Anda di halaman 1dari 37

1

MAKALAH

KIMIA REKAYASA

OLEH

SYAHRUL RAMADHAN
NIM : E1A1122130

PROGRAM STUDI TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI 2022
2

KATA PENGANTAR

Bismillahirrohmanirrohim,
Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh,
Puji syukur saya haturkan kehadirat Allah SWT. yang telah melimpahkan

rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan makalah ini, dengan judul

"KIMIA REKAYASA” Solawat serta salam juga tak lupa senantiasa kita sampaikan

kepada Nabi Muhammad S.A.W. beserta keluarga dan para sahabatnya “Allahumma

Sholli Ala Sayyidina Muhammad wa Ala Ali Sayyidina Muhammad”

Sebagai penyusun, saya menyadari bahwa masih terdapat kekurangan, baik

dari penyusunan maupun tata bahasa penyampaian dalam makalah ini. Oleh karena

itu, saya dengan rendah hati menerima saran dan kritik dari pembaca agar dapat

memperbaiki makalah ini dan pembuatan makalah selanjutnya.

Saya berharap, semoga makalah ini memberikan manfaat dan juga inspirasi

untuk pembaca.

Kendari, 7 Januari 2023

Penyusun
3

BAB I
IKATAN KIMIA DAN STOIKIOMETRI

STOIKIOMETRI adalah cabang ilmu kimia yang mempelajari hubungan

kuantitatif dari komposisi zat-zat kimia dan reaksi-reaksinya.

A. HUKUM - HUKUM DASAR ILMU KIMIA

1. HUKUM KEKEKALAN MASSA = HUKUM LAVOISIER

"Massa zat-zat sebelum dan sesudah reaksi adalah tetap".

Contoh: hidrogen + oksigen  hidrogenoksida 

( 4g )         ( 32g )        ( 36g )

2. HUKUM PERBANDINGAN TETAP = HUKUM PROUST

“Perbandingan massa unsur-unsur dalam tiap-tiap senyawa adalah tetap “

"pada setiap reaksi kimia, massa zat yang bereaksi dengan sejumlah zat

tertentu lain,selalu tetap,atau suatu senyawa murni selalu terdiri atas unsur-

unsur yang sama, yang tergabung dalam perbandingan tertentu.”

Contoh:

a. Pada senyawa NH3: massa N : massa H

= 1 Ar . N : 3 Ar . H

= 1 (14)  : 3 (1) = 14 : 3

Keuntungan dari hukum Proust:

bila diketahui massa suatu senyawa atau massa salah satu unsur yang membentuk
4

senyawa tersebut make massa unsur lainnya dapat diketahui.

Contoh:

Berapa kadar C dalam 50 gram CaCO3 ? (Ar: C = 12; 0 = 16; Ca=40)

Massa C = (Ar C / Mr CaCO3) x massa CaCO3

= 12/100 x 50 gram = 6 gram

Kadar C = massa C / massa CaCO3 x 100%

= 6/50 x 100 % = 12%

3. KONSEP MOL

1 mol adalah satuan bilangan kimia yang jumlah atom-atomnya atau molekul-

molekulnya sebesar bilangan Avogadro dan massanya = Mr senyawa itu.

Jika bilangan Avogadro = L maka :

L = 6.023 x 1023

1 mol atom = L buah atom, massanya = Ar atom tersebut.

1 mol molekul = L buah molekul massanya = Mr molekul tersehut.

Massa 1 mol zat disebut sebagai massa molar zat

Contoh:
5

Berapa molekul yang terdapat dalam 20 gram NaOH ?

Jawab:

Mr NaOH = 23 + 16 + 1 = 40

mol NaOH = massa / Mr = 20 / 40 = 0.5 mol

Banyaknya molekul NaOH = 0.5 L

= 0.5 x 6.023 x 1023

= 3.01 x 1023 molekul.

4. MASSA ATOM DAN MASSA RUMUS

1.Massa Atom Relatif (Ar)

merupakan perbandingan antara massa 1 atom dengan 1/12 massa 1 atom karbon

12

2.Massa Molekul Relatif (Mr)

merupakan perbandingan antara massa 1 molekul senyawa dengan

1/12 massa 1 atom karbon 12.

Massa molekul relatif (Mr) suatu senyawa merupakan penjumlahan


6

dari massa atom unsur-unsur penyusunnya.

Contoh:

Jika Ar untuk X = 10 dan Y = 50 berapakah Mr senyawa X2Y4 ?

