SKENARIO E BLOK 22
Disusun oleh:
Tsamarah Alifah Andasani
04011281924132
Delta 2019
Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter Lulusan dokter mampu membuat
diagnosis klinik berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan
penunjang, serta mengusulkan penatalaksanaan penyakit atau melakukan penatalaksanaan
penyakit secara mandiri sesuai tugas klinik yang dipercayakan (entrustable professional
activity) pada saat pendidikan dan pada saat penilaian kemampuan.
BAKTERIAL VAGINOSIS
A. Definisi
Vaginosis bakterialis adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh pertumbuhan
berlebih dari flora normal vagina. Paling umum, ini muncul secara klinis dengan
peningkatan keputihan yang memiliki bau seperti ikan. Debit itu sendiri biasanya tipis
dan berwarna abu-abu atau putih. Setelah didiagnosis dengan bakterial vaginosis, wanita
memiliki peningkatan risiko tertular infeksi menular seksual (IMS) lainnya, dan wanita
hamil memiliki peningkatan risiko persalinan dini. (Kairys, 2021)
B. Etiologi (Kairys, 2021)
Meskipun vaginosis bakteri tidak dianggap sebagai infeksi menular seksual, peran
penularan belum sepenuhnya dipahami. Penyebaran bakteri di antara individu melalui
hubungan seksual dapat mengubah keseimbangan alami flora bakteri di dalam vagina,
dan ketidakseimbangan ini tampaknya mengarah pada perkembangan vaginosis bakterial.
Biasanya, kondisi ini disebabkan oleh penurunan jumlah Lactobacilli penghasil hidrogen
peroksida normal dengan pertumbuhan bakteri anaerob yang berlebihan. Bakteri anaerob
ini termasuk spesies Gardnerella, Prevotella, Mobiluncus, dan Bacteroides; Atopobium
vaginae; dan bakteri yang berasosiasi dengan BV, sementara diberi nama BVAB1,
BVAB2, dan BVAB3.
Secara historis, bakterial vaginosis disebut Gardnerella vaginitis karena diyakini
bahwa bakteri ini adalah penyebab kondisi ini. Namun, nama yang lebih baru, bakterial
vaginosis, membantu menyoroti fakta bahwa berbagai bakteri berbeda yang secara alami
hidup di vagina dapat tumbuh berlebihan dan menyebabkan kondisi tersebut.
C. Faktor risiko (Kairys, 2021)
Faktor risiko vaginosis bakterial termasuk pencucian vagina, berganti-ganti
pasangan seksual, penggunaan antibiotik baru-baru ini, merokok, dan penggunaan alat
kontrasepsi dalam rahim. Untuk alasan ini, Departemen Kesehatan dan Layanan
Kemanusiaan A.S. sangat tidak menganjurkan penggunaan douching vagina. Memiliki
pasangan seksual wanita meningkatkan risiko bakterial vaginosis sebesar 60%; penting
untuk dicatat bahwa bakterial vaginosis bukanlah IMS. Menurut definisi, IMS disebabkan
oleh sumber yang tidak endogen pada flora vagina.
D. Patofisiologi
Vaginosis bakterialis disebabkan oleh ketidakseimbangan flora vagina yang
terjadi secara alami, yang ditandai dengan perubahan jenis bakteri yang paling umum
serta peningkatan jumlah total bakteri yang ada. Spesies Lactobacilli mendominasi
mikrobiota vagina normal. Vaginosis bakterial dikaitkan dengan penurunan jumlah
Lactobacilli secara keseluruhan. Meskipun masih belum pasti, diperkirakan bahwa
sebagian besar infeksi bakterial vaginosis dimulai dengan Gardnerella vaginalis,
menciptakan biofilm yang kemudian memungkinkan bakteri oportunistik lainnya tumbuh
di dalam vagina. (Kairys, 2021)
Hubungan antara BV dan peningkatan risiko IMS di masa depan berasal dari fakta
bahwa BV memungkinkan potensi patogen vagina lainnya untuk mendapatkan akses ke
saluran genital bagian atas. BV juga bertanggung jawab atas adanya enzim yang
mengurangi kemampuan leukosit inang untuk melawan infeksi dan untuk meningkatkan
pelepasan endotoksin yang merangsang produksi sitokin dan prostaglandin di dalam
vagina. (Kairys, 2021)
BV dikaitkan dengan hasil kehamilan, termasuk aborsi, persalinan prematur, dan
ketuban pecah dini. Studi memperoleh temuan yang signifikan dalam pemeriksaan
mikroskopis ringan apusan servikovaginal. Batas clue cell tidak teratur, dan kehilangan
sitoplasma diamati. Kami berpikir bahwa enzim litik yang dihasilkan oleh
mikroorganisme terkait BV mungkin telah menyebabkan perubahan ini pada sel
petunjuk. Menurut penelitian yang meneliti alasan aborsi, enzim litik, seperti protease,
Fosfolipase A2 dan Fosfolipase C yang diproduksi oleh mikroorganisme terkait BV
menyebabkan lisis fosfolipid membran janin dan membran sel sel petunjuk. Dalam
penelitian lain, setelah lisis fosfolipid, asam arakidonat terbentuk, dan asam ini
menyebabkan induksi prostaglandin (PG). PG menginduksi kontraksi otot rahim,
