HUBUNGAN INDUSTRIAL
2. Penyelesaian Mediasi
Semua jenis perselisihan hubungan industrial yang dikenal dalam UU No. 2
Tahun 2004 bisa diselesaikan melalui mediasi.
Perselesaian hubungan industrial tersebut diselesaikan melalui
musyawarah dengan ditengahi oleh seorang atau lebih mediator yang
netral.
Mediator adalah pegawai instansi pemerintah yang bertanggung jawab di
bidang ketenagakerjaan yang memenuhi syarat-syarat sebagai mediator
yang ditetapkan oleh menteri untuk bertugas melakukan mediasi dan
mempuyai kewajiban memberikan anjuran tertulis kepada para pihak yang
beselisih untuk menyelesaikan perselisihan yang dilimpahkan kepadanya.
Syarat-syarat mediator berdasarkan pasal 9 UU No. 2 Tahun 2004 adalah:
a. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
b. Warga negara Indonesia;
c. Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter;
d. Menguasai peraturan perundang undangan di bidang ketenagakerjaan;
e. Berwibaya, jujur, adil, dan berkelakuan tidak tercela;
f. Berpendidikan sekurang-kurangnya strata satu (S1)
g. Syarat lain yang ditetapkan oleh menteri.
Syarat lain yang dimaksudkan dalam angka 7 di atas adalah syarat yang
ditentukan dalam keputusan menteri tenaga kerja dan transmigrasi No.
KEP-92/MEN/VI/2004 tentang pengangkatan dan pemberhentian mediator
serta tata kerja mediasi. Syarat-syarat tersebut adalah sebagai berikut:
a. Mediator adalah pegawai negeri sipil pada instansi/dinas yang
bertanggung jawab di bidang ketenaga kerjaan;
b. Beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
c. Warga negara Indonesia;
d. Berbadan sehat menurut surat keterangan dokter;
e. Menguasai peraturan perundang-undangan di bidang ketenagakerjaan;
f. Berwibawa, jujur, adil dan berkelakuan tidak tercela;
g. Berpendidikan sekurang-kurangnya strata satu (S1); dan
h. Memiliki legitimasi dari menteri tenaga kerja dan transmigrasi.
Untuk memperoleh legalitas, harus memenuhi syarat:
a. Telah mengikuti dan lulus pendidikan dan pelatihan teknis hubungan
industrial syarat kerja yang dibuktikan dengan sertifikat dari Departemen
Tenaga kerja dan Transmigrasi Republik Indonesia;
b. Telah melaksanakan tugas di bidang pembinaan hubungan industrial
sekurang-kurangnya satu tahun.
Setelah menerima pelimpahan, dalam waktu selambat-lambatnya tujuh
hari kerja mediator harus mengadakan penelitian tentang duduknya
perkara dan segera mengadakan sidang mediasi. Dalam hal ini mediator
berkewajiban:
a. Memanggil para pihak yang berselisih untuk dapat didengar keterangan
yang diperlukan;
b. Mengatur dan memimpin mediasi;
c. Membantu membuat perjanjian bersama, apabila tercapai kesepakatan;
d. Membuat anjuran tertulis, apabila tidak tercapai kesepakatan;
e. Membuat risalah penyelesaian perselisihan hubungan industiral;
f. Membuat laporan hasil penyelesaian perselisihan hubungan industrial.
Guna melaksanakan tugasnya mediator dapat memanggil saksi atau saksi
ahli untuk hadir dalam sidang mediasi untuk dimintai dan didengar
keterangannya. Saksi atau saksi ahli yang dimaksudkan berhak menerima
penggantian biaya perjalanan dan akomodasi yang besarnya ditetapkan
dengan keputusan menteri.
Dalam hal pemanggilan saksi atau saksi ahli UU No. 2 Tahun 2004, pasal
12 menentukan sebagai berikut:
a. Barang siapa yang diminta keterangannya oleh mediator guna
penyelesaian perselisihan hubungan industrial berdasarkan undang-
undang ini, wajib memberikan keterangan termasuk membukakan buku
dan memperlihatkan surat-surat yang diperlukan.
b. Dalam hal keterangan yang diperlukan oleh mediator terkait dengan
seseorang yang karena jabatannya harus menjaga kerahasiaannya, maka
harus ditempuh prosedur sebagaimana diatur dalam peraturan
perundang-undangan yang berlaku.
c. Mediator wajib merahasiakan semua keterangan yang diminta
sebagaimana dimaksud dalam ayat 1.