Jawab:

Mr X2Y4 = 2 x Ar . X + 4 x Ar . Y = (2 x 10) + (4 x 50) = 220

5. PERSAMAAN REAKSI

PERSAMAAN REAKSI MEMPUNYAI SIFAT

1. Jenis unsur-unsur sebelum dan sesudah reaksi selalu sama

2. Jumlah masing-masing atom sebelum dan sesudah reaksi

selalu sama

3. Perbandingan koefisien reaksi menyatakan perbandingan mol

(khusus yang berwujud gas perbandingan koefisien juga

menyatakan perbandingan volume asalkan suhu den

tekanannya sama)
7

Contoh: Tentukanlah koefisien reaksi dari

HNO3 (aq) + H2S (g)    NO (g) + S (s) + H2O (l)

Cara yang termudah untuk menentukan koefisien reaksinya adalah

dengan memisalkan koefisiennya masing-masing a, b, c, d dan e

sehingga:

a HNO3 + b H2S c NO + d S + e H2O

Berdasarkan reaksi di atas maka

atom N : a = c (sebelum dan sesudah reaksi)

atom O : 3a = c + e 3a = a + e e = 2a

atom H : a + 2b = 2e = 2(2a) = 4a ;   2b = 3a ; b = 3/2 a

atom S : b = d = 3/2 a

Maka agar terselesaikan kita ambil sembarang harga misalnya a = 2

berarti: b = d = 3, dan e = 4 sehingga persamaan reaksinya :

2 HNO3 + 3 H2S 2 NO + 3 S + 4 H2O


8

BAB II

PERPINDAHAN PANAS DAN MASSA KONDUKTIF

Perpindahan panas terjadi melalui tiga mekanisme dasar: konduksi, konveksi dan

radiasi. Dalam praktek, lebih daripada satu mekanisme mungkin terlibat dalam

proses perpindahan.
9

Konduksi merujuk kepada perpindahan panas melalui media diam. Perpindahan

massa yang setara dengan konduksi (perpindahan massa konduktif) adalah difusi

molekuler melalui media diam.

Konveksi terjadi ketika panas berpindah bersama-sama dengan fluida yang

sedang bergerak. Pada perpindahan massa, konveksi (perpindahan massa

konvektif) merujuk kepada keadaan dimana difusi molekuler terjadi secara serempak

dengan aliran besarnya.

Radiasi adalah perpindahan panas dalam bentuk radiasi elektromagnetik. Tidak

seperti dua mekanisme terdahulu, perpindahan panas radiatif tidak memerlukan

keberadaan media bahan antara dua titik.

Dalam media tanpa ada gerakan internal (mis.: padatan), panas berpindah oleh

konduksi dan massa oleh difusi molekuler. Perpindahan ini diatur oleh hukum

Fourier dan hukum Fick (lihat disini).

Untuk perpindahan panas:

(1)
10

Untuk perpindahan massa:

(2)

Dalam persamaan (1) dan (2), qz dan JA adalah flux panas (W/m^2.K) dan massa

(mol/m^2.s) ke arah z, k adalah konduktivitas panas media (W/m.K), T adalah suhu

(K), DAB adalah difusivitas (koefisien difusi) molekul A dalam media B (m^2/s) dan

CA adalah konsentrasi A (mol/m^3). Tanda minus sebelum gradien pada kedua

persamaan tersebut bertindak untuk menunjukkan bahwa panas mengalir ke arah

penurunan suhu dan massa berpindah ke arah penurunan konsentrasi.

Pada keadaan tunak, semua sifat yang mendefinisikan keadaan sistem (suhu,

tekanan, komposisi kimia, dll.) tetap tidak berubah dengan waktu. Mereka mungkin

saja bervariasi dengan lokasi dalam sistem. Ingat bahwa pada keadaan tunak, suhu

dan konsentrasi hanya tergantung pada lokasi (z), sehingga persamaan (1) dan (2)

di atas ditulis sebagai persamaan diferensial biasa.

Kondisi batas untuk integrasi persamaan (1) dan (2) adalah:


11

Dengan menganggap bahwa konduktivitas panas k tidak banyak berubah dengan

suhu dan bahwa difusivitas tidak tergantung konsentrasi, integrasi memberikan:

(3)

(4)

Contoh 1. Hitung laju perpindahan panas melalui dinding beton (3 x 4) m. Salah

satu muka dinding yang tebalnya 0,2 m adalah pada 22 oC dan muka yang lain pada

35 oC. Konduktivitas panas beton adalah 1,1 W/m.K.

Penyelesaian:

Dengan menganggap keadaan tunak dan persamaan (3) berlaku

Contoh 2. Difusivitas uap aroma mudah menguap dalam udara diukur dengan

prosedur sederhana, yang dikenal dengan metode Winkelman. Cairan mudah

menguap ditaruh dalam bejana yang dihubungkan dengan tabung, melalui mana

aliran udara dilewatkan (Gambar 1). Aliran udara cukup besar untuk membawa pergi

uap secara sempurna dari zona penghubung antara bejana dan tabung. Jarak z dari

penghubung ke permukaan cairan diukur sebagai fungsi waktu.


12

Dalam uji dengan aroma mudah menguap pada 25 oC dengan z mula-mula (t = 0)

30 mm, setelah 6 jam jarak z berubah menjadi 95 mm. Berapakah difusivitas uap

aroma dalam udara?

(Data: berat molekul aroma = 110 g/mol; densitas cairan aroma = 940 kg/m^3; tekanan uap aroma

pada 25 oC = 34 mm Hg; tekanan atmosfir = 100 kPa).’

Penyelesaian:

Metode didasarkan pada pengetahuan bahwa konsentrasi uap dalam udara adalah

nol pada bidang 2 dan jenuh pada bidang 1. Keduanya adalah tidak berubah dengan

waktu sehingga persamaan keadaan tunak dapat digunakan, walaupun sistem tidak

benar-benar dalam keadaan tunak (z berubah dengan waktu).