penurunan Sulfated Glucoseaminoglycan (GAG), reorganisasi fibril kolagen, dan
menurunkan resistensi serviks. Beberapa sitokin, seperti interleukin-1 (IL-1), IL-6, IL-8,
faktor perangsang granulosit, dan faktor nekrosis tumor alfa (TNFα), mengalami
peningkatan kadar dalam cairan ketuban wanita dengan BV. Sitokin ini juga
menyebabkan sintesis PG. Selain itu, PG menginduksi pelepasan sitokin inflamasi untuk
merangsang pelepasan metalloproteinase (MMPs) dari neutrofil. MMPs menurunkan
jaringan ikat, seperti membran korioamnion, dan dapat menyebabkan aborsi. (Isik et. al.,
2016)
E. Algoritma diagnosis (Cunningham, 2018)
Untuk diagnosis klinis BV, terdapat tiga dari empat kriteria berikut:
1) pH vagina >4,5;
2) keputihan yang encer, seperti susu, dan tidak menimbulkan peradangan;
3) >20 persen sel petunjuk terlihat secara mikroskopis; dan
4) bau amis setelah penambahan 10 persen kalium hidroksida pada sampel sekret
vagina
Yang terakhir digambarkan sebagai "tes bau" positif. Demikian juga, alkalinitas
cairan mani dan darah bertanggung jawab atas keluhan bau tak sedap setelah hubungan
seksual dan dengan menstruasi pada wanita yang terkena. Sel-sel petunjuk adalah sel-sel
epitel vagina yang mengandung banyak bakteri yang menempel, yang menciptakan batas
seluler berbintik-bintik yang tidak jelas. PH vagina yang lebih tinggi berasal dari
produksi asam yang berkurang oleh lactobacilli. Demikian pula, infeksi Trichomonas
vaginalis juga terkait dengan pertumbuhan berlebih anaerobik dan amina yang dihasilkan.
Dengan demikian, wanita yang didiagnosis dengan BV seharusnya tidak memiliki bukti
mikroskopis trikomoniasis.
Gambar 3. Mikroskopis bacterial vaginosis (Cunningham, 2018)
F. Diagnosis banding (Smith, 2002)
Servisitis klamidia
Servisitis gonokokal
Infeksi Trichomonas vaginalis
Kandidiasis vagina
Kondisi Terkait: Infeksi vagina atau infeksi menular seksual lainnya, servisitis,
dan vulvitis. Infeksi asenden termasuk endometritis, penyakit radang panggul,
selulitis vagina pasca operasi, ketuban pecah dini dan endomiometritis,
peningkatan keguguran dini, dan penurunan keberhasilan dengan fertilisasi in
vitro.
G. Tatalaksana
Tabel 3. Tatalaksana bacterial vaginosis (Paladine, 2018)
Di masa lalu, pengobatan untuk vaginosis bakteri selama kehamilan
direkomendasikan untuk mencegah kelahiran prematur. Tinjauan lebih lanjut dari bukti
telah menunjukkan bahwa pengobatan antibiotik tidak mencegah kelahiran prematur
untuk wanita dengan vaginosis bakteri simtomatik atau asimtomatik. Meskipun meta-
analisis sebelumnya menunjukkan kemungkinan pengurangan persalinan prematur
dengan pengobatan vaginosis bakterial, terutama pada awal kehamilan (sebelum usia
kehamilan 20 minggu), meta-analisis yang lebih baru dari 21 penelitian menemukan
bahwa pengobatan antibiotik—terlepas dari rute pemberian. (oral atau topikal), waktu
kehamilan, atau riwayat persalinan prematur pada kehamilan sebelumnya—tidak
mencegah kelahiran prematur untuk wanita dengan vaginosis bakterial simtomatik atau
asimtomatik. Dua penelitian yang dikutip dalam meta-analisis ini yang mencakup adanya
flora vagina yang abnormal serta vaginosis bakterial menunjukkan kemungkinan
penurunan persalinan prematur sebelum usia kehamilan 37 minggu dengan pengobatan;
oleh karena itu, penyelidikan lebih lanjut dapat memberikan informasi lebih lanjut
tentang peran flora bakteri abnormal dan pengobatannya pada kehamilan. Apapun,
pengobatan vaginosis bakteri umumnya dianjurkan untuk menghilangkan gejala, dan efek
samping metronidazol pada kehamilan belum terbukti. (Paladine, 2018)
H. Edukasi dan pencegahan
Menurut Bahram, et al. (2009) ada tiga kriteria dalam pencegahan terjadinya Bakterial Va
ginosis (BV) yaitu:
a. Menjaga kebersihan saat menstruasi seperti selalu menggunaan pembalut yang bersih,
selalu menganti pembalut setelah buang air kecil dan tidak melakukan hubungan seks
ual selama menstruasi.
b. Menjaga kebersihan vagina dengan tindakan selalu menggunakan celana dalam yang t
idak ketat dan kering, selalu menggunakan teknik cebok dari depan ke belakang, men
geringkan vagina setelah cebok, selalu menggunakan peralatan mandi (sabun dan han
duk) pribadi, selalu membersihkan kloset sebelum digunakan, selalu mengeringkan p
eralatan mandi (handuk) dibawah terik matahari secara langsung.
c. Menjaga kebersihan pada saat melakukan hubungan sexual dengan cara membersihka
n alat genitalia sebelum dan sesudah melakukan hubungan suami istri, dan melakukan
hubungan sexual dengan frekuensi kurang dari tujuh kali dalam seminggu.
