Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS KESALAHAN KONSEP DALAM MENJAWAB

SOAL-SOAL PADA MATERI KESEBANGUNAN


MENGGUNAKAN CERTAINTY OF RESPONSE INDEX

Evandry Hamzah, Ahmad Yani T, Asep Nursangaji


Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Untan
Email: evandryhamzah@gmail.com

Abstract
This research aims to determine and describe concept mistakes of students in
answering questions on congruence material using the Certainty of Response
Index (CRI). The method used is descriptive method. The research was
conducted in SMA Negeri 9 Pontianak. Based on the results of the analysis using
the CRI students experienced concept mistakes with an average of 53.34%.
Mistakes when restating the concept of congruence have been studied as many
as 18 students (50%). Students with high confidence incorrectly choose the right
statement related to the concept of congruence. Mistakes when classifying
objects based on whether or not fulfilled the requirements that form the concept
of congruence as many as 21 students (58.33%). Students with high confidence
incorrectly determine the congruent flat shape. Mistakes when applying the
concept of congruence logically are 20 students (55.56%). Students with high
confidence incorrectly determine the ratio of sides and angles that are mutually
compatible. Mistakes when identifying the characteristics of a concept and
recognize the conditions that determine a congruence concept of 20 students
(55.56%). Students with high confidence misidentify the characteristics that are
the requirements of two flat shapes can be said to be congruent.

Keywords: Concept Mistakes, Congruence, Certainty of Response Index (CRI)

PENDAHULUAN Reynolds (2008) yang menyampaikan bahwa


Perkembangan ilmu matematika matematika merupakan “kendaraan” utama
menjadi landasan dari begitu pesatnya untuk mengembangkan kemampuan berpikir
kemajuan di bidang teknologi dan informasi. logis dan keterampilan kognitif yang lebih
Menurut Edison (2015) matematika dalam tinggi pada anak-anak.
dunia pendidikan sangat besar manfaatnya. Selain itu, tujuan lain dari pelajaran
Matematika sebagai salah satu pelajaran yang matematika yang diberikan menurut Badan
diajarkan di sekolah memiliki peranan penting Standar Nasional Pendidikan (2006)
dalam pengembangan berfikir siswa. dimaksudkan pula untuk mengembangkan
Menurut Badan Standar Nasional kemampuan menggunakan matematika dalam
Pendidikan (2006) matematika perlu pemecahan masalah dan mengkomunikasikan
diberikan kepada semua siswa mulai dari ide atau gagasan menggunakan simbol, tabel,
sekolah dasar untuk membekali siswa dengan diagram, dan media lain.
kemampuan berfikir logis, analitis, sistematis, Erman Suherman (2003) menyatakan
kritis, dan kreatif, serta kemampuan bahwa agar tujuan pembelajaran matematika
bekerjasama. Hal ini senada dengan Muijs & tercapai dengan baik, maka pembelajaran

1
yang diterapkan hendaknya memenuhi empat MKPBM UPI 2001) menyatakan bahwa
pilar pendidikan, yaitu: (1) Learning to know. matematika adalah ilmu tentang logika,
(2) Learning to do. (3) Learning to be. (4) bentuk, susunan, besaran dan konsep-konsep
learning to live together. yang berhubungan satu dengan yang lainnya
Learning to know (belajar untuk dalam jumlah yang banyak dan terbagi tiga
mengetahui) berarti belajar memahami yaitu dalam bidang aljabar, analisis, dan
pengetahuan matematika (konsep, prinsip, geometri. Aplikasi dari geometri sendiri
idea, teorema). Sedangkan learning to do sering kita jumpai dalam kehidupan sehari-
(belajar untuk bisa melakukan sesuatu) berarti hari seperti menentukan luas tanah, mengukur
belajar melaksanakan proses matematika tinggi suatu benda, mengukur volume suatu
sesuai dengan kemampuan dasar matematika benda ruang, menghitung jarak antar benda,
jenjang sekolah yang bersangkutan. Pilar dan lain-lain yang berkenaan dengan
ketiga yaitu learning to be (belajar menjiwai) pengukuran.
artinya belajar menjadi dirinya sendiri, belajar Geometri adalah salah satu materi yang
memahami dan menghargai proses sangat penting dalam pembelajaran
matematika dengan cara menunjukkan sikap matematika. Mengingat banyaknya konsep
kerja keras, ulet, disiplin, jujur, dan geometri yang dipakai dalam keseharian kita,
mempunyai motif berprestasi. Serta learning maka geometri dijadikan sebagai bahan ajar
to live together (belajar bersosialisasi dengan yang diberikan disetiap jenjang sekolah. Ide-
sesama teman) artinya belajar memahami ide geometri digunakan untuk
orang lain, bekerja sama, menghargai dan merepresentasikan dan memecahkan masalah
memahami pendapat yang berbeda, serta pada materi matematika lainnya dan situasi
saling menyumbang pendapat. dunia nyata (NCTM, 2000:41).
Kemampuan memahami konsep Berdasarkan laporan hasil ujian
matematika merupakan Salah satu tujuan nasional SMP/Sederajat di kota Pontianak
pembelajaran matematika yang diharapkan tahun 2019 yang masuk dalam puspendik
muncul. Memiliki pemahaman konsep yang kemendikbud dapat diketahui persentase
bagus akan membuat siswa mengetahui lebih siswa yang menjawab benar untuk setiap
dalam tentang ide-ide matematika yang masih materi yang diuji pada mata pelajaran
terselubung. James dan James (dalam Tim matematika sebagai berikut:

Tabel 1
Persentase siswa yang menjawab benar untuk setiap materi
No. urut Materi yang diuji Persentase
1 Bilangan 41,58
2 Aljabar 54,19
3 Geometri dan 44,46
pengukuran
4 Statistika dan peluang 59,36

Informasi yang diperoleh pada tabel 1 terendah yaitu sekitar 44,46 %. Berikut ini
dapat dikatakan siswa masih mengalami persentase siswa yang menjawab benar untuk
kesulitan dalam menjawab soal pada mata setiap indikator yang diuji pada materi
pelajaran matematika khususnya untuk materi geometri dan pengukuran berdasarkan laporan
yang berkaitan dengan geometri. Hal ini dapat hasil ujian nasional SMP/Sederajat di kota
terlihat dengan jelas dimana persentase siswa Pontianak tahun 2019 yang masuk dalam
yang menjawab benar pada materi geometri puspendik kemendikbud.
dan pengukuran menduduki posisi kedua

2
Tabel 2
Persentase siswa yang menjawab benar untuk setiap Indikator
No. urut Indikator yang diuji Persentase
1 Menentukan pasangan persamaan garis yang tegak lurus/sejajar 41,14
2 Menentukan panjang busur lingkaran 36,55
3 Menentukan panjang diagonal bangun ruang 42,65
4 Menentukan pasangan sudut/garis yang sama pada bangun 75,63
yang kongruen
5 Menghitung besar sudut segitiga dalam bentuk variable 48,09
6 Menyelesaikan soal tentang panjang diagonal persegi panjang 51,02
7 Menyelesaikan soal tentang luas bangun datar persegipanjang 39,66
dan lingkaran
8 Menghitung volume bangun ruang sisi datar 39,75
9 Menghitung panjang unsur tertentu dalam kesebangunan 22,28
10 Menyelesaikan masalah tentang ukuran panjang dalam 49,67
kesebangunan
11 Menghitung volume bangun ruang sisi lengkung 67,95
12 Menerapkan rumus luas dalam menghitung luas bangun ruang 32,84
13 Menafsirkan luas gabungan dua bangun datar 30,70