13

Tetapi CA2 = 0 sehingga:

Integralkan memberikan

Konsentrasi jenuh dalam udara (kg/m^3) dapat dengan mudah dicari dari data

tekanan uap.

Konduktivitas panas dan difusivitas panas

Konduktivitas panas adalah sifat bahan. Sifat ini berubah dengan suhu dan sangat

tergantung pada tekanan dalam hal gas. Dalam sistem SI, satuannya adalah W/m.K.

Dalam rentang suhu yang sempit, ketergantungan suhu terhadap konduktivitas

panas k dapat didekati dengan persamaan linier

dimana k0 dan a adalah tetapan dan T adalah suhu. Pendekatan linier tersebut

berlaku dengan syarat tidak terjadi perubahan fase pada bahan.


14

Difusivitas panas ‘alfa’ adalah konsep yang berguna dalam analisis perpindahan

panas. Besaran ini didefinisikan sebagai nisbah konduktivitas panas terhadap

‘kapasitas panas volumetrik’ dari bahan. Kapasitas panas volumetrik diperoleh

dengan mengalikan kapasitas panas massa (Cp) dengan densitas (‘rho’).

Seacara fisik, difusivitas panas dapat diterjemahkan sebagai nisbah dari

kemampuan bahan untuk memindahkan panas terhadap kapasitasnya untuk

menyimpan panas. Satuan SI untuk difusivitas panas adalah m^2/s.

Nilai mewakili pendekatan konduktivitas panas dan difusivitas panas beberapa

bahan disajikan pada Tabel 1. Salah satu metode yang diusulkan untuk evaluasi

konduktivitas panas bahan dari komposisinya diilustrasikan pada Contoh 1.


15

Contoh 1. Berdasarkan pada data percobaan, Sweat (1986) menyarankan

persamaan berikut untuk perhitungan konduktivitas panas makanan

dimana X mewakili fraksi massa, c = karbohidrat, p = protein, f = lemak, a = abu, w =

air.

Hitung konduktivitas panas roti daging yang mengandung 21% protein, 12% lemak,

10% karbohidrat, 1,5% abu dan 55,5% air.

Penyelesaian:

Difusivitas (massa) molekuler, koefisien difusi


16

Koefisien difusi D dalam hukum Fick tergantung pada spesies molekul yang

berdifusi, media dimana molekul berdifusi dan suhu. Dalam sistem SI koefisien difusi

dinyatakan dalam satuan m^2/s, sama seperti difusivitas panas.

Difusivitas gas dapat diperkirakan dengan cukup akurat, dengan bantuan teori

kinetika gas. Difusivitas dalam campuran biner pada suhu ruang dan tekanan

atmosfir adalah pada tingkat 10^-5 sampai 10^-4 m^2/s.

Beberapa model telah diusulkan untuk memperkirakan difusivitas dalam cairan.

Salah satu yang paling dikenal adalah persamaan Einstein-Stokes untuk difusivitas

Brownian zat terlarut. Menurut model ini difusivitas zat terlarut dengan jejari r

(dianggap berbentuk bola) dalam cairan yang viskositasnya ‘miu’ diberikan oleh:

(2)

kB adalah tetapan Boltzman (1,38 x 10^-23 J/K), r adalah jejari partikel dan T adalah

suhu absolut. Difusivitas zat terlarut dalam air pada suhu ruang berkisar dari 10^-9

untuk molekul kecil sampai 10^-11 untuk molekul besar (mis.: protein). Difusivitas

beberapa senyawa dalam udara dan air diberikan dalam Tabel 2.


17

Difusi dalam padatan sebenarnya adalah amat sangat kecil. Dalam kristal dan

logam, perpindahan molekuler terutama terjadi melalui cacat (lubang) kisi kristal,

melalui proses ‘lompatan tunggal’. Koefisien difusi ion kecil dalam gelas padat

mungkin bisa serendah 10^-25 m^2/s. Dalam padatan berpori, perpindahan massa

besar terjadi melalui gas atau cairan yang mengisi pori-pori dan tidak melalui matriks

padatan. Difusivitas efektif ‘Def’ dihubungkan dengan difusivitas D melalui media

dalam pori-pori sebagai berikut:

(3)

‘epsilon’ (tak bersatuan) adalah porositas, yakni: fraksi volume rongga padatan

berpori dan ‘tau’ (tak bersatuan) adalah faktor liku-liku, sebagai akibat lintasan

berliku-liku molekul yang berdifusi melalui porositas padatan.

Perpindahan panas dan massa konvektif


18

Perpindahan panas dan massa dalam fluida hampir selalu terjadi secara serempak dengan

gerakan fluida besarnya. Konveksi ada dua jenis, yaitu: konveksi alami dan konveksi paksa.

