Dosen :
Henni Wijayanti, SH., MH.
Disusun Oleh:
Fairuzarien Talitha Ariqoh (20210210100034)
Raffi Radityo Samiadji (20210210100042)
Daffa Putra Pratama (20210210100104)
Mochammad Alif Fajri (20210210100113)
Fadlina Nur Saffanah Putri (20210210100125)
Nova Permata Sari (20210210100138)
Mata Kuliah:
Hukum Perusahaan (B)
FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
Jl. K.H. Ahmad Dahlan, Cireundeu, Kec. Ciputat Timur, Kota Tangerang Selatan, Banten 15419
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemampuan untuk
menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Saya sangat bersyukur atas berkat-
Nya yang memungkinkan saya menyelesaikan makalah ini dengan baik. Doa dan
salam juga saya sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW, yang syafaatnya kita
nantikan di akhirat.
Saya bersyukur kepada Allah SWT atas nikmat kesehatan, baik fisik maupun mental,
yang memungkinkan saya menyelesaikan makalah dengan judul
“PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP PEMBERHENTIAN SEPIHAK
DIREKSI PERSEROAN TERBATAS MELALUI RAPAT UMUM
PEMEGANG SAHAM (Studi Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 1888
K/Pdt/2020)"
Saya berharap makalah ini akan menambah pengetahuan dan pengalaman pembaca,
dan saya siap untuk memperbaiki makalah ini agar menjadi lebih baik di masa depan.
Saya menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekurangan karena keterbatasan
pengalaman saya. Oleh karena itu, saya sangat menghargai masukan dan saran yang
membangun dari para pembaca untuk meningkatkan kualitas makalah ini.
Terima kasih atas perhatian dan semoga makalah ini memberikan manfaat yang
besar. Terima kasih.
Penulis
2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................................2
DAFTAR ISI................................................................................................................3
BAB I
PENDAHULUAN........................................................................................................4
A. Latar Belakang Masalah.....................................................................................4
B. Rumusan Masalah...............................................................................................8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA....................................................................................................9
A. Kerangka Teori...................................................................................................9
1. Teori Keadilan...................................................................................................9
2. Teori Badan Hukum........................................................................................11
3. Teori Tanggung Jawab....................................................................................13
B. Regulasi dan Peraturan Perundang-Undangan yang Mengatur........................14
BAB III
PEMBAHASAN.........................................................................................................16
A. Kasus Posisi.......................................................................................................16
B. Pertimbangan Hukum dan Hasil Penyelesaian..................................................20
C. Analisis...............................................................................................................27
1. Aspek Keadilan pada Pertimbangan Hakim dalam Putusan Mahkamah Agung
Nomor 1888 K/Pdt/2020.................................................................................27
2. Hak Direksi Perseroan Terbatas atas Perlindungan Hukum berdasarkan
Putusan Mahkamah Agung Nomor 1888 K/Pdt/2020.....................................30
BAB IV
PENUTUP..................................................................................................................33
A. Kesimpulan.........................................................................................................33
DAFTAR PUSTAKA................................................................................................36
3
BAB I
PENDAHULUAN
1
C.S.T Kansil, Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia, (Jakarta: Penerbit Balai
Pustaka, 1989), h. 40.
2
Soetiono, Rule of Law (Supremasi Hukum), (Surakarta: Magister Ilmu Hukum Program
Pascasarjana Universitas Sebelas Maret, 2004), h. 3.
4
mewakili Perseroan, baik di dalam maupun di luar pengadilan sesuai ketentuan
anggaran dasar.3 Perseroan Terbatas itu sendiri dijelaskan pada Pasal 1 angka 1
Undang-Undang Perseroan Terbatas, yakni PT sebagai badan hukum
persekutuan modal, berdasar perjanjian, menjalankan kegiatan dengan modal
yang terbagi pada saham serta memenuhi syarat peraturan perundang-undangan. 4
Dalam hal penggantian, pengangkatan, maupun pemberhentian Direksi terdapat
mekanisme yang diharuskan untuk melalui keputusan RUPS sesuai Pasal 94 UU
Nomor 40 Tahun 2007. Modal perseroan terbatas didapat dari para pemegang
saham merupakan aset terpisah dari kepemilikan pribadi. 5 RUPS sebagai
pencerminan dari perusahaan dengan prinsip kepemilikan saham bersama yang
memberi kepercayaan pada direksi sesuai kemampuan dan profesionalisme
untuk menggerakkan seluruh kegiatan perusahaan.