Berdasarkan tabel 2 dapat terlihat dengan konsep teorema phytagoras. Sebelum


bahwa menghitung panjang unsur tertentu mempelajari kesebangunan, siswa harus
dalam kesebangunan merupakan salah satu menguasai materi prasyarat sebelumnya. Ini
indikator yang diuji pada materi geometri dan akan melatih pola pikir siswa yang terstruktur
pengukuran dengan nilai persentase paling dalam mempelajari matematika, khususnya
rendah diantara indikator lain yaitu hanya pada materi kesebangunan. Berkenaan dengan
sekitar 22,28 %. itu sehingga materi kesebangunan juga
Dalam pra riset yang dilaksanakan pada menjadi salah satu prasyarat untuk materi
tanggal 15 juli 2019 terhadap 10 orang siswa pembelajaran selanjutnya sehingga sangat
kelas X di SMA Negeri 9 Pontianak, peneliti penting bagi siswa menguasai dan
menunjukkan tiga buah gambar persegi memahaminya. Karakteristik matematika
panjang kepada siswa. Siswa diminta untuk yang abstrak dan sistematis seperti ini sering
menentukan pasangan persegi panjang yang kali menjadi salah satu alasan sulitnya siswa
sebangun. Ternyata sebagian besar siswa mempelajari matematika.
masih mengalami kesulitan dalam Menurut I Wayan Ponter (2001)
menentukan pasangan bangun datar persegi kesalahan yang dilakukan siswa dalam
panjang yang sebangun. hasil pra riset menjawab soal cerita geometri dalam bentuk
menunjukkan sebanyak 7 dari 10 orang siswa verbal dan soal geometri dalam bentuk visual
masih melakukan kesalahan dalam yang tidak sesuai dengan kesepakatan maupun
menentukan persegi panjang yang sebangun. aturan dalam matematika diklasifikasikan atas
Ini menunjukkan bahwa masih banyak siswa kesalahan konsep, kesalahan relasi/operasi
yang mengalami kesulitan dan melakukan dan kesalahan prinsip. Faktor-faktor yang
kesalahan dalam menjawab soal-soal terkait menyebabkan kesalahan tersebut bersumber
kesebangunan. dari dalam diri siswa tersebut yaitu kurangnya
Kesebangunan merupakan materi pemahaman tentang simbol, faktor
pengembangan dari konsep sebelumnya yang kecerobohan, tidak menguasai konsep serta
meliputi materi garis dan sudut, perbandingan, faktor kealpaan (lupa dengan konsep yang
persamaan linear, aljabar, dan bangun datar. telah dipelajari sebelumnya).
Selain itu dalam kesebangunan juga dikaitkan

