingan golongan tertentu. Isi siaran dilarang

bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong,

menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian, penyalah-gunaan

narkotika dan obat terlarang atau mempertentangkan suku, agama,

ras, dan antargolongan, serta dilarang memperolokkan,

merendahkan, melecehkan dan/atau mengabaikan nilai-nilai

agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak hubungan

internasional.

Bahasa pengantar utama dalam penyelenggaraan program

siaran harus Bahasa Indonesia yang baik dan benar. Bahasa

daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar dalam

penyelenggaraan program siaran muatan lokal dan, apabila

diperlukan, untuk mendukung mata acara tertentu. Bahasa asing

hanya dapat digunakan sebagai bahasa pengantar sesuai dengan

keperluan suatu mata acara siaran. Mata acara siaran berbahasa

asing dapat disiarkan dalam bahasa aslinya dan khusus untuk jasa

penyiaran televisi harus diberi teks Bahasa Indonesia atau secara

selektif disulihsuarakan ke dalam Bahasa Indonesia sesuai dengan

64
keperluan mata acara tertentu. Bahasa isyarat dapat digunakan

dalam mata acara tertentu untuk khalayak tunarungu.

Lembaga penyiaran dapat melakukan relai siaran lembaga

penyiaran lain, baik lembaga penyiaran dalam negeri maupun dari

lembaga penyiaran luar negeri. Relai siaran yang digunakan sebagai

acara tetap, baik yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar

negeri, dibatasi. Antar lembaga penyiaran dapat bekerja sama

melakukan siaran bersama sepanjang siaran dimaksud tidak

mengarah pada monopoli informasi dan monopoli pembentukan

opini.

Wartawan penyiaran dalam melaksanakan kegiatan jurnalistik

media elektronik tunduk kepada Kode Etik Jurnalistik dan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Setiap mata acara yang

disiarkan wajib memiliki hak siar. Dalam menayangkan acara siaran,

lembaga penyiaran wajib mencantumkan hak siar. Lembaga

penyiaran wajib melakukan ralat apabila isi siaran dan/atau berita

diketahui terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan, atau terjadi

sanggahan atas isi siaran dan/atau berita.

Lembaga Penyiaran wajib menyimpan bahan siaran, termasuk

rekaman audio, rekaman video, foto, dan dokumen, sekurang-

kurangnya untuk jangka waktu 1 (satu) tahun setelah disiarkan.

Bahan siaran yang memiliki nilai sejarah, nilai informasi, atau nilai

penyiaran yang tinggi, wajib diserahkan kepada lembaga yang

ditunjuk untuk menjaga kelestariannya sesuai dengan peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Siaran iklan terdiri atas siaran iklan niaga dan siaran iklan

layanan masyarakat. Siaran iklan niaga dilarang melakukan promosi

65
yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama, ideologi, pribadi

dan/atau kelompok, yang menyinggung perasaan dan/atau

merendahkan martabat agama lain, ideologi lain, pribadi lain, atau

kelompok lain, promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan

atau zat adiktif, promosi rokok yang memperagakan wujud rokok,

hal-hal yang bertentangan dengan kesusilaan masyarakat dan nilai-

nilai agama dan/atau eksploitasi anak di bawah umur 18 (delapan

belas) tahun.

Setiap warga negara Indonesia memiliki hak, kewajiban, dan

tanggung jawab dalam berperan serta mengembangkan

penyelenggaraan penyiaran nasional. Organisasi nirlaba, lembaga

swadaya masyarakat, perguruan tinggi, dan kalangan pendidikan,

dapat mengembangkan kegiatan literasi dan/atau pemantauan

Lembaga Penyiaran. Masyarakat dapat mengajukan keberatan

terhadap program dan/atau isi siaran yang merugikan.

3. Undang–Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan

Informasi Publik

Pengesahan UU KIP secara historis dilatarbelakangi oleh

bergulirnya reformasi dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Reformasi yang sudah berumur lebih dari satu dasawarsa telah

membawa perubahan dalam sistem pemerintahan negara.

Reformasi ditandai dengan adanya tuntutan tata kelola

pemerintahan yang baik (good governance) yang mensyaratkan

adanya akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi masyarakat

dalam setiap proses penetapan kebijakan publik.

66
Permasalahan penyediaan, pengelolaan dan penyebaran

informasi publik tidak terlepas dari kendala keterbatasan

kapasitas sumber daya manusia bidang informasi dan komunikasi.

Ada beberapa pilihan langkah yang diambil agar bisa

mengoptimalkan peran sumber daya manusia lembaga publik,

yaitu:

1. meningkatkan kesadaran staf lembaga publik dan masyarakat

akan pentingnya informasi dan pemanfaatan informasi. Lembaga

publik perlu menyediakan informasi publik yang memadai,

namun demikian kegiatan ini akan sulit berjalan efektif jika

masyarakat tidak didorong dan dilibatkan dalam pemanfaatan

informasi publik yang ada;

2. pengembangan kemitraan penyebarluasan informasi publik.

Pelayanan informasi publik memerlukan keterlibatan tidak

hanya lembaga pemerintah tetapi juga lembaga penyiaran

(publik dan swasta), dan lembaga kemasyarakatan yang

bergerak dalam bidang komunikasi dan informasi. Pemanfaatan

lembaga kemasyarakatan dan berbagai media baik elektronik

ataupun media tradisional, media komunitas, dan media

kemasyarakatan lainnya akan membantu penyebaran informasi

yang tepat dan cepat. Kerja sama dengan pemerintah daerah

dan lembaga-lembaga kemasyarakatan di daerah merupakan

keniscayaan untuk menciptakan jembatan akses komunikasi

yang efektif dan efisien;

3. pendidikan dan pelatihan SDM bidang komunikasi dan

informasi sebagai agen penyedia, pengelolaan, penyebaran

informasi publik. Secara praktis hal itru bisa dilakukan dengan

67
mengadakan training atau workshop dan permagangan,

pemberian beasiswa, dan peningkatan standar kompetensi kerja

bidang komunikasi dan informasi.

Informasi merupakan kebutuhan pokok setiap orang bagi

pengembangan pribadi dan lingkungan sosialnya serta merupakan

bagian penting bagi ketahanan nasional. Hak memperoleh

informasi merupakan hak asasi manusia dan keterbukaan

informasi publik merupakan salah satu ciri penting Negara

demokratis yang menjunjung tinggi kedaulatan rakyat untuk

mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik. Keterbukaan

informasi publik merupakan sarana dalam mengoptimalkan

pengawasan publik terhadap penyelenggaraan negara dan Badan

Publik lainnya dan segala sesuatu yang berakibat pada

kepentingan publik. Pengelolaan informasi publik merupakan

salah satu upaya untuk mengembangkan masyarakat informasi.

Kehadiran undang-undang Keterbukaan Informasi Publik

merupakan peraturan yang sudah lama diharapkan oleh

masyarakat dalam mewujudkan transparansi dalam

penyelengaraan pemerintahan, yaitu dengan memperhatikan

kebutuhan masyarakat terhadap informasi (hak masyarakat

terhadap informasi) dan meletakkan kewajiban

Pemerintah/Pemerintah Daerah selaku badan publik yang

mengelola informasi untuk menyampaikan informasi kepada

masyarakat.

Pemerintah tidak saja menetapkan undang-undang dan

peraturan pemerintahnya, tetapi menindalanjuti dengan perangkat

kelembagan baik di tingkat pusat maupun daerah untuk

68
memfasilitasi penyelesaian permasalahan terkait informasi jika

terjadi permasalahan pemenuhan hak masyarakat atas informasi

antara pejabat publik dengan masyarakat.

Di dalam Pasal 3 Undang-Undang KIP tersebut dinyatakan

bahwa penetapan ini bertujuan untuk:

a. menjamin hak warga negara untuk mengetahui rencana

pembuatan kebijakan publik, program kebijakan publik, dan

proses pengambilan keputusan publik, serta alasan

pengambilan suatu keputusan publik;

b. mendorong partisipasi masyarakat dalam proses pengambilan

kebijakan publik;

c. meningkatkan peran aktif masyarakat dalam pengambilan

kebijakan publik dan pengelolaan Badan Publik yang baik;

d. mewujudkan penyelenggaraan negara yang baik, yaitu yang

transparan, efektif dan efisien, akuntabel serta dapat

dipertanggungjawabkan;

e. mengetahui alasan kebijakan publik yang mempengaruhi hajat

hidup orang banyak;

f. mengembangkan ilmu pengetahuan dan mencerdaskan

kehidupan bangsa; dan/atau

g. meningkatkan pengelolaan dan pelayanan informasi di

lingkungan Badan Publik untuk menghasilkan layanan

informasi yang berkualitas.

69
4. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir

dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang

Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014

tentang Pemerintahan Daerah

Pasal 9 Undang-Undang Pemerintahan Daerah menegaskan

daftar urusan pemerintahan wajib yang tidak menyangkut layanan

dasar yang berupa urusan komunikasi dan informatika. Kemudian

undang-undang tersebut juga memberi mandat bahwa terhadap

urusan yang menjadi kewenangan daerah maka daerah dapat

membuat kebijakan. Kebijakan itu terkait dengan kelembagaan,

anggaran, pengawasan, dan pengendalian. Dapat ditafsirkan

bahwa sampai batasan tertentu pemerintah daerah dapat

membuat kebijakan termasuk peraturan daerah berkaitan dengan

urusanurusan komunikasi dan informatika.

Undang-Undang Pemerintah Daerah lebih jauh membagi

urusan pemerintahan wajib ke dalam kewenangan pemerintahan

dalam tingkat tertentu berdasarkan, Pasal 13 menegaskan: “(3)

Berdasarkan prinsip sebagaimana dimaksud pada ayat (1) kriteria

Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah provinsi

adalah: a. Urusan Pemerintahan yang lokasinya lintas Daerah

kabupaten/kota; 28 b. Urusan Pemerintahan yang penggunanya

lintas Daerah kabupaten/kota; c. Urusan Pemerintahan yang

manfaat atau dampak negatifnya lintas Daerah kabupaten/kota;

70
dan/atau d. Urusan Pemerintahan yang penggunaan sumber

dayanya lebih efisien apabila dilakukan oleh Daerah Provinsi.”