3
M. Faisal Rahendra Lubis, “Pertanggungjawaban Direksi Disuatu Perseroan Terbatas Ketika
Terjadi Kepailitan Pada Umumnya dan Menurut Doktrin Hukum Perusahaan & UU No. 40 Tahun
2007”, Jurnal Hukum Kaidah, Vol. 17, No. 2, (2018), h. 25.
4
Ridwan Khairandy, “Karakter Hukum Perusahaan Perseroan dan Status Hukum Kekayaan yang
Dimilikinya”, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, Vol. 20, No. 1, (2013), h. 82.
5
Kurniawan, “Tanggung Jawab Pemegang Saham Perseroan Terbatas Menurut Hukum Positif”,
Mimbar Hukum, Vol. 26, No. 1, (2014), h. 71.
6
Bernadinus Chrisdianto, “Peran Komite Audit dalam Good Corporate Governance”, Jurnal
Akuntansi Aktual, Vol. 2, No. 1, (2013), h. 2.
5
tersebar di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah perusahaan keseluruhan tanpa
menggunakan kata kunci pada website terkait menampilkan 33.882 perusahaan.7
Terdapat fakta pada perkara yang berkaitan dengan Direksi suatu Perseroan
Terbatas yang diberhentikan secara sepihak melalui Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS), seperti pada Putusan Mahkamah Agung Nomor 1888
K/Pdt/2020, bahwa Penggugat adalah Pendiri dan Direktur Utama PT. Multi
Daya Wonua (PT. MDW), sedangkan para Tergugat merupakan para Pemegang
Saham PT. MDW. Pada Januari 2019, Penggugat diberhentikan (pemberhentian
atau pemecatan) melalui RUPS secara lisan dan tanpa alasan oleh Para Tergugat
yang hingga saat ini tidak ada surat tertulis yang diberikan kepada Penggugat,
tanpa adanya pembelaan diri dari Penggugat, dan tidak adanya kompensasi.
PT. Multi Daya Wonua (PT. MDW) itu sendiri merupakan badan usaha
berpengalaman yang mengerjakan proyek nasional yang memiliki kualifikasi
mengerjakan proyek Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Hunian Tunggal dan
Koppel, Jasa Pelaksana Konstruksi Bangunan Gudang dan Industri, Jasa
Pelaksana Konstruksi Bangunan Komersial, Jasa Pelaksana Konstruksi Saluran
Air, DAM, Pelabuhan, dan Prasarana Sumber Daya Air Lainnya.
7
Kementerian Perindustrian Republik Indonesia, Direktori Perusahaan Industri, diakses dari
https://www.kemenperin.go.id/direktori-perusahaan?what=&prov=&hal=678, pada tanggal 3
Desember 2023, pukul 15.11 WIB.
6
Permasalahan dalam penelitian pada kasus tersebut menunjukkan adanya
kesenjangan das sein dan das sollen. Pada pemberhentian atau pemecatan
tersebut dilakukan secara tidak sah, sewenang-wenang, dan melawan hukum
sebab tidak sejalan dengan prosedur serta mekanisme pemberhentian Direksi
sesuai pada ketentuan yang ada dalam Pasal 21, Pasal 105, serta Pasal 106
Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas.
8
Munir Fuady, Perbuatan Melawan Hukum Pendekatan Kontemporer, (Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2002), h. 167-168
7
TERBATAS MELALUI RAPAT UMUM PEMEGANG SAHAM (Studi
Kasus Putusan Mahkamah Agung Nomor 1888 K/Pdt/2020).”
