Anda di halaman 1dari 22

“Mekanisme Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Simpan Pinjam

Terhadap Anggota Koperasi Alfa Cemara Kabupaten Karawang Dikaitkan


Dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian"

PROPOSAL

Disusun Oleh:
Nama : Steven G Situmorang
NPM : 1610631010238
Program Studi : Ilmu Hukum

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2019

1
Daftar Isi

Daftar Isi............................................................................................................................2
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI.........................................................................3
BAB 1................................................................................................................................4
PENDAHULUAN.............................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................9
C. Tujuan Penelitian....................................................................................................9
Berdasarkan Rumusan Masalah, diatas maka Tujuan Penelitian adalah..............................9
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:................................................9
D. Manfaat Penelitian................................................................................................10
1. Manfaat Teoritis................................................................................................10
Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam perkembangan
hukum yang berkaitan dengan wanprestasi dalam perjanjian perjanjian pinjam
meminjam dalam koperasi........................................................................................10
2. Manfaat Praktis.................................................................................................10
Hasil penulisan ini diharapkan menjadi masukkan kepada perkoperasian tentang
faktor faktor dan akibat hukum wanprestasi serta penyelesaian wanprestasi pada
koperasi dan sebagai bahan refrensi untuk masyarat yang memiliki koperasi..........10
E. Kerangka Pemikiran............................................................................................10
F. Metode Penelitian.................................................................................................18
1. Jenis dan Metode Penelitian..............................................................................19
2. Sumber Data.....................................................................................................19
3. Teknik Pengumpulan Data................................................................................20
4. Metode Analisis Data........................................................................................20
5. Lokasi Penelitian...............................................................................................21
G. Sistematika Penulisan...........................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.....................................................................................................22

2
HALAMAN PENGESAHAN SKRIPSI

“Mekanisme Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Simpan Pinjam


Terhadap Anggota Koperasi Alfa Cemara Kabupaten Karawang Dikaitkan
Dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang Perkoperasian"

Telah memenuhi syarat untuk mengikuti ujian Proposal Skripsi guna melanjutkan
penelitian dalam penulisan skripsi pada Program Studi Ilmu Hukum Fakultas Hukum
Universitas Singaperbangsa Karawang

Karawang, 12 Maret 2020

Menyetujui:
Pembimbing 1 Pembimbing 2

Dr. Candra Hayatul Iman,SH.,MH Rahmi Zubaedah,SH.,MH


NIDN. 0424087201 NIDN. 0412096501

Mengetahui:
Koord. Prodi S1 Ilmu Hukum

H. DENI NURYADI, SH, MH

NIDN. 0401116001

3
BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Presiden Republik Indonesia pada pertengahan tahun 1998 telah
mengeluarkan instruksi Presiden Nomor 18 Tahun 1998 tentang
peningkatan Pembinaan dan pengembangan Perkoperasian (selanjutnya
disebut Inpres No 18 Tahun 1998, Presiden Republik Indonesia
memerintahkan kepada Menteri koperasi, pengusaha kecil dan menengah
untuk mempermudah perijinan pendirian koperasi. Dikeluarkanya Inpres
18 Tahun 1998 memberikan kesempatan yang seluas-luasnya kepada
masyarakat untuk membentuk dan mengelola koperasi tanpa batas wilayah
kerja, koperasi menjadi lebih mandiri dan bebas melakukan aktifitas
usahanya tanpa ada campur tangan pemerintah.
Kebijakan tersebut tidak terlepas dari keinginan pemerintah dalam
rangka mendorong pertumbuhan perekonomian rakyat melalui koperasi.
Didalam Undang undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang
perkoperasian(selanjutnya disebut undang undang nomor 25 Thun 1992)
dinyatakan bahwa koperasi diselenggarakan berdasarkan atas asas
kekeluargaan. Koperasi sebagai badan perusahaan yang berdasar atas asas
kekeluargaan.
Koperasi sebagai badan perusahaan yang berdasar atas asas
kekeluargaan dianggap sebagai soko guru perekonomian nasional yang
sesuai dengan sendi sendi perekonomian Indonesia yang tertuang dalam
pasal 33 undang undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
yang tertuang dalam pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun `1945 (Selanjutnya disebut UUD 1945)1
Pasal 44 Undang Undang No 25 Tahun 1992 Menyatakan Bahwa
“Koperasi dapat menghimpun dana dan menyalurkan melalui kegiatan
usaha simpan pinjam dari dan anak anggota dan calon anggota koperasi
yang bersangkutan, koperasi lainya dan atau anggotanya”. Berdasarkan