Dalam Undang-Undang Nomor 23 tahun 2014 tentang

Pemerintahan daerah, efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan

pemerintahan daerah perlu ditingkatkan dengan lebih

memperhatikan aspek-aspek hubungan antar susunan

pemerintahan dan antar pemerintahan daerah, potensi dan

keanekaragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global

dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada

daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban

menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem

penyelenggaraan pemerintahan negara. Amanat Undang-Undang

ini menunjukkan bagaimana pentingnya efisiensi dan

transparansi, sehingga keberadaan sebuah lembaga penyiaran

lokal sangat sejalan dengan pengamalannya.

Pemerintah daerah diberi keleluasaan dalam mengelola

wilayah sendiri termasuk pengelolaan informasi publik dalam

rangka peningkatan pelayanan kepada masyarakat. Informasi

merupakan kunci perubahan, terutama informasi melalui media.

Oleh karena itu, peranan media, baik cetak maupun elektronik

sangat besar dalam memberikan informasi sehingga dengan cepat

informasi bergulir ke seluruh penjuru tanpa batas jarak dan

waktu. Perbedaan lokasi geografis dan batas wilayah bukan lagi

merupakan hambatan utama.

Dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, oleh undang-

undang dijamin perlunya informasi tentang penyelenggaraan

pemerintahan daerah untuk disampaikan kepada masyarakat,

71
karena hal tersebut merupakan hak masyarakat yang diberikan

oleh kostitusi dan peraturan perundang-undangan. Di dalam Pasal

391 diatur tentang adanya kewajiban Pemerintah Daerah untuk

menyediakan informasi yaitu Pemerintah Daerah wajib

menyediakan informasi pemerintahan daerah yang terdiri atas

informasi pembangunan daerah dan informasi keuangan daerah,

yang dikelola dalam suatu system informasi Pemerintahan Daerah.

Selanjutnya di dalam Pasal 392 ditentukan bahwa Informasi

pembangunan Daerah tersebut memuat informasi perencanaan

pembangunan Daerah yang mencakup:

a. kondisi geografis Daerah;

b. demografi;

c. potensi sumber daya Daerah;

b. ekonomi dan keuangan Daerah;

c. aspek kesejahteraan masyarakat;

d. aspek pelayanan umum; dan

e. aspek daya saing Daerah.

Selain itu, informasi yang harus disampaikan adalah

informasi keuangan Daerah sebagaimana diatur di dalam Pasal

393 bahwa informasi perencanaan pembangunan daerah paling

sedikit harus memuat informasi anggaran, pelaksanaan anggaran,

dan laporan keuangan. Informasi keuangan Daerah tersebut di

atas digunakan untuk:

a. membantu kepala daerah dalam menyusun anggaran Daerah

dan laporan pengelolaan keuangan Daerah;

b. membantu kepala daerah dalam merumuskan kebijakan

keuangan Daerah;

72
c. membantu kepala daerah dalam melakukan evaluasi kinerja

keuangan Daerah;

d. membantu menyediakan kebutuhan statistik keuangan Daerah;

b. mendukung keterbukaan informasi kepada masyarakat;

c. mendukung penyelenggaraan sistem informasi keuangan Daerah

secara nasional; dan

d. melakukan evaluasi pengelolaan keuangan Daerah.

Informasi keuangan Daerah tersebut harus mudah diakses oleh

masyarakat.

Di dalam Pasal 394 juga diatur bahwa Informasi

pembangunan Daerah dan informasi keuangan Daerah

sebagaimana dimaksud dalam Pasal 391 ayat (1) wajib diumumkan

kepada masyarakat. Selain diumumkan kepada masyarakat,

informasi keuangan Daerah wajib disampaikan kepala daerah

kepada Menteri dan menteri yang menyelenggarakan urusan

pemerintahan bidang keuangan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

Kemudian di dalam Pasal 395 diatur bahwa Selain informasi

pembangunan Daerah dan informasi keuangan Daerah,

Pemerintah Daerah dapat menyediakan dan mengelola informasi

Pemerintahan Daerah lainnya.

Bertitik tolak dari ketentuan yang ada diatur di dalam

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan

Daerah tersebut, maka jelas bahwa pembentukan Lembaga

Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang di satu sisi

merupakan pemenuhan hak masyarakat Kabupaten Bengkayang

untuk memperoleh informasi, sisi lainnya adalah sebagai salah

73
satu sarana bagi Pemerintah Daerah untuk memenuhi

kewajibannya untuk menyampaikan informasi yang apabila tidak

dipenuhi atau tidak dilaksanakan, ada sanksi yang dapat

dikenakan.

5. Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 tentang

Penyelenggaraan Penyiaran Lembaga Penyiaran Publik

Lembaga penyiaran publik diperlukan oleh Negara Kesatuan

Republik Indonesia yang merupakan negara kepulauan, berfungsi

sebagai identitas nasional (flag carrier), pemersatu bangsa dan

pembentuk citra positif bangsa di dunia internasional, selain

bertugas menyiarkan informasi, pendidikan, budaya, dan hiburan.

Lembaga penyiaran publik mempunyai prinsip siarannya harus

menjangkau seluruh lapisan masyarakat di seluruh wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia (general geographical

availability), siarannya harus mencerminkan keragaman yang

merefleksikan struktur keragaman, realitas sosial, ekonomi, dan

budaya masyarakat, programnya harus mencerminkan identitas

dan budaya nasional dan penyajian siarannya hendaknya

bervariasi. Lembaga Penyiaran Publik haruslah berorientasi pada

kebutuhan masyarakat dengan cara memperlakukan masyarakat

(publik) sebagai warga negara yang wajib dilindungi haknya dalam

memperoleh informasi, bukan sebagai objek sebuah industri media

penyiaran semata.

Lembaga Penyiaran Publik yang terdiri atas RRI, TVRI, dan

Lembaga Penyiaran Publik Lokal, baik secara kelembagaan

maupun dalam penyelenggaraan penyiarannya, bersifat

independen, netral, dan tidak komersial. RRI, TVRI, dan Lembaga

74
Penyiaran Publik Lokal berfungsi sebagai media informasi,

pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial, serta

pelestari budaya bangsa, dengan senantiasa berorientasi kepada

kepentingan seluruh lapisan masyarakat.

RRI, TVRI, dan Lembaga Penyiaran Publik Lokal dalam

menjalankan fungsi pelayanannya untuk kepentingan masyarakat

melibatkan partisipasi publik berupa keikutsertaan di dalam

siaran, evaluasi, iuran penyiaran, dan sumbangan masyarakat

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. RRI,

TVRI, dan Lembaga Penyiaran Publik Lokal bertujuan menyajikan

program siaran yang mendorong terwujudnya sikap mental

masyarakat yang beriman dan bertakwa, cerdas, memperkukuh

integrasi nasional dalam rangka membangun masyarakat mandiri,

demokratis, adil dan sejahtera, serta menjaga citra positif bangsa.

Peraturan Pemerintah ini mengatur tentang Lembaga

Penyiaran Publik Lokal , antara lain menyatakan bahwa Lembaga

Penyiaran Publik Lokal menyelenggarakan kegiatan siaran lokal.

Untuk menunjang peningkatan kualitas operasional penyiaran.

Lembaga Penyiaran Publik Lokal dapat menyelenggarakan kegiatan

siaran iklan dan usaha lain yang sah yang terkait dengan

penyelenggaraan penyiaran. Lembaga Penyiaran Publik Lokal

merupakan lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang

didirikan oleh pemerintah daerah dengan persetujuan Dewan

Perwakilan Rakyat Daerah atas usul masyarakat. Lembaga

Penyiaran Publik Lokal dapat didirikan di daerah provinsi,

kabupaten, atau kota dengan kriteria dan persyaratan sebagai

berikut :

75
a. belum ada stasiun penyiaran RRI dan/atau TVRI di daerah

tersebut;

b. tersedianya alokasi frekuensi;

c. tersedianya sumber daya manusia yang profesional dan sumber

daya lainnya sehingga Lembaga Penyiaran Publik Lokal mampu

melakukan paling sedikit 12 (dua belas) jam siaran per hari

untuk radio dan 3 (tiga) jam siaran per hari untuk televisi

dengan materi siaran yang proporsional;

d. operasional siaran diselenggarakan secara berkesinambungan.

Lembaga Penyiaran Publik Lokal dapat bekerjasama hanya dengan

RRI untuk Lembaga Penyiaran Publik Lokal radio, dan dengan

TVRI untuk Lembaga Penyiaran Publik Lokal televisi.

Untuk memperoleh izin penyelenggaraan penyiaran, Lembaga

Penyiaran Publik Lokal, Pemohon mengajukan permohonan izin

tertulis kepada Menteri melalui KPI dengan mengisi formulir yang

disediakan dan memenuhi persyaratan sebagaimana dimaksud

dalam Peraturan Pemerintah ini. Permohonan dibuat rangkap 2

(dua) dan dikirimkan masing-masing kepada Menteri dan KPI

dengan melampirkan persyaratan administratif, program siaran

dan teknik penyiaran. Setelah mendapatkan izin penyelenggaraan

penyiaran Lembaga Penyiaran Publik Lokal wajib melalui masa uji

coba siaran paling lama 6 (enam) bulan untuk penyiaran radio dan

paling lama 1 (satu) tahun untuk penyiaran televisi, sebelum

memperoleh izin tetap penyelenggaraan penyiaran dari Menteri.

Masa uji coba siaran termasuk digunakan untuk pelaksanaan

pembangunan infrastruktur, pengurusan proses penetapan

76
frekuensi, pelaksanaan uji coba siaran dan evaluasi

penyelenggaraan uji coba siaran.

Setelah melalui masa uji coba dan menyatakan siap untuk

dievaluasi, Pemohon mengajukan permohonan kepada Menteri

untuk dilakukan evaluasi penyelenggaraan uji coba siaran. Untuk

melaksanakan evaluasi penyelenggaraan uji coba siaran dibentuk

tim uji coba siaran yang terdiri atas unsur Pemerintah dan KPI

yang ditetapkan oleh Menteri. Selama masa uji coba siaran

Lembaga Penyiaran Publik Lokal dilarang menyelenggarakan

siaran iklan, kecuali siaran iklan layanan masyarakat dan

memungut biaya yang berkenaan dengan penyelenggaraan

penyiaran. Masa uji coba siaran berakhir setelah Lembaga

Penyiaran Publik Lokal dinyatakan lulus oleh tim uji coba siaran

karena telah memenuhi kriteria, dan dinyatakan tidak lulus oleh

tim uji coba siaran karena sampai batas waktu 6 (enam) bulan

masa uji coba siaran untuk lembaga penyiaran radio dan 1 (satu)

tahun untuk lembaga penyiaran televisi tidak dapat memenuhi

kriteria, dinyatakan tidak lulus oleh tim uji coba siaran karena

sampai batas waktu 6 (enam) bulan masa uji coba siaran untuk

lembaga penyiaran radio dan 1 (satu) tahun untuk lembaga

penyiaran televisi.

