Anda di halaman 1dari 6

Pend.

Kewarganegaraan Pertemuan ke 3 1
INTEGRASI NASIONAL

Myron Weiner (1971), integrasi menunjuk pada:


1. Proses penyatuan berbagai kelompok budaya dan sosial dalam
satu wilayah dan proses pembentukan identitas nasional, memba-
ngun rasa kebangsaan dengan cara menghapus kesetiaan pada
ikatan-ikatan yang lebih sempit.
2. Masalah pembentukan wewenang kekuasaan nasional pusat di atas
unit-unit sosial yang lebih kecil yang beranggotakan kelompok-
kelompok sosial budaya masyarakat tertentu.
3. Masalah menghubungkan antara pemerintah dgn yang diperintah.
Mendekatkan perbedaan-perbedaan mengenai aspirasi dan nilai
pada kelompok elit dan massa.
4. Adanya konsensus terhadap nilai yang minimum yang diperlukan
dalam memelihara tertib sosial.
5. Penciptaan tingkah laku yang terintegrasi dan yang diterima demi
mencapai tujuan bersama.
2
Lima Tipe Integrasi (Myron Weiner):
1. Integrasi nasional
2. Integrasi wilayah
3. Integrasi nilai
4. Integrasi elit-massa
5. Integrasi tingkah laku (tindakan integratif).

Lima Pendekatan/Cara Mengembangkan Integrasi Bangsa Sekaligus sbg


Faktor Penentu Tingkat Integrasi Suatu Negara (Howard Wriggins):
1. Adanya ancaman dari luar
2. Gaya politik kepemimpinan
3. Kekuatan lembaga-lembaga politik
4. Ideologi nasional
5. Kesempatan pembangunan ekonomi
3
Sunyoto Usman (1988) menyatakan bahwa suatu kelompok masyarakat
dapat terintegrasi apabila:
1. Masyarakat dapat menemukan dan menyepakati nilai-nilai funda-
mental yang dapat dijadikan rujukan bersama.
2. Masyarakat terhimpun dalam unit sosial sekaligus memiliki “cross
cutting affiliation” sehingga menghasilkan “cross cutting loyality”.
3. Masyarakat berada di atas saling ketergantungan di antara unit-unit
sosial yang terhimpun di dalamnya dalam pemenuhan kebutuhan
ekonomi.

Integrasi Nasional:
1. Upaya menyatukan seluruh unsur suatu bangsa dengan pemerintah
dan wilayahnya (Safroedin Bahar, 1998).
2. Proses penyatuan antar bangsa yang berbeda-beda menjadi satu
kelompok utuh yang mampu meramu masyarakat-masyarakat
kecil menjadi satu bangsa (Howard Wrigins, 1966).
Potensi Konflik Masyarakat Indonesia 4
1. Vertikal : Pemerintah dgn Rakyat, Pemda dgn Pemerint. Pusat
2. Horizontal : konflik bernuansa SARA dan semacamnya
Penyebab Konflik Kedaerahan (Stedman, 1991: 373):
1. Krisis pemerintahan nasional, baik karena persoalan suksesi
maupun jatuh bangunnya pemerintahan karena lemahnya
konstitusi.
2. Kegagalan lembaga-lembaga negara menengahi konflik, baik
yang melibatkan unsur-unsur masyarakat maupun lembaga-
lembaga negara.
3. Pembatasan partisipasi warganegara di daerah-daerah
4. Ketidakadilan distribusi sumber daya ekonomi nasional dan
sulitnya akses masyarakat di daerah terhadap sumber daya
tersebut.
5. Rezim yang tidak responsif terhadap tuntutan warga negara dan
tidak bertanggungjawab terhadap rakyatnya.
Resolusi Konflik (Ralf Dahrendorf): 5
1. Konsiliasi: pengendalian konflik dengan cara semua pihak yang
terlibat berdiskusi guna mencapai kesepakatan tanpa ada pihak
ketiga yang memaksa.
2. Mediasi: upaya pengendalian konflik yang menggunakan pihak
ke tiga seperti ahli atau pakar, lembaga, tokoh, sebagai mediator
yang memberi nasehat/saran, tetapi bukan memberi keputusan.
3. Arbitrasi: resolusi konflik dengan kedua belah pihak sepakat
untuk mendapat keputusan akhir yang bersifat legal dari arbiter
sebagai jalan ke luar untuk menyelesaikan konflik.

Jenis-jenis Integrasi Nasional


1. Integrasi Asimilasi 5. Integrasi Ideologis
2. Integrasi Akulturasi 6. Integrasi Fungsional
3. Integrasi Normatif 7. Integrasi Koersif
4. Integrasi Instrumental
Negara Kesatuan Republik Indonesia dibangun dan didirikan 6
untuk mewujudkan tujuan bersama bangsa Indonesia

TUJUAN/ TUGAS NASIONAL


➢ Melindungi Segenap Bangsa Indonesia dan Seluruh Tumpah Darah Indonesia
➢ Memajukan Kesejahteraan Umum
➢ Mencerdaskan Kehidupan Bangsa
➢ Ikut Serta Melaksanakan Ketertiban Dunia
SANGAT DIPERLUKAN

KONSISTENSI IMPLEMENTASI WAWASAN KEBANGSAAN DAN KEWASPADAAN


NASIONAL BAGI KEUTUHAN NKRI SECARA KOMPREHENSIF

INDONESIA DAMAI

MEWUJUDKAN KEPENTINGAN NASIONAL (NATIONAL INTEREST) , YAITU


TERWUJUDNYA CITA-CITA NASIONAL NEGARA INDONESIA YANG
MERDEKA, BERSATU, BERDAULAT, ADIL, DAN MAKMUR

Anda mungkin juga menyukai