Anda di halaman 1dari 8

MAKALAH

REALISASI TERHADAP SIKAP KEIMANAN DAN KETAQWAAN DALAM


KEHIDUPAN INDIVIDU ATAU MASYARAKAT DI AKUN SOSIAL MEDIA

Disusun untuk Memenuhi Tugas Pendidikan Agama Islam

Dosen Pengampu : Taufikurrahman, S.Pd, M.Pd

DISUSUN OLEH :

RATNA NINGSIH DWI ANGGRAINI

30621016

D3 MANAJEMEN TRANSPORTASI UDARA

7 ALPHA

POLITEKNIK PENERBANGAN SURABAYA

2021/2022
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam menjalani kehidupan pasti terdapat interaksi sosial antara manusia satu
dengan yang lain. Dalam berinteraksi sosial diperlukan akhlak yang baik agar
terwujud interaksi sosial yang harmonis dan tidak mengalami masalah atau hambatan
dengan manusia lain. Bentuk interaksi sosial yang paling banyak dilakukan pada
zaman modern ini adalah berinteraksi melalui media sosial.
Saat ini keimanan dan ketaqwaan telah dianggap anggap sebagai hal yang biasa,
oleh masyarakat umum, bahkan ada yang tidak mengetahui sama sekali arti dari
keimanan dan ketaqwaan itu, hal ini manusia selalu menganggap remeh tentang itu
dan mengartikan keimanan dan ketaqwaan hanya sebagai arti bahasa, tidak mencari
makna sebenarnya dari arti bahasa itu dan membiarkan hal tersebut berjalan begitu
saja.
Kondisi diatas meluaskan segala hal dalam aspek kehidupan manusia. Sehingga
tidak mengherankan ketika batas-batas moral, etika dan nilai-nilai tradisional juga
terlampaui. Modernisasi yang berladangkan diatas sosial kemasyarakatan ini juga
tidak bisa mengelak dari pergeseran negatif akibat modernisasi itu sendiri.
Peningkatan intensitas dan kapasitan kehidupan serta peradaban manusia dengan
berbagai turunannya itu juga meningkatan konstelasi sosial kemasyarakatan baik
pada level individu ataupun level kolektif. Moralitas, etika dan nilai-nilai terkocok
ulang menuju keseimbangan baru searah dengan laju modernisasi. Pegerakan ini tentu
saja mengguncang perspektif individu dan kolektif dalam tatanan kemasyarakatan
yang telaha ada selama ini. Hasrat bukanlah sifat baru kemanusiaan. Namun hadir
dalam jaman yang penuh tawaran dan godaan dengan berbagai kesempatan dan
kemampuan untuk meraihnya dengan berbagai cara, telah menjadikan hasrat manusia
sebagai dalang utama berbagai kerusakan moral, etika dan nilai-nilai. Berbagai
peristiwa hukum dan kriminal baik di area publik ataupun pemerintahan telah hadir
sebagai limbah modernisasi yang tersaji transparan di sepan publik. Sebut saja KKN
di pemerintahan, kriminal, kejahatan sexual dan berbagai penyimpnagan lainnya.
Seolah-olah pakem moral, etika dan aturan-aturan yang berlaku tidak lagi menjadi hal
penghalang bagi berbagai penyimpangan-penyimpangan tersebut. Kekhawatiran atas
pergeseran itu telah mencajadi wacana hangat diseluruh lapisan masyarakat. Namun
laju modernisasi dengan berbagai turunan dan efek negatifnya terus saja mengalami
percepatan seakan tak peduli dengan kecemasan itu.
Proses pembentuk akhlak sangat berperan dengan masalah keimanan dan
ketaqwaan seseorang. Keimanan dan ketaqwaan seseorang berbanding lurus dengan
akhlak seseorang atau dengan kata lain semakin baik keimanan dan ketaqwaan
seseorang maka semakin baik pula akhlak seseorang hal ini karena keimanan dan
ketaqwaan adalah modal yang paling utama dimiliki manusia sejak ia lahir dan
melekat pada dirinya.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimanakah yang dimaksud keimanan itu?
2. Bagaimanakah yang dimaksud dengan ketaqwaan itu?
3. Bagaimanakah merealisasikan keimanan dan ketaqwaan dalam bermedia sosial?

