Aku memegang erat buku sketsa. Kaki ku terus melangkah walau sedikit ragu. Aku
tiba di depan pintu. Di pinggir atas pintu, terdapat palang bertuliskan ‘klub
menggambar’. aku hendak menggapai gagang pintu. Tapi, aku ragu. Aku mencoba
memegang gagang pintu, aku menghelas nafas, aku membuka pintu. Di balik pintu,
terlihat seorang wanita sedang duduk di kursi sambil menatap sebuah selembaran
kertas.
“ ah amel, kau sudah datang rupanya”
Aku duduk di sebuah sofa yang berhadapan dengan wanita tadi. Di depan kami,
terdapat meja panjang yang terbuat dari kayu jati. Di atas meja itu, terdapat tumpukan
kertas dan pulpen. Wanita di depan menatap buku sketsa milik ku. Ia juga sibuk
membolak-balikkan halaman demi halaman buku sketsa milik ku.
” lukisan mu bagus sekali amel” puji wanita itu
Ia menaruh buku sketsa di atas meja, kemudian ia mencari sesuatu di dalam tumpukan
kertas. Tak lama, ia menarik 1 lembar dari tumpukan kertas tadi. Ia memberikan
kertas itu padaku.
Kertas itu ternyata adalah sebuah formulir. Formulir pendaftaran klub menggambar
“ aku yakin jika nak amel akan di terima dengan baik oleh anggota klub” wanita itu
tersenyum meyakinkan ku. Aku menatap kertas formulir lamat-lamat. Aku masih ragu
untuk mendaftar di klub.
“ baiklah, saya akan mendaftar di klub” mendengar jawabanku, wanita itu tersenyum
girang. Ia memberikan pulpen kepadaku. Aku menulis nama, kelas, dan apa tujuanku
masuk ke dalam klub. Selesai menulis, aku memberikan kertas formulir kepada
wanita tadi. Ia menatap kertas formulir sambil tersenyum.
“ pertemuan klub akan dimulai pada hari senin ya” pesan wanita itu sebelum aku
beranjak pergi
“ baik terimakasih bu sasa” aku pamit keluar dari ruangan klub
Di kantin, aku duduk di meja panjang bersama dua temanku yang lain
“ amel, kamu masuk klub apa?”salah satu temanku bertanya
“ klub menggambar” jawabku mengunyah batagor yang ku beli sebelumnya
“ guru yang bertanggung jawab atas klub menggambar itu siapa?” tanya nya lagi
“ bu sasa” Saat mereka mendengar jawaban ku, wajah salah satu temanku berubah
menjadi terkejut.
“ kau serius ?”
“ tentu saja” aku mengangguk mantap
“ aku pernah dengar rumor soal bu sasa” rumor bu sasa?
“ memang ada rumor apa vina?” tanyaku pada vina
“ aku dengar jika bu sasa sering mencuri karya milik siswa yang berada di klub
menggambar loh” vina memang orang yang sangat update soal gosip di sekolah
“ hah yang benar, bukankah bu sasa adalah salah satu guru yang paling di segani oleh
para murid ?” aku pernah mendengar jika bu sasa adalah guru paling di segani di
sekolah. Bahkan banyak anak-anak di kelas kami yang suka sekali dengan bu sasa
karena metode mengajarnya yang tidak membosankan
“ tapi aku mendengar tentang ini dari kakak kelas kita yang dulunya ia masuk di klub
menggambar” vina kembali menyendok satu sendok mie ayam ke dalam mulutnya
kemudian meyeruput mie itu hingga kuahnya berceceran
“ hei sopanlah sedikit” ucapku menasihati kebiasaan buruk vina
Vina hanya megangguk dan kembali memakan mie nya
Hari ini hari senin, hari dimana aku akan datang kembali ke klub. Jujur, aku sangat
khawatir jika aku tidak di terima dengan baik di klub dan justru aku malah di jauhi
oleh orang-orang di klub menggambar. aku berjalan ke arah ruangan klub. Aku
gemetar dan jantungku berdetak kencang. Oh ya, aku masih penasaran soal rumor
yang kemarin vina bicarakan. Apa benar bu sasa sekejam itu?
Saat di ruangan klub, semua orang menyambutku dengan ramah, syukurlah aku di
terima dengan baik di sini. Klub ini tidak seseram yang ku kira, semua orang di sini
ramah juga menyenangkan. Kami belajar menggambar sambil bercanda ria.
“ baiklah aku cukupkan untuk pertemuan hari ini oh ya jangan lupa kerjakan tugas
kalian ya” ucap ketua klub mengakhiri kegiatan klub
Semua orang pergi meninggalkan ruangan klub kecuali aku. Aku beralih memegang
papan jalan yang terbuat dari kayu lalu ku letakkan kertas putih di atasnya dan aku
juga meletakkan satu foto hitam putih sebagai referensi. Foto itu menamplikan
seorang wanita muda yang cantik juga rupawan. Senyumannya dapat membuat
siapapun terpana. Dia adalah nenek ku yang telah tiada sepuluh tahun yang lalu saat
beliau masih muda.
Selesai menyiapkan kertas dan referensi, aku menyiapkan alat yang ku perlukan yaitu
pensil, pengahpus, gelas berisi air, kuas, dan cat air. Selesai menyiapakan semuanya,
aku mulai menggambar. Aku mulai dari membuat sketsa kemudian memberi warna
pada sketsa dengan menggunakan cat air. Aku terus menggerakan kuas dan membuat
garis. Sampai akhirnya aku selesai. Lukisan dengan nenek sebagai referensi. Aku
tersenyum menatap lukisan yang ku buat sendiri. Lukisan ini membuatku mengingat
bebrapa kenangan manis bersama nenek.
“ lukisan yang bagus amel” ucap bu sasa mengapreisasi lukisan yang ku buat
“ terimakasih bu”