PEMERIKSAAN FISIK
A. Interpretasi
B. Mekanisme abnormalitas
1. IMT rendah
Insiden wastage kehamilan tinggi pada wanita dari kelompok sosial ekonomi miskin.
Malnutrisi ibu dianggap sebagai faktor penting yang berkontribusi terhadap aborsi
spontan dengan cara mengubah morfologi sel germinal; namun, hubungan antara
nutrisi ibu dan aborsi spontan adalah kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
biologis, sosioekonomi, dan gaya hidup, yang sangat bervariasi pada populasi yang
berbeda. Selama kehamilan, ada peningkatan kebutuhan nutrisi untuk ibu dan janin.
Gizi ibu yang kurang mungkin meningkatkan risiko kematian intrauterin dan aborsi,
mungkin karena disfungsi seluler. Kekurangan nutrisi ibu juga menyebabkan
kerusakan serius pada berbagai tahap perkembangan janin. Sejumlah penelitian
hewan percobaan dan penelitian observasional manusia telah menyebutkan
konsekuensi kekurangan gizi pada tahap embrio paling awal yang mempengaruhi
pertumbuhan janin dan hasil kelahiran. (Ahmadi, 2017)
A. Interpretasi
PEMERIKSAAN LABORATORIUM
A. Interpretasi
DAFTAR PUSTAKA
ANALISIS MASALAH
1. Ny. A, 25 tahun, G2P1A0 datang ke IGD RSMH pada 12 Januari 2022 dengan keluhan
perdarahan dari kemaluan sejak 1 jam yang lalu, berwarna merah segar, banyaknya sekitar 1
kali ganti pembalut.
a. Bagaimana mekanisme perdarahan dari kemaluan sejak satu jam yang lalu pada kasus?
Tanda keguguran yang paling umum adalah pendarahan vagina. Ini dapat bervariasi dari
bercak ringan atau cairan kecoklatan hingga pendarahan hebat dan darah atau gumpalan
berwarna merah cerah. Pendarahan ini bisa datang dan pergi selama beberapa hari. Namun,
pendarahan vagina ringan relatif umum terjadi selama trimester pertama kehamilan dan tidak
selalu berarti Anda mengalami keguguran. (NHS, 2018)
b. Apa saja kemungkinan penyebab perdarahan selama kehamilan?
Penyebab dari perdarahan pascasalin dikenal dengan istilah 4T yaitu tone (atoni uteri),
trauma (laserasi, hematoma, inversi, ruptur), tissue (jaringan yang tertahan atau plasenta
invasive), dan thrombin (koagulopati). Atoni uteri merupakan penyebab paling sering dari
perdarahan pascasalin. (Evensen, 2017)
c. Bagaimana hubungan usia dengan keluhan utama?
Keguguran lebih sering terjadi pada wanita di atas usia 35 tahun; 25% dibandingkan dengan
12% untuk wanita berusia 20-29 tahun. Risiko meningkat secara dramatis setelah usia 40
tahun, menjadi 50% untuk wanita berusia 40-44 tahun dan lebih dari 90% untuk wanita
berusia 45 tahun atau lebih. Maka dari itu, usia pada kasus ini tidak memengaruhi keluhan
utama (Oats, 2017)
d. Apa makna klinis dari perdarahan berwarna merah segar?
Perdarahan berwarna merah segar menunjukkan bahwa darah belum lama berada di uterus
atau vagina. Perdarahan berwarna gelap menunjukkan darah tersebut sudah lama berada di
vagina. (Brennan, 2021)
2. Pasien juga mengeluh nyeri pada perut bagian bawah, pasien mengaku keluar darah campur
jaringan seperti hati ayam, keluar jaringan seperti mata ikan tidak ada.
a. Apakah makna klinis dari keluar darah campur jaringan seperti hati ayam, keluar jaringan
seperti mata ikan tidak ada?
Keluar darah campur jaringan merupakan manifestasi klinis dari aborsi. Selama aborsi,
perdarahan mengikuti pemisahan plasenta sebagian atau seluruhnya dan pelebaran ostium
uteri. Sebelum usia kehamilan 10 minggu, janin dan plasenta sering dikeluarkan bersama-
sama, tetapi kemudian, mereka melahirkan secara terpisah. Dengan demikian, jaringan dapat
tetap seluruhnya berada di dalam rahim atau sebagian keluar melalui serviks. Keluar darah
campur jaringan merupakan manifestasi klinis dari aborsi. Tidak ada keluar jaringan seperti
mata ikan mengeleminasi diagnosis banding mola hidatiform. (Cunningham, 2018)
b. Bagaimana hubungan keluhan utama dengan keluhan tambahan?