Menteri menerbitkan keputusan izin tetap penyelenggaraan

penyiaran paling lambat 14 (empat belas) hari kerja setelah uji

coba siaran dinyatakan lulus. Menteri mencabut keputusan izin

penyelenggaraan penyiaran paling lambat 14 (empat belas) hari

kerja setelah uji coba siaran dinyatakan tidak lulus. Keputusan

izin tetap penyelenggaraan penyiaran atau pencabutan keputusan

77
izin penyelenggaraan penyiaran disampaikan kepada Pemohon

melalui KPI. Jangka waktu berlakunya izin penyelenggaraan

penyiaran untuk Lembaga Penyiaran Publik Lokal adalah 5 (lima)

tahun untuk izin penyelenggaraan penyiaran radio dan 10

(sepuluh) tahun untuk izin penyelenggaraan penyiaran televisi.

Jangka waktu berlakunya izin diperpanjang secara langsung oleh

Menteri setelah mendapat laporan dari Lembaga Penyiaran Publik

Lokal tentang berakhirnya jangka waktu berlakunya izin

penyelenggaraan penyiaran. Lembaga Penyiaran Publik Lokal wajib

membayar biaya izin penyelenggaraan penyiaran dan

perpanjangannya serta biaya hak penggunaan frekuensi melalui

kas negara. Biaya izin penyelenggaraan penyiaran dan

perpanjangannya serta biaya hak penggunaan frekuensi

ditanggung oleh melalui Anggaran Pendapatan dan Belanja

Daerah untuk Lembaga Penyiaran Publik Lokal.

Sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran Publik Lokal berasal

dari iuran penyiaran, Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

atau Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, sumbangan

masyarakat, siaran iklan, usaha lain yang sah yang terkait dengan

penyelenggaraan penyiaran.

Lembaga Penyiaran Publik Lokal menyelenggarakan 1 (satu)

programa siaran dengan 1 (satu) saluran frekuensi radio. Cakupan

wilayah siaran lokal Lembaga Penyiaran Publik Lokal adalah

cakupan wilayah layanan siaran yang meliputi wilayah di sekitar

tempat kedudukan lembaga penyiaran yang bersangkutan atau

wilayah satu kabupaten/kota.

78
Lembaga Penyiaran Publik Lokal hanya dapat berjaringan

secara programatis siaran dengan RRI untuk Lembaga Penyiaran

Publik Lokal radio, dan dengan TVRI untuk Lembaga Penyiaran

Publik Lokal televisi. Isi siaran Lembaga Penyiaran Publik Lokal

televisi wajib memuat paling sedikit 60% (enam puluh perseratus)

mata acara yang berasal dari dalam negeri. Isi siaran Lembaga

Penyiaran Publik Lokal wajib memberikan perlindungan dan

pemberdayaan kepada khalayak khusus, yaitu anak-anak dan

remaja, dengan menyiarkan mata acara pada waktu yang tepat dan

Lembaga Penyiaran Publik dimaksud wajib mencantumkan

dan/atau menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai isi siaran.

Isi siaran Lembaga Penyiaran Publik Lokal wajib dijaga

netralitasnya dan tidak boleh mengutamakan kepentingan

golongan tertentu. Isi siaran Lembaga Penyiaran Publik Lokal

dilarang bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau

bohong, menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian,

penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang atau

mempertentangkan suku, agama, ras, dan antargolongan. Isi

siaran RRI, TVRI, dan Lembaga Penyiaran Publik Lokal dilarang

memperolok, merendahkan, melecehkan, dan/atau mengabaikan

nilai-nilai agama, martabat manusia Indonesia, atau merusak

hubungan internasional. Isi siaran Lembaga Penyiaran Publik

Lokal yang dikemas dalam mata acara siaran yang berasal dari

luar negeri dapat disiarkan dengan tidak merugikan kepentingan

nasional dan tata nilai yang berlaku di Indonesia serta tidak

merusak hubungan dengan negara sahabat.

79
Lembaga Penyiaran Publik Lokal wajib membuat klasifikasi

acara siaran sesuai khalayak sasaran. Pembuatan klasifikasi acara

siaran didasarkan pada pertimbangan isi dan waktu siaran acara

serta usia khalayak dan khalayak sasaran. Untuk klasifikasi film,

sinetron, dan mata acara tertentu Lembaga Penyiaran Publik

televisi wajib mencantumkan kode layak tonton yang terdiri atas:

(1) layak untuk anak; (2) perlu didampingi orang tua; (3) semua

umur; dan (4) hanya untuk orang dewasa.

Bahasa pengantar utama dalam penyelenggaraan program

siaran nasional harus bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Apabila diperlukan, bahasa daerah dapat digunakan sebagai

bahasa pengantar dalam penyelenggaraan program siaran muatan

lokal untuk mendukung mata acara tertentu. Bahasa asing hanya

dapat digunakan sebagai bahasa pengantar pada mata acara

siaran tertentu untuk siaran dalam negeri. Untuk siaran programa

khusus luar negeri, bahasa asing dapat digunakan sebagai bahasa

pengantar untuk seluruh waktu siaran. Mata acara siaran

berbahasa asing dapat disiarkan dalam bahasa aslinya dan khusus

untuk jasa penyiaran televisi harus diberi teks bahasa Indonesia

atau secara selektif disulihsuarakan ke dalam bahasa Indonesia

sesuai keperluan mata acara tertentu. Bahasa isyarat dapat

digunakan dalam mata acara tertentu televisi untuk khalayak tuna

rungu tanpa mengganggu artistik siaran. Mata acara televisi

berbahasa daerah yang disiarkan secara nasional harus disertai

teks dalam bahasa Indonesia.

Lembaga Penyiaran Publik Lokal radio wajib merelai RRI pusat

pada acara dan waktu tertentu sesuai pola acara yang telah

80
ditentukan. Lembaga Penyiaran Publik Lokal televisi wajib merelai

TVRI pusat pada acara dan waktu tertentu sesuai pola acara yang

telah ditentukan. Lembaga Penyiaran Publik Lokal wajib

melakukan ralat apabila isi siaran dan/atau berita diketahui

terdapat kekeliruan dan/atau kesalahan atas isi siaran dan/atau

berita.

Lembaga Penyiaran Publik Lokal wajib menyimpan bahan

atau materi siaran paling sedikit untuk jangka waktu 1 (satu)

tahun setelah disiarkan. Bahan siaran yang memiliki nilai sejarah,

nilai informasi, atau nilai penyiaran yang tinggi, wajib diserahkan

untuk disimpan pada lembaga yang ditunjuk untuk menjaga

kelestariannya sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

Materi siaran iklan harus sesuai kode etik periklanan,

persyaratan yang dikeluarkan oleh KPI, dan ketentuan peraturan

perundang-undangan yang berlaku. Siaran iklan niaga yang

disiarkan pada mata acara siaran untuk anak-anak wajib

mengikuti standar siaran untuk anak-anak. Iklan rokok pada

lembaga penyelenggara penyiaran radio dan televisi hanya dapat

disiarkan pada pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 waktu

setempat. Lembaga Penyiaran Publik Lokal wajib menyediakan

waktu untuk siaran iklan layanan masyarakat yang dilakukan

dalam waktu yang tersebar mulai dari pukul 05.00 sampai dengan

pukul 22.00 waktu setempat dengan harga khusus, atau jika

dalam keadaan darurat ditetapkan oleh Pemerintah sesuai dengan

keperluan. Waktu siaran iklan niaga Lembaga Penyiaran Publik

Lokal paling banyak 15% (lima belas perseratus) dari seluruh

waktu siaran setiap hari. Waktu siaran iklan layanan masyarakat

81
paling sedikit 30% (tiga puluh perseratus) dari siaran iklannya

setiap hari. Materi siaran iklan wajib menggunakan sumber daya

dalam negeri.

Lembaga Penyiaran Publik Lokal wajib menaati rencana dasar

teknik penyiaran. Rencana dasar teknik penyiaran memuat hal-

hal yang berkaitan dengan pendirian stasiun penyiaran, yaitu arah

kebijakan penyelenggaraan penyiaran dengan mempertimbangkan

perkembangan teknologi penyiaran, kecenderungan permintaan

pasar, ekonomi, sosial, budaya, dan kondisi lingkungan lainnya;

pedoman propagasi maksimum dan pengembangan wilayah

jangkauan penyiaran, penggunaan spektrum frekuensi radio untuk

penyiaran, pemanfaatan teknologi baru, dan penggelaran

infrastruktur penyiaran; pedoman mengenai daftar uji

pemeriksaan sendiri; pedoman pengamanan dan perlindungan

sistem peralatan terhadap lingkungan.

Lembaga Penyiaran Publik Lokal wajib mengikuti ketentuan

teknis yang tertuang dalam rencana induk frekuensi radio yang

ditetapkan oleh Menteri untuk penyelenggaraan penyiaran.

Rencana induk frekuensi radio memuat ketentuan teknis dan

pengaturan saluran frekuensi radio untuk penyiaran.

Perangkat transmisi penyiaran yang digunakan atau

dioperasikan untuk keperluan penyelenggaraan penyiaran wajib

memiliki standar nasional dan memenuhi persyaratan teknis

sesuai dengan ketentuan dan peraturan perundang-undangan

yang berlaku.

Penetapan persyaratan teknis perangkat transmisi

dilaksanakan atas dasar hasil pengembangan industri, inovasi

82
serta rekayasa teknologi penyiaran, dan telekomunikasi nasional,

adopsi standar internasional atau standar regional atau adaptasi

standar internasional atau standar regional. Alat dan perangkat

penyiaran yang digunakan mengutamakan produksi dalam negeri.