3
Kurangnya pemahaman konsep sebuah peristiwa dimana seseorang salah
matematika khususnya pada materi menafsirkan suatu konsep. Menurut Euwe
kesebangunan akan mengakibatkan kesulitan Van den Berg (1991) kesalahan konsep atau
pada guru maupun siswa untuk melanjutkan miskonsepsi merupakan pertentangan konsep
materi berikutnya. Selain itu, hal tersebut juga yang dipahami seseorang dengan konsep yang
sangat berpotensi membuat siswa mengalami dipakai oleh pakar ilmu yang bersangkutan.
kesalahan konsep. Menurut Euwe Van den Suparno (2005) memandang kesalahan
Berg (1991) Kesalahan konsep merupakan konsep sebagai pengertian yang tidak akurat
pertentangan konsep yang dipahami seseorang tentang konsep, penggunaan konsep yang
dengan konsep yang dipakai oleh pakar ilmu salah, kekacauan konsep yang berbeda-beda
yang bersangkutan. Senada dengan itu, dan hubungan hirarkis konsep-konsep yang
menurut Nolting (2011) kesalahan konsep tidak benar. Kesalahan konsep didefinisikan
adalah kesalahan yang dilakukan karena tidak sebagai kesalahan pemahaman yang mungkin
memahami sifat-sifat yang dipaparkan dalam terjadi selama atau sebagai hasil dari
buku teks. pengajaran yang baru saja diberikan,
Kesalahan konsep terdiri dari dua kata, berlawanan dengan konsepsi-konsepsi ilmiah
yaitu kesalahan dan konsep. Kesalahan dalam yang dibawa atau berkembang dalam waktu
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) adalah lama (Mosik, 2010).
kekeliruan, perbuatan yang salah (melanggar Kesalahan konsep adalah kesalahan
hukum dan sebagainya). Sukirman (1985) yang dilakukan karena tidak memahami sifat-
mengatakan bahwa kesalahan merupakan sifat yang dipaparkan dalam buku teks
penyimpangan terhadap hal-hal yang benar (Nolting, 2011). Wiyartimi dkk (2010)
yang sifatnya sistematis, konsisten, maupun mengemukakan bahwa kesalahan konsep
insidental pada daerah tertentu. Jadi dapat yaitu kesalahan siswa dalam menafsirkan dan
dikatakan bahwa kesalahan adalah sesuatu menggunakan konsep matematika.
yang tidak sesuai dengan aturan atau Berdasarkan beberapa pendapat di atas,
menyimpang dimana penyimpangan tersebut jadi yang dimaksud kesalahan konsep dalam
dapat bersifat sistematis, konsisten dan penelitian ini adalah kesalahan yang
insidental. dilakukan dalam menafsirkan dan
Selanjutnya konsep, Secara etimologis, menggunakan suatu konsep yang sesuai
kata “konsep” berasal dari bahasa latin dengan konsep yang dipakai oleh para pakar
“Conceptum” yang artinya sesuatu yang bisa ilmu yang bersangkutan.
dipahami. Menurut Soedjadi (2000:14) arti Faktor faktor yang dapat menimbulkan
konsep adalah ide abstrak yang dapat kesalahan siswa dalam menyelesaikan soal
digunakan untuk mengadakan klasifikasi atau matematika yaitu: (1) Faktor internal yaitu
penggolongan yang pada umumnya faktor dari dalam diri siswa misalkan
dinyatakan dengan suatu istilah atau kecerdasan, kelemahan fisik, dan sikap. (2)
rangkaian kata (lambang bahasa). Umar Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari
(2004:51) mendefinisikan konsep adalah luar diri siswa misalkan lingkungan, tempat
sejumlah teori yang berkaitan dengan suatu belajar, suasana, cuaca dan penerangan (Ishak
objek. Konsep diciptakan dengan dan Warji, 1987: 19). Secara garis besar,
menggolongkan dan mengelompokkan objek- penyebab terjadinya kesalahan konsep pada
objek tertentu yang mempunyai ciri-ciri yang siswa dapat diringkas menjadi lima
sama. Jadi dapat dikatakan konsep adalah ide kelompok, yaitu : siswa, guru, buku teks,
abstrak yang mewakili sejumlah objek yang konteks, dan metode mengajar (Suparno,
mempunyai ciri yang sama dan membentuk 2013:9).
suatu kesatuan pengertian tentang suatu hal Mengingat luasnya faktor yang dapat
atau persoalan. menyebabkan kesalahan, maka faktor
Kesalahan konsep atau yang lebih penyebab yang diselidiki dalam penelitian ini
sering disebut sebagai miskonsepsi adalah merujuk pada salah satu penyebab kesalahan

4
konsep berdasarkan pendapat Suparno (2013: sekaligus mengklasifikasikan siswa dalam 3
29) yaitu ditinjau dari siswa. Fokus dalam kelompok yaitu: (1) Siswa yang paham
penelitian ini adalah reasoning yang tidak konsep (2) siswa yang mengalami kesalahan
lengkap dan minat siswa. konsep. (3) siswa yang tidak tahu konsep. Hal
Persoalan yang kerap muncul ketika ini berdasarkan Hasan et al (1999: 294-299)
akan dilakukan upaya remediasi adalah yang mengatakan bahwa metode Certainty of
adanya kesulitan dalam membedakan apakah Response Index (CRI) dapat digunakan untuk
seorang siswa mengalami kesalahan konsep mengidentifikasi terjadinya kesalahan konsep,
atau justru tidak tahu konsep (Tayubi, 2005). sekaligus dapat membedakannya tidak tahu
Adanya kesulitan dalam membedakan siswa konsep.
yang mengalami kesalahan konsep dan yang Identifikasi dengan CRI akan dilakukan
tidak tahu konsep mengarah pada berdasarkan jawaban yang diberikan oleh
pengembangan instrumen diagnostik yang siswa terhadap permasalahan yang diberikan
harus digunakan dalam mengidentifikasi dihubungkan dengan indeks keyakinan
kesalahan konsep. mereka dalam menjawab soal. Hubungan ini
Certainty of Response Index (CRI) dapat dijelaskan melalui matriks CRI. Kriteria
merupakan salah satu instrumen yang indeks yang diberikan pada CRI dapat diukur
dikembangkan untuk mengidentifikasi secara individu (a) maupun secara
kesalahan konsep yang dialami siswa keseluruhan populasi (b).