Manifestasi klinis umum dari keguguran adalah—pendarahan vagina (mungkin berwarna
merah terang sampai gelap)
Kram perut (umumnya berirama, disertai dengan tekanan panggul atau punggung
bawah)
Keluarnya jaringan (aborsi lengkap dan tidak lengkap)
Dilatasi serviks (khas dari semua jenis aborsi kecuali terjawab dan terancam)
Dilatasi serviks dengan jaringan yang terlihat di ostium serviks (diagnosis aborsi
tidak lengkap atau tak terelakkan)
Keluhan tambahan dan keluhan utama merupakan manifestasi klinis dari keguguran. (Smith,
2002)
c. Bagaimana etiologi nyeri perut bagian bawah pada kasus?
Penyebab nyeri perut terkait kehamilan bisa fisiologis atau patologis. Penyebab fisiologis
nyeri perut pada kehamilan mungkin nyeri ligamen bundar yang disebabkan oleh peregangan
ligamen bundar, nyeri yang dirasakan selama gerakan janin, dan kontraksi Braxton Hick
yang menyakitkan. Penyebab patologis yang mengancam jiwa termasuk ruptur kehamilan
ektopik, abrupsi, sindrom HELLP, perlemakan hati akut pada kehamilan, dan ruptur uteri.
(Zachariah et. al., 2019)
3. Riwayat mual dan muntah ada, riwayat payudara tegang ada, riwayat trauma tidak ada, riwayat
perut diurut tidak ada. Riwayat keputihan ada, warna putih, gatal dan berbau amis, pasien
mengaku terlambat datang bulan sejak 3 bulan yang lalu dan sudah melakukan tes kehamilan
dengan bidan dan hasil positif.
a. Apa makna klinis riwayat keputihan ada, warna putih, gatal, dan berbau amis?
Riwayat keputihan ada, warna putih, gatal, dan berbau amis menunjukkan kemungkinan
pasien mengalami bacterial vaginosis. Untuk diagnosis klinis BV, terdapat tiga dari empat
kriteria berikut:
1) pH vagina >4,5;
2) keputihan yang encer, seperti susu, dan tidak menimbulkan peradangan;
3) >20 persen sel petunjuk terlihat secara mikroskopis; dan
4) bau amis setelah penambahan 10 persen kalium hidroksida pada sampel sekret vagina
(Cunningham, 2018)
b. Apakah ada hubungan antara riwayat keputihan ibu dengan perdarahan pada kasus?
Riwayat keputihan ada, berwarna putih, gatal, dan berbau amis menunjukkan
kemungkinan pasien mengalami bacterial vaginosis. BV dikaitkan dengan hasil kehamilan,
termasuk aborsi, persalinan prematur, dan ketuban pecah dini. Enzim litik yang dihasilkan
oleh mikroorganisme terkait BV mungkin telah menyebabkan perubahan ini pada sel
petunjuk. Menurut penelitian yang meneliti alasan aborsi, enzim litik, seperti protease,
Fosfolipase A2 dan Fosfolipase C yang diproduksi oleh mikroorganisme terkait BV
menyebabkan lisis fosfolipid membran janin dan membran sel sel petunjuk. Dalam penelitian
lain, setelah lisis fosfolipid, asam arakidonat terbentuk, dan asam ini menyebabkan induksi
prostaglandin (PG). PG menginduksi kontraksi otot rahim. PG menginduksi pelepasan
sitokin inflamasi untuk merangsang pelepasan metalloproteinase (MMPs) dari neutrofil.
MMPs menurunkan jaringan ikat, seperti membran korioamnion, dan dapat menyebabkan
aborsi. (Isik et. al., 2016)
c. Apa makna klinis riwayat mual dan muntah ada, riwayat payudara tegang ada, riwayat
trauma tidak ada, dan riwayat perut diurut tidak ada?
Mual dan muntah pada kehamilan dipengaruhi oleh human chorionic gonadoatropin
(hCG). Hubungan antara hCG dan mual dan muntah pada kehamilan sebagian besar
didasarkan pada hubungan temporal antara puncak mual dan muntah pada kehamilan dan
puncak produksi hCG, yang keduanya terjadi antara 12 dan 14 minggu kehamilan.
Kehamilan menyebabkan perubahan pada payudara. Hormon dalam tubuh sedang
mempersiapkan payudara untuk menyusui. Saluran susu tumbuh dan meregang saat terisi
dengan susu di awal kehamilan. Semua ini menyebabkan payudara menjadi lebih sensitif,
terutama puting. Ini dapat menyebabkan ketidaknyamanan. Tidak ada riwayat trauma dan
perut diurut mengeleminasi penyebab abortus akibat trauma pada janin. (Lee, 2011;
Cunningham, 2018)
d. Apa makna klinis dari "terlambat datang bulan sejak 3 bulan yang lalu dan sudah melakukan
tes kehamilan dengan bidan dan hasil positif"?
Pasien sedang hamil sekitar 3 bulan atau 12 minggu.
4. Riwayat sosial ekonomi dan gizi: pasien seorang ibu rumah tangga dan suami pasien bekerja
sebagai penjahit dan seorang perokok aktif.
Riwayat reproduksi: menarche usia 13 tahun, siklus haid teratur 28 hari, lama 5 hari, HPHT 19
Oktober 2021
Riwayat pernikahan: 1 kali, lama pernikahan: 4 tahun Riwayat persalinan
1. 2019, aterm, perempuan, 3000g, lahir pervaginam, bidan, sehat.
2. Hamil ini
a. Bagaimana hubungan dari riwayat social ekonomi dan gizi pada kasus?