Setiap perangkat transmisi yang dibuat, dirakit,

diperdagangkan, dioperasikan dan dimasukkan ke dalam wilayah

Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk keperluan penyiaran

wajib disertifikasi sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-

undangan yang berlaku. Jaringan transmisi siaran serta sarana

dan prasarana penyiaran harus dilengkapi sarana pengamanan

dan perlindungan bagi keselamatan manusia sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dewan Direksi bertanggung jawab atas keseluruhan

penyelenggaraan penyiaran dan keuangan, baik ke dalam maupun

ke luar lembaga. Tahun buku Lembaga Penyiaran Publik Lokal

adalah tahun anggaran negara. Lembaga Penyiaran Publik Lokal

wajib membuat laporan tahunan, laporan berkala dan laporan

keuangan, yang paling sedikit memuat laporan mengenai

pelaksanaan rencana kerja serta hasil-hasil yang telah dicapai,

permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana kerja,

nama anggota dewan direksi dan dewan pengawas. Laporan

tahunan Lembaga Penyiaran Publik Lokal ditandatangani oleh

dewan direksi dan dewan pengawas untuk disampaikan kepada

gubernur, bupati/walikota dan tembusannya disampaikan kepada

Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. Pengadaan barang dan jasa

untuk kegiatan Lembaga Penyiaran

83
Publik Lokal yang menggunakan dana langsung dari Anggaran

Pendapatan dan Belanja Daerah dilaksanakan sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

BAB IV

LANDASAN FILOSOFIS, SOSIOLOGIS, DAN YURIDIS

A. Landasan Filosofis

Bahwa informasi telah menjadi kebutuhan pokok bagi

masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara serta memberikan

kontribusi dari berbagai bidang baik sosial, budaya, politik,

pendidikan dan hukum, ditingkat pusat maupun daerah. Oleh

karenanya setiap konsitusi negara demokratis1 mengartikulasikan

hal ini secara tegas bahwa kemerdekaan menyatakan pendapat,

menyampaikan, dan memperoleh informasi, bersumber dari

kedaulatan rakyat dan merupakan hak asasi manusia dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara. Dengan

demikian, kemerdekaan atau kebebasan dalam penyiaran harus

84
dijamin oleh negara. Dalam kaitan ini Undang-Undang Dasar

Negara Republik Indonesia Tahun 1945 pun mengakui, menjamin

dan melindungi hak tersebut. Namun, sesuai dengan cita-cita

Proklamasi Kemerdekaan Indonesia, maka kemerdekaan, termasuk

kebebasan mengakses informasi tersebut harus dalam koridor

kemanfaatan bagi upaya bangsa Indonesia dalam menjaga

integrasi nasional, menegakkan nilai-nilai agama, kebenaran,

keadilan, moral, dan tata susila, serta memajukan kesejahteraan

umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa. Dalam hal ini

kebebasan harus dilaksanakan secara bertanggung jawab, selaras

dan seimbang antara kebebasan dan kesetaraan menggunakan

hak berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945. Perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi ditingkat daerah telah melahirkan

masyarakat melek informasi yang semakin besar pula tuntutan

akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan

informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan pokok bagi

masyarakat dan telah menjadi komoditas strategis dalam

kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Kemerdekaan menyampaikan pendapat dan memperoleh

informasi melalui penyiaran sebagai perwujudan hak asasi

manusia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara, dilaksanakan secara bertanggung jawab, selaras dan

seimbang antara kebebasan dan kesetaraan menggunakan hak

berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945.

85
Sesuai dengan cita cita proklamasi kemerdekaan Indonesia,

maka kemerdekaan tersebut harus bermanfaat bagi upaya bangsa

Indonesia dalam menjaga integrasi nasional, menegakkan nilai

nilai agama, kebenaran, keadilan, moral dan tata susila serta

memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan

bangsa. Dalam hal ini kebebasan harus dilaksanakan secara

bertanggungjawab, selaras dan seimbang antara kebebasan dan

kesetaraan menggunakan hak berdasarkan Pancasila dan Undang

Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

Untuk menjaga integrasi nasional, kemajemukan masyarakat

Indonesia dan terlaksananya otonomi daerah maka perlu dibentuk

sistem penyiaran nasional yang menjamin terciptanya tatanan

informasi nasional yang adil, merata, dan seimbang guna

mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa yang

mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya, politik,

danekonomi, memiliki kebebasan dan tanggung jawab dalam

menjalankan fungsinya sebagai media informasi, pendidikan,

hiburan, serta kontrol dan perekat sosial. Siaran yang dipancarkan

dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas, memiliki

pengaruh yang besar dalam pembentukan pendapat, sikap, dan

perilaku khalayak, maka penyelenggara penyiaran wajib

bertanggung jawab dalam menjaga nilai moral, tata susila, budaya,

kepribadian dan kesatuan bangsa yang berlandaskan kepada

Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang Adil dan

Beradab.

86
B. Landasan Sosiologis

Perkembangan teknologi komunikasi dan informasi telah

melahirkan masyarakat informasi yang makin besar tuntutannya

akan hak untuk mengetahui dan hak untuk mendapatkan

informasi. Informasi telah menjadi kebutuhan pokok bagi

masyarakat dan telah menjadi komoditas penting dalam kehidupan

bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Perkembangan teknologi

komunikasi dan informasi tersebut telah membawa implikasi

terhadap dunia penyiaran, termasuk penyiaran di Indonesia.

Penyiaran sebagai penyalur informasi dan pembentuk

pendapat umum, perannya sangat strategis, terutama dalam

mengembangkan alam demokrasi di Negara kita. Penyiaran telah

menjadi salah satu sarana berkomunikasi bagi masyarakat,

lembaga penyiaran, dunia bisnis dan pemerintah. Perkembangan

tersebut telah menyebabkan landasan hukum pengaturan

penyiaran yang ada selama ini menjadi tidak memadai.

Lembaga penyiaran merupakan media komunikasi massa

yang mempunyai peran penting dalam kehidupan sosial, budaya,

politik dan ekonomi, memiliki kebebasan dan tanggungjawab

dalam menjalankan fungsinya sebagai media informasi,

pendidikan, hiburan serta kontrol dan perekat sosial. Siaran yang

dipancarkan dan diterima secara bersamaan, serentak dan bebas,

memiliki pengaruh yang besar dalam pembentukan pendapat,

sikap dan perilaku khalayak, maka penyelenggara wajib

bertanggungjawab dalam menjaga nilai moral, tata susila, budaya,

kepribadian dan kesatuan bangsa yang berlandaskan kepada

87
Ketuhanan Yang Maha Esa dan Kemanusiaan yang adil dan

Beradab.

Selanjutnya dalam penyelenggaraan penyiaran di Indonesia

dibutuhkan peran serta masyarakat. Peran serta masyarakat

dalam menyelenggarakan sebagian tugas-tugas umum

pemerintahan, khususnya di bidang penyelenggaraan penyiaran,

tidaklah terlepas dari kaidah-kaidah umum penyelenggaraan

telekomunikasi yang berlaku secara universal.

C. Landasan Yuridis

Dalam Negara hukum setiap tindakan pemerintahan pada

asasnya harus selalu didasarkan atas kewenangan yang diberikan

oleh hukum. Tindakan pemerintahan yang dilakukan tanpa dasar

kewenangan akan berakibat batal demi hukum. Salah satu fungsi

pemerintahan yang kewenangannya diberikan oleh hukum adalah

membentuk peraturan perundang-undangan, termasuk

membentuk peraturan daerah dalam penyelenggaraan

pemerintahan daerah.

Setiap orang berhak untuk berkomunikasi dan memperoleh

informasi untuk mengembangkan pribadi dan lingkungan

sosialnya serta berhak untuk mencari, memperoleh, memiliki,

menyimpan, mengolah dan menyampaikan informasi dengan

menggunakan segala jenis saluran yang tersedia. Implementasi

dari hak tersebut di atas adalah dengan diundangkannya Undang-

Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentng Penyiaran dan Peraturan

Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan

Penyiaran Publik. Seiring dengan berlakunya Undang-Undang

88
Nomor 32 Tahun 2004 yang diganti dengan Undang-Undang

Nomor 23 Tahun 2014 tentang Penyelenggaraan Pemerintah

Daerah, maka Pemerintah daerah diberi keleluasaan dalam

mengelola wilayah sendiri termasuk pengelolaan informasi publik

dalam rangka meningkatkan pelayaan kepada masyarakat.

Informasi merupakan kunci perubahan, terutama informasi

melalui media. Oleh karena itu , peranan media, baik cetak

maupun media elektronik sangat besar dalam memberikan

informasi sehingga dengan cepat informasi bergulir ke seluruh

penjuru tanpa batas jarak dan waktu.

Lembaga Penyiaran Publik adalah lembaga penyiaran yang

berbentuk Badan Hukum yang didirikan oleh Negara, bersifat

independen, netral, tidak komersial dan berfungsi memberikan

layanan untuk kepentingan masyarakat. Selanjutnya Lembaga

Penyiaran Publik Lokal adalah Lembaga Penyiaran yang berbentuk

Badan Hukum yang didirikan oleh Pemerintah Daerah,

menyelenggarakan kegiatan penyiaran radio atau penyiaran

televisi, bersifat independen, netral, tidak komersial dan berfungsi

memberikan layanan untuk kepentingan masyarakat yang

siarannya berjaringan dengan Radio Republik Indonesia (RRI)

untuk radio dan Televisi Republik Indonesia (TVRI) untuk televisi.

Berdasarkan ketentuan pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah

Nomor 11 Tahun 2005 tentang Penyelenggaraan Penyiaran Publik,

Lembaga Penyiaran Publik Lokal merupakan Lembaga Penyiaran

yang berbentuk Badan Hukum yang didirikan oleh Pemerintah

dengan persetujuan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) atas

usul masyarakat. Dalam kajian ilmu hukum yang dimaksud Badan

89
Hukum Publik adalah badan Negara dan mempunyai kekuasaan

wilayah atau merupakan lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah

berdasarkan Peraturan Perundang Undangan yang dijalankan

secara fungsional oleh eksekutif atau pemerintah atau badan

pengurus yang diberi tugas untuk itu, misalnya Negara Republik

Indonesia, Pemerintah Daerah, dan Lembaga Negara. Sementara

itu, Badan Hukum Privat adalah badan hukum yang didirikan

berdasarkan hukum privat atau hukum perdata yang menyangkut

kepentingan pribadi orang di dalam badan hukum itu, misalnya

Perseroan Terbatas (PT), Koperasi dan yayasan.

