Anda di halaman 1dari 11

PRODUKSI KALSIUM SULFAT DIHIDRAT (GIPSUM) DARI KALSIUM

HIDROKSIDA DAN ASAM SULFAT

Persamaan Reaksi:
Ca(OH)2 + H2SO4  CaSO4.2H2O

Kondisi Operasi Reaksi:


Konsentrasi H2SO4 : 23%
Konsistensi Ca(OH)2 : 9,09%
Ca(OH )2 1
Rasio Mol :
H 2 SO 4 1,79
Suhu Operasi : 40oC
Tekanan Operasi : 1 atm

Neraca Massa :
Input – output + Massa hilang dalam reaksi = 0
FA0 – (FA0 – FA0XA) + (-rA)V = 0
F A0 X A
V=
−r A
MEKANISME REAKSI
Reaksi yang berlangsung di dalam reaktor yaitu dalam fasa padat-cair,
dimana terjadinya perubahan ukuran padatan dari 127 mikron (200 mesh) menjadi
50 mikron (270 mesh) (Patent. 3.929.416), sehingga reaksi yang berlangsung
disebut Shrinking Spherical Particles. Reaksi ini terjadi dikarenakan adanya
perubahan ukuran partikel, dimana awalnya reaksi berlangsung di kulit luar
partikel yang kemudian bergerak ke dalam padatan. Pada reaksi ini tidak
terbentuk lapisan abu seperti yang terjadi pada proses pembakaran karbon murni
di udara, dimana partikel yang bereaksi akan menyusut dan kemudian akan
menghilang. Berikut mekanisme reaksi yang berlangsung (Levenspiel, 1999) :
1. Terjadi difusi reaktan liquid (H2SO4) dari badan utama liquid melalui
lapisan film ke permukaan padatan.
2. Reaksi berlangsung di permukaan partikel antara padatan dan liquid.
3. Difusi produk dari permukaan padatan melalui film kembali ke badan utama
liquid. Dikarenakan pada reaksi ini tidak terbentuk lapisan abu, maka tidak
ada yang menghambat tahap difusi produk ke liquid, sehingga reaksi di
permukaan padatanlah sebagai pengendali laju reaksi.

Oleh karena itu, reaksi yang berlangsung di permukaan padatan dianggap


sebagai reaksi orde satu semu (pseudo first order-reaction) terhadap padatan
(Ca(OH)2). Serta, ukuran padatan yang sangat kecil dan jumlah reaktan cair
(H2SO4) jauh lebih banyak, sehinggg difusivitasnya sangat tinggi dan transfer
massa dianggap sangat cepat dan diabaikan (Levenspiel, 1999, hal.577).

KINETIKA REAKSI
-rA = k. CA (Reaksi berorde 1 semu)
Dikarenakan tidak terjadinya perubahan densitas, maka : CA = CA0 (1-XA)
Sehingga:
F A0 X A
V=
k . C A 0 (1− X A )
Berdasarkan Kontogeorgos (2012) :
A : 6,89 . 1019 s-1
Ea : 143.984 J/mol
R : 8,314 KJ/Kmol.K
Volume Reaktor dapat ditentukan dengan grafik V vs XA, sehingga diperoleh
konversi reaksi aktual, yaitu 0,72.

OPTIMASI JUMLAH REAKTOR


Jumlah Waktu V V Harga
Konversi
Reaktor (Jam) (m3) (gal) (US $)
1 0,715 1,298 9,118 6912,486 39221,220
0,466 0,452 9,118 2408,921
2 317920,118
0,715 0,452 9,118 2408,921
0,342 0,269 5,425 1433,376
3 0,567 0,269 5,425 1433,376 32360,996
0,715 0,269 5,425 1433,376

Jumlah reaktor yang dipilih dalam perancangan ini, yaitu 3 reaktor yang
disusun secara seri dengan volume reaktor 5,425 m 3 dengan waktu tinggal selama
0,269 jam (16,15 menit).
PEMILIHAN JENIS REAKTOR
Jenis Reaktor: CSTR
Tipe reaktor : Silinder vertikal dengan Torishpherical flanged and dished head.
Alasan pemilihan:
1. Fase Reaksi padat-cair dan prosesnya kontinyu
2. Pada Reaktor Alir Tangki Berpengaduk suhu dan komposisi campuran
dalam reaktor selalu seragam. Hal ini memungkinkan melakukan suatu
proses isotermal dalam reaktor CSTR.
3. Pada Reaktor Alir Tangki Berpengaduk karena volume reaktor relatif
besar dibandingkan dengan Reaktor Alir Pipa, maka waktu tinggal juga
besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama bereaksi di dalam reaktor.
4. Pemilihan jenis head, cocok untuk tangki bertekanan 15- 200 psi.

Ukuran Reaktor standar (Tabel 7.2 Silla, 2003)

PERHITUNGAN DIMENSI REAKTOR


1. Diameter dan Tinggi Reaktor
Rasio H/D < 2 (Tabel 4-27, Ulrich), pada perancangan dipilih H/D =1
(H=D) pada reaktor, dikarenakan jika H/D terlalu besar atau terlalu kecil maka
pengadukan menjadi tidak sempurna dan distribusi panas tidak merata.
2. Menentukan Tinggi Cairan
Untuk mengetahui tekanan hidrostatis, dengan persamaan:

3. Menentukam Tekanan Design

4. Menentukan Ketebalan Dinding Reaktor


Material : SA-167 Grade 6 type 347
Alasan : Memiliki ketahanan korosi yang bagus, punya allowable stress
yang besar, harga relatif terjangkau

Keterangan:
P = Tekanan deisgn
ri = jari-jari shell
f = allowable stress (18.750 psi)
E = Joint efficiensi tipe double butt weld (0,8), karena sambungan ini tidak
memiliki batasan=batasan tertentu untuk ketebalan shell, tidak memiliki thermally
stress relieved (Brownell &Young, 1959)
C = corrosion Allowance (0,125/10 tahun)

5. Perancangan Head Tangki


6. Menentukan Pengaduk Reaktor
Jenis Pengaduk : six blade turbine
Alasan : jenis dapat digunakna untuk campuran dengan viskositas
<10.000 cp (geankoplis, 1993).
7. Kecepatan Putar Pengaduk
8. Menghitung Tenaga Pengaduk

9. Perancangan Media Pendingin


Jika, A perpindahan panas > A selimur reaktor, maka pendingin yang digunakan
yaitu koil pendingin.
Kecepatan air dalam koil: (Tabel 10-22, Ludwig)
10. Koefisien Transfer Panas Konveksi (hc)

11. Koefisien Transfer Panas terhadap Pipa (hi)

Nilai hi pada koil yang melengkung

12. Koefisien Transfer Panas terhadap OD Koil


13. Koefisien Transfer Panas Bersih Overall (Uc) dan Dirt Factor (Rd)

14. Perhitungan Tinggi Koil (H koil)


Luas perpindahan panas per koil (A’)

Luas Permukaan Transfer Panas (Ao)

Panjang Koil Total

Jumlah Lilitan Koil (Nt)

Tinggi Koil Minimun (H min)

Tinggi Koil (H koil), dengan jarak antar koil 0,2 in


15. Tinggi Cairan Setelah Ada Koil (HL)
HL = Tinggi cairan dalam shell + tinggi head tangki
Syarat perhitungan koil : jika HL > H koil, maka Koil tercelup semua
16. Pressure Drop pada Koil

Anda mungkin juga menyukai