B. Rumusan Masalah
8
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kerangka Teori
1. Teori Keadilan
9
mengatur struktur dasar masyarakat. Sementara pada terjemahan John Rawls
mengenai konsep selubung ketidaktahuan, disebutkan bahwa tiap orang
berhadapan pada tertutupnya semua fakta serta keadaan dirinya, begitupun
dengan posisi sosial serta doktrin tertentu, akibatnya membutakan konsep
ataupun pengetahuan mengenai keadilan yang ada saat ini. Berdasarkan
konsep tersebut, Rawls menggiring masyarakat melalui teorinya yang dikenal
dengan “Justice as fairness” untuk mencapai prinsip persamaan yang adil. 12
Justice as fairness yang diusulkan John Rawls lebih mengacu pada teori
kontrak sosial, di mana prinsip keadilan dibawa oleh kesepakatan tentang
struktur dasar masyarakat.13 Dalam keadilan adalah fairness melekat prinsip
kesepakatan dan keadilan yang menetapkan hak dan kewajiban serta
menjadikan pembagian keuntungan sosial sebagai posisi asali. Rawls
mengembangkan teori keadilan sebagai kesetaraan berdasarkan teori kontrak
sosial yang sebelumnya dikemukakan oleh Locke, Rousseau, dan Immanuel
Kant, yang membawa prinsip keadilan ke dalam masyarakat melalui
konsensus atau kesepakatan.
Rawls berargumen bahwa setiap orang memiliki hal yang sama terhadap
kebebasan asasi, dan bila terjadi ketidakadilan maka kaum yang tertinggallah
yang harus diuntungkan. Inti pemikiran Rawls terletak pemahaman mengenai
keadilan sebagai fairness. Keadilan sebagai fairness dalam suatu struktur
masyarakat mengacu pada adanya kebebasan dan kesetaraan, di mana hak dan
kewajiban harus dipenuhi secara adil.14 Berdasarkan Teori Keadilan dari John
Rawls tersebut, peneliti berpandangan bahwa perlu adanya keadilan bagi
setiap orang apabila terdapat ketidakadilan yang dirasakan. Dalam hal ini
12
John Rawls, A Theory of Justice, (London: Oxford University Press), diterjemahkan Uzair
Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1971), h. 91.
13
John Rawls, A Theory of Justice, (London: Oxford University Press), diterjemahkan Uzair
Fauzan dan Heru Prasetyo, Teori Keadilan, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1971), h. 25.
14
Alifa Cikal Yuanita, “Menelaah Konsep Keadilan Hukum Teori John Rawls dalam Pemutusan
Hubugan Kerja secara Sepihak terhadap Pekerja Migran Indonesia di Luar Negeri”, Interdisciplinary
Journal on Law, Vol. 3, No. 2, (November 2022), h. 131.
10
seperti adanya ketidakadilan yang dilakukan terhadap Direksi Perseroan
Terbatas akibat pemberhentian secara sepihak melalui Rapat Umum
Pemegang Saham.
Dari berbagai teori badan hukum yang telah dijelaskan tersebut, dapat
dibedakan menjadi 2 (dua) kelompok teori. Pertama, yaitu teori yang memiliki
anggapan badan hukum merupakan wujud nyata dan dianggap memiliki panca
indera selayaknya manusia, oleh sebab itu badan hukum diidentikkan dengan
15
Ridwan Syahrani, Seluk-Beluk dan Asas-Asas Badan Hukum Perdata, (Bandung: Alumni,
2000), h. 56.
16
Agus Budiarto, Seri Hukum Perusahaan: Kedudukan Hukum dan Tanggung Jawab Pendiri
Perseroan Terbatas, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 2002), h. 28.