Merujuk pengertian Badan Hukum Publik di atas, Badan/

lembaga yang dibentuk oleh Pemerintah Daerah termasuk dalam

bentuk badan Hukum Publik. Untuk dapat disebut sebagai Badan

Hukum, harus memenuhi syarat sebagai berikut: (1) adanya harta

kekayaan yang terpisah (2) mempunyai tujuan tertentu (3)

mempunyai kepentingan sendiri (4) adanya organisasi yang teratur

Pembentukan badan hukum Lembaga Penyiaran Publik Lokal TV

sebagaimana ditegaskan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 11

Tahun 2005 tentang Lembaga Penyiaran Publik Lokal TV dapat

mengacu alur pembentukan badan hukum Publik Lembaga

Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia yang dibentuk khusus

melalui Peraturan Pemerintah Nomor 12 Tahun 2005 tentang

Lembaga Penyiaran Publik Radio Republik Indonesia.

90
BAB V

JANGKAUAN, ARAH PENGATURAN, DAN RUANG LINGKUP

MATERI MUATAN PERATURAN DAERAH

A. Ketentuan Umum

1. Daerah adalah Kabupaten Bengkayang.

2. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur penyelenggara

pemerintahan daerah yang memimpin pelaksanaan urusan

pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah otonom.

3. Bupati adalah Bupati Bengkayang.

91
4. Dewan Perwakilan Dakyat Daerah yang selanjutnya disingkat

DPRD adalah Lembaga Perwakilan Rakyat Daerah yang

berkedudukan sebagai unsur penyelenggara Pemerintahan

Daerah.

5. Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang

yang selanjutnya disebut LPPL Border TV Bengkayang adalah

lembaga penyiaran yang berbentuk badan hukum yang

didirikan Pemerintah Daerah, menyelenggarakan kegiatan

penyiaran televisi, bersifat independen, netral, tidak komersial

dan berfungsi memberikan layanan untuk kepentingan

masyarakat yang siarannya berjaringan dengan Televisi

Republik Indonesia.

6. Dewan Pengawas adalah organ LPPL TV Border yang berfungsi

mewakili masyarakat, Pemerintah Daerah, dan unsur lembaga

penyiaran publik yang menjalankan tugas pengawasan untuk

mencapai tujuan LPPL TV Border.

7. Dewan Direksi adalah unsur pimpinan LPPL TV Border yang

berwenang dan bertanggungjawab atas pengelolaan LPPL TV

Border.

8. Komisi Penyiaran Indonesia yang selanjutnya disingkat KPI

adalah lembaga negara yang bersifat independen yang ada di

pusat dan di daerah yang tugas dan wewenangnya diatur

dalam Undang-undang 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran.

9. Program siaran adalah program yang berisi pesan atau

rangkaian pesandalam bentuk suara, gambar, atau suara dan

gambar atau yang berbentukgrafis, karakter, baik yang bersifat

interaktif maupun tidak yang disiarkanoleh lembaga penyiaran.

92
10. Siaran iklan adalah siaran informasi yang bersifat komersial

dan layanan masyarakat tentang tersedianya jasa, barang, dan

gagasan yang dapat dimanfaatkan oleh khalayak dengan atau

tanpa imbalan kepada lembaga penyiaran yang bersangkutan.

11. Siaran iklan niaga adalah siaran iklan komersial yang disiarkan

melalui penyiaran televisi dengan tujuan memperkenalkan,

memasyarakatkan, dan/atau mempromosikan barang atau jasa

kepada khalayak sasaran untuk mempengaruhi konsumen

agar menggunakan produk yang ditawarkan.

12. Siaran iklan masyarakat adalah siaran iklan nonkomersial

yang disiarkan melalui penyiaran televisi dengan tujuan

memperkenalkan, memasyarakatkan, dan/atau

mempromosikan gagasan, cita-cita, anjuran, dan/atau pesan-

pesan lainnya kepada masyarakat untuk mempengaruhi

khalayak agar berbuat dan/atau bertingkah laku sesuai

dengan pesan iklan tersebut.

B. Materi Yang Akan Diatur

1. BENTUK, KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI

- Dengan Peraturan Daerah ini dibentuk Lembaga Penyiaran

Publik Lokal Border Televisi Bengkayang yang merupakan

Badan Hukum yang didirikan Pemerintah Daerah.

- LPPL Border TV Bengkayang bersifat independen, netral, dan

tidak komersial.

- LPPL Border TV Bengkayang berada di bawah dan

bertanggung jawab kepada Bupati.

- Tempat kedudukan LPPL Border TV Bengkayang berada di

Daerah.

93
- LPPL Border TV Bengkayang mempunyai tugas memberikan

pelayanan informasi, pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol

dan perekat sosial, serta melestarikan budaya bangsa untuk

kepentingan seluruh lapisan masyarakat melalui

penyelenggaraan penyiaran televisi yang menjangkau ke

seluruh wilayah Daerah.

- Untuk melaksanakan tugas, LPPL Border TV Bengkayang

menyelenggarakan fungsi pembinaan dan pelaksanaan

administratif serta sumber daya LPPL Border TV

Bengkayang.

2. ORGANISASI

- Organisasi LPPL Border TV Bengkayang terdiri dari:

a. Dewan Pengawas;

b. Dewan Direksi;

c. Manajemen Penyelenggara Penyiaran.

- Susunan organisasi LPPL Border TV Bengkayang diatur lebih

lanjut oleh Dewan Direksi.

- Anggota Dewan Pengawas berjumlah 3 (tiga) orang, 1 (satu)

orang diantaranya ditetapkan menjadi Ketua Dewan Pengawas

berdasarkan keputusan hasil rapat anggota Dewan Pengawas.

- Dewan Pengawas terdiri atas unsur Pemerintah Daerah,

Masyarakat, dan Profesional LPPL Border TV Bengkayang.

- Calon anggota Dewan Pengawas diusulkan oleh pemerintah

Daerah kepada DPRD berdasarkan masukan dari Pemerintah

Daerah dan/atau masyarakat.

- Dewan Pengawas bertanggung jawab kepada Bupati.

94
- Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Pengawas

adalah warga Negara Indonesia yang memenuhi syarat sebagai

berikut:

a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. setia pada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela;

e. berpendidikan sarjana atau memiliki kompetisi intelektual

yang setara;

f. mempunyai integritas dan dedikasi yang tinggi untuk

mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dan

negara;

g. memiliki kepedulian, wawasan, pengetahuan dan/atau

keahlian, serta pengalaman di bidang penyiaran publik;

h. tidak terkait langsung maupun tidak langsung dengan

kepemilikan dan kepengurusan Lembaga Penyiaran lainnya;

i. tidak memiliki ikatan dengan lembaga penyiaran lain; dan

j. bukan berasal dari anggota dan/atau pengurus partai

politik.

- Calon anggota Dewan Pengawas paling sedikit 5 (Lima) orang

dan paling banyak 9 (sembilan) orang secara proporsional.

- Dewan Pengawas ditetapkan oleh Bupati setelah melalui uji

kepatutan dan kelayakan oleh DPRD.

- Masa kerja Dewan Pengawas adalah 5 (lima) tahun dan dapat

dipilih kembali hanya 1 (satu) kali masa kerja berikutnya.

- Dewan Pengawas mempunyai tugas:

95
a. menetapkan kebijakan umum, rencana induk, kebijakan

penyiaran, rencana kerja dan anggaran tahunan, kebijakan

pengembangan kelembagaan dan sumber daya, serta

mengawasi pelaksanaan kebijakan tersebut sesuai dengan

arah dan tujuan penyiaran;

b. mengawasi pelaksanaan rencana kerja dan anggaran serta

independensi dan netralitas siaran;

c. melakukan uji kelayakan dan kepatutan secara terbuka

terhadap calon anggota Dewan Direksi;

d. mengangkat dan memberhentikan dewan direksi;

e. menetapkan salah seorang anggota Dewan Direksi sebagai

direktur utama;

f. menetapkan pembagian tugas setiap direktur; dan

g. melaporkan hasil pelaksanaan tugas kepada Bupati.

- Dewan Pengawas LPPL Border TV Bengkayang dalam

melaksanakan tugas mempunyai wewenang:

a. mengangkat, memberhentikan sementara, merehabilitasi

dan memberhentikan Direksi LPPL Border TV Bengkayang;

b. menilai kinerja Direksi dalam mengelola LPPL Border TV

Bengkayang;

c. menilai laporan tahunan LPPL Border TV Bengkayang yang

disampaikan Dewan Direksi;

d. mengesahkan laporan tahunan LPPL Border TV

Bengkayang yang disampaikan Dewan Direksi;

e. menyampaikan laporan tahunan LPPL Border TV

Bengkayang kepada Bupati dan tembusannya disampaikan

kepada DPRD Kabupaten Bengkayang;

96
f. meminta keterangan Direksi mengenai pengelolaan dan

pengembangan LPPL Border TV Bengkayang.

- Anggota Dewan Pengawas berhenti atau diberhentikan

sebelum habis masa jabatannya apabila:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri;

c. tidak melaksanakan tugasnya dengan baik;

d. tidak melaksanakan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

e. terlibat dalam tindakan yang merugikan LPPL Border TV

Bengkayang;

f. dipidana karena melakukan tindak pidana berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap; atau

g. tidak lagi memenuhi persyaratan.

- Keputusan pemberhentian ditetapkan setelah yang

bersangkutan diberi kesempatan membela diri. Pembelaan diri

dilakukan secara tertulis dalam jangka waktu 1 (satu) bulan

terhitung sejak anggota Dewan Pengawas yang bersangkutan

diberitahu secara tertulis tentang rencana pemberhentian.

Selama rencana pemberhentian masih dalam proses, anggota

Dewan Pengawas yang bersangkutan dapat melanjutkan

tugasnya. Jika dalam jangka waktu 2 (dua) bulan terhitung

sejak tanggal penyampaian pembelaan, Bupati tidak

memberikan rekomendasi pemberhentian, rencana

pemberhentian tersebut batal. Kedudukan sebagai anggota

97
Dewan Pengawas berakhir dengan dikeluarkannya keputusan

pemberhentian oleh Bupati.

