Persamaan Reaksi:
Ca(OH)2 + H2SO4 CaSO4.2H2O
Neraca Massa :
Input – output + Massa hilang dalam reaksi = 0
FA0 – (FA0 – FA0XA) + (-rA)V = 0
F A0 X A
V=
−r A
MEKANISME REAKSI
Reaksi yang berlangsung di dalam reaktor yaitu dalam fasa padat-cair,
dimana terjadinya perubahan ukuran padatan dari 127 mikron (200 mesh) menjadi
50 mikron (270 mesh) (Patent. 3.929.416), sehingga reaksi yang berlangsung
disebut Shrinking Spherical Particles. Reaksi ini terjadi dikarenakan adanya
perubahan ukuran partikel, dimana awalnya reaksi berlangsung di kulit luar
partikel yang kemudian bergerak ke dalam padatan. Pada reaksi ini tidak
terbentuk lapisan abu seperti yang terjadi pada proses pembakaran karbon murni
di udara, dimana partikel yang bereaksi akan menyusut dan kemudian akan
menghilang. Berikut mekanisme reaksi yang berlangsung (Levenspiel, 1999) :
1. Terjadi difusi reaktan liquid (H2SO4) dari badan utama liquid melalui
lapisan film ke permukaan padatan.
2. Reaksi berlangsung di permukaan partikel antara padatan dan liquid.
3. Difusi produk dari permukaan padatan melalui film kembali ke badan utama
liquid. Dikarenakan pada reaksi ini tidak terbentuk lapisan abu, maka tidak
ada yang menghambat tahap difusi produk ke liquid, sehingga reaksi di
permukaan padatanlah sebagai pengendali laju reaksi.
KINETIKA REAKSI
-rA = k. CA (Reaksi berorde 1 semu)
Dikarenakan tidak terjadinya perubahan densitas, maka : CA = CA0 (1-XA)
Sehingga:
F A0 X A
V=
k . C A 0 (1− X A )
Berdasarkan Kontogeorgos (2012) :
A : 6,89 . 1019 s-1
Ea : 143.984 J/mol
R : 8,314 KJ/Kmol.K
Volume Reaktor dapat ditentukan dengan grafik V vs XA, sehingga diperoleh
konversi reaksi aktual, yaitu 0,72.
Jumlah reaktor yang dipilih dalam perancangan ini, yaitu 3 reaktor yang
disusun secara seri dengan volume reaktor 5,425 m 3 dengan waktu tinggal selama
0,269 jam (16,15 menit).
PEMILIHAN JENIS REAKTOR
Jenis Reaktor: CSTR
Tipe reaktor : Silinder vertikal dengan Torishpherical flanged and dished head.
Alasan pemilihan:
1. Fase Reaksi padat-cair dan prosesnya kontinyu
2. Pada Reaktor Alir Tangki Berpengaduk suhu dan komposisi campuran
dalam reaktor selalu seragam. Hal ini memungkinkan melakukan suatu
proses isotermal dalam reaktor CSTR.
3. Pada Reaktor Alir Tangki Berpengaduk karena volume reaktor relatif
besar dibandingkan dengan Reaktor Alir Pipa, maka waktu tinggal juga
besar, berarti zat pereaksi dapat lebih lama bereaksi di dalam reaktor.
4. Pemilihan jenis head, cocok untuk tangki bertekanan 15- 200 psi.
Keterangan:
P = Tekanan deisgn
ri = jari-jari shell
f = allowable stress (18.750 psi)
E = Joint efficiensi tipe double butt weld (0,8), karena sambungan ini tidak
memiliki batasan=batasan tertentu untuk ketebalan shell, tidak memiliki thermally
stress relieved (Brownell &Young, 1959)
C = corrosion Allowance (0,125/10 tahun)