Anda di halaman 1dari 8

Judul: “Lukisan Cinta”

Pemeran:

Nisa, seorang seniman muda yang berbakat

Firdaus, teman Nisa yang juga seorang seniman

Amin, pacar Nisa yang posesif dan cemburu

Amira, teman Nisa yang ceria

Adam, tetangga Nisa yang baik hati

Mak Cik Rohana, pemilik kedai seni di kota

Setting: Kota kecil di Malaysia

(Tirai terbuka, panggung kosong kecuali untuk beberapa kursi kayu)

Nisa sedang melukis di panggung. Firdaus masuk ke panggung.

Firdaus: “Nisa, kamu terlihat sibuk. Apa yang kamu gambar?”

Nisa: “Ini lukisan untuk pameran seni. Aku berharap bisa menjualnya.”

Firdaus: “Bagus sekali! Aku juga menyiapkan beberapa karya untuk pameran itu. Kita bisa pergi
bersama-sama.”

Nisa: “Iya, itu akan menyenangkan. Oh, Amin akan datang ke sini nanti. Aku harap dia tidak marah
aku berada di sini terlalu lama.”

Firdaus: “Kamu harus berbicara dengan dia. Dia harus memahami passionmu.”

(Adegan berubah ke kedai seni)

Amira dan Adam sedang melihat-lihat lukisan di kedai seni Mak Cik Rohana.
Amira: “Wah, ini lukisan yang sangat indah. Siapa senimannya?”

Mak Cik Rohana: “Itu adalah lukisan Nisa, seorang seniman muda yang sangat berbakat.”

Adam: “Kami harus memberitahu Nisa tentang pameran seni ini. Dia pasti ingin tahu.”

(Adegan kembali ke panggung)

Amin masuk ke panggung dan melihat Nisa dan Firdaus berbicara.

Amin: “Apa yang kamu lakukan di sini?”

Nisa: “Aku sedang melukis untuk pameran seni. Aku bisa menghasilkan uang dari lukisan ini.”

Amin: “Kenapa kamu selalu memikirkan uang? Bagaimana dengan aku?”

Nisa: “Aku mencintaimu, Amin. Tapi aku juga mencintai seni. Kamu harus memahami itu.”

Amin: “Baiklah. Aku akan mencoba.”

(Adegan berubah ke pameran seni)

Nisa, Firdaus, Amira, dan Adam datang ke pameran seni. Mereka melihat lukisan-lukisan yang
dipajang dan menemukan lukisan Nisa.

Nisa: “Wah, itu lukisanku! Kamu melihat itu, Firdaus?”

Firdaus: “Keren sekali, Nisa! Kamu pasti bisa menjualnya dengan harga yang bagus.”

Mak Cik Rohana: “Selamat, Nisa. Lukisanmu sangat menarik. Saya yakin akan ada yang membelinya.”
Amin: “Aku bangga padamu, Nisa.”

(Ketika Nisa dan Amin berbicara, seorang pria tampan masuk ke pameran seni. Dia melihat lukisan
Nisa dan langsung jatuh cinta.)

Pria tampan: “Ini adalah lukisan yang luar biasa. Siapa senimannya?”

Mak Cik Rohana: “Itu adalah lukisan Nisa, seorang seniman muda yang sangat berbakat. Apakah
kamu tertarik membelinya?”

Pria tampan: “Saya tertarik membelinya, tapi saya juga ingin bertemu dengan senimannya.”

Mak Cik Rohana: “Baiklah, saya akan memanggilnya.”

(Nisa datang ke depan pria tampan)

Pria tampan: “Hai, aku Ammar. Saya terpesona dengan lukisan ini dan ingin membelinya. Dan juga,
saya ingin berbicara dengan Anda tentang kemungkinan pemesanan karya seni kustom.”

Nisa: “Terima kasih, Ammar. Saya sangat senang kamu suka dengan karya saya. Tentu saja, aku
sangat senang untuk bekerja pada karya seni kustom. Bisakah kita bertemu di studio saya untuk
membahas lebih lanjut?”