- Apabila sampai berakhirnya masa jabatan Dewan Pengawas

atau anggota Dewan Pengawas meninggal atau pengangkatan

Dewan Pengawas yang baru masih dalam proses penyelesaian,

Bupati menunjuk/mengangkat Dewan Pengawas lama atau

bukan anggota Dewan Pengawas lama, yang memenuhi

persyaratan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan sebagai Pejabat Sementara Dewan Pengawas.

Pengangkatan Pejabat Sementara Dewan Pengawas ditetapkan

dengan Keputusan Bupati, yang berlaku paling lama 6 (enam)

bulan dan tidak dapat diperpanjang. Bupati menyampaikan

pengangkatan Pejabat Sementara Dewan Pengawas kepada

DPRD Kabupaten Bengkayang paling lama 30 (tiga puluh) hari

sejak Keputusan Bupati ditetapkan.

- Anggota Dewan Direksi berjumlah 3 (tiga) orang Direktur,

yang terdiri atas Direktur Pemasaran, Direktur Pemberitaan

dan Penyiaran serta Direktur Teknik. Anggota Dewan Direksi

dapat berasal dari Pegawai Negeri Sipil dan bukan Pegawai

Negeri Sipil sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-

Undangan. Direktur Utama diangkat dari salah satu anggota

dewan Direksi yang ditetapkan berdasarkan rapat Dewan

Pengawas. Dewan Direksi bertanggungjawab kepada Dewan

Pengawas.

- Yang dapat diangkat menjadi anggota Dewan Direksi adalah

warga Negara Indonesia yang memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

98
a. bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;

b. setia kepada Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara

Republik Indonesia Tahun 1945;

c. sehat jasmani dan rohani;

d. berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela;

e. berpendidikan minimal sarjana strata satu;

f. mempunyai integritas dan dedikasi yang tinggi untuk

mempertahankan persatuan dan kesatuan bangsa dan

negara;

g. usia pada waktu dipilih tidak melebihi 55 tahun;

h. memiliki kepedulian, wawasan, pengetahuan dan/atau

keahlian, serta pengalaman dalam bidang penyiaran publik

minimal 1 (satu) tahun, kecuali Dewan Direksi yang berasal

dari pegawai negeri sipil;

i. tidak terkait langsung dengan kepemilikan dan

kepengurusan mediamassa lainnya;

j. tidak memiliki jabatan rangkap pada LPPL Border TV

Bengkayang; dan

k. bukan berasal dari anggota dan/atau pengurus partai

politik.

- Anggota Dewan Direksi diangkat oleh Dewan Pengawas

setelah mendapatkan pertimbangan dari Bupati. Dewan

Direksi mempunyai masa kerja 5 (lima) tahun dan dapat

dipilih kembali hanya untuk 1 (satu) kali masa kerja

berikutnya.

- Dewan direksi mempunyai tugas:

99
a. melaksanakan kebijakan yang ditetapkan oleh Dewan

Pengawas yang meliputi kebijakan umum, rencana induk,

kebijakan penyiaran, rencana kerja dan anggaran tahunan,

serta kebijakan pengembangan kelembagaan dan sumber

daya;

b. memimpin dan mengelola LPPL Border TV Bengkayang

sesuai dengan tujuan dan senantiasa berusaha

meningkatkan daya guna dan hasil guna;

c. menetapkan ketentuan teknis pelaksanaan operasional

lembaga dan operasional penyiaran;

d. mengadakan dan memelihara pembukuan serta

administrasi sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan;

e. menyiapkan laporan berkala dan laporan tahunan;

f. membuat laporan keuangan sesuai dengan ketentuan

peraturan perundang-undangan;

g. mewakili LPPL Border TV Bengkayang di dalam dan di luar

pengadilan; dan

h. menjalin kerja sama dengan lembaga lain.

- Rencana induk paling sedikit memuat:

a. evaluasi pelaksanaan rencana induk sebelumnya;

b. posisi LPPL Border TV Bengkayang;

c. asumsi LPPL Border TV Bengkayang yang dipakai

penyusunan rencana jangka panjang;

d. penempatan sasaran, strategi, kebijakan program

kerja/rencana jangka panjang beserta keterkaitan antar

unsur tersebut.

100
- Dewan Direksi dalam melaksanakan tugas berwenang:

a. mengangkat dan memberhentikan pegawai LPPL Border TV

Bengkayang berdasarkan ketentuan peraturan

kepegawaian;

b. menetapkan kebijakan operasional untuk kemajuan LPPL

Border TV Bengkayang;

c. menjalin kerjasama dengan pihak luar untuk kemajuan

LPPL Border TV Bengkayang dengan persetujuan Dewan

Pengawas berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan;

d. menetapkan susunan organisasi dan tata kerja LPPL

Border TV Bengkayang dengan persetujuan Dewan

Pengawas;

e. mewakili LPPL Border TV Bengkayang di dalam dan di luar

pengadilan.

- Anggota Dewan Direksi berhenti apabila:

a. meninggal dunia;

b. mengundurkan diri;

c. berhalangan tetap.

- Anggota Dewan Direksi dapat diberhentikan sebelum habis

masa jabatannya apabila:

a. terlibat dalam tindakan yang merugikan LPPL TV Border;

b. dipidana karena melakukan tindak pidana berdasarkan

putusan pengadilan yang telah memperoleh kekuatan

hukum tetap; atau

c. tidak lagi memenuhi persyaratan.

101
- Sebelum keputusan pemberhentian ditetapkan sebagaimana

dimaksud pada huruf a dan huruf b, yang bersangkutan

diberi kesempatan membela diri. Pembelaan diri dilakukan

secara tertulis dalam jangka waktu 1 (satu) bulan terhitung

sejak anggota Dewan Direksi yang bersangkutan diberitahu

secara tertulis oleh Dewan Pengawas tentang rencana

pemberhentian. Selama rencana pemberhentian masih dalam

proses, anggota Dewan Direksi yang bersangkutan dapat

melanjutkan tugasnya. Jika dalam jangka waktu 2 (dua)

bulan terhitung sejak tanggal penyampaian pembelaan diri

Dewan Pengawas tidak memberikan putusan pemberhentian

anggota dewan direksi tersebut, rencana pemberhentian batal.

Kedudukan sebagai anggota Dewan Direksi berakhir dengan

dikeluarkannya keputusan pemberhentian oleh Dewan

Pengawas. Anggota Dewan Direksi yang sedang menjalani

pemeriksaan di tingkat penyelidikan karena disangka

melakukan tindak pidana, diberhentikan sementara dari

jabatannya dan apabila dinyatakan tidak bersalah oleh

pengadilan, yang bersangkutan dapat melaksanakan tugasnya

kembali pada jabatan yang sama. Apabila salah satu atau

beberapa anggota Dewan Direksi berhalangan tidak tetap,

kekosongan jabatan tersebut diisi oleh anggota Dewan Direksi

lainnya yang ditunjuk sementara oleh Dewan Pengawas. Jika

anggota dewan direksi berhenti atau diberhentikan, jabatan

penggantian antar waktu diisi sesuai dengan ketentuan

tentang pengangkatan Dewan Direksi.

102
- Apabila sampai berakhirnya masa jabatan Dewan Direksi atau

anggota Dewan Direksi meninggal atau pengangkatan Dewan

Direksi yang baru masih dalam proses penyelesaian, Dewan

Pengawas menunjuk/mengangkat Dewan Direksi lama atau

bukan anggota Dewan Direksi lama, yang memenuhi

persyaratan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-

undangan sebagai Pejabat Sementara Dewan Direksi.

- Pengangkatan Pejabat Sementara Dewan Direksi ditetapkan

dengan Keputusan Dewan Pengawas. Keputusan Dewan

Pengawas ini berlaku paling lama 6 (enam) bulan dan tidak

dapat diperpanjang. Dewan Pengawas menyampaikan

pengangkatan Pejabat Sementara Dewan Direksi kepada

Bupati paling lama 14 (empat belas) hari sejak keputusan

Dewan Pengawas ditetapkan.

- Manajemen Penyelenggara Penyiaran terdiri dari:

a. struktur organisasi dan tata kerja;

b. sumber daya manusia dan keahliannya; dan

c. sistem penggajian.

- Penyelenggara LPPL TV Border wajib memanfaatkan sumber

daya manusia yang memiliki keahlian dan kompetensi teknis

maupun kompetensi etis.

- Penyelenggara Penyiaran berhak mendapatkan gaji, tunjangan

dan lain-lain pendapatan berdasarkan standar profesi atau

standar penggajian sesuai kemampuan Pemerintah Daerah

dan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. TATA KERJA

103
- Keputusan Dewan Pengawas ditetapkan Kolektif kolegial

melalui sidang Dewan Pengawas, yang secara formal

ditetapkan oleh Dewan Pengawas.

- Pengelolaan LPPL Border TV Bengkayang dilakukan oleh

dewan direksi secara Kolektif kolegial.

- Pengambilan keputusan dilakukan melalui rapat Dewan

Direksi dan ditetapkan oleh Direktur Utama.

- Selain Dewan Pengawas dan Dewan Direksi, pihak lain

dilarang turut campur dalam kebijakan operasional siaran

LPPL Border TV Bengkayang.

- Dalam melaksanakan tugasnya, setiap pemimpin di

lingkungan LPPL Border TV Bengkayang wajib menerapkan

prinsip koordinasi, integrasi, dan sinkronisasi baik dalam

lingkungannya maupun antar satuan organisasi LPPL Border

TV Bengkayang serta dengan instansi atau pihak di luar LPPL

Border TV Bengkayang sesuai dengan tugas.

- Setiap pemimpin satuan organisasi di lingkungan LPPL

Border TV Bengkayang bertanggung jawab memimpin dan

mengkoordinasikan bawahannya dan memberikan bimbingan

serta petunjuk bagi pelaksanaan tugas bawahannya.

- Setiap Pemimpin satuan organisasi di lingkungan LPPL

Border TV Bengkayang wajib mengikuti dan mematuhi

petunjuk dan bertanggung jawab pada atasannya serta

menyampaikan laporan secara berkala atau sewaktu-waktu.

- Setiap Laporan yang diterima pemimpin satuan organisasi

wajib ditindaklanjuti untuk digunakan sebagai bahan

penyusunan laporan, baik untuk keperluan penyempurnaan

104
kebijakan maupun untuk memberikan arahan lebih lanjut

kepada bawahan.

