Anda di halaman 1dari 8

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2022/23.1 (2022.2)

Nama Mahasiswa : Irfan Fajar Pradana

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043195326

Tanggal Lahir : 27 Februari 1996

Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA 4158/Perilaku Organisasi

Kode/Nama Program Studi : 54/Manajemen

Kode/Nama UPBJJ : 86/Ambon

Hari/Tanggal UAS THE : Kamis /29 Desember 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN


RISET, DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS TERBUKA
BUKU JAWABAN UJIAN UNIVERSITAS TERBUKA

Surat Pernyataan Mahasiswa


Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : Irfan Fajar Pradana


NIM : 043195326
Kode/Nama Mata Kuliah : EKMA 4158/Perilaku Organisasi
Fakultas : Ekonomi
Program Studi : Manajemen
UPBJJ-UT : Ambon

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari aplikasi THE pada laman
https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam pengerjaan soal ujian
UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya sebagai pekerjaan
saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman sesuai dengan aturan
akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik dengan tidak
melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS THE melalui media apapun, serta
tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari terdapat pelanggaran
atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh
Universitas Terbuka.
Ambon, 29 Desember 2022

Yang Membuat Pernyataan

Irfan Fajar Pradana


SOAL NO 1

1. Ada salah satu factor yang mempengaruhi kepribadian seseorang yaitu factor lingkungan,
mungkin saja Adi & Ade memiliki pengaruh lingkungan yang berbeda walaupun keduanya
kembar identic. (Sumber Buku Modul EKMA 4158 hal 2.14)

2. Pembentuk kepribadian seseorang bukan hanya faktor keturunan, tetapi juga faktor
lingkungan (Faktor Pengalaman Hidup) dan situasi.

Faktor yang mempengaruhi kepribadian adalah pengalaman hidup (lingkungan)


seseorang. Sebagaimana kita ketahui, tidak seorang pun bisa tinggal dalam ruang isolasi.
Sebaliknya, ia hidup dalam lingkungan terbuka, baik dalam lingkungan keluarga, tempat
tinggal, sekolah atau tempat kerja. Akibatnya, seseorang tidak bisa menghindar untuk tidak
berinteraksi dengan sesama. Dari situlah ia menimba pengalaman hidup dan pada
gilirannya pengalaman hidup tersebut secara gradual bisa mengubah kepribadian
seseorang. Kembali kepada contoh dua saudara kembar Adi dan Ade , ketika keduanya
memiliki ciri – ciri fisik yang kembar identic kepribadian mereka berbeda boleh jadi pada
mulanya sangat dipengaruhi faktor keturunan. Namun, bukan berarti kepribadian keduanya
semata-mata dipengaruhi oleh faktor tersebut. Faktor lingkungan juga bisa mempengaruhi
kepribadiannya. Hal ini misalnya ditegaskan oleh George and Jones yang merujuk pada
penelitian Tegellen, dkk. Penelitian ini mengungkapkan bahwa 50% dari sampel (sampelnya
tidak lain adalah dua orang kembar) yang sejak lahir sudah terpisah dan dibesarkan pada
keluarga yang berbeda, misalnya karena salah satunya diadopsi keluarga lain, ternyata
menunjukkan kepribadian yang berbeda. Perbedaan ini disebabkan karena keduanya
memiliki pengalaman hidup yang berbeda.
Faktor Situasi. Berbeda dengan dua faktor pertama yang dianggap sebagai sumber
terbentuknya kepribadian seseorang, situasi atau konteks justru seringkali menjadi tabir
yang menutupi kepribadian seseorang. Meski telah dikemukakan bahwa kepribadian
seseorang tidak mudah berubah, namun pada saat-saat tertentu kadang-kadang seseorang
tidak berperilaku sebagaimana biasanya. Kepribadian asli yang menjadi dasar berperilaku
seolah-olah tergantikan oleh kepribadian lain. Penyimpangan kepribadian seperti ini,
biasanya bersifat temporer, disebabkan konteks atau situasinya memang menuntut orang
tersebut berperilaku demikian. Atau dengan kata lain, kepribadian seseorang terkadang
tertutupi oleh konteks atau situasi yang melingkupi perilaku seseorang. Sebagai contoh,
pada saat semangat atau gairah kerja (mood) seseorang sedang tinggi sifat suka marah
pada orang lain yang biasanya ditunjukkan orang tersebut boleh jadi tidak muncul ke
permukaan. Ia terkesan sangat ramah dan bersahabat. Demikian juga ketika seseorang
sedang diwawancarai untuk suatu pekerjaan, ia akan menutupi perilaku yang sebenarnya
karena ada kekhawatiran jika menunjukkan kepribadian yang sesungguhnya bisa jadi dia
tidak akan mendapat pekerjaan tersebut. Kedua contoh ini sekali lagi memperkuat
pernyataan bahwa kepribadian seseorang pada dasarnya bersifat dinamis. (Sumber Buku
Modul EKMA4158 modul 2 hal 2.13-2.14)

