2
) dari modulus thiele. Modulus thiele
( k ( WGS ) .C H O)
2 adalah bilangan tak berdimensi yang
−Ec (8) menjelaskan hubungan reaksi dan
kc=c . exp ( ) RT difusi pada pori katalis. Hubungan
2073 (9) nilai faktor keefektifan dengan
ln (kWGS)= −2.029 modulus thiele dijelaskan oleh
T
kaiser, 2014 dengan persamaan :
Tabel 3. Parameter kinetika reaksi
FT dan WGS 1 (15)
η pore =
Paramete Unit ϕ
r
a m6/mol.gcat. 26.77 Berdasarkan persamaan kinetika
s reaksi Fischer Tropsch (4),
persamaan modulus thiele dapat
Ea kJ/mol 100
didekati dengan asumsi pseudo-first
b m3/mol 3.69
order terhadap CO.
Eb kJ/mol 20
3
c m /gcat.s 680483 a CCO .C H 2 (4)
Ec kJ/mol 145 −r CO = 2
d - 2.08x10 ( 1+ bCCO)
8 −r CO =k COtotal .CCO (20)
Ed kJ/mol 81 a . C H2 (21)
k COtotal=
α - 0.76 (1+bCCO)2
Vp k COtotal . ρ p (22)
Laju reaksi komponen reaktan ditulis
sebagai :
ϕ=
√
Apext D effCOl . CCOL
rCO = -rFT –rWGS (10)
rH2 = -2.rFT + rWGS (11) 6. Neraca Masa dan Energi reaksi
rCO2 = rWGS (12) Fischer Tropsch
rH2O = rFT – rWGS (13) Pengembangan model reaktor fixed
rC1 = kd.rFT (14) bed untuk proses Fischer Tropsch
rC2 = α.rC1 (15) didasarkan pada persamaan neraca
rC3 = α.rC2 (16) masa, energi dan momentum.
rC4 = α.rC3 (17) Perubahan tekanan dalam reaktor
rC5+ = α.rFT (18) dihitung dengan persamaan Ergun.
Nilai perubahan masa jenis fluida
5. Pemodelan Laju Reaksi Efektif pada setiap z dihitung dengan
Fischer Tropsch pendekatan gas ideal. Perubahan
Philip kaiser 2014, memodelkan laju kecepatan linear sepanjang sumbu z
reaksi efektif dari proses Fischer dihitung dengan persamaan
Tropsch dengan menghitung faktor kontinuitas. Untuk model reaktor 1
efektifitas pori katalis. dimensi dijelaskan sebagai berikut :
(23)
∂(U z .C ¿ ¿ j ) cat (24)
=r j . ρ b ¿
dz
∂(U z . w¿¿ j . ρf ) (25)
=r j . ρcat
b ¿
dz . Mr j
f ∂wj f ∂u z ∂ ρf cat (26)
ρ . uz . + ρ . w j. +w j .u z . =r j . M j . ρ b
dz dz dz
f ∂ T f cat U (27)
ρ . u z .Cp . =ρb . Σ |r|i .−Δ H i−4. .(T −Tw)
dz D
2 (28)
∂P cat f uz
=−f . ρb . ρ .
dz dp
1−ε (29)
f = 3 . ¿)
ε
∂ ρ M 1 ∂P P ∂Tf (30)
= ( . − . )
dz R T dz T 2 dz
∂U z −U z ∂ ρ (31)
= .