Malnutrisi ibu dianggap sebagai faktor penting yang berkontribusi terhadap aborsi spontan
dengan cara mengubah morfologi sel germinal; namun, hubungan antara nutrisi ibu dan
aborsi spontan adalah kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor biologis,
sosioekonomi, dan gaya hidup, yang sangat bervariasi pada populasi yang berbeda. (Ahmadi,
2017)
b. Apakah ada hubungan ibu yang seorang perokok pasif dengan kejadian pada kasus?
Rokok meningkatkan risiko keguguran karena pembentukkan carboxyhemoglobin dan
berkurangnya transfer oksigen ke janin. Rokok dapat memengaruhi kualitas sperma suami
yang merupakan faktor risiko dari keguguran. (Komar, 2020)
c. Berapa usia gestasi yang sesuai dengan HPHT yang tertera?
12 minggu
5. Pemeriksaan Fisik
BB : 43 kg TB : 160 cm
(underweight) Sensorium : compos mentis
TD : 110/80 mmHg, Nadi : 78x/menit, Pernapasan : 18x/menit, Suhu : 36,8oC
a. Bagaimana interpretasi dan nilai normal pada pemeriksaan fisik?
Pemeriksaa Hasil pada skenario Nilai normal Interpretasi
n
IMT BB: 43 kg 18,5 – 25,0 Abnormal (rendah)
TB: 160 cm
IMT: 16,8
Sensorium Compos mentis Compos mentis Normal
Tekanan 110/80 mmHg <120/80 mmHg Normal
darah
Nadi 78 x/menit 60 – 100 x/menit Normal
Pernapasan 18 x/menit 16 – 24 x/menit Normal
Suhu 36,8 C 36.5 – 37.5 C Normal
Tabel 7. Interpretasi pemeriksaan fisik
b. Bagaimana mekanisme abnormal pada pemeriksaan fisik tersebut
1) IMT rendah
Insiden wastage kehamilan tinggi pada wanita dari kelompok sosial ekonomi
miskin. Malnutrisi ibu dianggap sebagai faktor penting yang berkontribusi terhadap
aborsi spontan dengan cara mengubah morfologi sel germinal; namun, hubungan antara
nutrisi ibu dan aborsi spontan adalah kompleks dan dipengaruhi oleh beberapa faktor
biologis, sosioekonomi, dan gaya hidup, yang sangat bervariasi pada populasi yang
berbeda. Selama kehamilan, ada peningkatan kebutuhan nutrisi untuk ibu dan janin. Gizi
ibu yang kurang mungkin meningkatkan risiko kematian intrauterin dan aborsi, mungkin
karena disfungsi seluler. Kekurangan nutrisi ibu juga menyebabkan kerusakan serius
pada berbagai tahap perkembangan janin. Sejumlah penelitian hewan percobaan dan
penelitian observasional manusia telah menyebutkan konsekuensi kekurangan gizi pada
tahap embrio paling awal yang mempengaruhi pertumbuhan janin dan hasil kelahiran.
(Ahmadi, 2017)
6. Pemeriksaan Fisik Obstetri
Pemeriksaan luar : abdomen datar, lemas, fundus uteri teraba 2 jari atas simfisis pubis, tidak
teraba massa, tidak ada nyeri tekan dan tidak ada tanda cairan bebas
Inspekulo : porsio livide, orifisium uteri eksternum terbuka, tampak jaringan di muara OUE,
fluksus ada, darah tidak aktif, tidak ditemukan erosi, laserasi, dan polip
Vaginal toucher: porsio lunak, orifisium uteri eksternum terbuka, teraba jaringan di muara OUE.
a. Bagaimana interpretasi dan nilai normal pada pemeriksaan fisik obstetri?
Pemeriksaan Hasil pada skenario Nilai normal Interpretasi
Pemeriksaan Abdomen datar, lemas Abdomen datar, tidak lemas Abnormal
luar Fundus uteri teraba 2 jari Fundus uteri teraba 2 jari di Normal
atas simfisis pubis atas simfisis pubis
Tidak teraba massa Tidak teraba massa Normal
Tidak ada nyeri tekan Tidak ada nyeri tekan Normal
Tidak ada tanda cairan Tidak ada tanda cairan Normal
bebas bebas
Inspekulo Porsio livide Porsio livide Normal
Orifisium uteri eksternum Orifisium uteri eksternum Abnormal
terbuka tertutup
Tampak jaringan di muara Tidak ada jaringan di muara Abnormal
OUE OUE
Fluksus ada Tidak ada fluksus Abnormal
Darah tidak aktif Abnormal
Tidak ditemukan erosi, Tidak ditemukan erosi, Normal
laserasi, dan polip laserasi, dan polip
Vaginal toucher Porsio lunak Porsio lunak Normal
Orifisium uteri eksternum Orifisium uteri eksternum Abnormal
terbuka tertutup
Teraba jaringan di muara Tidak teraba jaringan di Abnormal
OUE muara OUE
Tabel 8. Interpretasi pemeriksaan fisik obstetri
b. Bagaimana mekanisme abnormal pada pemeriksaan fisik obstetric?