Konveksi alami (atau bebas): gerakan disebabkan oleh perpindahan panas dan massa itu

sendiri, biasanya oleh beda densitas. Sebagai contoh, pandang air di dalam panci yang

dipanaskan di atas kompor. Air yang bersentuhan dengan permukaan bawah panci yang

terkena api menjadi panas lebih dulu, kemudian memuai dan densitasnya menjadi turun. Air

panas ini kemudian bergerak ke atas dan digantikan oleh air yang lebih dingin, lebih berat.

‘Arus konveksi’ berputar alami terus menggerakkan air, sepanjang ada beda suhu pada air di

dalam panci. Jenis yang sama dari arus yang digerakkan densitas akan terjadi dan teramati

dalam secangkir teh yang tidak diaduk dimana sesendok gula ditambahkan.

Konveksi paksa: Gerakan (aliran) fluida disebabkan oleh faktor yang tidak tergantung

perpindahan. Pandang air yang direbus di dalam panci atau cangkir teh seperti di atas, kali ini

dengan mengaduk air dengan sendok. Panas atau gula, selain berpindah karena beda densitas

atau konsentrasi, juga karena aliran air yang disebabkan pengadukan.

Berlawanan dengan konduksi, laju perpindahan panas dan massa konveksi amat sangat sulit

untuk diperkirakan secara analitik, khususnya dalam kasus aliran turbulent. Salah satu model

sederhana yang paling umum digunakan dalam perpindahan konvektif antara permukaan dan

fluida yang sedang bergerak adalah model lapisan tipis batas. Lapisan batas ini selalu dalam

keadaan laminar meskipun aliran besarnya turbulent.

Koefisien perpindahan panas dan massa lapisan batas

Pandang perpindahan panas dari permukaan batas (mis.: dinding) pada suhu T1 ke fluida

dalam aliran turbulent yang bersentuhan dengannya (Gambar 1). Berdasarkan teori lapisan

tipis:
19

1. Ada lapisan tipis fluida diam yang bersentuhan dengan dinding (suhu T1) yang

tebalnya ‘delta’.

2. Fluida besar diluar lapisan tipis bercampur sempurna oleh aliran turbulent, yang

suhunya adalah T2, berbeda dengan suhu dinding T1.

(Catatan: Sejauh yang dibahas adalah perpindahan panas, lapisan tipis laminar juga akan

diperlakukan sebagai fluida diam karena tidak ada gerakan fluida ke arah aliran panas.)

Laju perpindahan panas adalah:

(1)

Gambar 1. Lapisan batas dalam konveksi turbulent.

Pembagian fluida menjadi lapisan tipis diam dan aliran fluida besar turbulent tentu saja

murni model teoritis dan tidak nyata. Dengan demikian, tebal ‘delta’ lebih merupakan
20

simbol daripada nilai fisik yang dapat diukur. Koefisien perpindahan panas konvektif h

didefinisikan sebagai:

(2)

Maka laju perpindahan panas oleh konveksi dinyatakan dengan persamaan berikut:

(3)

Koefisien perpindahan panas h adalah simbol dasar dalam perpindahan panas.

Satuan SI nya adalah W/m^2.K. Koefisien ini ditentukan dari percobaan dan nilainya

tergantung pada sifat fluida (panas jenis, vikskositas, densitas dan konduktivitas

panas), turbulensi (kecepatan rata-rata) dan geometri dari sistem. Parameter-

parameter tersebut lebih mudah bila dikelompokkan dalam bilangan tak berdimensi.

Bilangan tak berdimensi yang dipakai dalam perpindahan panas adalah:

Bilangan Reynolds

Bilangan Nusselt
21

Bilangan Prandtl

Bilangan Grashof

d adalah ukuran linier (diameter, panjang, tinggi, dll.) yang mencirikan geometri

sistem. Catat bahwa bilangan Prandtl hanya mengandung sifat fluida. Bilangan

Grashof berhubungan dengan konveksi alami.

Beberapa nilai h untuk pemakaian yang berbeda diberikan dalam Tabel 1.

Hubungan percobaan untuk perhitungan h biasanya dinyatakan dalam bentuk umum

bilangan Nusselt sebagai fungsi dari bilangan Reynolds, Parndtl, Grashof atau

lainnya sebagai berikut:


22

Koefisien perpindahan massa konvektif km didefinisikan dengan cara yang sama

seperti koefisien perpindahan panas konvektif sebagai:

(4)

Jika gaya penggerak untuk perpindahan massa dinyatakan dalam istilah beda

konsentrasi, maka flux keadaan tunak ditulis sebagai:

(5)

Satuan SI dari kc adalah m/s.

Dalam hal perpindahan massa dalam gas, gaya penggerak biasanya diberikan

diberikan dalam istilah beda tekanan parsial komponen yang berpindah daripada

konsentrasi. Koefisien perpindahan massa kemudian diberi indeks sebagai kg. Maka

flux adalah:

(6)

Satuan SI dari kg adalah kg.m^-2.s^-1.Pa^-1.

Dua kelompok tak bersatuan lainnya bermanfaat dalam perhitungan perpindahan

massa:
23

Bilangan Sherwood

Bilangan Schmidt

Seperti halnya bilangan Prandtl, bilangan Schmidt hanya mengandung sifat fluida.

Bilangan Sherwood mengandung koefisien perpindahan, sama halnya seperti

bilangan Nusselt dalam perpindahan panas.