11
manusia. Kedua, yaitu teori yang beranggapan badan hukum bukan wujud
yang nyata, namun dibalik badan hukum terdapat manusia, sehingga apabila
badan hukum membuat suatu kesalahan maka kesalahan itu merupakan
kesalahan secara bersama. Berdasarkan Undang-Undang Perseroan Terbatas
disebutkan bahwa usaha yang berbentuk perseroan adalah badan hukum.
Perseroan Terbatas merupakan badan hukum yang secara sah dapat bertindak
sebagai subjek hukum serta mempunyai aset yang terpisah dari kekayaan
pribadi para pengurus.17
17
Rachmadi Usman, Dimensi Hukum Perusahaan Perseroan Terbatas, (Bandung: Alumni,
2004), h. 50
18
M. Hadi Subhan, Hukum Kepailitan, Prinsip, Norma dan Praktik di Peradilan, (Jakarta:
Prenada Media Group, 2008), h. 225
19
Nindyo Pramono, “Tanggung Jawab dan Kewajiban Pengurus PT (Bank) menurut UU Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas”, Buletin Hukum dan Kebanksentralan, Vol. 5, No. 3,
(Desember 2007), h. 15
12
3. Teori Tanggung Jawab
20
Abdulkadir Muhammad, Hukum Perusahaan Indonesia, (Bandung: Citra Aditya Bakti, 2010),
h. 503.
21
Sjaifurrachman dan Habib Adjie, Aspek Pertanggungjawaban Notaris dalam Pembuatan Akta,
(Bandung: Mandar Maju, 2011), h. 1.
13
B. Regulasi dan Peraturan Perundang-Undangan yang Mengatur
regulasi yang menjadi fokus analisis dapat diuraikan berdasarkan sumber data
yang disebutkan:
14
Perusahaan terdaftar di pasar modal, regulasi ini memberikan kerangka
hukum tambahan yang harus diperhitungkan terkait dengan pemberhentian
direksi.
Putusan Mahkamah Agung ini menjadi salah satu sumber hukum utama
yang sangat relevan dan perlu dianalisis dengan cermat untuk memahami
interpretasi dan aplikasi hukum terkait pemberhentian sepihak direksi.
Selain itu, sumber data sekunder seperti literatur hukum, jurnal, buku teks,
artikel, skripsi, tesis, dan disertasi dapat memberikan pandangan yang lebih luas
terhadap penelitian ini, sementara sumber data tersier seperti kamus hukum dapat
membantu dalam memberikan pemahaman lebih mendalam terhadap istilah-
istilah hukum yang digunakan dalam regulasi tersebut.
15
BAB III
PEMBAHASAN
A. Kasus Posisi
16
Mantan Direksi Sadikin tersebut menyatakan ketika Rapat Umum Pemegang
Saham (RUPS) pada bulan Januari lalu, ia diberhentikan dari jabatannya selaku
Direksi secara sepihak tanpa ada alasan atau pemberitahuan sebelumnya
sementara kinerjanya dalam membesarkan perusahaan selama ini cukup
memuaskan. Oleh sebab itu, Sadikin menuntut keadilan agar sisa jabatan selama
dua tahun dapat dibayarkan terlebih ia diangkat berdasarkan kesepakatan di akta
notaris yang jelas dasar hukumnya. Sadikin pun sejak awal pendirian perusahaan
pada tahun 2013 juga merintis bahkan memberikan nama PT Multi Daya Wonua
dan membesarkan perusahaan tersebut hingga sekarang. Sadikin menyatakan
bahwa perusahaan tersebut tidak akan besar tanpa perjuangannya, sehingga
perusahaan harus memberikan rasa kemanusiaan dan rasa terima kasih kepadanya
yang sudah banyak berjasa.
Kasus pemecatan sepihak tersebut terus bergulir dan kini tengah ditangani
oleh Pengadilan Negeri Kolaka. Mantan Direksi PT MDW Sadikin mengaku, jika
proses hukum terkait pemecatan yang dilakukan oleh PT MDW terhadap dirinya
22
Redaksi Kolakaposnews, Mantan Direksi PT Multi Daya Wonua Tuntut Keadilan, diakses dari
https://kolakaposnews.fajar.co.id/2019/03/15/mantan-direksi-pt-multi-daya-wonua-tuntut-keadilan/ ,
pada tanggal 30 Desember 2023, pukul 12.18 WIB.