SOAL NO 2

1. Tingkatan stress pada kasus ini adala pada level kelompok.

2. Dinamika kelompok dan perilaku manajerial merupakan bentuk stressor yang bersumber
pada level kelompok. Sebagai contoh, hubungan interpersonal yang tidak harmonis
antara atasan dan bawahan merupakan salah satu sebab timbulnya stres dikalangan
bawahan. Disamping itu, manajer secara umum juga menjadi sumber stres bagi
karyawan terutama jika manajer:
(a) menunjukkan perilaku yang tidak konsisten,
(b) tidak memberi dukungan kepada karyawan,
(c) menunjukkan ketidakpeduliannya pada karyawan,
(d) tidak memberi arahan yang cukup,
(e) menciptakan suasana kerja yang hyper competitive, atau
(f) hanya peduli pada hal-hal buruk, tetapi mengabaikan kinerja yang baik.
Selain itu, stres yang bersumber pada level kelompok juga bisa disebabkan karena
pelecehan baik pelecehan seksual maupun bentuk-bentuk pelecehan lainnya. Yang pasti
pelecehan bisa menyebabkan seseorang merasa tertekan dan mengalami distress.
(Sumber: Buku Modul EKMA 4158 modul 3 hal 3.50-3.51)
SOAL NO 3
Hambatan – hambatan dalam proses komunikasi yang efektif:
1. Hambatan karena proses komunikasi. Setiap elemen dalam proses komunikasi
sangat potensial menjadi faktor penghambat dalam berkomunikasi. Elemen-elemen
penghambat tersebut misalnya:
a. Pengirim pesan. Karyawan baru yang belum punya pengalaman, meski
sebelumnya sudah menjalani proses pelatihan, seringkali salah dalam
menjelaskan hal-hal penting kepada pelanggan sehingga bukan tidak mungkin
pelanggan mendapatkan informasi yang keliru. Akibatnya, tidak jarang pula
pelanggan merasa dirugikan.
b. Encode. Seperti dijelaskan di atas, encode adalah ide atau buah pikiran yang
dituangkan dalam bentuk simbol sebelum seseorang bisa menyampaikan pesan.
Namun, hambatan seringkali muncul karena pengirim pesan tidak bisa
menuangkan buah pikirannya bentuk simbol. Katakanlah ia tahu apa yang harus
disampaikan, tetapi tidak tahu bagaimana menuangkannya karena buah pikiran
tersebut harus dituangkan dalam bahasa Inggris yang tidak ia kuasai. Akibatnya,
sekali lagi pesan tidak pernah terwujud.
c. Pesan. Seseorang katakanlah tidak menghadiri sebuah pertemuan penting.
Penyebabnya bukan karena ia mengabaikan pertemuan tersebut, tetapi karena ia
merasa tidak pernah diundang. Padahal tiga hari sebelumnya undangan
sesungguhnya telah dikirim melalui email namun karena email tidak pernah dibuka
jadinya pesan tidak pernah sampai.
d. Media. Komunikasi melalui surat sangat baik untuk menghindari konflik pribadi,
namun menjadi tidak efektif jika persoalan yang dikomunikasikan begitu krusial dan
pengirim pesan membutuhkan umpan balik segera. Media dengan demikian
menjadi salah satu faktor yang boleh jadi menjadi penghambat efektivitas
komunikasi.
e. Decode. Seperti halnya encode pada pengirim pesan, decode adalah upaya
penerima pesan untuk menerjemahkan pesan ke dalam simbol sebelum merespon
pesan. Permasalahan yang dihadapi dalam mendecode sesungguhnya sama
dengan permasalahan encode.
f. Penerima pesan. Tingkat intelegensi penerima pesan seringkali menjadi salah satu
faktor yang menghambat efektivitas komunikasi. Dalam perkuliahan misalnya,
seorang mahasiswa menanyakan hal yang sama padahal pertanyaan tersebut
baru saja dijelaskan seorang dosen. Contoh ini paling tidak menggambarkan
tingkat intelegensi mahasiswa yang rendah sehingga meski sudah diterangkan
dengan jelas tetap saja daya terimanya rendah. 7. Umpan balik. Dalam proses
wawancara, katakanlah saat seseorang melamar pekerjaan, pewawancara
mengangguk-angguk sambil tersenyum mendengar jawaban calon karyawan.
Boleh jadi calon karyawan merasa jawabannya memuaskan padahal yang terjadi
sebaliknya. Anggukan pewawancara seolah-olah menjadi umpan balik positif bagi
calon karyawan sehingga ia merasa telah melakukan yang terbaik dalam
wawancara.
2. Hambatan karena faktor individu pelaku komunikasi. Disamping karena proses
komunikasi, hambatan terciptanya komunikasi yang efektif bisa datang dari individu
pelaku komunikasi. Beberapa bentuk hambatan karena faktor ini diantaranya adalah:
a. Kemampuan seseorang untuk berkomunikasi secara efektif.
b. Cara seseorang memproses dan menginterpretasikan informasi.
c. Tingkat kepercayaan diantara pihak-pihak yang berkomunikasi.
d. Menyamaratakan (stereotype) dan berprasangka buruk (prejudice) terhadap
pihak lain.
e. Tingkat egoisme seorang pelaku komunikasi.
f. Kemampuan mendengar yang buruk.
g. Kecenderungan untuk memberi penilaian terhadap pesan yang dikirim.
h. Ketidakmampuan seseorang untuk mendengar sambil memahami yang
didengar
3. Hambatan karena faktor fisik. Faktor ketiga yang bisa menghambat efektitivitas
komunikasi berkaitan dengan faktor fisik. Komunikasi misalnya bisa terdistorsi jika
lokasi tempat kerja karyawan saling berjauhan atau sebaliknya jika lokasi kerja
karyawan justru terlalu berdekatan. Perbedaan zona waktu di Indonesia yang dibagi
menjadi tiga zona waktu berbeda, masing-masing berselisih satu jam – Waktu
Indonesia Timur, Waktu Indonesia Tengah, dan Waktu Indonesia Barat merupakan
representasi dari hambatan fisik. Jika katakanlah seorang karyawan yang berlokasi di
Papua pada jam 9 pagi hendak menghubungi kantor pusat di Jakarta (dua jam lebih
lambat dibanding waktu Papua) tentunya akan menghadapi hambatan karena kantor
pusat pada jam tersebut belum buka. Namun, karena pentingnya persoalan Si
Karyawan tersebut berinisiatif menghubungi seseorang via handphone seseorang di
kantor pusat. Belum tentu upaya tersebut juga berhasil jika, karena jarak terlalu jauh,
sinyal telepon kualitasnya juga buruk. Sebaliknya, ruang kantor yang berhimpit-
himpitan juga menjadi penghambat komunikasi karena saat kita berinteraksi bukan
tidak mungkin akan terganggu oleh orang yang mungkin sedang melakukan
pembicaraan telepon.
4. Hambatan karena faktor semantik. Semantik berarti sesuatu yang berhubungan
“kata” atau studi tentang kata. Jadi, hambatan komunikasi yang disebabkan semantik
akan terjadi jika seseorang melakukan kesalahan dalam melakukan encode atau
decode karena kedua aktivitas ini, masing-masing merupakan proses menuangkan
ide dan menerima pesan dalam bentuk katakata atau simbol. Sebagai contoh,
seorang warga negara asing yang bahasa Indonesianya pas-pasan mengomentari
perilaku seorang teman yang berjenis kelamin perempuan yang memang orangnya
supel dan mudah bergaul. “Wah Si A itu orangnya mudah digauli ya? Dengan saya
yang baru kenal saja sudah akrab”. Bagi kita kesalahan tata bahasa ini tentunya
sangat fatal karena apa yang disampaikan warga asing tersebut dengan apa yang
dimaksud artinya menjadi lain. Kesalahan semantik ini akan lebih parah jika dalam
menyusun pesan digunakan jargon atau kata-kata yang tidak dimengerti orang lain.
Perhatikan contoh tulisan dalam SMS berikut: “Ebez mn coz aq bth fls tuk byr kul”.
Untuk memahami pesan tersebut Anda yang tidak terbiasa dengan bahasa gaul
seperti ini mungkin membutuhkan waktu dan harus mengulang-ulang pesan tersebut.
Itupun belum tentu Anda memahaminya. (Sumber Buku Modul EKMA4158 modul 6
hal 6.19-6.21)