Tabel 3
Matriks CRI

Kriteria CRI rendah (<2,5) CRI tinggi (>2,5)


jawaban
Jawaban Benar Jawaban benar tapi CRI rendah berarti Jawaban benar dan CRI tinggi
tidak tahu konsep (lucky guess) berarti menguasai konsep
dengan baik
Jawaban salah Jawaban salah dan CRI rendah berarti Jawaban salah tapi CRI tinggi
tidak tahu konsep berarti terjadi miskonsepsi
(a)
Kriteria Rata-rata CRI rendah (<2,5) Rata-rata CRI tinggi (>2,5)
jawaban
Jawaban Benar Jawaban benar tapi rata-rata CRI rendah Jawaban benar dan rata-rata
berarti tidak tahu konsep (lucky guess) CRI tinggi berarti menguasai
konsep dengan baik
Jawaban salah Jawaban salah dan rata-rata CRI rendah Jawaban salah tapi rata-rata
berarti tidak tahu konsep CRI tinggi berarti terjadi
miskonsepsi
(b)
(Tayubi, 2005)

Seorang responden mengalami dapat dibedakan secara sederhana dengan


kesalahan konsep atau tidak tahu konsep cara membandingkan benar tidaknya jawaban

5
suatu soal dengan tinggi rendahnya indeks penelitian berdasarkan hasil seminar. (4)
kepastian jawaban (CRI) yang diberikannya Menyiapkan instrumen penelitian berupa kisi-
untuk soal tersebut (Tayubi, 2005). kisi tes, soal tes, kunci jawaban, dan pedoman
wawancara. (5) Melakukan validasi instrumen
METODE PENELITIAN penelitian. (6) Merevisi instrumen penelitian
Metode penelitian yang dipilih harus berdasarkan hasil validasi. (7) Melakukan uji
sesuai dengan masalah dan tujuan penelitian coba soal tes. (8) Menganalisis data hasil uji
yang telah dirumuskan sehingga sesuai coba soal tes. (9) Merevisi instrumen
dengan prosedur penelitian yang digunakan. berdasarkan hasil uji coba. (10) Mengurus
Menurut Sugiyono (2015) secara umum perizinan untuk melakukan penelitian. (11)
metode penelitian diartikan sebagai cara menentukan waktu penelitian dengan guru
ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan mata pelajaran matematika.
dan kegunaan tertentu. Dalam penelitian ini Tahap Pelaksanaan
mengumpulkan sebanyak-banyaknya (1) Memberikan tes kepada siswa. (2)
mengenai kesalahan konsep yang dilakukan Mengoreksi hasil pekerjaan siswa dan
siswa dalam menjawab soal-soal pada materi menganalisis dengan teknik analisis data yang
kesebangunan. Jadi metode yang digunakan sesuai. (3) Menentukan siswa yang akan
adalah deskriptif. Metode deskriptif adalah diwawancarai yaitu sebanyak sepuluh orang.
prosedur pemecahan masalah yang diselidiki (4) Mewawancarai siswa yang dipilih menjadi
dengan menggambarkan atau melukiskan subjek penelitian untuk mengetahui lebih
keadaaan suatu subjek atau objek dalam mendalam kesalahan konsep yang terjadi pada
penelitian (seseorang, lembaga, masyarakat, siswa dan faktor penyebab siswa mengalami
dan lain-lain) pada saat sekarang bedasarkan kesalahan dalam menjawab soal konsep
fakta-fakta yang tampak, atau sebagaimana kesebangunan.
adanya (Nawawi, 2012). Tahap Akhir
Subjek penelitian menurut Arikunto (1) Melakukan pengolahan data dan
(2010) adalah subjek yang dituju untuk diteliti pembahasan. (2) Membuat laporan dan
oleh peneliti. Subjek dalam penelitian ini kesimpulan.
adalah siswa kelas X MIA1 SMAN 9
Pontianak. Untuk menentukan subjek HASIL PENELITIAN DAN
penelitian, didasarkan atas pertimbangan: (1) PEMBAHASAN
Izin dari pihak sekolah (2) Siswa telah Hasil Penelitian
mendapat materi kesebangunan. (3) Uji CRI dalam penelitian ini dilakukan
rekomendasi dari guru bidang studi. dengan 36 orang siswa sebagai responden. Tes
Prosedur penelitian dalam penelitian ini dilakukan dengan memberikan paket soal
adalah sebagai berikut: untuk masing-masing siswa. Berikut data hasil
Persiapan Penelitian uji CRI yang telah dilakukan :
(1) Menyusun desain penelitian. (2)
Seminar desain penelitian. (3) Merevisi desain
Tabel 4
Data Hasil Uji CRI siswa