17
telah memasuki masa sidang. Dimana pada sidang pertama, Hakim melakukan
mediasi untuk mencari solusi agar kasus tidak dilanjutkan. Namun, pada saat
tahap mediasi tidak disepakati solusi antar kedua belah pihak, sehingga proses
hukum terus dilanjutkan. Dalam tahap mediasi tersebut, tidak ada kesepakatan
yang didapat sebab PT MDW hanya mampu memberikan dana Rp10.000.000,00,-
(sepuluh juta rupiah) sebagai dana pesangon pada Direksi Sadikin, sementara
Direksi Sadikin menuntut hak sebesar Rp200.000.000,00,- (dua ratus juta rupiah)
karena PT MDW telah memberhentikan secara sepihak, tanpa ada alasan yang
jelas. Terlebih lagi, Direksi Sadikin diangkat menjadi Direksi melalui akta
notaris, sehingga berhak menuntut haknya.
Dalam hal ini, Sadikin telah menempuh upaya hukum yang diawali melalui
pengadilan tingkat pertama pada Pengadilan Negeri Kolaka dengan Putusan
Nomor 16/Pdt.G/2019/PN.Kka namun dirinya merasa kurang mendapatkan
keadilan, sehingga melanjutkan pada tingkat banding di Pengadilan Tinggi
Sulawesi Tenggara dengan Putusan Nomor 82/Pdt/2019/PT KDI, akan tetapi
putusan dari majelis hakim pada tingkat banding pun dirasa belum cukup
memberikan rasa keadilan sesuai hak yang diminta. Oleh sebab itu, mantan
Direksi PT Multi Daya Wonua yakni Sadikin melanjutkan hingga tingkat kasasi
18
pada Mahkamah Agung melalui Putusan Nomor 1888 K/Pdt/2020 untuk
memperjuangkan hak dan keadilannya sebagai Direksi yang diberhentikan secara
sepihak tanpa alasan yang jelas dan tidak sejalan dengan Undang-Undang Nomor
40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas. Adapun para pihak dalam kasus
pemberhentian sepihak Direksi PT Multi Daya Wonua (PT MDW) ini ialah
sebagai berikut:
1. Pihak Penggugat
Penggugat dalam kasus ini adalah Sadikin, yang merupakan Pendiri dan
Direktur Utama PT MDW, dalam hal ini memberikan kuasa kepada Saddam
Husein, S.H., Juita, S.H., Muh. Baidar Maulid, S.H., Subair, S.H.,
berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 08 April 2018.
2. Pihak Tergugat
19
Dalam hal ini memberi kuasa pada Beni Suswanto, S.H., M.H., Sendy Fery
Yoesoef, S.H., dan M. Akbar, S.H., berdasar Surat Kuasa Khusus tanggal 25
April 2019. Untuk selanjutnya disebut sebagai Para Tergugat.
20
Penggugat tidak sah, sewenang-sewenang, dan melawan hukum sehingga
sepatutnya dinyatakan tidak sah menurut hukum.
21
kompetensi absolut), sebab dalil posita gugatan Penggugat adalah gugatan
yang timbul dianggap telah melakukan kesalahan berat sesuai ketentuan Pasal
158 angka (1) poin b dan i Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan, serta gugatan Penggugat membahas tentang Upah dan
Ketenagakerjaan maka kewenangan untuk mengadili perkara aquo adalah
kewenangan Pengadilan Hubungan Industrial (PHI). Sebagaimana proses
penyelesaiannya diatur dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial. Maka, Pengadilan Negeri
Kolaka tidak memiliki wewenang untuk memeriksa, mengadili, dan memutus
perkara aquo.
