1. A. Jika PMA menyebabkan kesalahan yaitu menyebabkan asap kebakaran hutan ke Negara
tetangga, Negara Singapura bisa mengajukan tuntutan. Dan PMA di Indonesia tersebut bisa
kena sanksi dan bisa dicabut license perusahaan tersebut. Pembakaran hutan juga bisa kena
pasal yaitu Pasal penjerat pelaku pembakaran hutan dalam UU Kehutanan ini yaitu Pasal 78 Ayat 3
UU 41 Tahun 1999, isi dalam pasal ini yaitu barangsiapa yang dengan sengaja
melakukan pembakaran hutan akan dikenakan pidana penjara maksimal 15 tahun dan/atau denda
maksimal Rp. 5 miliar. Singapura menggugat PMA yang dianggap bertanggung jawab atas
pembakaran hutan dan lahan pertanian, yang menyebabkan polusi asap yang
membahayakan kesehatan penduduk negeri jiran itu. Gugatan ini berpotensi memaksa perusahaan-
perusahaan pembakar hutan dan lahan di Indonesia membayar denda yang besar atas kejahatan yang
membahayakan kesehatan penduduk Singapura. Singapura dapat mengenakan denda senilai SGD
100.000 kepada perusahaan lokal atau perusahaan asing yang berkontribusi terhadap polusi asap yang
membahayakan bagi kesehatan penduduk. Menurut Undang-Undangan Polusi Asap Lintas Batas yang
diterbitkan tahun 2014, Singapura dapat mengenakan denda senilai SGD 100.000 kepada perusahaan
lokal atau perusahaan asing yang berkontribusi terhadap polusi asap yang membahayakan bagi
kesehatan penduduk. Denda maksimal dapat dikenakan senilai SGD 2 juta.
B. Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal yang mengatur terkait
Corporate Social Responsibility dan terdapat pada Pasal 15 berbunyi Setiap penanam modal
berkewajiban:
a. Menerapkan prinsip tata kelola perusahaan yang baik;
b. Melaksanakan tanggung jawab sosial perusahaan;
c. Membuat laporan tentang kegiatan penanaman modal dan menyampaikannya kepada Badan
Koordinasi Penanaman Modal;
d. Menghormati tradisi budaya masyarakat sekitar lokasi kegiatan usaha penanaman modal;
e. Mematuhi semua ketentuan peraturan perundang-undangan.
C. Alasan Mengapa PMA Di Indonesia Wajib Melakukan CSR
- Mendapatkan Kepercayaan Masyarakat
Alasan pertama perusahaan wajib melakukan CSR adalah agar perusahaan bisa mendapatkan
kepercayaan dari masyarakat. Bagaimana pun keberadaan perusahaan di lingkungan masyarakat
berpengaruh bagi masyakarat tersebut dan berkembang atau tidaknya perusahaan juga dipengaruhi
oleh masyarakat sekitar.
CSR adalah bentuk timbal balik dari peran masyarakat terhadap perusahaan. Dengan adanya CSR ini,
masyakarat dapat menilai bahwa perusahaan tidak hanya mementingkan keuntungan semata tetapi juga
berperan di dalam masyarakat tersebut. Dengan begitu kepercayaan masyarkat dapat meningkat.
Dalam Undang-Undang No. 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal, dimana dalam undang-undang
ini memiliki kelebihan yang sudah ada pengaturan jelas mengenai aturan tentang pelaksanaan CSR
yang menggunakan istilah Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (TJSP) yang harus dilaksanakan oleh
penanam modal. Pengaturan mengenai sanksi dalam undang-undang ini pun sudah jelas. Jadi apabila
ada penanam modal yang tidak melaksanakan TJSP sebagaimana yang telah ditetapkan dalam pasal 15
b undang-undang No. 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal maka akan diberikan sanksi
administrasi berupa peringatan tertulis, pembatasan kegiatan usaha, pembekuan, atau pencabutan
kegiatan usaha dan/atau fasilitas penanaman modal.