1) Abdomen lemas
Hematometra, atau yang dikenal juga sebagai sindrom pasca aborsi, ini adalah
hasil dari produk konsepsi yang tertahan atau atonia uteri karena penyebab lain. Pasien
biasanya datang dengan peningkatan nyeri perut garis tengah bawah, tidak ada atau
penurunan perdarahan vagina, dan, kadang-kadang, kompromi hemodinamik. Ini dapat
berkembang segera setelah keguguran atau aborsi, atau mungkin berkembang secara
diam-diam. Endometrium teregang oleh darah, dan rahim tidak dapat berkontraksi untuk
mengeluarkan isinya. Akibatnya, abdomen menjadi lemas. (Gaufberg, 2022)
2) OUE terbuka dan tampak jaringan di muara OUE
Abortus dapat diduga bila seorang wanita dalam masa reproduksi mengeluh
adanya keterlambatan haid atau amenorea kurang dari 20 minggu yang disertai
perdarahan pervaginam, padat pula disertai jaringan dan rasa nyeri atau kram terutama di
daerah supra simfisis. Pada abortus inkomplit jika sebagian hasil konsepsi telah keluar,
namun sebagian masih tertinggal di dalam rahim dan ostium uteri eksternum dijumpai
terbuka, kadang-kadang teraba adanya jaringan atau bahkan kadang menonjol di ostium
(Achadiat, 2009).
3) Ada fluksus dan darah tidak aktif
Fluksus pada wanita hanya terjadi pada masa menstruasi. Pada abortus inkomplit,
lepasnya plasenta sebagian atau seluruhnya dan dilasi ostium uteri menyebabkan
perdarahan yang berlebihan. Pssien akan mengeluarkan produk dan hasil konsepsi
sehingga terjadi perdarahan pervaginam dan didapatkan fluksus (Cunningham, 2018;
Redinger dan Nguyen, 2021).
7. Pemeriksaan Laboratorium
Hb: 10,1 g/dl, Eritrosit 6,46 x 106/mm2 , Leukosit 12.960/mm3, Ht 32 %, Trombosit 438.000
Diff count 0/1/71/21/7
Urinalisis : plano test (+), bakteri (++), leukosit 10-15 lpb, eritrosit 6-8
a. Bagaimana interpretasi dan nilai normal pada pemeriksaan laboratorium?
Pemeriksaan Hasil pada skenario Nilai normal Interpretasi
Hb 10,1 g/dL 11,6 – 13,9 g/dL Abnormal (anemia)
Eritrosit 6.460.000/mm3 3.420.000 – 4.550.000/mm3 Abnormal (meningkat)
Leukosit 12.960/mm3 5.700 – 13.600/mm3 Normal
Ht 32% 31 – 41% Abnormal (menurun)
Trombosit 438.000 174.000 – 391.000 Abnormal (meningkat)
Diff count 0/1/71/21/7 0-1/1-3/55-70/20-40/2-8 Normal
Urinalisis Plano test (+) Plano test (+) Normal (hamil)
Bakteri (++) Bakteri (-) Abnormal
Leukosit: 10-15 lpb Leukosit: 0-5 lpb Abnormal (leukosituria)
Eritrosit: 6-8 lpb Eritrosit: 1-4 lpb Abnormal (hematuria)
Tabel 9. Interpretasi pemeriksaan laboratorium
b. Bagaimana mekanisme abnormal pada pemeriksaan laboratorium?
1) Anemia
Ibu yang memiliki anemia lebih banyak yang mengalami kejadian abortus
dibandingkan ibu yang tidak memiliki anemia. Anemia pada saat hamil dapat
mengakibatkan efek yang buruk baik pada ibu maupun pada janin. Anemia dapat
mengurangi suplai oksigen pada metabolisme ibu karena kekurangan kadar hemoglobin
untuk mengikat oksigen yang dapat mengakibatkan efek tidak langsung pada ibu dan
janin antara lain terjadinya abortus, selain itu ibu lebih rentan terhadap infeksi dan
kemungkinan bayi lahir prematur. (Wardiyah, 2016)
2) Trombositosis
Infeksi adalah penyebab umum dari trombositosis. Setiap proses inflamasi seperti
infeksi bakteri, neoplasia, sepsis, trauma multipel, luka bakar, atau pankreatitis yang
meningkatkan kadar IL serum (terutama IL-6), dapat meningkatkan jumlah trombosit
yang bersirkulasi. Respon inflamasi host menghasilkan pelepasan mediator pengaktif
trombosit dan lingkungan pro-oksidatif dan pro-koagulan, yang mendukung aktivasi
trombosit. (Assinger, 2014; Rose, 2012)
3) Bakteriuria
Infeksi adalah penyebab umum dari trombositosis. Setiap proses inflamasi seperti
infeksi bakteri, neoplasia, sepsis, trauma multipel, luka bakar, atau pankreatitis yang
meningkatkan kadar IL serum (terutama IL-6), dapat meningkatkan jumlah trombosit
yang bersirkulasi. Respon inflamasi host menghasilkan pelepasan mediator pengaktif
trombosit dan lingkungan pro-oksidatif dan pro-koagulan, yang mendukung aktivasi
trombosit. (Crader, 2021)
4) Leukosituria
Leukosit merupakan sel darah putih yang yang salah satu fungsinya melawan
infeksi bakteri. Jadi apabila terjadi ISK maka jumlah sel leukosit akan lebih banyak
karena melakukan perlawanan infeksi yang disebabkan bakteri yang timbul. Leukosituria
atau piuria merupakan salah satu petunjuk penting terhadap dugaan adanya ISK.