22
panggilan diterima dan ditandatangani oleh BASIRAH selaku Direktur Utama
PT MDW sehingga gugatan tersebut dianggap tidak error in persona dan
kurang pihak, sehingga eksepsi dalam hal ini haruslah ditolak. Berdasarkan
uraian dari pertimbangan tersebut, Majelis Hakim dapat menarik kesimpulan
yang berisikan menolak eksepsi dari Para Tergugat seluruhnya.
Dalam Provisi;
Dalam Eksepsi;
23
2. Menghukum Penggugat untuk membayar biaya perkara sejumlah Rp.
1.791.000,00,- (satu juta tujuh ratus Sembilan puluh satu ribu rupiah).
24
Pembanding/Penggugat tidak diberi kesempatan melakukan pembelaan bagi
dirinya dalam RUPS, sehingga sangat bertentangan dengan Pasal 105 ayat (1)
dan (2) UUPT tersebut.
M E N G A D I L I:
25
3. Menghukum Pembanding semula Penggugat untuk membayar biaya
perkara dalam kedua tingkat peradilan, yang dalam tingkat banding
ditetapkan sejumlah Rp 150.000,00 (seratus lima puluh ribu rupiah).
26
2007 tentang Perseroan Terbatas, dengan demikian tidak adanya perbuatan
melawan hukum oleh Para Tergugat. Berdasarkan pertimbangan tersebut,
putusan judex facti atau Pengadilan Tinggi Kendari yang menguatkan putusan
Pengadilan Negeri Kolaka tidak bertentangan dengan hukum dan/atau
undang-undang, maka permohonan kasasi yang diajukan oleh Pemohon
Kasasi SADIKIN harus ditolak. Sehingga, Pemohon Kasasi dihukum untuk
membayar biaya perkara dalam tingkat kasasi ini.
M E N G A D I L I:
C. Analisis
27
MDW sebagaimana dalam Pasal 11 Akta Pendirian, yang menyatakan
Anggota Direksi diangkat oleh RUPS dalam jangka waktu 5 (lima) tahun dan
tidak mengurangi hak bagi RUPS untuk memberhentikan sewaktu-waktu.
28
alasan pemberhentiannya, agar keadilan dan hak bagi Direksi yang dilakukan
pemberhentian secara sepihak melalui Rapat Umum Pemegang Saham dapat
terpenuhi, sebab Penggugat diberhentikan atau dipecat melalui RUPS secara
lisan dan tanpa alasan oleh Para Tergugat yang sampai saat ini tidak ada surat
tertulis yang diberikan kepada Penggugat serta tanpa adanya pembelaan diri
dari Penggugat dan tidak adanya tanda terima kasih atau kompensasi dari Para
Tergugat.
29
pemberhentian secara lisan tanpa surat tertulis ini sangat bertentangan dan
perbuatan tersebut tidak sah, sewenang-wenang, dan melawan hukum.
30
terhadap Direksinya yang secara tiba-tiba tanpa menyebutkan alasan yang
jelas terhadap Direksi walaupun melalui mekanisme RUPS.
31
terhadap kerugian yang diterima oleh perseroan, tanggung jawab pribadi
melekat pada diri anggota dewan komisaris jika salah ataupun lalai dalam
mengawasi ataupun memberikan nasihat. Dalam hal ini luasnya
pertanggungjawaban sebatas kesalahan ataupun kelalaiannya tersebut.
24
Ikhsan Lubis dan Neneg Oktarina, “Perlindungan Hukum terhadap Direksi yang Diberhentikan
tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (Studi Pada PT. Sumber Andalan Mandiri), Unes Law
Review, Vol. 1, No. 2, (Desember 2018), h. 182.
