Anda di halaman 1dari 14

BUKU JAWABAN TUGAS

MATAKULIAH TUGAS 1

Nama Mahasiswa : SINDI DWI NADAA

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 044998439

Kode/Nama Mata Kuliah : MKDU4109/ ILMU SOSIAL DAN BUDAYA DASAR

Kode/Nama UPBJJ : 17/ UPBJJ UT JAMBI

Masa Ujian : 2022/23.1 (2022.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Ada beberapa kasus yang sedang viral di Indonesia. Pertama adanya fenomena
klitih (melukai orang) yang dilakukan oleh gerombolan anak remaja. Kedua,
adanya akun anonim di twitter yang mempromosikan gaya hidup FWB (friend
with benefit) yang mengandung ajakan seks tanpa ikatan. Kedua pelaku masih
remaja/pemuda dan menurut pengakuan mereka sedang dalam tahap tidak
beriman, dari kedua kejadian tersebut adakah indikasi keimanan seseorang
berpengaruh pada psikologi dan kehidupan sehari-hari seseorang? Jelaskan
dengan menyertakan dalil dalam Al-Quran dan Hadits!
Jawaban:
Adalah benar bahwa indikasi keimanan berpengaruh kepada psikologi dan
kehidupan sehari-hari seseorang, karena iman adalah pondasi dari kehidupan
seorang manusia. Iman artinya percaya dengan hati, diucapkan dengan lisan dan
dilakukan dengan perbuatan. Maksiat yang dilakukan seseorang
akan melunturkan iman dalam hatinya, mengurangi kadarnya. Maka dalam
keadaan kurang iman seperti itulah dia akan jatuh ke dalam berbagai pelanggaran
yang akan membuat dirinya sendiri rugi.
Sebagaimana diuraikan pada bagian terdahulu bahwa persoalan iman atau
keimanan merupakan persoalan hati dan atau keadaan jiwa seseorang. Keadaan
hati dan jiwa inilah yang akan menggerakkan dan mengarahkan perbuatan
seseorang. Dari sini dapat dipahami bahwa pembahasan tentang iman atau
keimanan dapat dikaji dari perspektif ilmu jiwa atau psikologi.
Atribut psikologis yang biasa dipersoalkan dalam psikologi tidak
mempunyai eksistensi riil. Eksistensi dan struktur atribut psikologis dibangun
secara teoritik atau disebut rekaan teoritis (theoretical construct). Dalam kaitan
ini, konstruksi teoritik keimanan, sebagaimana telah dijelaskan pada bagian
terdahulu, mencakup tiga dimensi atau aspek, yaitu: keyakinan (taṣdiq bi al-
qalb), sikap dan perasaan (‘amal al-qalb), dan perilaku atau perbuatan-perbuatan
anggota badan (‘amal al-jawarih).
Sebagai konstruksi psikologi, iman atau keimanan bersifat hipotesis yang tidak
dapat diobservasi dan diukur secara langsung. Keberadaannya hanya dapat diinfer
dari konsekuensinya. Iman atau keimanan menjadi variabel laten yang tidak bisa
diamati dan diukur secara langsung, tetapi dapat diamati dan diukur dari gejala atau
manifestasi yang ditam-pakannya (variabel amatan). Sumadi Suryabrata
menjelaskan bahwa, karena kehidupan psikologi tidak dapat diamati secara langsung
(unobservable), maka yang dapat dikaji dan diukur adalah fungsi dan ciri-ciri
psikologi yang ditampilkannya.
Lebih lanjut perlu ditegaskan dan dipahami bahwa, oleh karena kualitas dan
kuantitas iman atau keimanan hanya dapat diinfer dari variabel lain yang dapat
diamati dan diukur (variabel amatan atau indikator), maka validitas skala keimanan
sangat tergantung pada seberapa dekat variabel lain tersebut (variabel amatan atau
indikator) dapat mencerminkan karakteristik iman atau keimanan yang sedang
diukur.
Secara garis besar, atribut psikologi dapat digolongkan menjadi dua kelompok,
yaitu: 1) atribut-atribut kognitif, dan 2) atribut-atribut nonkognitif. Mengikuti
