Anda di halaman 1dari 12

1.

Pendahuluan Fischer Tropsch adalah sebagai


Penurunan jumlah pasokan bahan berikut :
bakar dunia dan desakan untuk
menghasilkan bahan bakar yang CO + 2H2  (–CH2–) + H2O
ramah lingkungan telah memicu
pengembangan bahan bakar sintesis Gugus (-CH2-) yang terbentuk
sebagai alternatif. Fischer Tropsch mewakili gugus methylene yang
menjadi salah satu proses yang merupakan gugus utama dalam
menjanjikan untuk menghasilkan proses polimerisasi hidrokarbon
bahan bakar cair sintetis dari bahan yang dihasiilkan. Reaksi WGSR
baku biomasa, batu bara, atau gas (Water Gas Shift Reaction) menjadi
alam (Santos et al., 2017). Proses reaksi samping proses Fischer
Fischer Tropsch menjadi salah satu Tropsch dalam jumlah kecil pada
kunci penting dalam teknologi XtL katalis berbasis Cobalt.
(X to Liquid) menghasilkan bahan
bakar, senyawa kimia, dan produk CO + H2O  CO2 + H2
hidrokarbon lainnya. Proses Fischer-
Tropsch mengkonversi syngas Pemilihan reaktor yang tepat menjadi
(synthesis gas) yang mengandung kunci penting dalam proses Fischer
hidrogen dan karbon monoksida Tropsch. Reaksi Fischer Tropsch
menjadi senyawa hidrokarbon yang sangat eksotermik
dengan jumlah atom C yang membutuhkan desain reaktor yang
bervariasi pada permukaan katalis dapat mentransfer panas dengan baik
logam (Keyvanloo, Lanham, & selama proses berlansung
Hecker, 2016). (Schweicer, 2010; Sie & Krishna,
1999). Hal ini disebabkan temperatur
Katalis Cobalt berpenyangga sangat memegang peran penting
merupakan salah satu katalis yang terutama terhadap umur dan proses
paling baik digunakan dikarenakan deaktivasi katalis. Fixed Bed Reactor
aktifitas yang tinggi, selektifitas menjadi salah satu reaktor yang
terhadap parafin rantai panjang yang paling banyak dikembangkan karena
tinggi, selektifitas terhadap roduk kemudahan dalam separasi produk
oksigenat rendah, dan aktifitas reaksi dan katalis dan kemudahan dalam
WGSR yang rendah (Atashi, Siami, proses scale up. Meskipun begitu,
Mirzaei, & Sarkari, 2010). pemodelan reaktor menjadi kunci
penting dalam optimasi reaktor
Reaksi Fischer Tropsch secara umum dengan tetap memperhatikan aspek
digolongkan kepada reaksi produktifitas dan keselamatan (Ra et
polimerisasi pada permukaan katalis al., 2011).
padat. Reaksi Fischer Tropsch
diawali dengan pembentukan Jess, et al mengembangkan model
monomer dari reaktan CO dan H 2. reaktor 2D pseudohomogen untuk
Produk hidrokarbon yang terbentuk reaksi Fischer Tropsch dengan gas
memiliki spektrum yang sangat luas inlet mengandung N2 pada katalis
dan bergantung pada adisi gugus C1 berbasis besi. Wang et al,
yang terbentuk pada permukaan mengembangkan model 1D
katalis (Ra, Jakobsen, Schmid, & heterogen untuk mengetahui limitasi
Hustad, 2011). Reaksi utama proses difusi pori. De Swart et al
mempelajari model 1D Heterogen Tabel 1. Karakteristik katalis Co
dengan katalis Cobalt. Guttel and yang digunakan
Turek membandingkan beberapa Karakteristik Unit Nilai
model reaktor dengan pendekatan 1D Al2O3 %wt 87
untuk reaksi Fischer Tropsch Co %wt 9.4
berbasis cobalt. Surface Area m2/g 260
3
Volume Pori cm /g 0.34
Tujuan dari penelitian adalah untuk Densitas Bulk Kg/m3 700
memodelkan reaktor Fixed Bed 1 Water Pick up %wt 56
dimensi untuk reaksi Fischer Diameter mm 3
Tropsch pada beberapa variasi laju Porositas - 0.44
alir dan temperatur. Selain itu juga
memperhitungkan faktor keefektifan 2.2 Reaktor
internal sebagai faktor efektifitas dari Reaktor Fixed Bed yang digunakan
laju reaksi Fischer Tropsch. merupakan silinder yang dibungkus
dengan selubung ganda sebagai
2. Metodologi penukar panas. Gas inlet dimasukkan
2.1 Bahan kedalam reaktor pada bagian atas dan
Proses Fischer Trosch dilakukan laju alir diatur dengan mass flow
menggunakan gas inlet berupa controller. Pada bagian selubung
syngas dengan ratio 1:2. Katalis steam dimasukkan dari bagian bawah
komersial cobalt tanpa promotor selubung dan bagian atas selubung
dengan support Alumina digunakan dihubungkan dengan pressurizer.
sebagai katalis pada proses Fischer Pengukuran produk gas, cair, dan
Tropsch. Spesifikasi dari katalis wax dilakukan secara offline
yang digunakan dijelaskan dalam menggunakan gas kromatografi.
tabel 1. Skema alat proses fischer tropsch