Persamaan empiris untuk perpindahan panas dan massa konvektif

Seperti diuraikan di atas, koefisien perpindahan panas dan massa konvektif

dipengaruhi oleh, selain sifat fluida, juga geometri dari sistem. Dalam praktek, sistem

seringkali melibatkan geometri yang kompleks dan tidak beraturan. Oleh sebab itu,

hubungan antara koefisien perpindahan dengan sifat bahan dan kondisi operasi

biasanya dinyatakan menggunakan korelasi empiris atau semi-empiris. Korelasi

tersebut bisa dinyatakan dalam bentuk grafik, tabel atau persamaan korelasi.

Beberapa di antaranya yang paling umum digunakan akan diuraikan di sini.

Untuk konveksi alami, yang intinya berdasarkan pada densitas, yang dari sini muai

panas fluida, korelasi mengandung bilangan Grashof. Pada aplikasi rekayasa,

perpindahan panas oleh konveksi alami khususnya penting untuk perhitungan

kehilangan panas atau kebocoran panas dari permukaan bangunan, peralatan,


24

bejana, dll. Korelasi berikut sering disarankan untuk perhitungan perpindahan

konveksi alami dari permukaan tegak:

(7)

Dalam hal ini ukuran linier d dalam kedua kelompok tak bersatuan adalah tinggi

permukaan.

Untuk bola yang terendam dalam fluida, bisa digunakan persamaan berikut:

(8)

Perlu diingat bahwa persamaan empiris seperti di atas hanya berlaku untuk geometri

dan himpunan kondisi operasi tertentu (mis.: rentang Re dan/atau Nu tertentu).

Karena bersifat pendekatan, derajat ketepatan persamaan empiris seringkali

ditetapkan berdasarkan sumber yang mengusulkan korelasi tersebut. Dalam bentuk

umum, persamaan perpindahan panas empiris biasanya juga berlaku untuk

perpindahan massa (dan sebaliknya), dengan diberikan bahwa kelompok tak

berdimensi diganti dengan mitranya yang sesuai (Nu dengan Sh, Pr dengan Sc,

dst.).

Perpindahan massa antar fasa keadaan tunak

Perpindahan massa dari satu fasa ke fasa yang lain merupakan peristiwa yang

penting dalam banyak proses. Proses pengeringan berlangsung dengan adanya

perpindahan molekul air dari fasa cair atau bahan basah ke fasa gas (biasanya

udara). Aerasi dalam kolam pengolahan air limbah terdiri atas perpindahan oksigen
25

yang ada di udara ke air limbah cair dimana oksigen menjadi terlarut. Ekstraksi cair-

cair didasarkan pada perpindahan zat terlarut dari satu pelarut cair ke pelarut cair

lain.

Sebuah model yang berguna dalam analisis peristiwa perpindahan massa antar fasa

adalah model dua selaput, yang dirumuskan oleh Lewis dan Whitman pada tahun

1924. Model tersebut diturunkan sehubungan dengan peristiwa adsorpsi gas.

Asumsi yang digunakan dalam model tersebut adalah bahwa ada dua selaput diam

atau laminar, masing-masing pada salah satu sisi batas (antarmuka) antara kedua

fasa. Kedua fasa tersebut bisa berupa gas dan cair atau dua cairan yang tidak saling

larut. Gaya penggerak yang menyebabkan senyawa berpindah dari satu fasa ke

fasa lain adalah beda konsentrasi atau tekanan parsial.

Asumsi pada model dua selaput adalah:

Masing-masing selaput memiliki hambatan perpindahan sehingga penurunan total

konsentrasi atau tekanan parsial terjadi dalam kedua nya.

Kedua fasa berada pada kesetimbangan pada antarmuka.

Akumulasi pada antarmuka adala nol.

Gambar 1 menunjukkan profil konsentrasi atau tekanan parsial sepanjang dua fasa

yang bersentuhan menurut model dua selaput. Anggap bahwa zat A berpindah dari
26

gas ke cair. Pada keadaan tunak, flux A dari gas ke antarmuka sama dengan flux

dari antarmuka ke cairan:

Gambar 1. Perpindahan massa antar muka.

(1)

dimana kg dan kL adalah berturut-turut koefisien perpindahan massa selaput gas

dan cair, pA,g dan pA,i adalah tekanan parsial A pada gas dan antarmuka, dan CA,L

dan CA,i adalah konsentrasi A dalam cairan dan pada antarmuka.

Karena kesetimbangan pada antarmuka, CA,i dan pA,i saling berhubungan dengan

fungsi kesetimbangan yang relevan. Sebagai contoh, untuk larutan encer gas dalam

cair (mis.: CO2 dalam air) dapat digunakan persamaan Henry:

(2)
27

dimana pA,i adalah tekanan parsial gas A, CA,i adalah konsentrasi jenuh (kelarutan)

gas A dalam fasa cair dan H tetapan Henry. Jika tekanan parsial dalam atm dan

konsentrasi dalam M, maka satuan konstanta Henry adalah M/atm.