1.3 Tujuan Penulisan

1. Dapat menguraikan makna keimanan dan ketaqwaan


2. Dapat mengetahui bagaimana merealisasikan keimanan dan ketaqwaan dalam
media sosial.
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Keimanan


Keimanan dalam Islam merupakan aspek ajaran yang fundamental, kajian ini
harus dilaksanakan secara intensif. Keimanan kepada Allah SWT kecintaan,
pengharapan, ikhlas kekhawatiran tidak dalam ridho-Nya, tawakal nilai yang
harus ditumbuhkan secara subur dalam pribadi muslim yang tidak terpisah dengan
aspek pokok ajaran yang lain dalam Islam.
Keimanan asal katanya dari kata “Iman” yang secara harfiah berarti percaya,
yakin sepenuhnya tanpa ragu-ragu sedikitpun. Kalau menurut pandangan syariat
sebagaimana jawaban Nabi kepada malaikat Jibril sewaktu ditanya tentang Iman,
‫=ق َو ْال َحيَ==ا ُء ُش= ْعبَةٌ ِم ْن‬
ِ =‫ض= ُعهَا ِإ َماطَ=ةُ اَأْل َذى ع َْن الطَّ ِري‬
َ ْ‫ض=لُهَا اَل ِإلَ=هَ ِإاَّل هَّللا ُ َوَأو‬
َ ‫اِإْل ي َمانُ بِضْ ٌع َو َس ْبعُونَ ُش= ْعبَةً َأ ْف‬
‫اِإْل ي َمان‬
“Iman itu ada tujuh puluh sekian cabang, iman yang paling utama adalah
persaksian bahwa tidak ada Tuhan yang berhak disembah kecuali Allah dan yang
paling rendah adalah menyingkirkan gangguan dari jalan. Dan rasa malu adalah
salah satu cabang dari keimanan.”(HR Bukhori, HR Muslim).
2.2 Pengertian Ketaqwaan
Apabila iman dan taqwa telah tertanam dalam jiwa seorang muslim, maka akan
memancarlah dalm setiap tingkah lakunya berbagai macam sifat-sifat yang
tercelah.
Perkataan taqwa banyak tersurat dalam Al-Qur’an. Adapun pengertian
ketaqwaan secara etimologis yaitu perkataan ketaqwaan asal katanya taqwa yang
berarti taqwa berasal dari Bahasa Arab artinya menjaga, berhati-hati dan takut
akan bahaya dan malapetaka. Taqwa menurut pengertian agama adalah seorang
yang takut kepada Allah dan selalu melakukan taat kepadanya.
Kata taqwa berasal dari waqaa-yaqii-wiqaayatan. Struktur penyusunannya
adalah huruf wa, qaf, dan ya. Dibaca waqaa,dengan arti menjaga dan menutupi
sesuatu dari bahaya. Bila kata ini digunakan berdasarkan kaitannya dengan Allah
(Ittaqullah), maka makna taqwa adalah melindungi diri dari azabNya dan
hukumanNya. Hal ini senada dengan pendapat Sayyid Thanthawi yang
menjelaskan bahwa taqwa secara bahasa berarti melindungi dan menjaga diri dari
segala sesuatu yang membahayakan dan menyakiti. Kata taqwa berasal dari
waqaa-yaqii-wiqaayatan. Struktur penyusunannya adalah huruf wa, qaf, dan ya.
Dibaca waqaa,dengan arti menjaga dan menutupi sesuatu dari bahaya. Bila kata
ini digunakan berdasarkan kaitannya dengan Allah (Ittaqullah), maka makna
taqwa adalah melindungi diri dari azabNya dan hukumanNya. Hal ini senada
dengan pendapat Sayyid Thanthawi yang menjelaskan bahwa taqwa secara bahasa
berarti melindungi dan menjaga diri dari segala sesuatu yang membahayakan dan
menyakiti.1
2.3 Realisasi Keimanan dan Ketaqwaan dalam Bermedia Sosial
Problem-problem manusia dalam kehidupan modern adalah munculnya
dampak negatif (residu), mulai dari berbagai penemuan teknologi, salah satunya
yaitu perilaku dalam bermedia sosial. Dalam hal ini bersamaan dengan maraknya
globalisasi masuklah sedikit demi sedikit yang lama – lama menjadi bukit, yaitu
faham liberalisme dalam bentuk kebebasan berekspresi melalui teknologi
informasi hasil rekaan manusia sendiri.
Pada hakikatnya Globalisasi adalah sama halnya dengan Westernisasi, setuju?
Ini tidak lain hanyalah kata lain dari penanaman nilai – nilai Barat yang
menginginkan lepasnya ikatan – ikatan nilai moralitas agama yang menyebabkan
manusia Indonesia pada khususnya selalu “berkiblat” kepada dunia Barat dan
menjadikannya sebagai suatu symbol dan tolok ukur suatu kemajuan.
Peran iman dan takwa dalam menjawab problema tantangan kehidupan modern
Peranan Iman dan Taqwa dalam Menjawab Problema dan Tantangan Kehidupan
Modern.
Pengaruh iman terhadap kehidupan manusia sangat besar. Berikut ini
dikemukakan beberapa pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan
pokok manfaat dan pengaruh iman pada kehidupan manusia.
1. Iman melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda.S
Orang yang beriman hanya percaya pada kekuatan dan kekuasaan Allah. Kalau
Allah hendak memberikan pertolongan, maka tidak ada satu kekuatanpun yang
dapat mencegahnya. Kepercayaan dan keyakinan demikian menghilangkan sifat
mendewa-dewakan manusia yang kebetulan sedang memegang kekuasaan,
menghilangkan kepercayaan pada kesaktian benda-benda keramat, mengikis
