Anda di halaman 1dari 4

Bagaimana Agar Moral Anak Bangsa Tegak?

Oleh: Muhamad Hasan Darojat 1 NPM: 180410090153 Pendahuluan Persoalan moralitas merupakan persoalan yang cukup signifikan posisinya dalam kemajuan umat manusia. Manusia yang bermoral akan memberikan faidah yang baik bagi kehidupan. Sebaliknya, dunia yang dipenuhi atau dikuasai, didominasi dan dihegemoni oleh manusia yang tidak bermoral akan mengakibatkan hancurnya dunia ini dan timbulnya berbagai kerusakan dalam berbagai dimensi kehidupan dan kemanusiaan. Maka, membahas persoalan tentang moralitas menjadi hal yang demikian penting sebagaimana pentingnya mengajarkan dan menyosialisasikannya kepada berbagai lapisan masyarakat. Di antara lapisan masyarakat yang harus menerima edukasi dan sosialisasi ini adalah kalangan generasi muda. Di samping itu, anak muda memiliki posisi yang signifikan di dalam masyarakat. Kondisi suatu masyarakat dan juga nasib masa depannya sangat dipengaruhi oleh bagaimana generasi pemudanya. Hal ini karena generasi muda ibarat batre-batre baru yang siap menggelorakan listrik peradaban. Singkatnya, baik buruknya kondisi dan masa depan suatu masyarakat sangat dipengaruhi oleh baik atau buruk generasi mudanya. Tentang persoalan ini, setidaknya ada empat kata kunci yang menarik untuk dibahas. Empat kata kunci itu adalah: Moral, Anak Bangsa, Tegak. Dari pembahasan mendalam mengenai empat perkara ini, akan dapat ditemukan jawaban yang esensial dan solutif mengenai hal tersebut. Bertanya kembali tentang arti Moral Ketika membahas segi baik-buruk pada suatu perkara, maka ini berhubungan dengan persoalan moralitas. Namun permasalahannya adalah apa makna yang hakiki mengenai moralitas ini. Apakah dapat diciptakan kerangka definisi yang baik oleh manusia? Persoalan semakin rumit ketika tiap pemikir dan tiap ajaran agama memberikan definisinya masing-masing tentang makna moralitas ini. Walaupun begitu, bukan berarti hal ini tidak memiliki penyelesaian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia versi online, definisi moral adalah
mo.ral [n] (1) (ajaran tt) baik buruk yg diterima umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; susila: -- mereka sudah bejat, mereka hanya minum-minum dan mabuk-mabuk, bermain judi, dan bermain perempuan; (2) kondisi mental yg membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah, berdisiplin, dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap dl perbuatan: tentara kita memiliki -- dan daya tempur yg tinggi; (3) ajaran kesusilaan yg dapat ditarik dr suatu cerita
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/moral#ixzz1e0DThB9R

Dari definisi di atas, definisi (1) adalah definisi yang dipakai dalam pembahasan ini. Sementara definisi (2) adalah definisi yang memiliki arti yang dalam bahasa Inggris-nya adalah morale dan bukan moral. Definisi (3) merujuk secara spesifik pada bidang tertentu. Dalam Cambride Dictionary versi online, moral (British English) adalah
relating to the standards of good or bad behaviour, fairness, honesty, etc. which each person believes in, rather than to laws behaving in ways considered by most people to be correct and honest

NPM 180410090153. Mahasiswa kelas D jurusan Sastra Inggris Universitas Padjadjaran.