1
Sunaryo, Hukum lembaga pembiayaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hal. 3

4
ketentuan pasal 441 jati diri sebuah koperasi adalah “ dari anggota, oleh
anggota untuk ang1gota”.
Hal tersebut sejalan dengan tujuan koperasi. Adapun tujuan koperasi yaitu
memajukan kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada
umumnya serta ikut membangun tatanan Perekonomian nasional dalam
rangka mewujudkan masyarakat yang maju, adil, dan ,makmur
berlandaskan Pancasila dan UUD Tahun 1945. Menurut Halmoan Tamba,
perspektif sejarah koperasi Indonesia, dapat ditarik suatu benang merah
bahwa koperasi Indonesia lahir dari tubuh dari ‘’proses simpan
pinjam’’.Artinya,koperasi yang ada saat ini diawali dari adanya kegiatan
simpan pinjam.koperasi simpan pinjam.koperasi Simpan Pinjam
merupakan embrio berkembang-mekarnya suatu koperasi.
Koperasi Simpan Pinjam merupakan salah satu jenis koperasi yang
peraturannya mengacu pada Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1995
tentang Pelaksanaan Kegiatan Usaha Simpan Pinjam oleh koperasi
(selanjutnya disebut PP No 9 Tahun 1995) dan Keputusan Menteri
Koperasi, Pengusaha Kecil dan Menengah Republik Indonesia Nomor :
351/Kep/M/XII/1998 tentang Petunjuk Pelaksanaan Kegiatan Usaha
Simpan Pinjam oleh Koperasi (selanjutnya disebut Kepmen
No:351/Kep/M/XII/1998).
Kemudahan dalam perijinan pendirian koperasi telang mendorong
semakin banyaknya berdiri koperasi, salah satuanya adalah koperasi
simpan pinjam. Saat ini banyak kita jumpai koperasi simpan pinjam yang
bermunculan bak jamur di musim hujan.
Seiring berjalannya waktu, jati diri koperasi sebagai badan usaha “
dari anggota, oleh anggota dan untuk anggota” dinilai semakin pudar.
Koperasi simpan pinjam yang ada lebih berorientasi pada keuntungan atau
laba yang tinggi, bukan pada kemakmura anggotanya. Semakin banyak
koperasi simpan pinjam yang berdiri, semakin ketat pula persaingan antar
sesama koperasi simpan pinjam. Mereka saling berinovasi dan belomba

5
lomba menawarkan berbagai bentuk investasi simpanan untuk mencari
calon calon anggota.
Ketentuan “calon anggota” dalam pasal 18 ayat (2) PP No.9 Tahun
1995 tenyata telah dimanfaatkan oleh koperasi simpan pinjam. Koperasi
simpan pinjam memanfaatkan ketentuan “calon anggota” untuk merekrut
masyarakat dengan harapan mereka mau berinvestasi di Koperasi SImpan
Pinjamnya sehingga semakin banyak masyarakat yang direkrut semakin
banyak pula keuntungan yang didapat. Meskipu ketentuan tentang calon
anggota telah diatur secara jelas, bahwa dalam waktu paling lama 3 (tiga)
bulan setelah melunasi simpanan pokok harus menjadi anggota. Namun
kenyataanya setelah waktu yang di tentukan berakhir calon calon anggota
tersebut statusnya tidak berubah menjadi anggota.
Kegiatan usaha Koperasi Simpan Pinjam telah diatur dalam pasal
19 ayat (1) PP No.9 tahun 995 yang menyebutkan bahwa : “ Kegiatan
Usaha Koperasi Simpan Pinjam dan Untin Simpan Pinjam adalah:
a. menghimpun simpanan koperasi berjangka dan tabungan
koperasi dari anggota dan calon anggotanya, koperasi lain dan atau
anggotanya;
b. memberikan pinjaman kepada anggota, calon anggotanya,
koperasi lain dan atau anggotanya.”
Berdasarkan Kepmen No; 351/Kep/M/XII/1998, dalam
melaksanakan kegiatan usaha penghimpunan dana, ada 2 (dua) bentuk
sipanan yang diperbolehkan, yaitu tabungan koperasi dan simpanan
berjangka, Untuk melayani kebutuhan penyimpanan, koperasi dapat
menciptakan berbagai jenis tabungan koperasi dan simpanan berjangka.
Pemberian nama dan ketentuan mengenai jenis-jenis tabungan koperasi
dan simpanan berjangka merupakan wewenang pengurus koperasi. Namun
dalam prakteknya, seringkali Koperasi Simpan Pinjam melakukan
penghimpunan dana dari masyakarakat yang yang jelas jelas bukan
anggota koperasi dalam bentuk deposito berjangka dengan memberikan
bunga kepada nasabahnya diatas bunga bank.