kepercayaan pada khurafat, takhyul, jampi-jampi dan sebagainya. Pegangan orang
yang beriman adalah surat al-Fatihah ayat 1-7.
2. Iman menanamkan semangat berani menghadap maut.
Takut menghadapi maut menyebabkan manusia menjadi pengecut. Banyak
diantara manusia yang tidak berani mengemukakan kebenaran, karena takut
1menghadapi
Yusuf resiko.Pengantar
al-Qaradhawy, Orang yang
Kajianberiman yakin
Islam, Suatu sepenuhnya
Analisis bahwatentang
Komprehensif kematian
Pilar-di
Pilar Substansial,
tangan Karakteristik,
Allah. Pegangan Tujuan
orang dan Sumber
beriman Acuan Islam,
mengenai terj. Setiawan
soal hidup Budiadalah
dan mati Utomo,
Lc, (Jakarta: Al-Kautsar, 2000), hal. 15
firman Allah dalam QS. an-Nisa/4:78.
3. Iman menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.
Rezeki atau mata pencaharian memegang peranan penting dalam kehidupan
manusia. Banyak orang yang melepaskan pendiriannya, arena kepentingan
penghidupannya. Kadang-kadang manusia tidak segan-segan melepaskan prinsip,
menjual kehormatan dan bermuka dua, menjilat dan memperbudak diri untuk
kepentingan materi. Pegangan orang beriman dalam hal ini ialah firman Allah
dalam QS. Hud/11:6.
4. Iman memberikan ketenteraman jiwa.
Acapkali manusia dilanda resah dan dukacita, serta digoncang oleh keraguan
dan kebimbangan. Orang yang beriman mempunyai keseimbangan, hatinya
tenteram (mutmainnah), dan jiwanya tenang (sakinah), seperti dijelaskan dalam
firman Allah surat ar-Ra’d/13:28.
5. Iman mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
Kehidupan manusia yang baik adalah kehidupan orang yang selalu
menekankan kepada kebaikan dan mengerjakan perbuatan yang baik. Hal ini
dijelaskan Allah dalam firman-Nya QS. an-Nahl/16:97.
6. Iman melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
Iman memberi pengaruh pada seseorang untuk selalu berbuat dengan ikhlas,
tanpa pamrih, kecuali keridhaan Allah. Orang yang beriman senantiasa konsekuen
dengan apa yang telah diikrarkannya, baik dengan lidahnya maupun dengan
hatinya. Ia senantiasa berpedoman pada firman Allah dalam QS. al-An’am/6:162.
7. Iman memberi keberuntungan
Orang yang beriman selalu berjalan pada arah yang benar, karena Allah
membimbing dan mengarahkan pada tujuan hidup yang hakiki. Dengan demikian
orang yang beriman adalah orang yang beruntung dalam hidupnya. Hal ini sesuai
dengan firman Allah dalam QS. al-Baqarah/2:5.
8. Iman mencegah penyakit
Akhlak, tingkah laku, perbuatan fisik seorang mukmin, atau fungsi biologis
tubuh manusia mukmin dipengaruhi oleh iman. Hal itu karena semua gerak dan
perbuatan manusia mukmin, baik yang dipengaruhi oleh kemauan, seperti makan,
minum, berdiri, melihat, dan berpikir, maupun yang tidak dipengaruhi oleh
kemauan, seperti gerak jantung, proses pencernaan, dan pembuatan darah, tidak
lebih dari serangkaian proses atau reaksi kimia yang terjadi di dalam tubuh.
Organ-organ tubuh yang melaksanakan proses biokimia ini bekerja di bawah
perintah hormon. Kerja bermacam-macam hormon diatur oleh hormon yang
diproduksi oleh kelenjar hipofise yang terletak di samping bawah otak. Pengaruh
dan keberhasilan kelenjar hipofise ditentukan oleh gen (pembawa sifat) yang
dibawa manusia semenjak ia masih berbentuk zigot dalam rahim ibu. Dalam hal
ini iman mampu mengatur hormon dan selanjutnya membentuk gerak, tingkah
laku, dan akhlak manusia.
Jika karena terpengaruh tanggapan, baik indera maupun akal, terjadi perubahan
fisiologis tubuh (keseimbangan terganggu), seperti takut, marah, putus asa, dan
lemah, maka keadaan ini dapat dinormalisir kembali oleh iman. Oleh karena itu,
orang-orang yang dikontrol oleh iman tidak akan mudah terkena penyakit modern,
seperti darah tinggi, diabetes dan kanker.
Sebaliknya, jika seseorang jauh dari prinsip-prinsip iman, tidak mengacuhkan
asas moral dan akhlak, merobek-robek nilai kemanusiaan dalam setiap
perbuatannya, tidak pernah ingat Allah, maka orang yang seperti ini hidupnya
akan diikuti oleh kepanikan dan ketakutan. Hal itu akan menyebabkan tingginya
produksi adrenalin dan persenyawaan lainnya. Selanjutnya akan menimbulkan
pengaruh yang negatif terhadap biologi tubuh serta lapisan otak bagian atas.
Hilangnya keseimbangan hormon dan kimiawi akan mengakibatkan terganggunya
kelancaran proses metabolisme zat dalam tubuh manusia. Pada waktu itu
timbullah gejala penyakit, rasa sedih, dan ketegangan psikologis, serta hidupnya
selalu dibayangi oleh kematian.2