pemilahan ini, maka iman atau keimanan termasuk dalam kelompok atribut non-
kognitif. Penegasan ini sangat penting kaitannya dengan teknik pengukuran dan
interpretasi hasil pengukuran, karena secara mendasar berbeda antara pengukuran
atribut kognitif dengan pengukuran atribut nonkognitif. Menurut Howard B. Lyman,
pengukuran ranah kognitif dan psikomotor mengukur kinerja maksimum, sedangkan
pengukuran ranah afektif mengukur kinerja tipikal.
Dalil tentang iman dalam Al Quran ada dalam surat Al Ashr ayat 3:
Kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal saleh dan
nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati supaya
menetapi kesabaran.
Dalam hadits:
Tidaklah seorang berzina bila dirinya beriman. (Hadits riwayat Al
Bukhari). Artinya kadar iman seseorang sedang dalam keadaan rendah saat dia
bermaksiat.
Fenomena FWB (Friend WIth Benefit) yang sedang marak dikalangan
remaja merupakan bentuk dari lunturnya iman di kalangan remaja sehingga
menganggap lumrah kegiatan yang menuju perbuatan zina. Menghadapi tekanan
dalam kehidupan sehari-hari membuat mereka salah dalam memilih jalan hidup
akhirnya terjerumus ke masalah perzinahan, yang kemudian menyebabkan
gangguan psikologis, hal ini terjadi karena kurangnya pondasi keimanan
sesorang yang menyebabkan keluarnya dari jalan yang benar.
Kenalakan remaja tidak asing ditelinga ketika, sering dikaitkan dengan
keimanan remaja masa kini. Fenomena klitih yang marak terjadi merupakan
salah satu bentuk kenakalan remaja.remaja yang masih dalam proses mencari jati
diri namun tidak diiringi oleh pondasi keimanan yang kuat menyebabkan merka
semena-mena dalam bertindak tanpa memikirkan dampak dari tindakannya
terhadap orang lain dan dirinya sendiri.
Tentunya tingkat keimanan seorang remaja lebih gampang goyah ketika
terkena ajakan atau godaan, maka dari itu allah berfirman dalam alqur'an tentang
kenalakan remaja bisa dihindari dengan berpedoman pada ayat berikut:
QS At Taubah Ayat 119 yang artinya “Dan hendaklah kamu bersama
orang orang yang benar (jujur)”.
QS Ali Imran Ayat 118 yang artinya “Hai orang orang yang beriman
janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang orang di luar
kalangan mu karena mereka tidak henti hentinya menimbulkan kemudharatan
bagimu”.
Artinya pergaulan dan lingkunga sangat berpengaruh dalam kenalan remaja
sekarang.
Kenakalan remaja adalah suatu perbuatan yang melanggar aturan, tatanan,
aturan, hukum dalam kehidupan sosial masyarakat, yang dilakukan pada usia
remaja yaitu masa anak-anak menuju dewasa. Kenakalan remaja juga dianggap
sebagai penyakit sosial (patologi sosial) karena melakukan penyimpangan sosial.
Penyebab kenakalan remaja terbagi oleh 2 faktor yaitu faktor internal,
eksternal:
Internal, meliputi:
 Pengendalian diri yang lemah: Pengendalian diri yang lemah, adalah musuh
utama faktor internal dalam diri, jika sesorang remaja memiliki kontrol diri
yang bagus, pasti akan bisa terhindar oleh kenakalan remaja.
Eksternal, meliputi:
 Keluarga: Keluarga adalah kontrol utama remaja, jika keluarga mampu
mengendalikan keadaan setiap anggota keluarga, kemungkinan terjadi
kenakalan remaja akan sedikit.
 Lingkungan: Lingkungan luar maupun pergaulan memiliki pengaruh kuat
terhadap kehidupan remaja, karena lingkungan adalah kontrol kedua setelah
keluarga, yang akan menentukan cara berkehidupan ketika bermasyarakat.