Gambar 1. Skema Alat proses Fischer Tropsch


dijelaskan pada gambar 1. mol H 2¿ −mol H 2out (2)
Spesifikasi reaktor yang digunakan X H 2=
mol H 2¿
disajikan dalam tabel 2.
Nilai selektifitas C1 hingga C4
Tabel 2. Spesifikasi reaktor yang dihitung dengan menggunakan
digunakan analisa kuantitatif pada produk
Parameter Unit Nilai hidrokarbon yang dihasilkan. Nilai
Inner tube diameter m 0.0272 selektifitas reaksi Fischer Tropsch
Outer tube diameter m 0.0302 terhadap fraksi C5+ dihitung dengan
Panjang m 2 rumus :
Temperatur diluar K 473
dinding S C5 +¿=100−( ΣSC )¿ (3)
1−4
Tekanan Bar 20
Koofisien panas W/m 50 4. Kinetika reaksi Fischer Tropsch
logam .K Persamaan kinetika reaksi Fischer
Tropsch yang digunakan didasarkan
3. Proses Fischer Tropsch pada mekanisme reaksi Fischer
Katalis Co diaktivasi dengan Tropsch. Persamaan kinetika reaksi
menggunakan gas H2 murni selama Fischer Tropsch dengan katalis
24 jam pada tekanan 1 – 4 bar dan cobalt didapatkan oleh Yates, 1991.
suhu 4000C. Setelah proses aktivasi
selesai, bed katalis didinginkan pada ka CCO . C H 2 (4)
suhu 1700 C. Syngas dimasukkan r FT = 2
(1+ kbCCO)
pada bagian atas reaktor dengan
tekanan reaktor 20 bar dan suhu −Ea (5)
disesuaikan dengan kondisi awal
ka=a . exp
RT( )
yang diinginkan. Konversi, −Eb (6)
selektifitas, produktifitas, dan derajat
kb=b . exp
RT( )
polimerisasi rantai hidrokarbon −Ed (7)
ditentukan setelah 10 jam reaksi. kd =d .exp
RT( )
Produk dari reaksi Fischer Tropsch
Persamaan kinetika diatas didapat
dibagi menjadi 3 fasa : gas, liquid
dari mekanisme reaksi Fischer
dan wax. Produk liquid dan wax
Trospsch sebagai berikut :
yang terbentuk ditampung dan
1. CO + * ↔ CO*
dipisahkan dari air yang terdapat
2. H2 + 2* ↔ 2H*
dalam produk. Produk berupa
3. CO* + H* ↔ CHO* + *
minyak dan wax dianalisis dengan
(Disosiasi dengan bantuan H)
GC/MS. Produk gas yang terbentuk
4. HCO* + H* ↔ HCOH* + *
dipisahkan dari air dengan
5. HCO* + H* ↔ CH* + OH*
menggunakan silica gel. Produk gas
6. HCOH* + * → CH* + OH*
yang terbentuk dianalisa dengan
(Rate Determining Step)
RGA/GC menggunakan N2 sebagai
7. OH* + H* → H2O + 2*
standar. Konversi CO dan H2
(Pelepasan OH)
dihitung dengan persamaan:
8. CH* + H* → CH2* + *
(Pembentukan Monomer)
mol CO ¿−mol CO out (1)
XCO=
mole CO ¿
Untuk kinetika reaksi WGSR yang
terjadi pada katalis dijelaskan oleh rCOeff = ηpore .rCO (19)
Keyser et al, 2000 dengan persamaan
: Faktor keefektifan didapat dengan
r WGS =¿ (7) memperhitungkan difusi pori pada
C CO .C H 2 katalis yang dihitung sebagai fungsi
kc .(C CO− 2