dz ρ dz
Gambar 2. Profil konversi CO dan H2 pada berbagai nilai GHSV. Kondisi reaksi :
Tw = 473.15 P=20 bar
Gambar 3. Profil temperatur reaksi pada berbagai nilai GHSV. Kondisi reaksi :
Tw = 473.15 P=20 bar
yang lebih landai dan tidak pada gambar 7. Pada suhu dinding
membentuk hotspot pada bagian reaktor diatur 493 K, produk CH4
awal reaktor. Hal ini menjadi produk utama yang
mengindikasikan proses deaktifasi dihasilkan dibandingkan dengan
katalis akan berlansung lebih lambat. produk dengan rantai hidrokarbon
lebih panjang. Kenaikan temperatur
dinding reaktor akan meningkatkan
7.2 Pengaruh suhu dinding reaktor temperatur reaksi secara signifikan,
Pengaruh dari temperatur dinding hal ini berdampak terhadap reaksi
reaktor terhadap konversi CO dan H2 desorpsi yang terjadi lebih dominan
disajikan dalam gambar 6. Hasilnya dibandingkan dengan reaksi
menunjukkan konversi CO dan H2 propagasi pada permukaan katalis.
naik dari nilai 40.36% dan 38.79% Selain itu temperatur reaksi yang
menjadi 81.9% dan 75.7% pada terlalu tinggi akan berdampak pada
kenaikan temperatur dinding sebesar proses cracking senyawa
20 K. Kenaikan temperatur sangat hidrokarbon rantai panjang.
berpengaruh pada nilai konstanta laju
reaksi yang merupakan fungsi 7.3 Pengaruh rasio CO:H2
eksponensial dari temperatur. Pengaruh komposisi gas inlet
Peningkatan suhu dinding reaktor disajikan dalam tabel 5. Rasio CO
akan memberikan range suhu yang dan H2 yang tepat akan sangat
lebih tinggi untuk reaksi Fischer berpengaruh terhadap nilai konversi
Tropsch dapat terjadi sehingga CO dan H2. Rasio gas 1:2 untuk CO
memperbesar nilai konversi dari CO dan H2 menunjukkan konversi yang
dan H2. lebih tinggi dibandingkan dengan
rasio CO:H2 1:1. Hal ini terkait
dengan stoikiometri dari reaksi
Kenaikan temperatur reaksi juga Fischer Tropsch. Reaksi Fischer
berpengaruh besar pada distribusi Tropsch secara umum memiliki
produk yang terbentuk. Chernobaiv perbandingan stoikiometri 1:2 untuk
et al menjelaskan pembentukan CO dan H2. Pada perbandingan 1:2,
metana akan lebih dominan pada
temperatur yang lebih tinggi
(Chernobaev, 1997). Hal ini terlihat
(a) (b)
(c)
Gambar 7. Efek temperatur tehadap konversi CO dan H2 pada kondisi GHSV =
37 ml/gcat.s, P = 20 bar. (a) 473 K, (b) 483 K, (c) 493 K.
Hidrogen yang tersedia untuk Katalis cobalt merupakan katalis
bereaksi mendisosiasi CO akan lebih yang tidak terlalu aktif terhadap
banyak, sehingga mengkonversi CO reaksi WGSR yang menghasilkan
lebih besar. CO2 (Rytter & Holmen, 2016).
Katalis cobalt umumnya tidak aktif
Tabel 5. Perbandingan nilai konversi untuk reaksi WGSR dengan rasio
dan laju produksi (kmol/kg.cat) CO:H2 pada gas inlet yang tepat,
terhadap rasio CO dan H2 pada gas sedangkan untuk gas inlet dengan
inlet. rasio CO:H2 yang rendah dan adanya
Paramete Run 1 Run 2 campuran N2 aktifitas terhadap reaksi
r WGSR sedikit meningkat (Xu et al,
H2:CO 1 2 2006). Hal ini terlihat pada tabel 5,
GHSV 37 37 nilai laju produktifitas dari CO2 lebih
Xco (%) 21.5 59 besar pada rasio CO:H2 1:1
XH2 (%) 38.3 56 meskipun dengan nilai konversi yang
C1 -7
1.64x10 3.28x10 -7 lebih kecil. Hal ini menandakan pada
C2 -7
1.25x10 2.49x10 -7 rasio
-8 -7
C3 9.5x10 1.9x10
C4 7.22x10 1.44x10-7
-8