2. Allah SWT menyebutkan makna manusia dalam berbagai term di dalam Al-
Quran, seperti Basyar, An-Naas dan Bani Adam, Jelaskan makna term-term
tersebut dan perbedaannya menurut para Mufassir
JAWABAN:

Adapun makna dari berbagai term dan perbedaannya menurut para Mufassir di
antaranya adalah sebagai berikut:
 An-Nas.
Term an-Naas berasal dari kata nawasa yang artinya goncangan atau
fluktuatif. An-Nas dalam Alquran disebutkan sebanyak 241 kali dan tersebar
dalam 55 surat. Dikatakan goncangan atau fluktuatif, karena manusia itu
cenderung berubah jika bertemu dengan sesamanya. Dari karakter manusia
semacam ini, maka wajar jika Islam menganjurkan agar selalu berada di
tengah-tengah orang-orang yang baik.
Misalnya dalam firman Allah:
َ‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا اتَّقُوا هَّللا َ َو ُكونُوا َم َع الصَّا ِدقِين‬
“Hai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah, dan hendaklah
kamu bersama orang-orang yang benar.”
Ayat ini menyeru kepada manusia yang beriman agar senantiasa bertakwa di
mana saja berada dan selalu berada di tengah-tengah orang-orang yang jujur.
Namun, ada juga yang memahami term A-Nas itu menunjuk arti manusia
dewasa dan berakal. Karena itu, kalimat ya ayyuhannaas menurut pendapat
ini, seruan itu bukan diarahkan kepada semua umat manusia, tapi hanya
manusia yang sudah dewasa dan akalnya sehat. Begitu juga term An-Nas
yang lain, semuanya ditujukan kepada manusia yang dewasa dan berakal
sehat, tidak ditujukan kepada anak kecil dan orang gila, meski keduanya juga
manusia. Dalam pendapat yang lain, dikatakan bahwa konsep An-Nas selalu
berhubungan dengan fungsi manusia sebagai makhluk sosial. Sebagai
makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup sendiri tanpa bantuan orang lain.
Dalam artian bahwa manusia harus mengutamakan kepentingan bersama dan
menjaga keharmonisan hidup bermasyarakat. Inilah esensi daripada konsep
An-Nas itu sendiri.
 Al-Basyar
Term al-Basyar yang juga berarti manusia. Al-Basyar dinyatakan dalam
Alquran sebanyak 36 kali dan tersebat dalam 26 surat. Namun perbedaannya
adalah bahwa term ini menunjuk pada keberadaannya sebagai makhluk
jasmani dan berjasad kasar.
Sebagaimana dalam firman Allah
ْ ‫ت‬
‫اخرُجْ َعلَ ْي ِه َّن‬ ْ ‫َت لَه َُّن ُمتَّ َكًأ َوآت‬
ِ َ‫َت ُك َّل َوا ِح َد ٍة ِم ْنه َُّن ِس ِّكينًا َوقَال‬ ْ ‫ت ِإلَ ْي ِه َّن َوَأ ْعتَد‬
ْ َ‫ت بِ َم ْك ِر ِه َّن َأرْ َسل‬
ْ ‫فَلَ َّما َس ِم َع‬
‫ك َك ِري ٌم‬ٌ َ‫اش هَّلِل ِ َما ٰهَ َذا بَ َشرًا ِإ ْن ٰهَ َذا ِإاَّل َمل‬
َ ‫ۖ فَلَ َّما َرَأ ْينَهُ َأ ْكبَرْ نَهُ َوقَطَّ ْعنَ َأ ْي ِديَه َُّن َوقُ ْلنَ َح‬