6
Dengan menempatkan sejumlah uangnya pada koperasi, para calon
nasabah diberikan harapan nantinya akan mendapatkan pengembalian
yang tinggi, tanpa harus bekerja keras keuntungan pun bisa didapat.
Tawaran semacam ini sangat menggiurkan, karena orang akan lebih
cenderung bersikap pragmatis untuk mendapatkan sebuah keuntungan.
Dorongan kuat akan memperoleh keuntungan tinggi mampu membuat
orang tanpa perlu lagi mempertimbangkan secara masak terhadap
rasionalitas usaha maupun kemungkinan resikonya. Sehingga banyak
masyarakat yang kemudian tertarik dan menginvestasikan uangnya.
Menurut perhitungan Badan Pusat Statistik Kabupaten Karawang
dikarawang ada 1.217 koperasi di berbagai kecamatan dan didaerah
karawang lainya. Sangat menjamur memang koperasi yang berada
dikarawang, karena memang sangat membantu sekali dikarenakan banyak
kelebihanya jika meminjam pinjaman dikoperasi Alfa Cemara, seperti
contoh
1) Mekanisme Pinjaman lebih mudah
2) Proses Pengajuan lebih cepat
3) Suku bunga rendah

Koperasi Alfa Cemara tidak selamanya selalu mendapatkan jalan mulus


seperti yang diharapkan dengan mengharapkan saling menguntungkan satu
sama lain dengan kedua belah pihak. Terdapat beberapa Wanprestasi .yang
terjadi dikoperasi Alfa Cemara yang sangat merugikan bagi usaha koperasi
khususnya Koperasi Alfa Cemara yang dilakukan oleh peminjam. Contoh
yang Wanprestasi yang terjadi di Alfa Cemara “Proses Perjanjian Pinjam–
Meminjam Uang Dengan Adanya jaminan yang berupa kesepakatan antara
dua pihak lalu di tengah jalan terjadi wanprestasi lalu Debitor sama sekali
tidak melaksanakan prestasinya yang telah ia perjanjikan didalam surat
perjanjian pinjam meminjam sejak debitor menandatangani isi surat
perjanjian pinjam meminjan atau tidak membayar angsuran tiap bulannya
sama sekali. Misalnya meminjam uang sebesar 24 juta dan berjanji akan
melunasinya selama 2 tahun dengan mengangsur setiap bulanannya 1 juta

7
beserta bunganya tetapi sejak ia menandatangai dan telah menerima yang
ia inginkan dia tidak melakukan sedikitpun apa yang ia prestasikan”.

Maka dari itu saya melakukan penelitian dalam bentuk skripsi dengan
judul “Mekanisme Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Simpan
Pinjam Terhadap Anggota Koperasi Alfa Cemara Kabupaten Karawang
Dikaitkan Dengan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 Tentang
Perkoperasian"

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar Belakang diatas Rumusan Masalahnya adalah
1. Bagaimana Ketentuan Perjanjian Pinjam Meminjam Menurut Ketentuan
Peraturan Peraturan Perundang Undangan di Indonesia?

2. Bagaimanakah Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perjanjian Pinjam


Meminjam Pada Koperasi Alfa Cemara Kota Karawang Provinsi Jawa
Barat?

3. Bagaimana Penyelesaian Hukum Wanprestasi dalam Perjanjian Pinjam


Meminjam pada koperasi Alfa Cemara Kota Karawang ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan Rumusan Masalah, diatas maka Tujuan Penelitian adalah
Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah sebagai berikut:
1) Untuk mengetahui ketentuan perjanjian pinjam meminjam menurut
ketentuan berdasarkan UU Pasal 1754 KUH Perdata

2) Untuk Mengetahui Tentang Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perjanjian


Pinjam Meminjam Pada Koperasi Alfa Cemara Kota Karawang

3) Untuk Mengetahui Tentang Ketentuan Mengenai Wanprestasi Dalam


Perjanjian Pinjam Meminjam.

8
D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Teoritis
Hasil penulisan ini diharapkan dapat dijadikan bahan kajian dalam
perkembangan hukum yang berkaitan dengan wanprestasi dalam
perjanjian perjanjian pinjam meminjam dalam koperasi
2. Manfaat Praktis
Hasil penulisan ini diharapkan menjadi masukkan kepada perkoperasian
tentang faktor faktor dan akibat hukum wanprestasi serta penyelesaian
wanprestasi pada koperasi dan sebagai bahan refrensi untuk masyarat yang
memiliki koperasi

E. Kerangka Pemikiran

Dalam undang-undang 25 Tahun 1992 tentang perkoperasian


koperasi adalah suatu perkumpulan atau organisasi ekonomi yang
beranggotakan orang orang atau badan badan, yang memberikan
kebebasan masuk dan keluar sebagai anggota menurut peraturan yang ada,
dengan bekerja sama secara kekeluargaan menjalankan suatu usaha,
dengan tujuan kesejahteraan jasmaniah anggotanya. Menurut undang-
undang nomor 25 Tahun 1992 Tentang perkoprasian pasal 1 butir 1
memberikan definisi sebagai berikut:

Koperasi ialah badan usaha yang beranggotakan orang-seorang


atau badan hukum koperasi dengan melanjutkan kegiatanya berdasarkan
prinsip-prinsip koperasi sekaligus sebagai gerakan ekonomi rakyat yang
berdasarkan asas kekeluargaan. Koperasi bertujuan memajukan
kesejahteraan anggota pada khususnya dan masyarakat pada umumnya
serta ikut membangun tatanan perekonomian Nasional dalam rangka
mewujudkan masyarakat yang maju, adil dan makmur berlandaskan

9
Pancasila dan undang-undang dasar 1945. Dari definisi tersebut, maka
dapatlah dilihat adanya unsur-unsur koperasi sebagai berikut :

1) Koperasi bukan suatu organisasi perkumpulan modal (akumulasi


modal), tetap perkumpulan orang-orang yang berasaskan social,
kebersamaan bekerja dan bertanggung jawab

2) Keanggotaan koperasi tidak mengenal adanya paksaan apapun dan oleh


siapapun, bersifat sukarela, netral terhadap aliran, isme dan agama

3) Koperasi bertujuan meningkatkan kesejahteraan anggota dengan cara


bekerja sama secara kekeluargaan2

Koperasi sebagai usaha Bersama, harus mencerminkan ketentuan-


ketentuan sebagaimana lazimnya dalam kehidupan suatu keluarga.
Nampak dalam suatu keluarga bahwa sesuatu yang dikerjakan secara
Bersama sama adalah ditujukan untuk kepentingan Bersama seluruh
anggota keluarga.Jadi dengan demikian suatu usaha Bersama untuk bisa
disebut koperasi haruslah mempunyai ciri ciri sebagai berikut:

1. Bukan merupakan kumpulan modal(akumulasi modal).Konsekuensi dari


hal ini adalah koperasi harus benar benar kepada kemanusiaan,bukan
kepada suatu kebendaan,

2. Merupakan kerja sama yaitu suatu bentuk gotong royong berdasarkan


asas kesamaaan drajad,hak dan kewajiban.Sehingga koperasi benar benar
sebagai wahana demokrasi ekonomi dan social.Koperasi adalah milik
anggota,sehingga kekuasaan tertinggi ada pada rapat anggota

3. Semua kegiatan harus didasarkan atas kesadaran para anggotanya,tidak


boleh ada paksaan,tidak boleh ada intimidasi maupun campur tangan luar
yang tidak ada sangkut pautnya dengan soal dalam koperasi.

2
Arifinal Caniago, Pendidikan Perkoperasian Indonesia, Bandung, Angkasa, 1973, hal. 4

10
4. Tujuan koperasi harus merupakan kepentingan Bersama para
anggotanya dan tujuan tersebut hanya dapat dicapai dengan karya dan jasa
yang disumbangkan para anggotanya,dan pembagian sisa hasil usaha
koperasi harus dapat mencerminkan perimbangan secara adil dari besar
kecilnya karya jasa para anggotanya.

Dalam Undang-Undang Tentang Koperasi No 12 Tahun 1967 pada Pasal 3


dinyatakan bahwa koperasi Indonesia adalah Organisasi Ekonomi Rakyat
yang berwatak social,beranggotakan orang orang atau badan hukum
koperasi yang merupakan tata susunan ekonomi sebagai usaha Bersama
berdasarkan asas kekeluargaan.Dalam mengembangkan koperasi maka
koperasi melaksanakan pula prinsip koperasi sebagai berikut:

a) Pendidikan Perkoperasian

Koperasi menyediakan Pendidikan dan pelatihan untuk anggotanya,dipilih


sebagai perwakilan,manager dan karyawan sehingga mereka dapat
memberikan kontribusi efektif bagi perkembangan koperasi
mereka,mereka memberikan informasi kepada masyarakat umum
khususnya orang muda dan pemimpin opini tentang sifat dan manfaat
kerja sama

b)Kerja Sama Antar Koperasi

Koperasi melayani anggota mereka yang paling efektif dan memperkuat


pelayan koperasi dengan cara bekerja sama.Bekerja Sama yang dimaksud
dapat dilakukan antar koperasi ditingkat local,regional,nasional dan
internasional.