2
) dari modulus thiele. Modulus thiele
( k ( WGS ) .C H O)
2 adalah bilangan tak berdimensi yang
−Ec (8) menjelaskan hubungan reaksi dan
kc=c . exp ( ) RT difusi pada pori katalis. Hubungan
2073 (9) nilai faktor keefektifan dengan
ln (kWGS)= −2.029 modulus thiele dijelaskan oleh
T
kaiser, 2014 dengan persamaan :
Tabel 3. Parameter kinetika reaksi
FT dan WGS 1 (15)
η pore =
Paramete Unit ϕ
r
a m6/mol.gcat. 26.77 Berdasarkan persamaan kinetika
s reaksi Fischer Tropsch (4),
persamaan modulus thiele dapat
Ea kJ/mol 100
didekati dengan asumsi pseudo-first
b m3/mol 3.69
order terhadap CO.
Eb kJ/mol 20
3
c m /gcat.s 680483 a CCO .C H 2 (4)
Ec kJ/mol 145 −r CO = 2
d - 2.08x10 ( 1+ bCCO)
8 −r CO =k COtotal .CCO (20)
Ed kJ/mol 81 a . C H2 (21)
k COtotal=
α - 0.76 (1+bCCO)2
Vp k COtotal . ρ p (22)
Laju reaksi komponen reaktan ditulis
sebagai :
ϕ=

Apext D effCOl . CCOL
rCO = -rFT –rWGS (10)
rH2 = -2.rFT + rWGS (11) 6. Neraca Masa dan Energi reaksi
rCO2 = rWGS (12) Fischer Tropsch
rH2O = rFT – rWGS (13) Pengembangan model reaktor fixed
rC1 = kd.rFT (14) bed untuk proses Fischer Tropsch
rC2 = α.rC1 (15) didasarkan pada persamaan neraca
rC3 = α.rC2 (16) masa, energi dan momentum.
rC4 = α.rC3 (17) Perubahan tekanan dalam reaktor
rC5+ = α.rFT (18) dihitung dengan persamaan Ergun.
Nilai perubahan masa jenis fluida
5. Pemodelan Laju Reaksi Efektif pada setiap z dihitung dengan
Fischer Tropsch pendekatan gas ideal. Perubahan
Philip kaiser 2014, memodelkan laju kecepatan linear sepanjang sumbu z
reaksi efektif dari proses Fischer dihitung dengan persamaan
Tropsch dengan menghitung faktor kontinuitas. Untuk model reaktor 1
efektifitas pori katalis. dimensi dijelaskan sebagai berikut :
(23)
∂(U z .C ¿ ¿ j ) cat (24)
=r j . ρ b ¿
dz
∂(U z . w¿¿ j . ρf ) (25)
=r j . ρcat
b ¿
dz . Mr j
f ∂wj f ∂u z ∂ ρf cat (26)
ρ . uz . + ρ . w j. +w j .u z . =r j . M j . ρ b
dz dz dz
f ∂ T f cat U (27)
ρ . u z .Cp . =ρb . Σ |r|i .−Δ H i−4. .(T −Tw)
dz D
2 (28)
∂P cat f uz
=−f . ρb . ρ .
dz dp
1−ε (29)
f = 3 . ¿)
ε
∂ ρ M 1 ∂P P ∂Tf (30)
= ( . − . )
dz R T dz T 2 dz
∂U z −U z ∂ ρ (31)
= .
dz ρ dz