“Maka tatkala wanita itu (Zulaikha) mendengar cercaan mereka,


diundangnyalah wanita-wanita itu dan disediakannya bagi mereka tempat
duduk, dan diberikannya kepada masing-masing mereka sebuah pisau (untuk
memotong jamuan), kemudian dia berkata (kepada Yusuf): “Keluarlah
(nampakkanlah dirimu) kepada mereka”. Maka tatkala wanita-wanita itu
melihatnya, mereka kagum kepada (keelokan rupa)nya, dan mereka melukai
(jari) tangannya dan berkata: “Maha sempurna Allah, ini bukanlah
manusia. Sesungguhnya ini tidak lain hanyalah malaikat yang mulia”.
Ayat ini mengisahkan kaum perempuan saat itu, yang begitu terpana dengan
ketampanan Yusuf. Coba perhatikan perkataanya: “Maha sempurna Allah,
ini bukanlah manusia (basyar). Ini benar-benar malaikat yang mulia.” Kata
manusia pada ayat ini diungkapkan dengan term basyar, sebab kekaguman
mereka hanya pada ketampanan Yusuf dari segi fisik. Dari penjelasan di atas
bisa disimpulkan, kalau term Insan menunjuk kepada karakteristik manusia
sebagai makhluk jasmani-rohani, sementara term basyar berarti manusia dari
segi fisik-jasmaniah. Atau lebih tepatnya, manusia adalah makhluk jasmani;
justru, jasmani atau jasad kasar diciptakan untuk mendukung keberadaan
rohani atau subordinat bagi rohani. Karena itu ayat-ayat yang mengecam
manusia, selalu diarahkan kepada mereka yang diperbudak oleh kebutuhan
jasmaninya, yang biasanya dikendalikan oleh hawa nafsu.
 Bani Adam
Istilah ini berbeda dengan kedua istilah sebelumnya.Keduanya merujuk
kepada manusia adalah karena adanya keterkaitan dengan kata Adam.Kedua
istilah tersebut diartikan dengan keturunan, tetapi sesungguhnya memiliki
konotasi yang berbeda. Kata bani berakar dengan huruf-huruf ba, nun dan ra,
yang bermakna sesuatu yang lahir dari yang lain dan kata zuririyat yang
berakar dengan huruf-huruf zal, ra dan ra mempunyai arti kehalusan dan
tersebar. Dikaitkannya kedua kata tersebut dengan Adam memberi kesan
kesejarahan dalam konsep manusia; dan zurriyat Adam mengandung konsep
keragaman manusia yang tersebar dalam berbagai warna dan bangsa. Hal ini
disinyalir dalam QS. Al-Rum (30 ): 22 dan QS. Fathir (35): 28.

“Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan


bumi dan berlainlainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada
yang demikan itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang
mengetahui.”

“Dan demikian (pula) di antara manusia, binatang-binatang melata dan


binatang-binatang ternak ada yang bermacam-macam warnanya (dan
jenisnya). Sesungguhnya yang takut kepada Allah di antara hamba-hamba-
Nya, hanyalah ulama.Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha
Pengampun”.
Dalam hadis Rasulullah saw juga ditemukan manifestasi bani Adam yang
diciptakan dalam berbagai bentuk warna dan bahasa, seperti dalam hadis
yang diriwayatkan oleh Ahmad bin Hanbal dalam Sunan Ahmad bin Hanbal:

“Yahya ibn Said dan Muhammad ibn Ja’far menceritakan kepada kami. Auf
menceritakan kepada kami, dari Qasamah ibn Zuhaer menceritakan
kepadaku, dari Abu Musa, dari Nabi saw bersabda: Sesungguhnya Allah swt
telah menciptakan Adam dari segenggam tanah yang diambilnya dari
berbagai macam tanah, maka datanglah anak cucu Adam menurut kadar
tanah asalnya, ada yang berwarna putih, merah dan ada yang hitam dan
diantara warna tersebut. Ada juga yang kotor, bersih, lembut, keras dan
diantaranya”.
Berdasarkan teks ayat dan hadis yang diungkapkan oleh Rasulullah saw yang
demikian– menurut penulis–dan sebagai salah satu tanda kekuasaan Allah
swt, bisa jadi ayat dan hadis di atas digunakan sebagai dasar kebenaran
pluralitas dalam kerangka kemanusian yang satu, yang semua akan kembali
dan menisbatkan diri kepada Tuhan.
a. Kedudukan Manusia di Muka Bumi.
Alquran secara kategorikal mendudukkan manusia ke dalam dua fungsi
pokok yaitu sebagai khalifatullah fi al-ardh (wakil Allah di muka bumi)
dan sebagai Abdullah (hamba Allah). Berikut penulis akan menjabarkan
kedua fungsi tersebut.
b. Manusia sebagai khalifatullah fi al-ardh.
Dalam ensiklopedi Alqurannya, Dawam Rahardjo mencatat, kata khalifah
dengan segala derivasinya diungkap sebanyak 127 kali dalam 12 kata
jadian. Maknanya berkisar di antara kata kerja menggantikan,
meniggalkan, atau kata benda pengganti atau pewaris, tetapi ada juga
yang artinya telah menyimpang seperti berselisih, menyalahi janji atau
beraneka ragam. Lebih lanjut M. Quraish Shihab mengkategorisasikan
kata khalifah bahwa kata ini dalam bentuk tunggal terulang 2 kali dalam
Alquran, sedangkan dua bentuk pulralnya yakni khalaif terulang
sebanyak 4 kali dan khulafa’ sebanyak 3 kali. Bentuk mufradnya khalif
tidak dipergunakan dalam Alquran. Tidak dipergunakannya bentuk
mufrad khalif agaknya mengisyaratkan bahwa kekhalifahan yang
diemban oleh setiap orang tidak dapat terlaksana tanpa bantuan orang
lain.
Menarik untuk diperbandingkan bahwa pengangkatan Adam sebagai
khalifah diungkapkna dalam bentuk tunggal (inni=sesungguhnya Aku)
dan dengan kata ja’il yang berarti akan mengangkat. Sedangkan
pengangkatan Daud dijelaskan dengan menggunakan bentuk plural
(inna=sesungguhnya Kami) dan dengan bentuk kata kerja ja’alnaka
(Kami telah menjadikan kamu). Kalau kaidah yang menyatakan bahwa
penggunaan bentuk plural untuk menunjuk kepada Allah mengandung
makna keterlibatan pihak lain bersama Allah dalam pekerjaan yang
ditunjukNya –seperti yang telah dikemukakan-, dapat diterima, maka ini
berarti bahwa dalam pengangkatan Daud sebagai khalifah terdapat
keterlibatan pihak lain selain Allah, yakni masyarakat (pengikut-
pengikutnya). Adapun Adam, maka disini wajar apabila
pengangkatannya dilukiskan dalam bentuk tunggal, bukan saja karena
ketika itu kekhalifahan yang dimaksud baru berupa rencana tetapi juga
karena ketika peristiwa itu terjadi, tidak ada pihak lain yang terlibat
bersama Allah dalam pengangkatan tersebut.Hubungan kekhalifahan
Adam dalam konsepal-basyar, (ingat konsep basyar yang berbeda dengan
konsep insan) bahwa sebagai manusia Adam telah memiliki perangkat-
perangkat untuk membangun dan memakmurkan bumi serta bertugas
sebagai penegak dan pelaksana hukum- hukum Allah di atas dunia
Sebagai pengembang amanah Allah, Adam dan bani Adam diberi
predikat khalifah Allah di bumi.Untuk memungkinkan pelaksanaan tugas
hidupnya, segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi ditundukkan
(dijadikan fasilitas) kepada manusia.Tugas hidup yang sangat mulia itu
menentukan kedudukan manusia ditengah-tengah makhluk
lainnya.Manusia menempati posisi istimewa dibanding dengan makhluk
Allah lainnya. Keistimewaan kedudukan manusia itu disimbolkan dari
ketika Adam diciptakan Allah, dimana malaikat diperintahkan bersujud,
maka malaikat langsung sujud, sedangkan iblis membangkan dengan
congkaknya. Berdasarkan uraian diatas penulis mengemukakan bahwa
kedudukan manusia sebagai khalifatullah fi al-ardh sangat berat dan tidak
mudah. Dengan kedudukan itu, manusia dapat ditinggikan derajatnya
mengungguli alam surga, bumi dan bahkan para malaikat, tetapi pada
saat yang sama derajat manusia bisa menjadi sangat rendah dan tidak
lebih berarti dibandingkan dengan hewan sekalipun.

c. Manusia Sebagai ‘Abdullah (hamba Allah)