Tindakan Wanprestasi membawa konsekuensi terhadap timbulnya pihak-


pihak yang dirugikan untuk menuntut pihak yang melakukan wanprestasi
untuk memberikan ganti rugi,sehingga oleh huum diharapkan agar tidak
ada satu pihak pun yang dirugikan karena wanprestasi tersebut,tindakan
wanprestasi ini dapat terjadi karena:

11
1.Kesengajaan

2.Kelalaian

3.Tanpa Kesalahan(tanpa kesengajaan atau kelalaian) atau Overmacht

Pada umumnya dalam hal terjadinya wanprestasi umumnya


dipandang bahwa debitur bersalah(presumption of fault),sehingga kreditor
tidak perlu membuktikan kesalahan debitor.Artinya jika telah terjadi
wanprestasi didalamnya dianggap bahwa debitor mempunyai kesalahan.
Setiap kali terjadi wanprestasi debitorlah yang bersalah, kreditor cukup
membuktikan bahwa ada bagian bagian dari kewajiban yang tidak
dipenuhi debitor, sedangkan kalau debitor tidak bersalah dia wajib
membuktikannya dengan menunjukkan terjadinya keadaaan memaksa.Jadi
pada wanprestasi melekat kesalahaan sedangkan ketidakbersalahan harus
dibuktikan,jadi disini ada pembalikan beban pembuktian.Untuk
menentukan apakah debitor telah wanprestasi diukur berdasarkan
kewajibannya. Jika ada kewajibannya yang tidak dipenuhi maka debitor
sudah dapat dikatakan wanprestasi. 3

Kewajiban yang menjadi ukurannya dapat dibagi menjadi 2 jenis


berdasarkan urutan pemenuhannya yaitu: kewajiban
pendahuluan(kewajiban preparator, kewajiban persiapan) dan kewajiban
pokok. Kewajiban pokok ialah kewajiban debitor sehubungan dengan
pokok dari perikatan atau perjanjian yaitu prestasi. Kewajiban
pendahuluan adalah kewajiban pendahuluan adalah kewajiban yang harus
dilakuan debitor untuk mendahului terpenuhinya kewajiban pokok dan
apabila hal ini sama sekali tidak memungkinkan maka adanya wanprestasi
ini akan mengakibatkan sebagai berikut :

a) Resiko terhadap suatu benda yang menurut undang-undang menjadi


tanggung jawab dari kreditor, berpindah menjadi tanggung jawab debitur.
3
Arifinal Chaniago, op.cit, hal. 1

12
b) Dengan adanya wanprestasi dapat diadakan tuntutan kerugian

c) Pemutusn persetujuan dapat dilakukan

d) Bila memenuhi syarat-syarat yang ditentukan oleh undang-undang


dapat diadakan tuntukan.4

Seorang debitur sudah diperingatkan atau sudah dengan tegas


ditagih janjinya, maka jika ia tetap tidak memenuhi prestasi yang yang
sudah diperjanjikan. Terjadinya wanprestasi mengakibatkan pihak lain
(lawan dari pihak yang wanprestasi) dirugikan, apabila kalau pihak lain
tersebut adalah pedagang maka bisa kehilangan keuntungan yang
diharapkan, oleh karena itu pihak yang wanprestasi harus menanggung
akibat dari tuntutan pihak lawan yang dapat berupa tuntutan

a) Bagi debitur

1) Mengganti kerugian

2) Objek perjanjian menjadi tanggung jawab debitur

Akibat hukum bagi debitor yang telah melakukan wanprestasi


adalah hukuman atau sanksi hukum berikut ini :

1. Debitor diwajibkan membayar ganti rugi kerugian yang diderita oleh


kreditor ( Pasal 1243 Kuhperdata)

2. Apabila perikatan itu timbal balik, kreditor dapat menuntut pemutusan


atau pembatalan perikatan melalui pengadilan (Pasal 1266 Kuhperdata)

3. Wanprestasi (Pasal 1237 ayat (2) KUHPerdata)

4. Debitor diwajibkan memenuhi perikatan jika masih dapat dilakukan


pembatalan atau pembatalan disertai pembayaran ganti kerugian (Pasal
1267 Kuhperdata)

4
Nindyo Pramono, Beberapa Aspek Koperasi Pada Umumnya Dan Koperasi Indonesia Di Dalam
Perkembangan, Yogyakarta TPK Gunung Mulia, 1986, hal. 9

13
5. Debitor wajib membayar biaya perkara jika diperkarakan dimuka
pengadilan negeri dan debitor dinyatakan bersalah

Karena debitor telah ditetapkan lalai dan/ atau wanprestasi maka tersebut
membawa akibat hukum yaitu :

1. Debitor wajib membayar penggantian biaya kerugian dan bunga atau


harus membayar Bunga berikut dendanya

2. Penggantian biaya kerugian dan bunga dan didasarkan pada surat yang
ditetapkan oleh pengadilan atau oleh pihak kreditor secara langsung.

3. Pembayaran kerugian diutamakan memilih yang paling ringan karena


biasanya pihak kreditor memberikan pilihan untuk debitor,misalnya pihak
kreditor telah dua kali melayangkan somasi kepada debitor,debitor dapat
memilih somasi yang menurutnya sangat memungkinkan untuk
dilaksanakan.