Ammar: “Tentu saja. Bisakah kamu memberikan alamat studio-mu?”

Nisa memberikan alamat studio-nya ke Ammar.

Nisa: “Aku berharap bisa berbicara lebih lanjut tentang seni denganmu.”

Ammar: “Aku juga, Nisa. Sampai jumpa di studio-mu.”

(Ammar keluar dari pameran seni)


Firdaus: “Wah, itu adalah kesempatan yang besar, Nisa! Kamu harus membuatnya terkesan.”

Nisa: “Aku tahu, Firdaus. Saya tidak sabar untuk memulai.”

(Ketika Nisa dan Ammar bertemu di studio-nya)

Ammar: “Studio-mu indah sekali, Nisa. Aku sangat senang bisa berkunjung ke sini.”

Nisa: “Terima kasih, Ammar. Saya senang kamu suka tempat ini. Sekarang, apa yang ingin kamu
pesan?”

Ammar: “Saya ingin memesan lukisan kustom untuk istri saya. Apa kamu bisa membuatnya?”

Nisa: “Tentu saja. Apa tema dan ukuran yang kamu inginkan?”

Ammar: “Saya ingin lukisan tentang cinta dan kebahagiaan, dengan ukuran 100 x 100 cm.”

Nisa: “Saya bisa membuat lukisan seperti itu. Berapa waktu yang kamu butuhkan untuk
memesannya?”

Ammar: “Saya butuh sekitar sebulan untuk mempersiapkan semuanya. Bisakah kamu membuatnya
sebelum itu?”

Nisa: “Tentu saja. Aku akan mulai bekerja pada lukisanmu segera.”

(Ketika Nisa menyelesaikan lukisan kustom Ammar)

Ammar: “Wow, itu sangat indah, Nisa. Saya yakin istriku akan menyukainya.”

Nisa: “Terima kasih, Ammar. Saya senang kamu suka dengan lukisan itu. Bisakah kamu
memberitahukan kepadaku bagaimana tanggapan istrimu?”
Ammar: “Tentu saja. Aku akan memberitahumu secepatnya. Dan, Nisa, saya juga ingin kamu tahu
bahwa saya terkesan dengan bakatmu. Saya akan merekomendasikanmu pada teman-temanku.”

Nisa: “Terima kasih, Ammar. Itu sangat membantu bagi saya. Saya senang kamu menyukai lukisan
kustommu, dan saya senang bisa bekerja denganmu lagi di masa depan.”

Ammar: “Sama-sama, Nisa. Saya yakin kita akan bekerja sama lagi di masa depan. Oh ya, saya juga
punya satu lagi permintaan.”

Nisa: “Apa itu?”

Ammar: “Saya ingin membuat pameran seni di galeri saya. Aku akan senang jika kamu bisa
berpartisipasi dalam pameran itu.”

Nisa: “Tentu saja, Ammar. Saya akan senang untuk berpartisipasi dalam pameranmu.”

Ammar: “Bagus sekali! Saya akan memberitahumu lebih lanjut tentang pameran itu. Sekarang, saya
harus pergi. Sampai jumpa di pameran nanti.”

Nisa: “Sampai jumpa, Ammar.”

(Ammar meninggalkan studio Nisa)

Firdaus: “Wah, Nisa! Kamu benar-benar beruntung bertemu dengan Ammar. Dia tampaknya sangat
terkesan dengan karyamu.”

Nisa: “Ya, saya sangat senang. Saya tidak sabar untuk melihat lukisan kustomku di rumahnya dan
berpartisipasi dalam pameran seninya.”

Firdaus: “Saya juga tidak sabar untuk melihat apa yang akan terjadi selanjutnya. Siapa tahu, ini bisa
menjadi permulaan karirmu sebagai seniman yang terkenal!”