Jika dihubungkan dengan konteks yang sama dengan definisi dari KBBI, maka definisi yang pertama yang dipakai di sini. Dari dua definisi di atas, yakni dari KBBI dan Cambridge Dictionary, diperoleh beberapa standar yang semuanya berkaitan dengan perilaku manusia. Namun, dua definisi ini tidak cukup untuk mengartikan moral secara jelas karena kata-kata di sana masih terlalu umum. Yang belum jelas adalah standar apa yang digunakan untuk dapat menilai good or bad behaviour, fairness, honesty, dll . Moral harus memberikan arti yang sebenarnya, yakni arti yang cocok dengan akibat yang ditimbulkannya pada realitas. Artinya, baik-buruknya harus dapat benar-benar terbukti bahwa ia menimbulkan kebaikan-beburukan pada realitas. Oleh karena itu, pemaknaan yang benar moral ini sangat penting. Di sinilah muncul filosof-filosof mengutarakan ide-idenya mengenai konsepsi moral dan etika dan moral menjadi salah satu bahasan cabang dalam filsafat. Namun, konsepsi yang demikian abstrak yang coba diperoleh tidak mampu memuaskan akal. Maka, saya sebagai pemeluk Islam memilih untuk memaknai moral menurut sudut pandang Islam yang saya yakini sebagai ajaran yang benar yang dapat memberikan pengertian yang benar pula terhadap persoalan ini. Dalam hal ini, Islam memiliki konsepsi akhlak. Perlu dipahami pula terlebih dahulu bahwa Islam memungkinkan untuk dipahami dan diturunkan untuk dipahami, tidak seperti pendapat kaum relativis yang menganggap relativitif terhadap kebenaran Islam, namun dengan logikanya itu pula perkataannya itu pun adalah suatu perkataan yang relatif dan bahkan diragukan kebenarannya karena muncul dari manusia yang serba kekurangan menilai sesuatu yang datang dari Allah Swt. Singkatnya, ungkapan bahwa kebenaran Islam itu relatif adalah merupakan suatu hal yang relatif dan meragukan yang tidak layak dsebut sebagai suatu ungkapan yang objektif, sedangkan kebenaran Islam itu sendiri adalah sebuah kemutlakan dan sebuah kebenaran yang objektif dalam Islam yang sesuai dengan fitrah manusia dan konsepsi keesaannya yang memuaskan akal dan menentramkan hati (ia memilah mana yang bisa dipikirkna manusia, dan mana yang tidak (mutasyabihat)), serta kemujizatan Al-Quran yang tidak pernah terkalahkan sebagai bukti kebenaran rasul-Nya. Ia memungkinkan dipahami oleh manusia sebagaimana ia memang diturunkan untuk manusia. Dengan kebenaran ajaran ini, maka konsepsi moral ini akan memiliki pengertian yang benar pula yang kemudian dapat memberikan implikasi yang sesuai dalam kaitannya dengan realitas, yaitu bahwa ketika moral Islam yang baik (akhlak karimah)itu dipraktekkan maka ia benar-benar akan berakibat kebaikan terhadap hidup sedangkan ketika moral Islam yang buruk (akhlak madzmumah), ia akan benar-benar berakibat kerusakan pada kemanusiaan dan alam. Siapakah Anak Bangsa itu? Istilah bangsa dalam KBBI diartikan sebagai
bang.sa [n] (1) kelompok masyarakat yg bersamaan asal keturunan, adat, bahasa, dan sejarahnya, serta berpemerintahan sendiri: -- India; -- Indonesia; -- Mesir; (2) golongan manusia, binatang, atau tumbuhan yg mempunyai asal-usul dan sifat khas yg sama; (3) macam; jenis: tersedia segala makanan -- kue-kue dan minuman; (4) kedudukan (keturunan) mulia (luhur): bahasa menunjukkan --; (5) ark jenis kelamin: lajur pertama diisi dng nama, yg kedua dng -- , yg ketiga umur; (6) Antr kumpulan manusia yg biasanya terikat krn kesatuan bahasa dan kebudayaan dl arti umum, dan menempati wilayah tertentu di muka bumi; (7) Bio klasifikasi dl biologi, sesudah kelas dan sebelum suku; ordo
Referensi: http://kamusbahasaindonesia.org/bangsa#ixzz1e0XEt7Xj

Dalam makalah ini, makna yang diambil dalam pembahasan adalah definisi (1). Suatu bangsa adalah juga manusia, yakni memiliki keterbatasan waktu hidup. Namun, manusia senatiasa berkembangbiak dan dengan itu mereka menghasilkan tunas-tunas baru untuk melanjutkan kehidupan. Kedudukan tunas-tunas baru ini menjadi demikian signifikan pada masyarakat secara keseluruhan