Leukosituria juga dapat dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya
infeksi atau inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin
disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus atau perubahan
motilitas leukosit. (Gandasoebrata, 2015)
5) Hematuria
Hematuria dibedakan menjadi dua, yaitu hematuria makroskopik (gross
hematuria) dan hematuria mikroskopik. Hematuria makroskopik adalah darah yang dapat
terlihat jelas secara visual dimana urine tampak keruh dengan warna merah sampai
coklat. Sedangkan hematuria mikroskopik adalah apabila ditemukan peningkatan jumlah
eritrosit di setiap bidang mikroskopik (Riswanto dan Rizki, 2015)
Peningkatan jumlah eritrosit dalam urine dapat menunjukkan berbagai kondisi saluran
kemih dan sistemik. Ini termasuk :
a. penyakit ginjal, seperti glomerulonefritis, nefritis lupus, nefritis interstitial yang
berhubungan dengan reaksi obat, kalkulus, tumor, infeksi akut, TBC, infark,
trombosis vena ginjal, trauma (termasuk biopsi ginjal), hidronefrosis, ginjal
polikistik, dan kadang-kadang nekrosis tubular akut, dan nephrosclerosis ganas ;
b. penyakit infeksi saluran kemih bagian bawah akut dan kronis, kalkulus, tumor,
striktur, dan sistitis hemoragik setelah terapi siklofosfamid ;
c. penyakit ekstrarenal apendisitis akut, salpingitis, divertikulitis, episode demam akut,
malaria, subakut endokarditis bakteri, poliarteritis nodosa, hipertensi maligna,
diskrasia darah, kudis dan tumor usus besar, rektum, dan panggul ;
d. reaksi toksik karena obat, seperti sulfonamid, salisilat, methenamine, dan terapi
antikoagulan ; dan
e. penyebab fisiologis, termasuk olahraga (Riswanto dan Rizki, 2015)
8. Pertanyaan Tambahan
a. Apa diagnosis banding pada kasus? (Alves, 2021)
Diagnosis banding abortus spontan dapat dibuat dengan mempertimbangkan organ panggul
yang dapat menyebabkan perdarahan pervaginam pada awal kehamilan.
Kehamilan ektopik juga dapat menyebabkan kram, perdarahan vagina, dan
pendataran atau penurunan peningkatan alami beta-hCG pada awal kehamilan.
Hematoma subkorionik adalah penyebab umum lain dari perdarahan pervaginam
pada kehamilan.
Penyakit trofoblas gestasional, meskipun jarang, merupakan diagnosis banding yang
ditakuti dari keguguran dini.
Patologi serviks yang harus dipertimbangkan termasuk kerapuhan lebih dari yang
biasanya ditemui pada kehamilan, servisitis menular, polip serviks, ektropion, dan
displasia. Etiologi ini harus tinggi pada diferensial dalam pengaturan perdarahan
pasca-koitus.
Implantasi dan perdarahan kehamilan idiopatik merupakan pertimbangan penting
lainnya.
Trauma serviks dan vagina juga harus dipertimbangkan.
Diagnosis banding ini biasanya dapat dievaluasi secara memadai melalui riwayat,
pemeriksaan fisik, dan ultrasonografi panggul.
b. Apa diagnosis kerja pada kasus?
Abortus inkomplit
c. Bagaimana epidemiologi pada kasus?
WHO mengestimasikan terdapat 21.600.000 kejadian abortus yang tidak aman di seluruh
dunia pada tahun 2008. Angka kematian akibat abortus tidak aman di dunia yaitu 30 per
100.000 kelahiran hidup. Di Negara berkembang, kejadian unsafe abortion sekitar
21.200.000 dengan rate 16 per 1000 wanita usia 15- 44 tahun. Angka kejadian abortus tidak
aman di Asia Tenggara yaitu 3.130.000 dengan rate 22 per 1000 wanita usia 15-44 tahun.
Tingginya angka abortus tidak aman ini menyumbang 47.000 kematian ibu di negara
berkembang dan 2.300 kematian ibu di Asia Tenggara. Frekuensi abortus spontan di
Indonesia adalah 10%-15% dari 5 juta kehamilan setiap tahunnya atau 500.000-750.000.
Sedangkan abortus buatan sekitar 750.000-1.5 juta setiap tahunnya (Yanti, 2019)
d. Bagaimana etiologi dan faktor resiko pada kasus?
Pada 50% kasus, keguguran dini diyakini disebabkan oleh kelainan kromosom janin.
Usia ibu lanjut dan keguguran dini sebelumnya adalah faktor risiko yang paling umum.