4. PELAKSANAAN SIARAN

- LPPL Border TV Bengkayang wajib melakukan siaran paling

sedikit 3 (tiga) jam per hari dengan materi siaran yang

proporsional.

- Isi siaran LPPL Border TV Bengkayang wajib memuat paling

sedikit 60% (enam puluh persen) mata acara yangberasal dari

dalam negeri.

- Isi siaran LPPL Border TV Bengkayang wajib memberikan

perlindungan dan pemberdayaan kepada khalayak khusus

yaitu anak-anak dan remaja, dengan menyiarkan mata acara

pada waktu yang tepat dan wajib mencantumkan dan/atau

menyebutkan klasifikasi khalayak sesuai isi siaran.

- Isi siaran LPPL Border TV Bengkayang wajib menjaga

netralitas dan tidak boleh mengutamakan kepentingan

golongan tertentu.

- Isi siaran LPPL Border TV Bengkayang dilarang:

a. bersifat fitnah, menghasut, menyesatkan dan/atau bohong;

b. menonjolkan unsur kekerasan, cabul, perjudian,

penyalahgunaan narkotika dan obat terlarang;

c. mempertentangkan suku,agama, ras,dan atas golongan.

d. memperolok, merendahkan, melecehkan, dan/atau

mengabaikan nilai-nilai agama, martabat manusia

Indonesia, atau merusak hubungan internasional.

105
- Isi siaran LPPL Border TV Bengkayang wajib mengikuti

Pedoman Perilaku Penyiaran dan Standar Program Siaran

yang ditetapkan Komisi Penyiaran Indonesia.

- Isi siaran LPPL Border TV Bengkayang wajib membuat

klasifikasi acara siaran sesuai khalayak sasaran. Pembuatan

klasifikasi acara siaran didasarkan pada pertimbangan isi dan

waktu siaran acara serta usia khalayak sasaran. Untuk

klasifikasi film, sinetron, dan mata acara tertentu, LPPL

Border TV Bengkayang wajib mencantumkan kode layak

tonton yang terdiri atas:

a. layak untuk anak dengan kode LA;

b. perlu didampingi orang tua atau remaja dengan kode RBO;

c. semua umur dengan kode SU;

d. hanya untuk orang dewasa dengan kode D.

Klasifikasi siaran disusun sesuai Pedoman Perilaku Penyiaran

dan Standar Program Siaran yang ditetapkan oleh Komisi

Penyiaran Indonesia. Pencantuman klasifikasi acara siaran

wajib dilakukan baik pada waktu promosi maupun pada

waktu penyiaran.

- Bahasa pengantar utama dalam penyelenggaraan program

siaran nasional harus Bahasa Indonesia yang baik dan benar.

Bahasa daerah dapat digunakan sebagai bahasa pengantar

dalam penyelenggaraan siaran muatan lokal untuk

mendukung mata acara tertentu.

- LPPL TV Border dapat melakukan relai siaran lembaga

penyiaran lain, baik lembaga penyiaran dalam negeri maupun

dari lembaga penyiaran luar negeri. Relai siaran yang

106
digunakan sebagai acara tetap, baik yang berasal dari dalam

maupun luar negeri, dibatasi. Khusus untuk relai siaran

acara tetap yang berasal dari lembaga penyiaran luar negeri,

dilakukan pembatasan terhadap durasi, jenis,dan jumlah

mata acaranya. LPPL Border TV Bengkayang dapat

melakukan relai siaran lembaga penyiaran lain secara tidak

tetap atas mata acara tertentu yangbersifat nasional,

internasional dan/atau mata acara pilihan. LPPL Border TV

Bengkayang wajib merelai TVRI pusat pada acara dan waktu

tertentu sesuai pola acara yang telah ditentukan.

- LPPL Border TV Bengkayang dan LPPL Radio Kabupaten

Bengkayang dapat melakukan siaran bersama dan sindikasi

siaran untuk acara tertentu guna meningkatkan mutu

layanan siaran.

- LPPL Border TV Bengkayang dapat bekerja sama dengan

lembaga penyiaran lain untuk melakukan siaran bersama

dalam rangka meningkatkan mutu layanan siaran, sepanjang

siaran dimaksud tidak mengarah pada monopoli informasi

dan monopoli pembentukan opini.

- Wartawan LPPL Border TV Bengkayang dalam melaksanakan

kegiatan jurnalistik tunduk kepada Kode Etik Jurnalistik dan

ketentuan peraturan perundang- undangan.

- LPPL TV Border wajib menyimpan bahan siaran termasuk

rekaman audio, rekaman video, foto, dan dokumen dalam

jangka waktu paling sedikit 1 (satu) tahun setelah disiarkan.

Bahan siaran yang memiliki nilai sejarah, nilai informasi, atau

nilai penyiaran yang tinggi wajib diserahkan untuk disimpan

107
pada lembaga yang ditunjuk untuk menjaga kelestariannya.

Bahan siaran yang telah diserahkan tetap dapat dimanfaatkan

untuk keperluan siaran oleh LPPL Border TV Bengkayang

sebagai pemilik bahan siaran tersebut sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

- Siaran iklan terdiri atas siaran iklan niaga dan siaran iklan

layanan masyarakat. Materi siaran iklan harus sesuai kode

etik periklanan, persyaratan yang dikeluarkan oleh KPI, dan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

- Siaran iklan niaga dilarang melakukan:

a. promosi yang dihubungkan dengan ajaran suatu agama,

ideologi, pribadi dan/atau kelompok, yang menyinggung

perasaan dan/atau merendahkan martabat agama lain,

ideology lain, pribadi lain, atau kelompok lain;

b. promosi minuman keras atau sejenisnya dan bahan atau

zat adiktif lainnya;

c. hal-hal yangbertentangan dengan kesusilaan masyarakat

dan nilai-nilai agama; dan/atau

d. eksploitasi anak dibawah umur.

- Iklan rokok pada LPPL Border TV Bengkayang disiarkan pada

pukul 21.30 sampai dengan pukul 05.00 Waktu Indonesia

Barat.

- LPPL Border TV Bengkayang wajib menyediakan waktu untuk

siaran iklan layanan masyarakat yang dilakukan dalam waktu

yang tersebar mulai dari pukul 05.00 sampai dengan pukul

22.00 waktu Indonesia Barat dengan harga khusus atau jika

108
dalam keadaan darurat ditetapkan oleh Pemerintah Daerah

sesuai dengan kebutuhan.

- Waktu siaran iklan niaga LPPL Border TV Bengkayang

maksimal 15% (lima belas perseratus) dari seluruh waktu

siaran setiap hari. Waktu siaran iklan layanan masyarakat

minimal 30% (tiga puluh perseratus) dari siaran iklannya

setiap hari.

- Materi siaran iklan wajib menggunakan sumber daya dalam

negeri. Materi siaran iklan yang disiarkan melalui LPPL Border

TV Bengkayang wajib memenuhi persyaratan yang

dikeluarkan oleh Komisi Penyiaran Indonesia.

- Siaran iklan niaga yang disiarkan menjadi tanggung jawab

LPPL Border TV Bengkayang. Siaran iklan niaga yang

disiarkan pada mata acara siaran untuk anak-anak wajib

mengikuti standar siaran untuk anak-anak. Waktu siaran

LPPL Border TV Bengkayang dilarang dibeli oleh siapa pun

untuk kepentingan apapun, kecuali untuk siaran iklan.

Materi siaran iklan wajib menggunakan sumber daya dalam

negeri.

5. BIAYA PERIZINAN

- LPPL Border TV Bengkayang wajib membayar biaya izin

penyelenggaraan dan perpanjangannya serta biaya hak

penggunaan frekwensi melalui Kas Negara.

- Biaya izin, ditanggung oleh Pemerintah Daerah melalui APBD

sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

6. SIARAN PEMILIHAN UMUM DAN PEMILIHAN KEPALA DAERAH

109
- LPPL Border TV Bengkayang wajib menyediakan waktu yang

cukup bagi peliputan Pemilihan Umum dan Pemilihan Kepala

Daerah.

- LPPL Border TV Bengkayang wajib bersifat adil dan

proporsional terhadap para peserta Pemilihan Umum dan

Pemilihan Kepala Daerah.

- LPPL Border TV Bengkayang dilarang bersifat partisan

terhadap salah satu peserta Pemilihan Umum dan Pemilihan

Kepala Daerah.

- LPPL Border TV Bengkayang dilarang menyiarkan program

siaran yang dibiayai atau disponsori oleh peserta Pemilihan

Umum dan Pemilihan Kepala Daerah.

7. PARTISIPASI MASYARAKAT

- Setiap warga Negara Indonesia memiliki hak, kewajiban, dan

tanggung jawab dalam berperan serta mengembangkan

penyelenggaraan penyiaran.

- Organisasi nirlaba, lembaga swadaya masyarakat, perguruan

tinggi, dan kalangan pendidikan, dapat mengembangkan

kegiatan literasi dan/atau pemantauan LPPL Border TV

Bengkayang.

- Masyarakat dapat mengajukan keberatan terhadap program

dan/atau isi siaran yang merugikan.

8. KEKAYAAN DAN PEMBIAYAAN

- Kekayaan LPPL Border TV Bengkayang merupakan kekayaan

daerah yang tidak dipisahkan, yang dikelola sendiri sesuai

dengan ketentuan Peraturan Perundang-undangan dan

dimanfaatkan untuk kegiatan operasionalnya.

110
- Besarnya kekayaan LPPL Border TV Bengkayang pada saat

diberlakukannya peraturan daerah ini adalah seluruh

kekayaan daerah yang berasal dari Pemerintah Daerah.

- Sumber pembiayaan Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border

TV Bengkayang berasal dari:

a. anggaran pendapatan dan belanja Daerah;

b. sumbangan Pihak Ketiga yang tidak mengikat ;

c. siaran iklan;

d. usaha lain yang sah yang terkait dengan penyelengaraan

penyiaran.

Penerimaan yang diperoleh dari sumber pembiayaan

sebagaimana dimaksud pada huruf b, huruf c, dan huruf d

merupakan penerimaan daerah yang dikelola untuk

membiayai LPPL Border TV Bengkayang sesuai dengan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

- Anggaran biaya operasional LPPL Border TV Bengkayang

setiap tahun dianggarkan melalui anggaran pendapatan dan

belanja Daerah.