Variasi yang dilakukan dalam pada didalam reaktor yang akan


menguji model yang dikembangkan menurunkan nilai konversi CO dan
adalah variasi laju alir (GHSV) pada H2 .
nilai 37 hingga 180 ml/gcat.h. Perubahan GHSV juga berpengaruh
Pengaruh temperatur dinding dan pada nilai produktifitas produk C1-
rasio syngas pada gas inlet di C5+. Nilai GHSV yang besar
variasikan untuk melihat pengaturan menekan produktifitas terhadap
kondisi optimal proses Fischer hidrokarbon rantai pendek. Hal ini
Tropsch. dapat disebabkan oleh peran C2 yang
merupakan inisiator dalam proses
7. Hasil dan Pembahasan perpanjangan rantai hidrokarbon
(Bell, 1981). Produk C5+ merupakan
7.1 Pengaruh variasi laju alir produk utama yang diinginkan dalam
Variasi Laju alir dalam reaktor akan reaksi Fischer Tropsch dan CH4
mempengaruhi lamanya waktu adalah produk yang tidak diinginkan.
tinggal reaktan. Waktu tinggal akan Perubahan nilai temperatur di
sangat mempengaruhi nilai konversi sepanjang reaktor ditunjukkan pada
dari CO dan H2 karena berkaitan gambar 5. Perubahan temperatur
dengan lamanya reaktan dapat pada GHSV lebih kecil terlihat lebih
bereaksi pada permukaan katalis. tajam dan membentuk hotspot pada
Tabel 4 menunjukkan nilai konversi bagian awal reaktor. Perubahan
CO dan H2 serta nilai laju temperatur yang signifikan
produktifitas untuk produk reaksi merupakan akibat dari reaksi Fischer
Fischer Tropsch. Secara umum Tropsch maupun reaksi metanasi
peningkatan laju reaksi akan yang sangat eksotermik. Hal ini
menurunkan waktu tinggal reaktan dapat menyebabkan proses deaktifasi
pada katalis melalui pembentukan Pada nilai GHSV lebih tinggi
coke pada permukaan katalis di menunjukkan perubahan temperatur
bagian inlet reaktor (Adesina, 1996).

Tabel 4. Pengaruh nilai GHSV terhadap konversi CO dan H 2 serta laju


produktifitas produk reaksi Fischer Tropsch
Parameter Run 1 Run 2 Run 3
-1 -1
GHSV (ml.gcat .s ) 37 74 180
Xco (%) 40.34 22.12 10
XH2 (%) 38.79 21.3 9.5
-1 -7 -7
C1 (kmol.kgcat .s) 1.65x10 1.99x10 2.19x10-7
-1 -7 -7
C2 (kmol.kgcat .s) 1.25x10 1.53x10 1.68x10-7
C3 (kmol.kgcat-1.s) 9.52x10-8 1.18x10-7 1.3x10-7
-1
C4 (kmol.kgcat .s) 7.23x10-8 9.1x10-8 9.99x10-8
C5+ (kmol.kgcat-1.s) 4.3x10-7 5.09x10-7 5.48x10-7
-1 -9
CO2 (kmol.kgcat .s) 9.61x10 1.33x10-8 1.59x10-8
H2O (kmol.kgcat-1.s) 5.56x10-7 6.47x10-7 6.96 x10-7
Alfa 0.76 0.77 0.79

Gambar 2. Profil konversi CO dan H2 pada berbagai nilai GHSV. Kondisi reaksi :
Tw = 473.15 P=20 bar