Misalnya, kejadian keguguran dini pada wanita usia 20-30 tahun hanya 9 hingga 17%,
sedangkan kejadian pada usia ibu 45 tahun adalah 80%. Faktor risiko lain termasuk konsumsi
alkohol, merokok, dan penggunaan kokain. (Alves, 2021)
Beberapa penyakit kronis dapat memicu aborsi spontan, termasuk diabetes, penyakit
celiac, dan kondisi autoimun, khususnya sindrom antibodi anti-fosfolipid. Konsepsi yang
cepat setelah melahirkan dan infeksi, seperti servisitis, vaginitis, infeksi HIV, sifilis, dan
malaria, juga merupakan faktor risiko yang umum. Faktor risiko penting lainnya adalah
paparan kontaminan lingkungan, termasuk arsenik, timbal, dan pelarut organik. Akhirnya,
kelainan struktural rahim, seperti anomali kongenital, leiomioma, dan perlengketan
intrauterin, telah terbukti meningkatkan risiko aborsi spontan. (Alves, 2021)
Keguguran lebih sering terjadi pada wanita di atas usia 35 tahun; 25% dibandingkan
dengan 12% untuk wanita berusia 20-29 tahun. Risiko meningkat secara dramatis setelah
usia 40 tahun, menjadi 50% untuk wanita berusia 40-44 tahun dan lebih dari 90% untuk
wanita berusia 45 tahun atau lebih. Usia ayah di atas 40 tahun juga meningkatkan risiko,
meskipun tidak sekuat usia ibu. Risiko juga meningkat dalam frekuensi dengan
meningkatnya graviditas: 6% dari kehamilan pertama atau kedua berakhir sebagai
keguguran; dengan kehamilan ketiga dan berikutnya, angkanya meningkat menjadi 16%
(Oats, 2017)
e. Bagaimana pathogenesis pada kasus? (Oats, 2017)
Penyebab langsung abortus adalah terlepasnya sebagian atau seluruhnya embrio oleh
perdarahan menit di desidua. Ketika fungsi plasenta gagal, kontraksi uterus dimulai, dan
proses keguguran dimulai. Jika hal ini terjadi sebelum minggu ke-8, embrio yang rusak,
ditutupi dengan vili dan beberapa desidua, cenderung dikeluarkan secara massal (disebut
blighted ovum), meskipun beberapa produk konsepsi dapat dipertahankan baik di dalam
rongga rahim. atau di leher rahim. Perdarahan uterus terjadi selama proses ekspulsi.
Antara minggu ke-8 dan ke-14 mekanisme di atas dapat terjadi, atau selaput ketuban
dapat pecah, mengeluarkan janin yang cacat tetapi gagal mengeluarkan plasenta, yang dapat
menonjol melalui ostium uteri eksterna atau tetap menempel pada dinding rahim. Jenis
keguguran ini dapat disertai dengan perdarahan yang cukup banyak. Antara minggu ke-14
dan ke-22, janin biasanya dikeluarkan diikuti, setelah beberapa saat, oleh plasenta. Lebih
jarang plasenta tertahan. Biasanya perdarahan tidak parah, tetapi rasa sakit mungkin cukup
besar dan menyerupai persalinan mini.
Jelas dari uraian ini bahwa keguguran disertai dengan perdarahan dan nyeri rahim,
keduanya dengan intensitas yang berbeda-beda. Meskipun keguguran adalah penyebab
perdarahan per vaginam pada awal kehamilan pada lebih dari 95% kasus, penyebab yang
lebih jarang, seperti kehamilan ektopik, perdarahan serviks dari epitel serviks yang terbalik
atau dari polip endoserviks, mola hidatidosa, dan, jarang, karsinoma serviks harus
dikecualikan.
f. Bagaimana manifestasi dan klasifikasi klinis pada kasus?
Umum—pendarahan vagina (mungkin berwarna merah terang sampai gelap)
Kram perut (umumnya berirama, disertai dengan tekanan panggul atau punggung
bawah)
Keluarnya jaringan (aborsi lengkap dan tidak lengkap)
Dilatasi serviks (khas dari semua jenis aborsi kecuali terjawab dan terancam)
Dilatasi serviks dengan jaringan yang terlihat di ostium serviks (diagnosis aborsi
tidak lengkap atau tak terelakkan) (Smith, 2002)
Missed abortion— penurunan atau pertumbuhan rahim minimal di awal kehamilan
Pendarahan vagina yang berubah menjadi cairan berwarna coklat tua yang berlanjut
Hilangnya gejala awal kehamilan, seperti payudara penuh atau mual di pagi hari
Koagulopati intravaskular diseminata (DIC) dapat terjadi bila kematian janin
intrauterin pada trimester kedua telah bertahan lebih dari 6 minggu setelah kematian
janin (jarang) (Smith, 2002)
Aborsi sepsis—perdarahan berat (vaginal)
Nyeri perut bagian bawah garis tengah
Uterus dan nyeri tekan perimetrik
Bakteremia
Syok septik
Gagal ginjal (Smith, 2002)
Aborsi terancam—implantasi perdarahan
Polip serviks, servisitis
Penyebab lain ketidaknyamanan perut bagian bawah (misalnya, infeksi saluran
kemih, konstipasi) (Smith, 2002)
Kompetensi yang dicapai pada saat lulus dokter Lulusan dokter mampu membuat diagnosis
klinik berdasarkan anamnesis, pemeriksaan fisik dan hasil pemeriksaan penunjang, serta
mengusulkan penatalaksanaan penyakit atau melakukan penatalaksanaan penyakit secara
mandiri sesuai tugas klinik yang dipercayakan (entrustable professional activity) pada saat
pendidikan dan pada saat penilaian kemampuan.
DAFTAR PUSTAKA