Ganti rugi dapat dituntut oleh kreditor dalam hal tidak memenuhi
perjanjian,ketentuan tersebut harus ditafsirkan secara luas sehingga
perkataan lalai tidak hanya mencakup tidak memenuhi prestasi sama
sekali,tetapi juga terlambat atau tidak memenuhi prestasi.Penggantian
kerugian dapat dituntut menurut undang-undang berupa:kosten,schaden en
interessen (Pasal 1243 KUHPerdata).Yang dimaksudkan kerugian yang
dapat dimintakan penggantian itu,tidak hanya berupa biaya-biaya yang
sungguh-sungguh telah dikeluarkan(kosten) atau kerugian yang sungguh-
sungguh menimpa harta benda si berpiutang(schaden),tetapi juga yang
berupa kehilangan keuntungan (interessen),yaitu keuntungan yang akan
didapat seandainya siberutang tidak lalai(winstderving).Dari penjelasan
tersebut dikatakan ganti kerugian itu terdiri dari tiga unsur yaitu:

1. Ongkos atau biaya yang telah dikeluarkan,misalnya:ongkos cetak,biaya


materai dan biaya iklan.

14
2. Kerugian sesungguhnya karena kerusakan,kehilangan benda milik
kreditor akibat kelalaian debitor,misalnya,busuknya buah-buahan karena
terlambat melakukan penyerahan,ambruknya Gedung karena kesalahan
kontruksi sehingga merusakkan perabitan sehingga menyebabkan
gangguan.

3. Bunga atau keuntungan yang diharapkan,misalnya bunga yang berjalan


selama piutang terlambat dilunasi,keuntungan yang tidak diperoleh karena
kelambatan penyerahan bendanya dan sebagainya.5

Menghadapi debitur yang wanprestasi,undang undang


menyediakan upaya hukum yang dapat ditempuh oleh
kreditor,sebagaimana disimpulkan dari Pasal 1267 KUHPerdata yaitu:

1. Menuntut pemenuhan kembaliprestasi

2. Menuntut pembatalan perjanjian(Kontrak)

3. Menuntut penggantian kerugian

4. Menuntut pemenuhan kembali prestasi disertai ganti kerugian

5. Menuntut pembatalan perjanjian disertai ganti kerugian

Mengenai upaya hukum yang mana diantara 5(lima) kemungkinan


diatas yang ditempuh oleh kreditor dipengaruhi oleh 2 (dua) hal,yaitu
kemauan (kehendak,keinginan,pilihan) dari kreditor dan keadaan atau
sifat(kemungkinan) dari wanprestasi itu secara keseluruhan.Keadaan atau
sifat dari wanprestasi itu akan menentukan upaya hukum yang cocok
diajukan oleh kreditor sedangkan kreditor berhak sepenuhnya untuk
memilih upaya yang mungkin menurut keadaan.Contoh,Seorang
menempahkan sebuah lemari kepada seorang tukang,pada waktu yang
disepakati,lemari belum siap dibuat dan oleh karena itu tidak diserahkan
debitor kepada kreditor.

5
Mohd Syaufii Syamsuddin, Perjanjian-Perjanjian Dalam Hubungan Industrial,Jakarta, Sarana
Bhakti Persada, 2005, hal. 31

15
Keadaan ini memberikan kemungkinan kepada kreditor untuk:

1. Membatalkan perjanjian dan atau menuntut ganti kerugian,yaitu apabila


kreditor merasa tukang itu tidak dapat dipercaya lagi,lalu kreditor mencari
tukang yang lain apabila dia masih membutuhkan lemari

2. Jika masih percaya kepada debitor,kreditor dapat menuntut supaya


tukan tersebut mengerjakannya kembali,dalam hal ini dia dapat menuntut
ganti kerugian atas keterlambatan.

Apabila diperhatikan kemungkinan-kemungkinan di atas,tuntutan


yang paling dominan adalah tuntutan ganti kerugian baik sendiri maupun
di kombinasikan dengan tuntutan lain.Kerugian yang akan dituntut untuk
diganti itu dihitung berdasarkan pedoman-pedoman sebagai berikut:

1. Ganti kerugian terdiri dari rugi yang diderita dan untung yang sidanya
akan diperoleh

2. Ganti kerugian terdiri dari kerugian nyata

3. Ganti kerugian terdiri dari kerugian nyata yang dapat diduga pada waktu
perjanjian dibuat

4. Ganti kerugian terdiri dari kerugian yang merupakan akibat langsung


dari peristiwa wanprestasi

5. Ganti kerugian sebesar kerugian yang ditentukan didalam


perjanjian(diperjanjikan)

6. Ganti kerugian berupa bunga adalah bunga yang ditetapkan oleh undang
undang.

Disamping itu perlu juga dipertimbangkan manfaat dari jumlah ganti


kerugian yang dituntut itu,supaya sungguh-sungguh mencapai tujuan akhirnya
yaitu mengganti kerugian yang diderita kreditor.Hendaknya penggantian kerugian

16
yang diperoleh kreditor dapat dimanfaatkan untuk mengembalikan kekedaan harta
kekayaan kreditor kepada keadaan semula sebelum terjadi wanprestasi.