SOAL NO 4
Pada Kasus soal tersebut konflik yang terjadi adalah tipe konflik Kepribadian.
konflik kepribadian secara umum adalah saling beroposisi antarindividu yang
didasarkan pada perasaan tidak suka, tidak sependapat, dan/atau perbedaan gaya
masing-masing. Persoalan seperti ini bukan hanya terjadi antara atasan dan
bawahan, tetapi juga bisa terjadi antarteman kerja. Bahkan penyebabnya kadang-
kadang bermula dari hal-hal sepele. Konflik kepribadian seperti tersebut cenderung
mengarah pada konflik tidak sehat yang merugikan organisasi. Oleh karena itu,
bukan hanya pihak-pihak yang terlibat konflik yang harus menghindarinya atau
menyelesaikannya dengan segera, pihak manajemen juga harus segera turun tangan
menangani persoalan ini. Kalau tidak secara keseluruhan kinerja organisasi akan
terganggu. Dua cara sederhana untuk menangani konflik kepribadian, yakni
mengabaikannya atau memindahkan salah seorang yang berkonflik ke unit kerja lain.
Namun, dua cara ini hanya akan menimbulkan latent conflict – konflik terpendam
yang sewaktu-waktu akan muncul kembali. Cara yang komprehensif adalah dengan
melibatkan semua pihak yang berkonflik yang dipandu manajemen dan kalau perlu
dimediasi pihak ketiga. Tips untuk menyelesaikan konflik kepribadian dapat dilihat
pada tabel berikut.

(Sumber Buku Modul EKMA 4158 Modul 6 hal 6.51-6.53)

Anda mungkin juga menyukai