2. Penggunaan TKA dalam PP 34 tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing dilaksanakan
melalui Pengesahan RPTKA yang bersifat wajib. Adapun kewajiban Pemberi Kerja TKA dalam
mempekerjakan TKA antara lain menunjuk tenaga kerja warga negara Indonesia sebagai Tenaga Kerja
Pendamping TKA yang dipekerjakan untuk alih teknologi dan alih keahlian dari TKA, melaksanakan
pendidikan dan pelatihan kerja bagi Tenaga Kerja Pendamping TKA sesuai dengan kualifikasi jabatan
yang diduduki oleh TKA, memfasilitasi pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia kepada TKA, dan
memulangkan TKA ke negara asalnya setelah perjanjian kerjanya berakhir.
PP 34 tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing ini mengatur mengenai kewajiban dan
larangan Pemberi Kerja TKA, permohonan, perpanjangan, dan perubahan Pengesahan RPTKA,
pengaturan DKPTKA, penerbitan izin tinggal bagi TKA, pelaksanaan pendidikan dan pelatihan kerja
bagi Tenaga Kerja Pendamping TKA, pendidikan dan pelatihan bahasa Indonesia bagi TKA,
pelaporan, pembinaan, dan pengawasan serta sanksi administratif atas pelanggaran norma penggunaan
TKA.
Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing ditetapkan
Presiden Joko Widodo di Jakarta pada tanggal 2 Februari 2021. Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun
2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing diundangkan Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia
Yasonna H. Laoly pada tanggal 2 Februari 2021 di Jakarta.
Peraturan Pemerintah Nomor 34 tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing ditempatkan
pada Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2021 Nomor 44. Penjelasan Atas Peraturan
Pemerintah Nomor 34 tahun 2021 tentang Penggunaan Tenaga Kerja Asing ditempatkan pada
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6646. Agar setiap orang mengetahuinya.
ketentuan mengenai tenaga kerja asing di Indonesia dengan dikeluarkannya Undang-Undang Nomor
13 tahun 2003 tentang ketenagakerjaan, tidak diatur lagi dalam suatu peraturan perundang-undangan
tersendiri seperti dalam Undang-Undang Nomor 3 tahun 1958 tentang penempatan tenaga kerja asing,
tetapi merupakan bagian dari kompilasi dalam UUK yang baru tersebut. Ketentuan mengenai
penggunaan tenaga kerja asing dimuat pada Bab VIII Pasal 42 sampai dengan Pasal 49. Namun
demikian untuk dapat melaksanakan undang-undang yang baru masih banyak kendala terutama dalam
menggalakkan investasi karena sejumlah peraturan yang melengkapi kelancaran program penggunaan
tenaga kerja asing belum siap, sejauh ini baru Peraturan Menteri Nomor PER.02/MEN/III/2008
Tentang Tata Cara Penggunaan Tenaga Kerja Asing yang sudah ada disamping 3 Permenaker yang
lain untuk mengisi kekosongan hukum dengan belum terbitnya peraturan-peraturan yang diperlukan
maka peraturan yang lama sementara masih diberlakukan.
3. Menurut saya, advice yang saya sarankan buat clien saya adalah : sesuai dengan UU No 25 Tahun
2007 Pasal 32 yaitu yang berisi :
(1) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal,
para pihak terlebih dahulu menyelesaikan sengketa tersebut melalui musyawarah dan mufakat.
(2) Dalam hal penyelesaian sengketa sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak tercapai, penyelesaian
sengketa tersebut dapat dilakukan melalui arbitrase atau alternatif penyelesaian sengketa atau
pengadilan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(3) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal
dalam negeri, para pihak dapat menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase berdasarkan
kesepakatan para pihak, dan jika penyelesaian sengketa melalui arbitrase tidak disepakati,
penyelesaian sengketa tersebut akan dilakukan di pengadilan.
(4) Dalam hal terjadi sengketa di bidang penanaman modal antara Pemerintah dengan penanam modal
asing, para pihak akan menyelesaikan sengketa tersebut melalui arbitrase internasional yang harus
disepakati oleh para pihak.