Realitas mengatakan bahwa manusia sebagai makhluk ciptaan Allah
terdiri atas dua unsur pokok, yaitu jasad dan roh. Tugas kekhalifahan
yang telah dikemukakan di atas lebih mengacu pada tugas manusia
sebagai jasad atau dengan konteks makalah ini sebagai basyar.
Pelaksanaan tugas manusia sebagai khalifah ternyata belum cukup,
sehingga manusia masih dituntut untuk melaksanakan fungsi lain sebagai
konsekuensi ke-insani-annya yaitu manusia sebagai ‘abdullah (hamba
Allah) Konsep ‘abdullah lebih banyak mengacu pada tugas-tugas
individual manusia sebagai hamba Allah.Tugas ini diwujudkan dalam
bentuk pengabdian yangbersifat ritual kepada Allah.Alquran secara
gamblang telah menyatakan dalam QS. Al-Dzariyat (51):56:
Kewajiban keagamaan sebagai pemenuhan fungsi kehambaan manusia
memang cendrung bersifat individual, mengingat tuntutan adanya
penghayatan yang dalam agar seseorang dapat sampai pada tingkat
religiusitas.Tercapainya tingkat demikian ditandai dengan kedekatan
manusia dengan tuhannya. Dengan demikian sangatlah sulit mengukur
keberagamaan seseorang mengingat setiap individu akan memilik
persepsi dan ekspressi penghayatan yang beragam.
Berdasarkan uraian dua fungsi manusia tersebut dapat dikemukakan
bahwa kedua fungsi di atas tidak harus dipisahkan, apalagi saling
dihadapkan. Kemanusiaan manusia hanya akan utuh ketika ia berhasil
menyeimbangkan dimensi kehambaannya dengan dimensi
kekhalifahannya. Memisahkan salah satu dari dua fungsi tersebut hanya
akan membuat manusia mengalami keterpecahan pribadi dan
kegoncangan jiwa. Yang paling baik adalah menyeimbangkan kedua
fungsi tersebut. Sebagai hamba Allah manusia harus mengabdikan
dirinya ke hadapan Allah dengan melaksanakan ibadah-ibadah yang telah
diperintahkanNya. Sebagai khalifah, manusia harus mengembangkan
kreatifitas diri sehingga ia dapat berbuat kebaikan untuk kemanusiaan.
3. Sebagian cendekiawan menyimpulkan makna madani diambil dari kata madinah
yang artinya kota yang aman, belakangan muncul istilah mayarakat madani,
menurut anda adakah keterkaitan kedua makna tersebut, jelaskan dengan
menggunakan pendekatan historis atau sejarah kenabian Rasulullah!
JAWABAN:
Beberapa cendekiawan menyimpulkan makna madani diambil dari
kata madinah yang artinya kota yang aman, belakangan ini muncul istilah
mayarakat madani. Masyarakat madani merupakan sebuah model masyarakat
kota yang dibangun oleh nabi Muhammad SAW selepas hijrah ke madinah
dengan peradaban yang memiliki ciri kesederajatan, keterbukaan, toleransi,
musyawarah dan menghargai prestasi. Dengan landasan itulah
penamaan masyarakat madani muncul dan masyarakat madani dianggap sebagai
masyarakat yang paling maju pada saat itu.
Sebagian cendekiawan menyimpulkan makna madani diambil dari
kata madinah yang artinya kota yang aman, belakangan muncul istilah mayarakat
madani, keduanya memiliki keterkaitan. Masyarakat madani atau civil
society didefinisikan sebagai masyarakat majemuk yang berkembang dengan
mengedepankan toleransi antara satu sama lain dan nilai-nilai keadilan,
kesetaraan, hukum, pluralisme sehingga mereka memiliki kemajuan secara baik.
Konsep masyarakat madani menurut islam adalah sebuah bangunan politik yag
demokratis patrisipatoris, menghormati dan menghargai politik seperti
kebebasan hak asasi, partisipasi, keadaan sosial serta menjunjung tinggi etika
dan moralitas. Masyarakat madani merupakan sebuah model masyarakat kota
yang dibangun oleh nabi Muhammad SAW selepas hijrah ke madinah dengan
peradaban yang memiliki ciri kesederajatan, keterbukaan, toleransi, musyawarah
dan menghargai prestasi. Dengan landasan itulah penamaan masyarakat madani
muncul dan masyarakat madani dianggap sebagai masyarakat yang paling maju
pada saat itu.

Anda mungkin juga menyukai