Gambar 3. Profil temperatur reaksi pada berbagai nilai GHSV. Kondisi reaksi :
Tw = 473.15 P=20 bar
yang lebih landai dan tidak pada gambar 7. Pada suhu dinding
membentuk hotspot pada bagian reaktor diatur 493 K, produk CH4
awal reaktor. Hal ini menjadi produk utama yang
mengindikasikan proses deaktifasi dihasilkan dibandingkan dengan
katalis akan berlansung lebih lambat. produk dengan rantai hidrokarbon
lebih panjang. Kenaikan temperatur
dinding reaktor akan meningkatkan
7.2 Pengaruh suhu dinding reaktor temperatur reaksi secara signifikan,
Pengaruh dari temperatur dinding hal ini berdampak terhadap reaksi
reaktor terhadap konversi CO dan H2 desorpsi yang terjadi lebih dominan
disajikan dalam gambar 6. Hasilnya dibandingkan dengan reaksi
menunjukkan konversi CO dan H2 propagasi pada permukaan katalis.
naik dari nilai 40.36% dan 38.79% Selain itu temperatur reaksi yang
menjadi 81.9% dan 75.7% pada terlalu tinggi akan berdampak pada
kenaikan temperatur dinding sebesar proses cracking senyawa
20 K. Kenaikan temperatur sangat hidrokarbon rantai panjang.
berpengaruh pada nilai konstanta laju
reaksi yang merupakan fungsi 7.3 Pengaruh rasio CO:H2
eksponensial dari temperatur. Pengaruh komposisi gas inlet
Peningkatan suhu dinding reaktor disajikan dalam tabel 5. Rasio CO
akan memberikan range suhu yang dan H2 yang tepat akan sangat
lebih tinggi untuk reaksi Fischer berpengaruh terhadap nilai konversi
Tropsch dapat terjadi sehingga CO dan H2. Rasio gas 1:2 untuk CO
memperbesar nilai konversi dari CO dan H2 menunjukkan konversi yang
dan H2. lebih tinggi dibandingkan dengan
rasio CO:H2 1:1. Hal ini terkait
dengan stoikiometri dari reaksi
Kenaikan temperatur reaksi juga Fischer Tropsch. Reaksi Fischer
berpengaruh besar pada distribusi Tropsch secara umum memiliki
produk yang terbentuk. Chernobaiv perbandingan stoikiometri 1:2 untuk
et al menjelaskan pembentukan CO dan H2. Pada perbandingan 1:2,
metana akan lebih dominan pada
temperatur yang lebih tinggi
(Chernobaev, 1997). Hal ini terlihat

Gambar 6. Efek temperatur tehadap konversi CO dan H2 pada kondisi GHSV = 37


ml/gcat.s, P = 20 bar.
CO2 3.65x10-8 1.51x10-8
H2O 3.57x10-7 6.9x10-7
Alfa 0.76 0.76

(a) (b)

(c)
Gambar 7. Efek temperatur tehadap konversi CO dan H2 pada kondisi GHSV =
37 ml/gcat.s, P = 20 bar. (a) 473 K, (b) 483 K, (c) 493 K.
Hidrogen yang tersedia untuk Katalis cobalt merupakan katalis
bereaksi mendisosiasi CO akan lebih yang tidak terlalu aktif terhadap
banyak, sehingga mengkonversi CO reaksi WGSR yang menghasilkan
lebih besar. CO2 (Rytter & Holmen, 2016).
Katalis cobalt umumnya tidak aktif
Tabel 5. Perbandingan nilai konversi untuk reaksi WGSR dengan rasio
dan laju produksi (kmol/kg.cat) CO:H2 pada gas inlet yang tepat,
terhadap rasio CO dan H2 pada gas sedangkan untuk gas inlet dengan
inlet. rasio CO:H2 yang rendah dan adanya
Paramete Run 1 Run 2 campuran N2 aktifitas terhadap reaksi
r WGSR sedikit meningkat (Xu et al,
H2:CO 1 2 2006). Hal ini terlihat pada tabel 5,
GHSV 37 37 nilai laju produktifitas dari CO2 lebih
Xco (%) 21.5 59 besar pada rasio CO:H2 1:1
XH2 (%) 38.3 56 meskipun dengan nilai konversi yang
C1 -7
1.64x10 3.28x10 -7 lebih kecil. Hal ini menandakan pada
C2 -7
1.25x10 2.49x10 -7 rasio
-8 -7
C3 9.5x10 1.9x10
C4 7.22x10 1.44x10-7
-8