9. RENCANA KERJA DAN ANGGARAN

- LPPL Border TV Bengkayang wajib menyusun dan

menyampaikan Rencana Kerja dan Anggaran yang

disampaikan kepada DPRD melalui Bupati.

- LPPL Border TV Bengkayang wajib menyusun dan

menyampaikan rencana strategi yang disampaikan kepada

Bupati.

111
- LPPL Border TV Bengkayang wajib memberikan laporan

keuangan sesuai dengan ketentuan Peraturan Perundang-

Undangan.

10. PERTANGGUNGJAWABAN

- Tahun buku LPPL Border TV Bengkayang adalah tahun

anggaran Daerah.

- Laporan tahunan paling sedikit memuat:

a. laporan mengenai pelaksanaan rencana kerja serta hasil

yang telah dicapai;

b. permasalahan yang dihadapi dalam pelaksanaan rencana

kerja;

c. nama anggota Dewan Direksi dan Dewan Pengawas.

d. Laporan tahunan LPPL TV Border ditandatangani oleh

Dewan Direksi dan Dewan Pengawas untuk disampaikan

kepada Bupati.

- Laporan keuangan paling sedikit memuat:

a. perhitungan tahunan yang terdiri atas neraca, perhitungan

penerimaan dan biaya, laporan arus kas, dan laporan

perubahan kekayaan; dan

b. gaji dan tunjangan lain bagi anggota dewan direksi dan

dewan pengawas.

- Laporan keuangan, diaudit oleh Lembaga Pengawas

Fungsional Pemerintah dan atau akuntan publik dan hasilnya

diumumkan melalui Lembaga Penyiaran.

11. KEPEGAWAIAN

112
- Pegawai LPPL Border TV Bengkayang adalah Pegawai yang

diangkat dan diberhentikan oleh dewan direksi berdasarkan

ketentuan peraturan perundang-undangan.

- Persyaratan, kedudukan, hak, dan kewajiban Pegawai LPPL

Border TV Bengkayang diatur berdasarkan ketentuan

peraturan perundang-undangan.

- Pegawai sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilarang

menjadi anggota dan/atau pengurus partai politik.

- Pembinaan Pegawai di lingkungan LPPL Border TV

Bengkayang dilakukan oleh Direktur yang bertanggung jawab

di bidang kepegawaian sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

C. Ketentuan Peralihan

1. Dewan Pengawas dan Dewan Direksi dibentuk secara bertahap

sesuai dengan kondisi dan perkembangan kemajuan siaran.

2. Selama Dewan Pengawas dan Dewan Direksi belum terbentuk,

maka untuk melaksanakan fungsi pengawasan dan

operasionalisasi LPPL TV Border dilaksanakan oleh Satuan Kerja

Perangkat Daerah yang memiliki tugas pokok dan fungsi di

bidang komunikasi dan informatika.

113
BAB VI

PENUTUP

A. Simpulan

1. Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang

merupakan Lembaga Penyiaran Publik Lokal yang

menyelenggarakan kegiatan penyiaran televisi bersifat

Indenpenden, netral, tidak komersil, dan berfungsi memberikan

pelayanan untuk kepentingan masyarakat Kabupaten

Bengkayang, khususnya yang berada di wilayah perbatasan.

LPPL ini mempunyai tugas memberikan pelayanan informasi,

pendidikan, hiburan yang sehat, kontrol dan perekat sosial dan

budaya, serta melestarikan kebudayaan bangsa khususnya

kebudayaan daerah dan untuk kepentingan seluruh lapisan

masyarakat melalui penyelenggaraan siaran daerah yang

menjangkau seluruh wilayah Kabupaten Bengkayang.

2. Keberadaan Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi

Bengkayang merupakan aset daerah dalam pengembangan

teknologi informasi dan komunikasi yang diselaraskan dengan

visi dan misi Kabupaten Bengkayang dimana diharapkan dapat

menjadi pusat informasi utama dalam pengembangan,

pengelolaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi untuk layanan masyarakat dalam rangka sebesar

besarnya mensejahterakan rakyat, pengelolaan informasi daerah

yang akurat, cepat dan handal yang akan menjamin masyarakat

mendapatkan layanan informasi program-program

114
pembangunan yang dilaksanakan pemerintah daerah sebagai

bagian dari Transparansi dan akuntabilitas aparatur daerah.

3. Hak informasi masyarakat di wilayah perbatasan harus terus

diperjuangkan, sekalipun berbagai kendala yang kerap kali

ditemui diantaranya jarak tempuh yang panjang untuk

mencapai kawasan perbatasan. Pemerintah Daerah Kabupaten

Bengkayang memiliki tugas dan kewenangan untuk menjamin

masyarakat memperoleh informasi yang layak dan benar sesuai

dengan hak asasi manusia. Penduduk di Daerah Perbatasan

kerap mendapatkan siaran televisi dari negara tetangga yang

berada di Serawak, Malaysia dengan berlangganan TV kabel

atau menggunakan satelit. Pembentukan Lembaga Penyiaran

Publik Lokal Border Televisi Bengkayang diharapkan akan

menguatkan jiwa nasionalisme masyarakat di daerah

perbatasan, tentunya dengan muatan program siaran yang

selaras dengan tujuan diselenggarakannya penyiaran seperti

yang diamanatkan oleh Undang-Undang.

B. Saran

1. Pembentukan Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi

Bengkayang merupakan aset daerah dalam pengembangan

teknologi informasi dan komunikasi yang diselaraskan dengan

visi dan misi Kabupaten Bengkayang dimana diharapkan

menjadi pusat informasi utama dalam pengembangan,

pengelolaan dan pemanfaatan teknologi informasi dan

komunikasi untuk layanan masyarakat dalam rangka sebesar

besarnya mensejahterakan rakyat, pengelolaan informasi daerah

115
yang akurat, cepat dan handal yang akan menjamin masyarakat

mendapatkan layanan informasi program-program

pembangunan yang dilaksanakan pemerintah derah sebagai

bagian dari Transparansi dan akuntabilitas aparatur daerah.

2. Dengan pengembangan penyiaran melalui Lembaga Penyiaran

Publik Lokal Border Televisi Bengkayang tentunya memberikan

peluang baru untuk meningkatkan kualitas pemerintahan,

dengan cara ditingkatkannya efisiensi, layanan-layanan baru,

peningkatan partisipasi warga dan adanya suatu peningkatan

terhadap global information infrastructure. Dengan demikian

Lembaga Penyiaran Publik Lokal Border Televisi Bengkayang

akan meningkatkan kualitas pelayanan informasi publik sebagai

jalan untuk mewujudkan good governance, sehingga pelayanan

Pemerintah Daerah Kabupaten Bengkayang akan berlangsung

secara transparan, sehingga dapat dianggap akuntabel. Unsur

penyimpangan dapat dihindarkan dan pelayanan dapat

diberikan secara lebih efektif dan efisien.

116
DAFTAR PUSTAKA

Assihiddifie, Jimly, Perihal Undang-Undang, PT. Konstitusi Press,


Jakarta, 2010.

Atmdja, I Dewa Gede, Membangun Hukum Indonesia: Paradigma


Pencasila Dalam Membangun Negara Hukum Yang Bermartabat,
Setara Press, Semarang, 2013.

Bambang Senggono, Metode Penelitian Hukum, Rajawali Prss,


Jakarta, 1996.

Banerjee, Indrajit dan Kalinga Seneviratne, AMIC. (2005). Public


Service Broadcasting: A best practices sourcebook, First Edition.
UNESCO.

Mendel, Toby. (2000). Penyiaran Publik: Sebuah Survey Perbandingan


Hukum. Singapura: Unesco.

UNDP. (2004). Supporting Public Broadcasting, Learning from Bosnia


and Herzegovina’s Experience.

Wiratmo, Liliek Budiastuti. (2005). Lembaga Penyiaran Publik Lokal.


Semarang: Suara Merdeka.

Wiratmo, Liliek Budiastuti, Noor Irfan, Sigit Wiratmo. (2012).


Pengembangan Lembaga Penyiaran Publik Lokal Radio di Jawa
Tengah.

Ibrahim Johnny, Teori dan Metode Penelitian Hukum Normatif,


Banyumedia Publishing, Malang, 2012.

Indarti S., Maria Farida, Ilmu Perundang-Undangan : Jenis, Fungsi


dan Materi Muatan, Cet. 13 Kanisius, Jogyakarta, 2012.

Irawan Soejito, Hubungan Pemarintah Pusat Dan Daerah, PT.


Bhineka Cipta, Jakarta,1990.

Muhamad Mufid, Komunikasi dan Regulasi Penyiaran, Penerbit


Kencana, Jakarta, 2010.

Moh. Mahfud M.D, Politik Hukum di Indonesia, LP3S, Jakarta, 2011.

------------------------, Membangun Politik Hukum Penegak Konstitusi,


Cet. I, PT. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2010.

Sugiyono, Metode Penelitian Kumulatif dan R&D, Alpabeta, Bandung,


2010.

Sunaryati Hartono, Mencari Filsafat Hukum Indonesia yang


Melatarbelakangi Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945,
Refika Aditama, Bandung, 2008.

117
Wilayah Perbatasan Dalam Perspektif Hak Asasi manusia, Samarinda
5 September 2005.

Gagasan Pembantukan Undang-Undang Berkelanjutan, PT. Raja


Grafindo Persada, Jakarta, 2009.

Pasal 18 ayat (6) Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia


Tahun 1945;

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1999 tentang Pembentukan


Kabupaten Daerah Tingkat II Bengkayang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 44, Tambahan lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 3823);

Undang-Undang Nomor 40 Tahun 1999 tentang Pers (Tambahan


lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3887, Tambahan
lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3887);

Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2002 tentang Penyiaran (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2002 Nomor 139, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4252);

Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan


Informasi Publik (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2008 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4843);

Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 6,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5494);

Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan


Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 244, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 5587); sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir
dengan Undang undang Nomor 9 Tahun 2015 tentang
Perubahan kedua atas Undang undang 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);

Peraturan Pemerintah Nomor 11 Tahun 2005 tentang


Penyelenggaraan Lembaga Penyiaran Publik (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 29, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4485);

118

Anda mungkin juga menyukai