Nisa: “Siapa tahu, Firdaus. Tapi yang pasti, saya akan terus bekerja keras dan mengembangkan bakat
saya.”
(Tutup tirai)

(Selang beberapa hari kemudian, di galeri seni Ammar)

Nisa: “Halo Ammar, terima kasih sudah mengundangku ke pameran senimu.”

Ammar: “Halo Nisa, senang melihatmu disini. Ini dia, lukisan kustommu.”

Nisa: “Wow, itu terlihat sangat bagus. Terima kasih sudah memberikan lukisan ini padaku, Ammar.”

Ammar: “Kamu pantas mendapatkannya, Nisa. Lukisanmu sungguh indah dan unik. Kamu pasti akan
menjadi seniman yang sukses suatu saat nanti.”

Nisa: “Terima kasih atas dukungannya, Ammar.”

(Salah satu pengunjung pameran menghampiri mereka)

Pengunjung: “Halo, saya sangat terkesan dengan lukisan kustommu, Nisa. Apa kamu menerima
pesanan kustom dari pengunjung?”

Nisa: “Ya, saya menerima pesanan lukisan kustom. Anda bisa menghubungi saya di studio saya.”

Pengunjung: “Saya pasti akan menghubungimu nanti. Terima kasih.”

(Nisa dan Ammar melanjutkan perbincangan dengan pengunjung lainnya)

Ammar: “Lihatlah, Nisa. Banyak orang yang terkesan dengan karyamu. Kamu pasti akan menjadi
seniman yang sukses.”

Nisa: “Terima kasih, Ammar. Semua ini tidak akan terjadi tanpa bantuanmu.”
Ammar: “Kamu pantas mendapatkannya, Nisa. Saya senang bisa membantumu dan menjadi bagian
dari kesuksesanmu.”

(Tutup tirai)

(Selang beberapa bulan kemudian, di studio Nisa)

Nisa: “Halo Ammar, apa kabar?”

Ammar: “Halo Nisa, kabar baik. Aku baru saja mengunjungi galerimu dan melihat beberapa karya
baru yang menakjubkan.”

Nisa: “Terima kasih, Ammar. Saya senang kamu menyukainya.”

Ammar: “Saya ingin membuat sebuah proyek seni besar-besaran, dan saya ingin kamu terlibat dalam
proyek ini. Apakah kamu tertarik?”

Nisa: “Tentu saja, Ammar. Bisakah kamu memberitahu saya lebih banyak tentang proyek ini?”

Ammar: “Proyek ini adalah tentang menciptakan mural besar di sebuah gedung di pusat kota. Kami
ingin menciptakan sebuah karya seni yang benar-benar menginspirasi dan mencerminkan semangat
kota ini.”

Nisa: “Itu terdengar seperti sebuah proyek yang menarik. Saya senang bisa menjadi bagian dari itu.
Bagaimana kita memulainya?”

Ammar: “Saya akan memberimu panduan dan kamu bisa mulai membuat sketsa di atas kanvas besar
di gedung itu. Saya akan memberimu waktu yang cukup untuk menyelesaikannya. Apakah kamu siap
untuk mengambil tantangan ini?”

Nisa: “Saya siap, Ammar. Aku tidak sabar untuk mulai bekerja.”

(Ammar memberikan kanvas besar pada Nisa, dan dia mulai membuat sketsa. Beberapa minggu
kemudian, mural itu selesai dibuat)
Ammar: “Nisa, karyamu benar-benar menakjubkan. Saya sangat senang bisa bekerja denganmu
dalam proyek ini.”

Nisa: “Terima kasih, Ammar. Saya juga senang bisa bekerja denganmu. Proyek ini benar-benar
membuat saya belajar banyak tentang seni.”

Ammar: “Kamu adalah seniman yang luar biasa, Nisa. Saya yakin kamu akan sukses dalam karirmu
sebagai seniman.”

Nisa: “Terima kasih atas dukungannya, Ammar. Aku tidak akan pernah melupakan bantuanmu dalam
perjalanan seniku.”

(Tutup tirai)

Anda mungkin juga menyukai