No Paham Konsep Kesalahan Konsep Menebak


Soal Jumlah Persentase Jumlah Persentase Jumlah Persentase
1 2 5,56 % 18 50 % 16 44,44 %
2 8 22,22 % 21 58,33 % 7 19,44 %

6
3 2 5,56 % 20 55,56 % 14 38,89 %
4 9 25 % 20 55,56 % 7 19,44 %
5 13 36,11 % 17 47,22 % 6 16,67 %
Rata-rata 18,89 % 53,34 % 27,77 %

Data Uji CRI menunjukkan bahwa menyatakan ulang konsep kesebangunan yang
telah terjadi kesalahan konsep dalam jumlah telah dipelajari.
yang relatif besar pada siswa. Soal nomor 1 Pada soal mengklasifikasi objek-objek
yang berkaitan dengan menyatakan ulang berdasarkan dipenuhi tidaknya persyaratan
konsep merangkum sebanyak 50 % siswa, yang membentuk konsep kesebangunan,
58,33 % untuk soal nomor 2 yang berkaitan siswa mengalami kesalahan dalam
dengan mengklasifikasi objek berdasarkan menentukan bangun datar yang sebangun.
dipenuhi tidaknya persyaratan yang Siswa beranggapan bahwa sisi yang
membentuk konsep, selanjutnya soal nomor 3 bersesuaian adalah sisi yang posisi dan
dan nomor 5 yang berkaitan dengan letaknya sama. Selain itu siswa beranggapan
mengidentifikasi sifat-sifat dan mengenal bahwa bangun datar yang sebangun dilihat
syarat yang menentukan suatu konsep masing- dari posisinya pada gambar tanpa melihat
masing mencapai 55,56 % siswa dan 47,22 % keterangan yang ada. Ini menunjukkan bahwa
siswa, dan untuk soal yang berkaitan dengan siswa masih mengalami kesalahan dalam
menerapkan konsep secara logis pada soal mengklasifikasi objek-objek berdasarkan
nomor 4 mencapai 55,56 % siswa. dipenuhi tidaknya persyaratan yang
Pembahasan Penelitian membentuk konsep kesebangunan.
Siswa kelas X MIA1 SMAN 9 Pada soal menerapkan konsep
Pontianak mengalami kesalahan konsep pada kesebangunan secara logis, siswa mengalami
materi kesebangunan. Dari data yang kesalahan dalam menentukan perbandingan
dianalisis menunjukan bahwa sebagian besar sisi-sisi dan sudut-sudut yang saling
siswa mengalami kesalahan konsep terkait bersesuaian. Siswa salah dalam memahami
materi tersebut. Hasil analisis dengan maksud dari keterangan pada soal yang
menggunakan certainty of response index mengakibatkan siswa menjadi salah
menunjukkan bahwa rata-rata 53,34 % siswa menentukan titik sudut pada dua buah segitiga
mengalami kesalahan konsep. Diperkuat sebangun yang digambarkannya berdasarkan
dengan hasil wawancara siswa yang keterangan pada soal. siswa menggambarkan
mengatakan bahwa mereka masih banyak dua segitiga yang disertai keterangan yang
yang memahami konsep secara salah sehingga tidak sesuai dengan informasi yang diberikan
terjadilah kesalahan tersebut. pada soal. Ini menunjukkan bahwa siswa
Pada soal menyatakan ulang konsep masih mengalami kesalahan dalam
kesebangunan yang telah dipelajari, siswa menerapkan konsep kesebangunan secara
mengalami kesalahan dalam memilih logis.
pernyataan yang tepat terkait konsep Pada soal mengidentifikasi sifat-sifat
kesebangunan. Siswa beranggapan bahwa dua suatu konsep kesebangunan dan mengenal
bangun datar yang sebangun harus memiliki syarat yang menentukan suatu konsep
panjang sisi yang sama. Selain itu, ada pula kesebangunan, siswa mengalami kesalahan
siswa yang menganggap dua bangun datar dalam mengidentifikasi sifat-sifat yang
yang sebangun harus memiliki besar sudut menjadi syarat kesebangunan dua bangun
yang sama. Ini menunjukkan bahwa siswa datar. Selain itu, siswa tidak begitu
masih mengalami kesalahan dalam mengetahui sifat dari segitiga.