Penyelesaian hukum wanprestasi pada perjanjian pinjam


meminjam koperasi Alfa Cemara dilakukan dengan 2 cara yaitu :

1. Penyelesaian secara kekeluargaan dan

2. Penyelesaian dimuka pengadilan jika tidak ada hasil dengan mediasi

Penyelesaian hukum prestasi wanprestasi secara kekeluargaan pada


koperasi Alfa Cemara yaitu dengan cara apabila si debitor telah lalai untuk
melakukan prestasinya dan kreditor melakukan soamsi ketika si debitor
mengindahkan isi surat somasi maka debitor dan kreditor pertama tama akan
berbicang-bincang tentang apa dan mengapa hal tersebut bisa terjadi lalu
mereka akan melakukan negosiasi atau mediasi tentang bagaimana
penyelesaian terkait wanprestasi yang dilakukan oleh debitor. Misalnya ketiak
debitor menyatakan ia tidak sanggup membayar prestasinya lagi karena
berbagai factor, tetapi debitor belum rela jika agunan yang iya berikan diambil
alih oleh kreditor.

Penyelesaian hukum wanprestasi dimuka pengadilan pada Alfa Cemara


kota Karawang yaitu pertama jika si debitor tidak merasa atau tidak diterima
dikatakan wanprestasi maka si debitor dan kreditor dapat menyelesaikan
dimuka pengadilan dan ketika si debitor melakukan perlawanan ketika
kreditor ( tim penanggulangan kelalaian pinjaman ) mengambil atau menjual
jaminan dari sidebitor maka mereka dapat menyelesaikan melalui jalur
pengadilan dan biasanya koperasi Alfa Cemara menyelesaikan dengan cara
gugatan sederhana yang diatur dalam Perma No 2 Tahun 2015 tentang
gugatan sederhana kepengadilan setempat, dan menunutut ganti rugi atas
kerugian-kerugian kreditor dengan pembuktian-pembuktianya.

17
F. Metode Penelitian
Dalam melakukan penelitian agar terlaksana dengan maksimal maka
peneliti mempergunakan beberapa metode sebagai berikut :

1. Jenis dan Metode Penelitian


Metode penelitian yang dipergunakan untuk menjawab
permasalahan yang ada dalam skripsi ini adalah metode penelitian
hukum normatif, yaitu penelitian dengan cara mengkaji peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau diterapkan terhadap suatu
permasalahan hukum tertentu. Nama lain dari penelitian hukum
normative adalah penelitian hukum doktriner, juga disebut sebagai
penelitian perpustakaan atau studi dokumen. Disebut penelitian hukum
doktriner, karena penelitian ini dilakukan atau ditujukan hanya pada
perundang-undangan yang tertulis atau bahan-bahan hukum yang lain.
Pelaksanaan penelitian hukum normative akan ditunjukkan kepada :
a) Penelitian terhadap azas-azas hukum, seperti misalnya penelitian
terhadap hukum positif yang tertulis atau penelitian terhadap kaidah-
kaidah hukum yang hidup didalam masyarakat
b) Penelitian terhadap sistematika hukum, dilakukan dengan menelaah
pengertian dari dasar dari system hukum yang terdapat dalam
perundang-undangan.
c) Penelitian terhadap singkronisasi hukum yang dapat dilakukan baik
singkronisasi secara vertical(beda derajat) ataupun secara
horizontal(sama/derajat/sederajat/)
d) Pnelitian sejarah hukum, merupakan penelitian yang lebih
dititkberatkan pada perbandingan-perbandingan hukum.
e) Penelitian terhadap perbandingan hukum, merupakan penelitian yang
menkankan dan mencari adanya perbedaan-perbedaan yang ada pada
berbagai system hukum di Indonesia

18
2. Sumber Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah Data yang
digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah data sekunder, yaitu data
yang bersumber dari bahan pustaka yang mencakup berbagai
buku,dokumen resmi, peraturan perundang-undangan, hasil penelitian
tersebut berupa laporan serta bahan-bahan kepustakaan yang berkaitan
dengan permasalahan yang diteliti . Menurut Soejono Soekanto data
sekunder terdiri atas
1) Kitab undang-undang hukum perdata (Kuhperdata)
2) Undang-undang Nomor 25 Tentang perkoperasian
3) Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945
4) Peraturan pemerintah republk indonesiaNo9 Tahun 1995 tentang
pelaksanaan K kegiatan usaha simpan pinjam oleh koperasi
5) keputusan Presiden Republik Indonesia NO 61 Tahun 1988
Tentang pembiayaan presiden republik indonesia

Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang diperoleh dari buku-buku
yang ditulis oleh parah ahli, jurnal-jurnal hukum, pendapat sarjana, Kasus-
kasus hukum,yurispudensi dan hasil-hasil symposium Mutahir yang
berkaitan dengan topic penelitian.