Penjelasan pasal 12 UU No. 2 Tahun 2004 di atas menerangkan bahwa
yang dimaksud dengan membukakan buku dan memperlihatkan surat-
surat adalah antara lain buku tentang upah atau surat perintah lembur
dan lain-lain yang dilakukan oleh orang yang ditunjuk mediator. Namun,
karena pada jabatan-jabatan tertentu berdasarkan peraturan perundang
undangan harus menjaga kerahasiaannya, maka permintaan keterangan
kepada pejabat dimaksud sebagai saksi ahli harus mengikuti prosedur yang
ditentukan. Contoh, dalam hal seorang meminta keterangan tentang
rekening milik pihak lain dalam perbankan, permintaan tersebut akan
dilayani apabila ada izin dari Bank Indonesia atau pemilik rekening yang
bersangkutan (Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan).
Demikian pula ketentuan undang-undang Nomor 7 tahun 1971 tentang
pokok-pokok kearsipan dan lain-lain.
Jika telah tercapai kesepakatan penyelesaian perselisihan industrial melalui
mediasi, maka harus dibuatkan surat perjanjian yang ditandatangani oleh
kedua pihak yang berselisih dan mediator yang berperan. Setelah itu
didaftarkan di pengadilan hubungan industrial.
Sebaliknya apabila tidak tercapai kesepakatan dalam penyelesaian dalam
mediasi, maka:
a. Mediator mengeluarkan anjuran tertulis; anjuran tertulis mediator
memuat:
1) Keterangan pekerja/buruh atau keterangan serikat pekerja/serikat
buruh;
2) Keterangan pengusaha;
3) Keterangan saksi/saksi ahli, apabila ada;
4) Pertimbangan hukum dan kesimpulan mediator;
5) Isi anjuran
b. Anjuran tertulis tersebut harus disampaikan dalam waktu selambat-
lambatnya sepuluh hari kerja sejak sidang mediasi pertama;
c. Para pihak harus sudah memberikan jawaban secara tertulis kepada
mediator yang isinya menyetujui atau menolak anjuran tertulis dalam
waktu selambat-lambatnya sepuluh hari kerja setelah menerima anjuran
tertulis;
d. Pihak yang tidak memberikan pendapatnya dianggap menolak anjuran
tertulis;
e. Dalam hal para pihak menyetujui anjuran tertulis maka dalam waktu
selambat-lambatnya tiga hari kerja sejak anjuran tertulis disetujui,
mediator harus sudah selesai membantu para pihak membuat perjanjian
bersama untuk kemudian didaftar pengadilan hubungan industrial pada
pengadilan negeri sama seperti pendaftaran perjanjian bersama
perselisihan yang diselesaikan secara bipartit. Oleh karena itu,
pendaftaran perjanjian bersama tersebut ditentukan sebagai berikut:
1) Perjanjian bersama yang telah didaftar diberikan akta bukti pendaftran
dan merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari perjanjian
bersama.
2) Apabila perjanjian bersama tersebut tidak dilaksanakan oleh salah
satu pihak, maka pihak yang dirugikan dapat mengajukan
permohonan eksekusi kepada pengadilan hubungan industrial pada
pengadilan negeri di wilayah perjanjian bersama didaftar untuk
mendapat penetapan eksekusi.
3) Dalam hal pemohon eksekusi berdomisili di luar wilayah hukum
pengadilan industrial pada pengadilan negeri tempat pendaftaran
perjanjian bersama, maka pemohon eksekusi dapat melakukan
permohonan eksekusi melalui pengadilan indutrial pada pengadilan
negeri di wilayah domisili pemohon eksekusi untuk diteruskan ke
pengadilan hubungan industrial pada pengadilan negeri yang
berkompeten melaksanakan eksekusi.
3. Penyelesaian Konsiliasi
Penyelesaian cara konsiliasi ini dilakukan melalui seorang atau beberapa
orang atau badan, sebagai penengah (konsiliator) dengan mempertemukan
atau memberi fasilitas pada para pihak yang berselisih untuk
menyelesaikan perselisihannya secara damai.
Konsiliasi hubungan industrial yang selanjutnya disebut konsiliasi adalah
penyelesaian perselisihan kepentingan, perselisihan pemutusan hubungan
kerja atau perselisihan antar serikat pekerja atau serikat buruh hanya
dalam satu perusahaan melalui musyawarah yang ditangani oleh seorang
atau lebih konsiliator yang netral (Pasal 1 angka 13 UU No. 2 Tahun 2004).
Konsiliator bukan PNS, tetapi masyarakat yang telah mendapat legitimasi
an diangkat oleh mentri, dan mempunyai kewenangan yang sama dengan
mediator. Akan tetapi, jenis perselisihan yang dapat ditangani hanya
perselisihan kepentingan, perselisihan PHK, dan perselisihan antar serikat
pekerja atau serikat buruh dalam satu perusahaan.