7
Diteliti lebih dalam saat peneliti Berdasarkan analisis data yang
menggali informasi dari siswa yang dikaitkan dengan teori dari pustaka ditunjang
diwawancara, ternyata siswa tidak lagi dengan hasil wawancara,peneliti
mengingat secara jelas materi kesebangunan menyimpulkan bahwa siswa kelas X MIA1
yang sudah mereka pelajari sehingga SMAN 9 Pontianak ini mengalami kesalahan
informasi yang diperoleh dari beberapa konsep yang disebabkan oleh beberapa faktor,
pernyataan pada soal yang diberikan tidak diantaranya siswa yang salah dalam
dapat mereka cermati secara utuh. Selain menafsirkan maksud dari beberapa pernyataan
itu,ada siswa yang tidak begitu menyenangi dan informasi pada soal, siswa tidak lagi
pelajaran matematika sehingga saat mengingat secara jelas materi kesebangunan
mempelajari materi kesebangunan siswa tidak yang sudah mereka pelajari sehingga siswa
bertanya kepada gurunya ketika ada bagian tidak dapat mencermati informasi dari soal
yang kurang dipahami dan akhirnya kesalahan dengan baik, serta kurangnya rasa kepedulian
konsep ini dibiarkan begitu saja yang dalam belajar seperti tidak mau bertanya
kemudian menjadi titik kesalahan yang akan ketika mereka tidak paham pada materi
berdampak pada materi selanjutnya. kesebangunan yang diberikan oleh guru
Namun dari seluruh siswa yang diteliti dikarenakan tidak begitu menyenangi
ada juga penyebab atau faktor siswa pelajaran matematika.
mengalami banyak kesalahan sehingga pada
data dikatakan sebagai kesalahan konsep SIMPULAN DAN SARAN
yakni siswa yang tidak mau terlalu peduli saat Simpulan
proses penelitian berlangsung. Ada siswa Kesalahan konsep siswa kelas X MIA1
yang menjawab asal-asalan saat menjawab SMAN 9 Pontianak dalam menjawab soal-
soal. Sehingga peneliti juga sulit untuk soal pada materi kesebangunan meliputi
memaksakan siswa serius dalam mengisi ketika menyatakan ulang konsep
jawaban. Faktor ini tidak terlalu dominan kesebangunan yang telah dipelajari. Siswa
karena dialami di beberapa siswa saja. dengan keyakinan yang tinggi salah dalam
Kesalahan yang dilakukan siswa memilih pernyataan terkait konsep
merupakan hal yang wajar dalam menjawab kesebangunan yang tepat. Ketika
soal. Namun, kesalahan tersebut harus mengklasifikasi objek-objek berdasarkan
ditindak lanjuti agar tidak berkelanjutan dipenuhi tidaknya persyaratan yang
sehingga dapat mengakibatkan munculnya membentuk konsep kesebangunan. Siswa
kesalahan lain pada materi yang akan dengan keyakinan tinggi salah dalam
dipelajari selanjutnya, terutama. Oleh karena menentukan bangun datar yang sebangun.
itu, penyebab kesalahan yang dilakukan siswa Ketika menerapkan konsep kesebangunan
dalam menjawab soal matematika perlu secara logis. Siswa dengan keyakinan tinggi
diketahui. Dengan tujuan untuk mencari salah dalam menentukan perbandingan sisi-
penyebab-penyebab kesalahan-kesalahan sisi dan sudut-sudut yang saling bersesuaian.
yang dilakukan siswa sehingga dapat Ketika mengidentifikasi sifat-sifat dan
diperbaiki. mengenal syarat yang menentukan suatu
Dari data yang telah dianalisis dengan konsep pada materi kesebangunan. Siswa
menggunakan CRI ini peneliti berkesimpulan dengan keyakinan tinggi salah dalam
bahwa siswa kelas X MIA1 SMAN 9 mengidentifikasi sifat-sifat yang menjadi
Pontianak mengalami kesalahan konsep pada syarat dua buah bangun datar dapat dikatakan
materi kesebangunan, karena rata-rata sebangun.
persentase jumlah siswa yang mengalami Saran
kesalahan konsep dalam menjawab semua Dalam penelitian ini, tentu masih
soal yang sudah diberikan adalah sebesar terdapat banyak kekurangan. Adapun saran
53,34 % pada materi ini. yang dapat penulis uraikan yaitu sebagai
berikut: (1) Sajian materi dan proses