Perpindahan massa keseluruhan didorong oleh penurunan total konsentrasi melalui

kedua selaput. Didasarkan pada selaput pada fasa gas, dan koefisien perpindahan

massa keseluruhan didefinisikan sebagai Kg, maka flux A melalui selaput dapat

dinyatakan sebagai:

(3)

Jika didasarkan pada sisi cairan dengan koefisien perpindahan massa keseluruhan

didefinisikan sebagai KL, flux senyawa A dapat ditulis sebagai:

(4)

Hambatan total sama dengan jumlah hambatan dari dua selaput:

(5)
28

Seringkali, satu sisi hambatan jauh lebih besar daripada sisi yang lain. Anggap,

sebagai contoh, hambatan untuk perpindahan A dalam gas jauh lebih kecil daripada

dalam cair, dengan kata lain, kg >>> kL. Dalam hal ini

(6)

Persamaan yang dikembangkan di atas hanya berlaku dalam kasus pasangan cair-

gas yang mengikuti hukum Henry. Jika tidak, fungsi kesetimbangan atau data

percobaan yang lebih presisi seperti sorbsi isothermis harus digunakan.

BAB III

DESTILASI

DEFINISI DESTILASI

Destilasi secara umum adalah pemisahan 2 komponen atau lebih berdasar

perbedaan titik didih senyawa Secara sederhana destilasi dapat diartikan sebagai

proses penguapan cairan kemudian mengkondensasikannya dalam suatu wadah

dengan bantuan kondensor.

PRINSIP DESTILASI

Perbedaan titik didih zat‐zat cair dalam campuran zat caiR tersebut sehingga zat
29

(senyawa) yang memiliki titik didih terendah menguap lebih dahulu, kemudian bila

didinginkan akan mengembun dan menetes sebagai zat murni (destilat).

TIPE KOLOM DESTILASI Atas dasar cara operasi : Batch Continue

Kolom kontinyu diklasifikasikan sesuai dengan : Sifat umpan yang diproses, kolom

binary – umpan hanya mengandung dua komponen, kolom multi-komponen –

umpan mengandung lebih dari dua komponen Jumlah aliran produk yang dimiliki

kolom multi-produk - kolom mempunyai lebih dari pada dua arus produk Distilasi

ekstrakstif dimana kelebihan umpan muncul di arus produk bawah Distilasi

azeotropik dimana dua/lebih komponennya susah dipisahkan

JENIS-JENIS DESTILASI

Destilasi Sederhana : prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan

berdasar beda titik didih yang jauh berbeda Destilasi Fraksinasi (bertingkat): sama

prinsipnya dengan destilasi Sederhana, hanya saja di destilasi bertingkat memiliki

rangkaian alat kondensor lebih baik sehingga mampu memisahkan dua komponen

dengan titik didih berdekatan. Distilasi Azeotrop : memisahkan campuran azeotrop

(campuran dua/ lbh komponen yg susah dipisahkan), biasanya digunakan senyawa

lain yg dapat memisahkan ikatan azeotrop atau dengan tekanan tinggi. Destilasi

Kering : memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan cairnya.

Biasa untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau batubara. Destilasi

Vacum : memisahkan komponen yg titik didihnya sangat tinggi, jd dgn cara

menurunkan tekanan permukaan lebih rendah dari 1 atm


30

6 TIPE INTERNAL KOLOM Kolom baki (tray) - dimana tray dengan macam-macam

disain digunakan untuk menahan cairan untuk menghasilkan kontak yang lebih baik

antara uap dan cairan sehingga diperoleh pemisahan yang lebih baik Kolom packed

– tidak dipergunakan tray namun “packing” yang digunakan untuk meningkatkan

kontak antara cairan dan uap

7 Suatu tipe distilasi tersusun atas beberapa komponen utama :

sebuah “shell” vertikal dimana pemisahan komponen cairan dilakukan internal kolom

seperti tray/ pelat / “packing” yang digunakan untuk meningkatkan pemisahan

komponen reboiler sebagai penyedia penguapan yang dibutuhkan bagi proses

distilasi sebuah kondensor untuk mendinginkan dan mengembunkan uap yang

meninggalkan bagian atas kolom sebuah drum “reflux” untuk menahan uap

terkondensasi dari bagian atas kolom sehingga cairan ( “reflux”) dapat didaur ulang

kembali ke kolom Rumah-rumah “shell”vertikal, internal kolom dan bersama-sama

dengan kondensor serta reboiler menyusun suatu kolom distilasi

8 Skema tipe unit distilasi dengan sebuah arus umpan dan dua arus produk

9 Operasi Dasar dan Terminologi

Campuran cairan yang akan diproses dikenal umpan dan dimasukkan biasanya di

tempat dekat dengan tengah-tengah kolom sebuah tray disebut tray umpan. Tray

umpan membagi kolom menjadi bagian atas (pengayaan dan rektifikasi) dan bagian
31

bawah(stripping). Umpan mengalir ke bawah kolom dimana dikumpulkan pada

bagian bawah dalam reboiler. Kalor dipasok ke reboiler untuk menghasilkan uap.

