MATAKULIAH TUGAS 1
2. Allah SWT menyebutkan makna manusia dalam berbagai term di dalam Al-
Quran, seperti Basyar, An-Naas dan Bani Adam, Jelaskan makna term-term
tersebut dan perbedaannya menurut para Mufassir
JAWABAN:
Adapun makna dari berbagai term dan perbedaannya menurut para Mufassir di
antaranya adalah sebagai berikut:
An-Nas.
Term an-Naas berasal dari kata nawasa yang artinya goncangan atau
fluktuatif. An-Nas dalam Alquran disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar
dalam 55 surat. Dikatakan goncangan atau fluktuatif, karena manusia itu
cenderung berubah jika bertemu dengan sesamanya. Dari karakter manusia
semacam ini, maka wajar jika Islam menganjurkan agar selalu berada di
tengah-tengah orang-orang yang baik.
Misalnya dalam firman Allah:
َيَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar.”
Ayat ini menyeru kepada manusia yang beriman agar senantiasa bertakwa di
mana saja berada dan selalu berada di tengah-tengah orang-orang yang jujur.
Namun, ada juga yang memahami term A-Nas itu menunjuk arti manusia
dewasa dan berakal. Karena itu, kalimat ya ayyuhannaas menurut pendapat
ini, seruan itu bukan diarahkan kepada semua umat manusia, tapi hanya
manusia yang sudah dewasa dan akalnya sehat. Begitu juga term An-Nas
yang lain, semuanya ditujukan kepada manusia yang dewasa dan berakal
sehat, tidak ditujukan kepada anak kecil dan orang gila, meski keduanya juga
manusia. Dalam pendapat yang lain, dikatakan bahwa konsep An-Nas selalu
berhubungan dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Dalam artian bahwa manusia harus mengutamakan kepentingan bersama dan
menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat. Inilah esensi daripada konsep
An-Nas itu sendiri.
Al-Basyar
Term al-Basyar yang juga berarti manusia. Al-Basyar dinyatakan dalam
Alquran sebanyak 36 kali dan tersebat dalam 26 surat. Namun perbedaannya
adalah bahwa term ini menunjuk pada keberadaannya sebagai makhluk
jasmani dan berjasad kasar.
Sebagaimana dalam firman Allah
ْ ت
اخرُجْ َعلَ ْي ِه َّن ْ َت لَه َُّن ُمتَّ َكًأ َوآت
ِ ََت ُك َّل َوا ِح َد ٍة ِم ْنه َُّن ِس ِّكينًا َوقَال ْ ت ِإلَ ْي ِه َّن َوَأ ْعتَد
ْ َت بِ َم ْك ِر ِه َّن َأرْ َسل
ْ فَلَ َّما َس ِم َع
ك َك ِري ٌمٌ َاش هَّلِل ِ َما ٰهَ َذا بَ َشرًا ِإ ْن ٰهَ َذا ِإاَّل َمل
َ ۖ فَلَ َّما َرَأ ْينَهُ َأ ْكبَرْ نَهُ َوقَطَّ ْعنَ َأ ْي ِديَه َُّن َوقُ ْلنَ َح
“Yahya ibn Said dan Muhammad ibn Ja’far menceritakan kepada kami. Auf
menceritakan kepada kami, dari Qasamah ibn Zuhaer menceritakan
kepadaku, dari Abu Musa, dari Nabi saw bersabda: Sesungguhnya Allah swt
telah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambilnya dari
berbagai macam tanah, maka datanglah anak cucu Adam menurut kadar
tanah asalnya, ada yang berwarna putih, merah dan ada yang hitam dan
diantara warna tersebut. Ada juga yang kotor, bersih, lembut, keras dan
diantaranya”.
Berdasarkan teks ayat dan hadis yang diungkapkan oleh Rasulullah saw yang
demikian– menurut penulis–dan sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah
swt, bisa jadi ayat dan hadis di atas digunakan sebagai dasar kebenaran
pluralitas dalam kerangka kemanusian yang satu, yang semua akan kembali
dan menisbatkan diri kepada Tuhan.
a. Kedudukan Manusia di Muka Bumi.