8
pembelajaran hendaknya dapat diberikan Fisika Indonesia Universitas Negeri
secara lengkap mencakup berbagai keadaan Semarang.
yang mungkin dimana konsep kesebangunan Muijs, Daniel dan David Reynolds. 2008.
digunakan, sehingga kesalahan konsep dapat Effective Teaching. Yogyakarta:
dikurangi dan dihindari. (2) Hasil penelitian Pustaka Belajar.
tentang kesalahan konsep pada suatu topik
Nawawi, Hadari. (2012). Metode
pembelajaran matematika diharapkan dapat
digunakan sebagai bahan acuan dalam proses Penelitian Bidang Sosial.
pembelajaran maupun remediasi terutama Yogyakarta: Gadjah Mada
pada konsep-konsep yang rawan terjadi University Press.
miskonsepsi. NCTM. 2000. Principles and Standards
for School Mathematics. USA:
DAFTAR RUJUKAN NCTM.
Arikunto, Suharsimi. 2010. Prosedur Nolting, Paul D. 2011. Math Study Skills
Penelitian Suatu Pendekatan Workbook Fourth Edition.
Praktik. Yogyakarta: Rineka Cipta. Academic Success Press.
Badan Standar Nasional Pendidikan. Soedjadi, R. 2000. Kiat Pendidikan
2006. Standar Isi. Badan Standar Matematika di Indonesia. Jakarta:
Nasional Pendidikan: Jakarta. Direktorat Jendral Pendidikan
Edison. 2015. Peningkatan Kemampuan Tinggi Departemen Pendidikan
Pemahaman Matematis dan Self- Nasional.
Confidence Siswa Melalui Soleh, M. 1998. Pokok-Pokok Pengajaran
Pembelajaran Cooperatif Tipe Matematika Sekolah. Jakarta:
Group Investigation di SD. Depdikbud.
UPI.Bandung. Sugiyono. 2015. Metode Penelitian
Elisabeth, Hodes. 2011. Math Errors. Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
(Online). (http://www.west-net/- Bandung: Alfabeta.
ger/matherrors.html. Diakses 15 Suherman, E. 2003. Evaluasi
januari 2019). Pembelajaran Matematika.
Hasan, Saleem et al. 1999. Misconception Bandung: UPI.
and the Certainty of Response Index Suparno, Paul. 2013. Miskonsepsi &
(CRI). Physics Education,34(5): Perubahan Konsep dalam
294-299. Pendidikan Fisika. Jakarta :
Ischak dan Warji. 1987. Program Gramedia Widiasarana Indonesia.
Remidial Dalam Proses Belajar Suwarto. 2013. Pengembangan Tes
Mengajar. Yogyakarta: Liberty. Diagnostik dalam Pembelajaran.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI). Yogyakarta: Pustaka Pelajar
2012. Definisi Analisis. Pusat Tayubi, Yuyu.R. 2005. Identifikasi
Bahasa. (Online). Miskonsepsi Pada Konsep-Konsep
(https://kbbi.web.id/Analisis/. Fisika Menggunakan Certainty of
Diakses tanggal 19 Juni 2019). Response Index (CRI). Mimbar
Mosik & Maulana, P. (2010). Usaha Pendidikan, 24(3): 4-9.
Mengurangi Terjadinya Tim MKPBM Jurusan Pendidikan
Miskonsepsi Fisika Melalui Matematika. 2001. Strategi
Pembelajaran dengan Pendekatan Pembelajaran Kontemporer.
Konflik Kognitif. Jurnal Pendidikan Bandung: JICA UPI.

Anda mungkin juga menyukai