32
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan uraian yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya dan mengacu
permasalahan pada perumusan masalah, peneliti dapat menyimpulkan sebagai
berikut:
33
2. Perlindungan Hukum terhadap Hak Direksi Perseroan Terbatas atas
Pemberhentian Sepihak berdasarkan Putusan Mahkamah Agung Nomor 1888
K/Pdt/2020, dalam hal ini Direksi yang diberhentikan melalui RUPS
memiliki hak untuk mengetahui alasan pemberhentian serta hak membela
diri dalam RUPS. Akan tetapi, hak tersebut tidak dilaksanakan dalam RUPS
yang dilakukan PT MDW sehingga belum terpenuhinya perlindungan hukum
bagi Direksi yang diberhentikan sepihak. Oleh sebab itu, terdapat
konsekuensi hukum apabila pemberhentian Direksi bertentangan dengan
UUPT, maka RUPS mengandung cacat hukum dan sepatutnya dinyatakan
tidak sah menurut hukum. Sehingga, segala hal yang berkaitan dengan akibat
pemberhentian yang bertentangan dengan aturan yang berlaku harus
dianggap tidak pernah ada. Untuk mencapai perlindungan hukum, tiap
anggota dewan komisaris dapat dimintakan pertanggungjawaban terhadap
kerugian apabila salah atau lalai mengawasi ataupun memberikan nasihat
yang sebatas kesalahan ataupun kelalaiannya. Selain itu, dapat diadakan
Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa sebagai tindak lanjut dari
pemberhentian Direksi untuk mengukuhkan keputusannya. Dalam hal ini,
perlindungan hukum yang juga dapat diberikan adalah dengan membatalkan
hasil keputusan RUPS oleh PT MDW untuk tidak memberhentikan sepihak
Direksi karena bertentangan dengan UUPT.
B. Saran
34
peratuan perundang-undangan yang berkaitan agar dalam menjatuhkan
putusannya berdasarkan Ketuhanan Yang Maha Esa serta dapat memenuhi
rasa keadilan bagi pihak yang dirugikan dan menghindari kemungkinan
timbulnya kerugian lain yang diakibatkan dari adanya putusan tersebut.
2. Perlu adanya lembaga yang memberi pengawasan dan memperhatikan
perlindungan hukum demi terpenuhinya hak bagi para pihak maupun Organ
pada perseroan terbatas, khususnya dalam kaitannya dengan permasalahan
pemberhentian sepihak Direksi Perseroan Terbatas yang tidak sesuai dengan
mekanisme dan/atau prosedur dalam Undang- Undang Nomor 40 Tahun
2007 tentang Perseroan Terbatas demi menghindari terjadinya kerugian
maupun penyelewengan serupa pada perusahaan lainnya.
35
DAFTAR PUSTAKA
Buku
Muhammad, Abdulkadir. Hukum Perusahaan Indonesia. Bandung: Citra Aditya
Bakti, 2010.
36
Syahrani, Ridwan. Seluk-Beluk dan Asas-Asas Badan Hukum Perdata. Bandung:
Alumni, 2000.
Kansil, C.S.T. Pengantar Ilmu Hukum dan Tata Hukum Indonesia. Jakarta:
Penerbit Balai Pustaka, 1989.
Jurnal
Alifa Cikal Yuanita, “Menelaah Konsep Keadilan Hukum Teori John Rawls dalam
Pemutusan Hubugan Kerja secara Sepihak terhadap Pekerja Migran
Indonesia di Luar Negeri”, Interdisciplinary Journal on Law, Vol. 3, No. 2,
(November 2022), h. 131.
Ikhsan Lubis dan Neneg Oktarina, “Perlindungan Hukum terhadap Direksi yang
Diberhentikan tanpa melalui Rapat Umum Pemegang Saham (Studi Pada
PT. Sumber Andalan Mandiri), Unes Law Review, Vol. 1, No. 2,
(Desember 2018) : 182
37
Mohamad Faiz, P. “Teori Keadilan John Rawls”. Jurnal Konstitusi. Vol. 6, 1,
(2009): 140.
Peraturan Perundang-Undangan
Putusan Pengadilan
Internet
38
what=&prov=&hal=678 , pada tanggal 3 Desember 2023, pukul 15.11
WIB.
39