Sumber masukan kalor dapat berupa fluida namun kebanyakan steam. Dalam

refinasi, sumber pemanas dapat arus keluaran dari kolom lain. Uap diangkat di

dalam reboiler kembali dimasukkan ke unit pada bagian bawah kolom. Cairan yang

dilepas dari reboiler dikenal dengan produk bawah (bottom product) atau bottom

saja.

10 Operasi Dasar dan Terminologi

Uap bergerak ke kolom bagian atas dan keluar pada bagian atas unit, didinginkan

oleh kondensor. Cairan embun disimpan di dalam bejana yang dikenal dengan reflux

drum. Sebagian cairan ini didaur ulang kembali ke bagian atas kolom dan disebut

reflux . Cairan kondensasi yang dilepas sistem disebut distilat atau produk atas. Jadi

terdapat aliran internal uap dan cairan di dalam kolom seperti juga aliran eksternal

dari arus umpan dan produk, ke dalam dan ke luar kolom.

11 PRINSIP DESTILASI Pemisahan komponen dari campuran cairan melalui

distilasi tegantung atas perbedaan titik didih masing-masing komponen. Juga,

tergantung atas konsentrasi komponen yang ada, campuran cairan akan memiliki

karakteristik titik didih yang berbeda. Karenanya, proses distilasi tergantung atas

karakteristik tekanan uap campuran cairan

12 TEKANAN UAP DAN PENDIDIHAN


32

Tekanan uap suatu cairan pada suhu tertentu merupakan tekanan kesetimbangan

yang dilakukan oleh molekul-molekul yang keluar dan masuk permukaan cairan.

Berikut beberapa butir penting melihat tekanan uap : masukan energi menaikkan

tekanan uap tekanan uap terkait dengan pendidihan Suatu cairan dikatakan

“mendidih” bilamana tekanan uapnya sama dengan tekanan sekitarnya

13 TEKANAN UAP DAN PENDIDIHAN

Kemudahan suatu cairan mendidih tergantung atas volatilitasnya Cairan dengan

tekanan uap tinggi ( cairan volatil) akan mendidih pada suhu lebih rendah Tekanan

uap dan titik didih campuran cairan tergantung atas jumlah relatip komponen di

dalam campuran tersebut Distilasi terjadi dikarenakan beda volatilitas komponen di

dalam cairan campuran

14 VOLATILITAS RELATIF Volatilitas relatif merupakan ukuran beda volatilitas

antara 2 komponen, dan juga titik-titik didihnya. Volatilitas relatif menunjukkan

bagaimana akan mudah atau sukarnya suatu pemisahan tertentu. Volatilitas Relativ

suatu komponen “i” terhadap komponen “j” didefinisikan seperti : dimana : yi = mol

fraksi komponen ‘i’ di dalam uap xi = mol fraksi komponen ‘i’ di dalam cairan

15 FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI OPERASI KOLOM DISTILASI


33

Kondisi umpan Status umpan Komposisi umpan Elemen-elemen kecil yang dapat

mempengaruhi kesetimbangan cairan-uap (VLE) dari campuran cairan Kondisi

cairan internal dan aliran fluida Keadaan trays (packings) Kondisi cuaca

BAB IV

HUMIDIFIKASI

Fenomena transfer massa pada interface antara gas dan cair dimana gas sama

sekali tidak larut dalam cairan Sistem : gas-cair Yang khusus : udara-air 

psychrometric chart

3 Tekanan Uap Komponen Murni

Tekanan uap sebagai fungsi temperatur tergambar sebagai kurva TBDC (di Gambar

7.1) Setiap cairan memberikan tekanan kesetimbangan dengan fasa uapnya disebut
34

sebagai tekanan uap, yang besarnya tergantung pada temperatur. ,= Gambar 7.1

Tekanan uap cairan murni Kurva memisahkan dua daerah, yaitu kondisi dimana

materi dalam keadaan uap. Cairan dan uap yang ditunjukkan oleh kondisi pada

kurva tekanan uap dinamakan cairan jenuh dan uap jenuh. Uap diatas temperatur

jenis dinamakan uap pada keadaan “superheated”. Titik T adalah “triple point”

dimana ketiga fasa ada bersamaan

4 Campuran Uap-Gas Uap : kondisi uap relatif dekat dengan temperatur kondensasi

Gas : kondisi uap sangat superheated Kelembaban Absolut Kelembaban absolut, Y’

adalah rasio massa uap/massa gas Kelembaban absolut molal, Y adalah rasio mol

uap/mol gas Untuk kondisi yang memenuhi gas ideal (7.8) Dimana :

5 Contoh perhitungan Campuran benzene(A) dan nitrogen (B) pada tekanan total

800mmHg suhu 60oC. Tekanan parsial benzene 100 mmHg. Berapa konesntrasi

benzene? Mole fraksi benzene yA = pA’/Pt = 0,125 Mole fraksi nitrogen = 1 – 0125 =

700/800 = 0,875 Molal Absolute humidity (Y) = yA/YB = 0,143 mol benzene/ mol N2

Absolute humidity (Y’) = 0,398 kg benzene/kg nitrogen

6 Campuran Uap-Gas Jenuh

Kalau gas kering tak terlarut B dikontakkan dengan cairan A dan membiarkan A

menguap hingga tercapai kesetimbangan maka tekanan parsial A mencapai tekanan

uapnya (pA) pada temperatur campuran. Harga kelembaban absolut jenuh (YS’) dan

kelembaban absolut molal jenuh (YS) menjadi tak terhingga pada titik didih cairan
35

pada tekanan total yang ada. Pelajari contoh perhitungan 7.5 Campuran Uap-Gas

Tak Jenuh Kalau tekanan parsial uap dalam campuran uap-gas kurang dari tekanan

uap cairan pada temperatur yang sama, campuran dalam keadaan tak jenuh.