2
Kusumastuti, Erwin, 2020. Hakekat Pendidikan Islam: Konsep Etika dan Akhlak Menurut Ibn
Myskawaih, Jakadmedia Publishing: Surabaya
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Iman dan taqwa sangat penting dalam kehidupan modern, jika dalam
kehidupan modern yang serba canggih tidak menghiraukan lagi keimanan dan
ketaqwaan kepada Allah maka akan banyak timbul problem dan tantangan yang
terjadi, baik dibidang ekonomi, social, agama, maupun keilmuan itu sendiri.
Demikianlah pengaruh dan manfaat iman pada kehidupan manusia, ia bukan
hanya sekedar kepercayaan yang berada dalam hati, melainkan juga menjadi
kekuatan yang mendorong dan membentuk sikap dan perilaku hidup.
Iman dan taqwa juga mempunyai peran penting dalam kehidupan dunia
modern, dalam kehidupan modern yang serba cepat sering kali memicu timbulnya
stress dan berbagai penyakit. Iman dan taqwa mempunyai peran antara lain:
1) Iman dan taqwa melenyapkan kepercayaan pada kekuasaan benda,
2) Iman dan taqwa menanamkan semangat berani menghadap maut
3) Iman dan taqwa menanamkan sikap “self-help” dalam kehidupan.
4) Iman dan taqwa memberikan ketenteraman jiwa.
5) Iman dan taqwa mewujudkan kehidupan yang baik (hayatan tayyibah).
6) Iman dan taqwa melahirkan sikap ikhlas dan konsekuen.
7) Iman dan taqwa memberi keberuntunganIman mencegah penyakit

Anda mungkin juga menyukai