3. Teknik Pengumpulan Data

Adapun Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam


penelitian adalah studi kepustakaan: Teknik pengumpulan data yang
dilakukan adalah skripsi ini adalah dengan cara studi dokumen-dokumen
yang relevan dengan penelitian ini di perpustakaan dan melakukan
identifikasi data. Selanjutnya data yang diperoleh tersebut akan dianalisis
secara induktif kualitatif untuk sampai pada kesimpulan, sehingga pokok
permasalahan yang ditelah penelitian skripsi ini akan dapat dijawab.

Selain itu,Teknik pengumpulan data ini didukung juga dengan


wawancara dengan Koperasi Alfa Cemara yang tujuannya untuk

19
melengkapi dan mengkonfirmasi data yang diperoleh dari Studi
Kepustakaan

4. Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah:

a. Deskriptif, yaitu prosedur pemecahan masalah yang diselidiki dengan


cara menggambarkan atau mendiskripsikan keadaan subyek/obyek
penelitian pada saat sekarang berdasarkan fakta-fakta yang tampak atau
sebagaimana adanya.

b. Deduktif, yaitu cara pengambilan kesimpulan dari pengetahuan yang


bersifat umum yang digunakan untuk menilai suatu kejadian yang
bersifat khusus atau bertolak dari proposisi umum yang kebenarannya
telah diketahui dan berakhir pada suatu kesimpulan (pengetahuan baru)
yang bersifat khusus.

a. Metode Induktif, yaitu cara pengambilan kesimpulan dari hal-hal yang


bersifat khusus ke hal-hal yang bersifat umum. Teknik ini berpangkal
dari fakta khusus kemudian menuju ke suatu statement yang
menerangkan faktor-faktor tersebut.
5. Lokasi Penelitian

Penelitian dilakukan pada Koperasi Alfa Cemara (Karawang


Kota,Perumnas)

G. Sistematika Penulisan

20
Bab I, Pendahuluan terdiri dari, Latar Belakang,Permasalahan,Tujuan
Penelitian, Manfaat penelitian, keaslian Penulisan, Tinjauan Penulisan
Kepustakaan,Metode Peneltian dan Sistematika Penulisan.

Bab II, Ketentuan Perjanjian Pinjam Meminjam Menurut Peraturan


Perundang-Perundangan-undangan di Indonesia,terdiri dari Aspek Hukum
Perkoperasian dan Aspek Hukum Tentang Perjanjian

Bab III, Ketentuan Mengenai Wanprestasi Dalam Perjanjian Pinjam


Meminjam,terdiri dari Pengertian Prestasi,Pengertian Wanprestasi,Jenis-Jenis
Wanprestasi dan Akibat Hukum dari Wansprestasi

Bab IV, Akibat Hukum Wansprestasi Dalam Perjanjian Pinjam Meminjam


Pada Koperasi Alfa Cemara,terdiri dari Bentuk-Bentuk Wanprestasi pada
Koperasi Alfa Cemara ,Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Perjanjian Pinjam
Meminjam pada Koperasi Alfa Cemara serta Penyelesaian Hukum Wansprestasi
Pada Perjanjian Pinjam Meminjam Koperasi Alfa Cemara.

Bab V, Penutup terdiri dari Kesimpulan dan Saran

DAFTAR PUSTAKA

21
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata (KUHPer)

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian

Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2016 Tentang Perubahan Atas Undang-Undang


Nomor 11 Tahun 2000
Sunaryo, Hukum lembaga pembiayaan, Jakarta, Sinar Grafika, 2008, hal. 3

Arifinal Caniago, Pendidikan Perkoperasian Indonesia, Bandung, Angkasa, 1973, hal. 4

Arifinal Chaniago, op.cit, hal. 1

Nindyo Pramono, Beberapa Aspek Koperasi Pada Umumnya Dan Koperasi Indonesia Di
Dalam Perkembangan, Yogyakarta TPK Gunung Mulia, 1986, hal. 9

Mohd Syaufii Syamsuddin, Perjanjian-Perjanjian Dalam Hubungan Industrial,Jakarta,


Sarana Bhakti Persada, 2005, hal. 31

22

Anda mungkin juga menyukai