Temperatur Bola Kering Temperatur bola kering adalah temperatur campuran uap-

gas yang terukur dengan memasukkan termometer ke campuran

7 Kelembaban Relatif Kelembaban relatif didefinisikan sebagai :

Dimana : pA adalah tekanan uap dan adalah tekanan parsial pada temperatur yang

sama.

8 Persentase Kelembaban

Persentase kelembaban didefinisikan sebagai : Dimana nilai-nilainya terukur pada

temperatur yang sama

9 Titik embun (dew point)

Titik embun adalah temperatur dimana campuran uap-gas menjadi jenuh ketika

didinginkan pada tekanan total konstan tanpa kontak dengan cairan. Sebagai

contoh, kalau campuran tak jenuh di titik F didinginkan pada tekanan total konstan,

lintasan proses pendinginan mengikuti garis FG. Campuran menjadi lebih jenuh

ketika temperatur diturunkan dan benar-benar jenuh pada tDP. Kalau temperatur

dikurangi di bawah tDP, uap akan mengkondensasi menjadi cairan (misalnya hingga

t2). Garis F1-G-H adalah garis pendinginan udara lingkungan oleh AC


36

10 Humid Volume Humid volume vH suatu campuran uap-gas adalah campuran per

unit massa gas kering. Untuk campuran dengan kelembaban absolut Y’ pada tG dan

Pt, humid volume adalah: (7.9) Dimana : vH dalam m3/kg gas kering tG dalam oC Pt

dalam N/m2 Pada keadaan jenuh, Y’ = Ys’ ; Pada keadaan kering, Y’ = Untuk

campuran tidak jenuh, vH bisa diinterpolasi antara nilai % penjenuhan 0 hingga

100%

11 Humid Heat Humid heat Cs adalah panas yang dibutuhkan untuk menaikkan

temperatur campuran uap-gas per unit massa gas kering sebesar satu dderajat pada

tekanan total konstan. Untuk campuran dengan kelembaban absolut Y’, adalah : CS

= CB + Y’ CA (7.10) Dimana CS, CB dan CA dalam Joule/kg K

12 Untuk Sistem Udara-Air

Dipakai Tabel Psychrometric untuk sistem udara (B) – air (A) pada 1 atm (1,0133 x

105 Pa) Dan data berikut ini :

14 Contoh Soal 1 (7.6) Udara (B) - Uap air (A) mempunyai temperatur bola kering

55oCdan kelembaban absolut 0,030 kg uap air/kg udara kering pada tekanan 1 atm.

Berikan karakteristiknya Jawaban : Titik dengan koordinat tG=55oC dan Y’=0,030

terdapat di titik D. Dengan interpolasi vertikal antara kurva-kurva yang berdekatan,

sampel mempunyai % kelembaban = 26,1 %. Alternatif lain, kelembaban jenuh pada

55oC adalah YS’ = 0,115 dan % kelembaban di titik D = 0,030/0,115 x 100% = 26,1
37

% Kelembaban absolut molal = Y = Y’ ( MB / MA ) = 0,030 (28,97/18,02) = 0,0482

kmol uap air/kmol udara kering Tekanan parsial uap air, melalui pers. (7.8) adalah :

15 Tekanan uap pada 55oC = 118 mmHg = 118 x 133,3 N/m2

= N/m2 = pA Kelembaban relatif = Titik embun. Dari titik D tarik garis ke kurva

penjenuhan pada titik E dimana temperatur titik embun adalah 31,5oC Humid

Volume. Pada 55oC, VH pada udara kering adalah 0,93 m3/kg ; dan vH pada udara

jenuh adalah 1,10 m3/kg. Interpolasi untuk kelembaban 26,1 % Humid Heat, pers.

(7.10) CS = CB + Y’ CA = ,030 (1884) = 1061,5 J udara basah/ kg udara kering

16 Entalpi. Pada 55oC entalpi udara kering adalah J/kg udara kering; entalpi udara

basah adalah J/kg udara kering. Interpolasi untuk % kelembaban 26,1 % H’ = ( –

56000)x 0,261 = J/kg udara kering Alternatif lain, pers (7.13) H’ = CS (tG – tO) + Y’lO

= ( Y’) tG Y’ = [ (0,030)] x 0,03 = 133,4 kJ/kg udara kering Alternatif lain, tarik garis

DF yang paralel dengan kurva penjenuhan adiabatis. Pada F, entalpi adalah 134

kJ/kg udara kering, atau hampir sama dengan pada titik D

Anda mungkin juga menyukai