Alquran secara kategorikal mendudukkan manusia ke dalam dua fungsi
pokok yaitu sebagai khalifatullah fi al-ardh (wakil Allah di muka bumi)
dan sebagai Abdullah (hamba Allah). Berikut penulis akan menjabarkan
kedua fungsi tersebut.
b. Manusia sebagai khalifatullah fi al-ardh.
Dalam ensiklopedi Alqurannya, Dawam Rahardjo mencatat, kata khalifah
dengan segala derivasinya diungkap sebanyak 127 kali dalam 12 kata
jadian. Maknanya berkisar di antara kata kerja menggantikan,
meniggalkan, atau kata benda pengganti atau pewaris, tetapi ada juga
yang artinya telah menyimpang seperti berselisih, menyalahi janji atau
beraneka ragam. Lebih lanjut M. Quraish Shihab mengkategorisasikan
kata khalifah bahwa kata ini dalam bentuk tunggal terulang 2 kali dalam
Alquran, sedangkan dua bentuk pulralnya yakni khalaif terulang
sebanyak 4 kali dan khulafa’ sebanyak 3 kali. Bentuk mufradnya khalif
tidak dipergunakan dalam Alquran. Tidak dipergunakannya bentuk
mufrad khalif agaknya mengisyaratkan bahwa kekhalifahan yang
diemban oleh setiap orang tidak dapat terlaksana tanpa bantuan orang
lain.
Menarik untuk diperbandingkan bahwa pengangkatan Adam sebagai
khalifah diungkapkna dalam bentuk tunggal (inni=sesungguhnya Aku)
dan dengan kata ja’il yang berarti akan mengangkat. Sedangkan
pengangkatan Daud dijelaskan dengan menggunakan bentuk plural
(inna=sesungguhnya Kami) dan dengan bentuk kata kerja ja’alnaka
(Kami telah menjadikan kamu). Kalau kaidah yang menyatakan bahwa
penggunaan bentuk plural untuk menunjuk kepada Allah mengandung
makna keterlibatan pihak lain bersama Allah dalam pekerjaan yang
ditunjukNya –seperti yang telah dikemukakan-, dapat diterima, maka ini
berarti bahwa dalam pengangkatan Daud sebagai khalifah terdapat
keterlibatan pihak lain selain Allah, yakni masyarakat (pengikut-
pengikutnya). Adapun Adam, maka disini wajar apabila
pengangkatannya dilukiskan dalam bentuk tunggal, bukan saja karena
ketika itu kekhalifahan yang dimaksud baru berupa rencana tetapi juga
karena ketika peristiwa itu terjadi, tidak ada pihak lain yang terlibat
bersama Allah dalam pengangkatan tersebut.Hubungan kekhalifahan
Adam dalam konsepal-basyar, (ingat konsep basyar yang berbeda dengan
konsep insan) bahwa sebagai manusia Adam telah memiliki perangkat-
perangkat untuk membangun dan memakmurkan bumi serta bertugas
sebagai penegak dan pelaksana hukum- hukum Allah di atas dunia
Sebagai pengembang amanah Allah, Adam dan bani Adam diberi
predikat khalifah Allah di bumi.Untuk memungkinkan pelaksanaan tugas
hidupnya, segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ditundukkan
(dijadikan fasilitas) kepada manusia.Tugas hidup yang sangat mulia itu
menentukan kedudukan manusia ditengah-tengah makhluk
lainnya.Manusia menempati posisi istimewa dibanding dengan makhluk
Allah lainnya. Keistimewaan kedudukan manusia itu disimbolkan dari
ketika Adam diciptakan Allah, dimana malaikat diperintahkan bersujud,
maka malaikat langsung sujud, sedangkan iblis membangkan dengan
congkaknya. Berdasarkan uraian diatas penulis mengemukakan bahwa
kedudukan manusia sebagai khalifatullah fi al-ardh sangat berat dan tidak
mudah. Dengan kedudukan itu, manusia dapat ditinggikan derajatnya
mengungguli alam surga, bumi dan bahkan para malaikat, tetapi pada
saat yang sama derajat manusia bisa menjadi sangat rendah dan tidak
lebih berarti dibandingkan dengan hewan sekalipun.