C5+ 2.99x10-7 5.36x10-7


Gambar 8. Perbandingan lajur reaksi nyata dan laju reaksi intrinsik, profil modulus
thiele dan faktor keefektifan disepanjang reaktor.
syngas 1:1 reaksi WGS menjadi Untuk nilai faktor keefektifan
lebih aktif dibanding dengan rasio mendekati nilai satu berarti
2:1. keseluruhan volume pelet katalis
memiliki laju yang sama karena
7.4 Pengaruh Faktor Keefektifan reaktan dapat berdifusi secara cepat
Faktor keefektifan adalah faktor pada permukaan katalis. Untuk nilai
yang digunakan untuk menunjukkan keefektifan hampir mendekati 0
nilai keefektifan katalis yang menandakan bahwa laju reaksi
digunakan. Faktor keefektifan dibatasi oleh proses difusi masa pada
membandingkan laju reaksi total permukaan katalis. Reakstan tidak
dengan laju reaksi efektif (tanpa bisa melakukan penetrasi secara
adanya tahanan perpindahan masa). signifikan. Nilai faktor keefektifan
Jika difusi terjadi dengan sangat dari suatu katalis pada suatu proses
cepat, maka konsentrasi pada semua sangat ditentukan oleh kondisi
titik pada pelet katalis akan sama reaksi, aspek perpindahan masa dan
dengan konsentasi pada permukaan kinetika dari reaksi.
pelet katalis.
Hasil kalkulasi faktor keefektifan dalam scale up reaktor Fischer
untuk kondisi reaktor dengan GHSV Tropsch ke skala reaktor industri.
= 37 N.ml/gcat.s, temperatur pada
dinding reaktor 483 K, dan tekanan Nomenklatur
20 bar adalah 0.81. Gambar 8
menunjukkan profil modulus thiele Huruf Latin
dan faktor keefektifan (η)
disepanjang reaktor. Dengan Cj Konsentrasi spesies (kmol/m3)
menghitung laju reaksi efektif nilai Cp Kapasitas Panas (J/kg.K)
konversi CO dan H2 yang didapat dp Diameter partikel (m)
juga akan lebih kecil jika di Diameter internal tube (m)
dibandingkan dengan laju reaksi f Friction factor
intrinsik yang ditampilkan pada L Panjang tabung (m)
gambar 8. Mj Masa molekul relatif
(kg/kmol)
Kesimpulan P Tekanan (bar atau Pa)
Proses Fischer Tropsch dengan R Universal gas constant
menggunakan reaktor fixed bed pada (J/kmol.K)
beberapa nilai GHSV, temperatur rj Laju reaksi (kmol/kgcat.s)
dinding, dan rasio gas inlet dapat T Suhu (K)
dimodelkan dengan pendekatan 1D – U Koofisien perpindahan panas
heterogen. Secara umum konveri CO (W/m2.K
dan H2 akan menurun dengan Uz Laju alir superficial (m/s)
bertambahnya nilai GHSV pada w Fraksi masa
reaktor. Penentuan temperatur y Fraksi mol
dinding reaktor akan mempengaruhi Simbol
nilai konversi CO dan H2. Pada ε porositas
temperatur yang tinggi, konversi CO Densitas (kg/m3)
dapat dimaksimalkan hanya saja Viskositas (Pa.s)
selektifitas dari reaksi Fischer
Tropsch untuk senyawa produk C5+ Daftar Pustaka
berkurang. Sehingga perlu untuk
menentukan temperatur optimal pada Atashi, H., Siami, F., Mirzaei, A. A.,
dinding reaktor untuk menghasilkan & Sarkari, M. (2010). Journal of
produk C5+ lebih besar mengingat C5+ Industrial and Engineering
adalah produk yang diinginkan. Chemistry Kinetic study of
Rasio CO:H2, 1:2 merupakan rasio Fischer – Tropsch process on
yang optimal untuk proses Fischer titania-supported cobalt –
Tropsch. manganese catalyst, 16, 952–
961.