dalam kaitannya dengan karakteristik potensialnya, di antaranya cenderung idealis dalam berfikir dan mencari arah, energi yang masih segar untuk konsisten, serta semangat yang tinggi dan bergairah untuk bekerja demi kemajuan masyarakat dan peradaban. Dengan demikian, anak bangsa di sini diartikan sebagai sebuah generasi baru yang memegang estafeta peradaban dan menjadi pemimpin-pemimpin di masa depan pada suatu bangsa. Kondisinya yang masih muda dan baru membuat ia dapat belajar dari apa yang telah dilalui oleh generasi sebelumnya, mempertahankan kebaikannya, waspada serta menjauh dari hal-hal yang mencelakakan generasi sebelumnya dan mencapai pencapaian yang lebih daripada apa yang dicapai orang tua-orang tua mereka. Walaupun memang tidak semua generasi muda memiliki karakteristik seperti demikian, tapi dengan posisinya itu mereka semua tetap memiliki potensi untuk menjadi demikian. Begitupun, baik-buruknya masa depan suatu bangsa akan sangat dipengaruhi oleh baik-buruknya pemudanya. Islam Menegakkan Moral Anak Bangsa Dalam konsepsi Islam yang saya pahami, ada dua konteks bagaimana Islam mengokohkan moral pada generasi muda, yaitu konteks individual dan konteks kolektif (kaaffah). Akidah Islam memberikan pengertian bahwa amal manusia terikat dengan Allah Swt. (al-Idrok shilah billah), dalam arti segala apa yang dilakukan manusia akan memiliki konsekwensi di Hari Akhirat nanti. Secara indvidual atau pragmatik, bagaimana cara Islam menegakkan moral anak bangsa adalah dengan mendidiknya, mengajarkannya serta membentuk kesadaran yang kuat bahwa segala apa yang dilakukannya memiliki konsekwensi yang sesuai di kehidupan yang sesungguhnya dan bahwa kehidupan yang sekarang adalah kehidupan yang nisbi. Sebagaimana penggambaran al-Ghazali, hidup ini seperti dalam keadaan mimpi dalam tidur. Kita sering tidak sadar bahwa kita ada di dalam mimpi dan merasa bahwa kita akan beradal dalam mimpi selamanya. Ketika bangun kita sadar bahwa mimpi dan tidur tadi hanya dan sebentar. Begitupun ketika kita mati dan dibangkitkan, maka kita akan sadar bahwa hidup di dunia ini begitu sebentar dan palsu (kaannahum yauma yarounaha lam yalbatsu illa asyiyyatan au dhuhaha (QS 79:46)) dan ia menghadapi suatu kenyataan yang sesungguhnya di mana ia harus mempertanggungjawabkan segala perbuatannya (yauma yandzuru l-maru maa qoddamat yadaahu (QS 78:40)). Wallahu alam. Secara kolektif bagaimana Islam mengokohkan moral anak muda adalah dengan diterapkannya sistem pemerintahan Islam dalam negera tersebut (maudhuatu li khilafah an-nubuwwat fi hirosatiddin wa siyasatiddunya/pemerintahan pelanjut (khilafah) kenabian dalam menjaga agama dan mengatur kehidupan). Islam di sini bukan sebagai ajaran spiritual melainkan sebagai sebuah ideologi dan politik yang mengatur manusia. Islam memberikan sistem yang baik dalam membangun masyarakat dan mendidiknya. Persoalan sekarang adalah kehancuran diakibatkan pemerintah yang sekarang tidak Islami atau tidak bersumber pada ajaran Islam sehingga menghasilkan produk aturan yang melegalkan sosialisasi moral yang buruk yang begitu massif di media-media, serta dalam bidang pendidikan pemerintah menciptakan pendidikan yang sangat sekuler, memarginalkan agama serta berorientasi pada materi. Sistem pemerintahan demokrasi, yang dikatakan Francis Fukuyama sebagai sistem pemerintahan terbaik yang dipilih oleh manusia, justru menjadi sesuatu yang menghancurkan moral masyarakat itu sendiri. Singkatnya, dalam konteks ini, Islam harus dijadikan sebagai sebuah rujukan dalam hal sistem pemerintahan. Moral Islam dalam masyarakat secara kolektif pun dapat terbentuk dengan menggunakan aturan. Memang benar, masalah yang sering jadi keluhan adalah masalah keberagaman. Namun, Islam memiliki konsepsi sangat baik dalam menghadapi keberagaman dan telah teruji dalam sejarahnya kesejahteraan yang dicapai Islam bukan hanya dinikmati oleh orang Islam tetapi juga non-muslim. Kemudian, Islam sukses dalam menjaga kerukunan antar beragama. Lalu, tercatat dalam sejarah di mana ketika bangsa lain menyerang, umat non-muslim secara sukarela menjadi tentara-tentara pelindung negara Islam.

Islam yang dijadikan pemerintahan tidak berarti bahwa Pemerintahan Islam akan memaksa non-muslim untuk masuk Islam. Walaupun begitu tidak berarti pula proses sosialisasi Islam (dakwah) tidak dijalankan. Setelah Islam disampaikan, maka non-muslim bebas memilih pindah agama atau tidak. Kembali ke persoalan moral ini, perlu ditegaskan kembali bahwa perkara eksistensi kesadaran keterikatan dengan segala aturan Allah serta digunakannya sistem pemerintahan Islam dalam negara inilah satu-satunya yang bisa menjaga moralitas manusia, khususnya generasi muda Indonesia dari degradasi. Ketika ini belum bisa dicapai, maka sampai kapanpun moral anak bangsa Indonesia tidak akan tegak. Kesimpulan Islam bukan hanya sebuah ajaran spiritual, tetapi juga ajaran yang membawa konsepsi pandangan hidup untuk kemudian dijadikan patokan oleh pemeluknya dalam menilai realitas. Moral, di mana ada baik dan buruk, adalah sebuah realita. Ketika Islam menghadapi realitas ini, maka Islam pun memberikan pandangannya yang spesifik tentang hal tersebut dan menjanjikan kebenaran pandangan ini sehingga berakibat kebaikan pada kehidupan apabila dipahami dan dijalankan. Jawaban yang benar akan memberikan implikasi kebaikan yang berdimensi keindahan. Jawaban yg dicari para filosof sudah jauh hari dijawab oleh islam. Islam adalah sebuah kebenaran (al-haqqu mirrobbik) yang memberikan kebaikan (wa ma arsalnaka illa rohmatan lil alamin) dan mengajarkan keindahan (Innallaha jamilun yuhibbu l-jamal). Ala kulli hal, bagaimana mengokohkan moral anak bangsa sebagai tunas-tunas potensial suatu bangsa yang melanjutkan estafeta kehidupan dan pewaris masa depan adalah dengan Islam. Wallahu alam

Anda mungkin juga menyukai