Saran Keyvanloo, K., Lanham, S. J., &


Untuk pengembangan lebih lanjut Hecker, W. C. (2016). Kinetics
dibutuhkan validasi hasil pemodelan of Fischer-Tropsch synthesis on
reaktor yang didapat dengan nilai supported cobalt : Effect of
secara experimental. Pengembangan temperature on CO and H 2
dan validasi dari model yang partial pressure dependencies.
dikembangkan dapat dijadikan dasar Catalysis Today, 270, 9–18.
Catalysis, 107, Elsevier,
Ra, M. H., Jakobsen, H. A., Schmid, Amsterdam,
R., & Hustad, J. E. (2011).
Experimental studies and A. Jess, R. Popp, K. Hedden,
modeling of a fi xed bed reactor (1999),Fischer – Tropsch
for Fischer – Tropsch synthesis synthesis with nitrogen-rich
using biosyngas, 92, 893–907. syngas: Fundamentals and
reactor design aspects, Appl.
Rytter, E., & Holmen, A. (2016). Catal. A. 186 321–342.
alumina and aluminates.
Catalysis Today. R. Guttel, T. Turek, (2009)
Comparison of different reactor
Santos, V. P., Borges, L., Sartipi, S., types for low temperature
Linden, B. Van Der, Dugulan, Fischer – Tropsch synthesis: A
A. I., Chojecki, A., … Gascon, simulation study, Chem. Eng.
J. (2017). Applied Catalysis A : Sci. 64. 955–964
General High-temperature
Fischer-Tropsch synthesis over I.C. Yates, C.N. Satterfield, (1991)
FeTi mixed oxide model Intrinsic kinetics of the Fischer–
catalysts : Tailoring activity and Tropsch synthesis on a cobalt
stability by varying the Ti / Fe catalyst, Energy Fuels 5. 168–
ratio. 173.

Schweicer, J. (2010). Kinetic and M.J. Keyser, R.C. Everson, R.L.


Mechanistic Studies of CO Espinoza, (2000) Fischer –
Hydrogenation over Cobalt- Tropsch Kinetic studies with
based Catalysts. cobalt-manganese oxide
catalysts, Ind. Eng. Chem. Res.
Sie, S. T., & Krishna, R. (1999). 39 48–54.
Fundamentals and selection of
advanced Fischer – Tropsch A.A. Adesina,(1996) Hydrocarbon
reactors, 186, 55–70. synthesis via Fischer–Tropsch
reaction: Travails and triumphs,
Y.N. Wang, Y.Y. Xu, Y.W. Li, Y.L. Appl. Catal. A 138: 345–367.
Zhao, B.J. Zhang, (2003)
Heterogeneous modeling for I.I. Chernobaev, M.N. Yakubovich,
fixed-bed Fischer–Tropsch A.I. Tripolskii, N.V. Pavlenko,
synthesis: Reactor model and its V.L. Struzhko, (1997),
applications, Chem. Eng. Sci. 58 Investigation of the mechanism
867–875. of methane formation in the
Fischer–Tropsch synthesis on a
J.W.A. de Swart, R. Krishna, S.T. Co/SiO2 ZrIV catalyst, Theor.
Sie, Natural gas conversion IV, Exp. Chem. 33 : 38–40
in: M. de Pontes, R.L. Espinoza,
C.P. Nicolaides, J.H. Scholz, A.T. Bell, (1991). Catalytic synthesis
M.S. Scurrell (Eds.), (1997) of hydrocarbons over Group
Studies in Surface Science and VIII metals. In: A discussion of
the reaction mechanism, Catal.
Rev. Sci. Eng. 23: 203–232

Anda mungkin juga menyukai