Anda di halaman 1dari 2

Quiz Hubungan Industrial

Abu Rizal Bakri (201710325097)

7-A2 Manajemen

1. Menurut anda peranan HI di masa pandemi ini bagaimana? Jelaskan pendapat anda dan berikan
salah satu kasus dan solusinya?
Menurut saya peran hubungan industrial dalam masa pandemi saat ini belum cukup memadai
untuk bisa menyelesaikan berbagai persoalan ketenagakerjaan di masa pandemi Covid-
19.kebijakan ketenagakerjaan yang diterbitkan pemerintah harus mampu memberi pedoman
bagi pelaku hubungan industrial dalam menghadapi pandemi Covid-19.
Contoh kasus:
Kantor saya melakukan pemecatan pekerja/buruh karena dampak virus COVID-19. Alasannya,
perusahaan tidak bisa menggaji pekerja/buruh disertai adanya pengurangan pekerja/buruh.
Perusahaan saya PMA. Status saya masih PKWT, dengan sisa tiga bulan masa perjanjian kerja. Ini
merupakan kontrak kedua, karena saya bekerja sejak tahun 2018. Yang saya mau tanyakan,
berapa hitungan kisaran gaji atau pesangon yang seharusnya saya terima menurut undang-
undang? Kantor hanya membayar gaji saya untuk bulan Maret plus kompensasi satu bulan gaji.
2. Dapatkah anda memberikan contoh kasus mengenai perselisihan yg mana kasus tersbut harus
diselesaikan sampai tingkat MK?
Iklan Rokok Pada 11 September 2009, MK menolak permohonan Komnas Anak terhadap uji
materiil UU Penyiaran tentang larangan iklan rokok. MK berpendapat bahwa rokok merupakan
produk legal sebagaimana produk lainnya, sehingga iklan produk rokok juga merupakan
kegiatan yang legal. MK juga berpendapat pelarangan iklan rokok justru melanggar HAM.
Namun, sikap MK tidak bulat. Sebab, 4 dari 9 hakim konstitusi berseberangan pendapat. Mereka
yaitu Maruarar Siahaan, M. Alim, Ahmad Sodiki, dan Harjono. Keempat hakim itu menyatakan
bahwa larangan iklan rokok itu bisa dikabulkan karena rokok bisa merusak masa depan anak.
3. Jelaskan thapan2 dalam penyelesaian perselisihan dalam perusahaan?
penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (PHI) sesuai UU Nomor 2 Tahun 2004 tentang
Penyelesaian Perselisihan Hubungan Industrial (UU PHI), yaitu:
 Perundingan Bipartit
Perundingan dua pihak antara pengusaha atau gabungan pengusaha dan buruh atau
serikat buruh. Bila dalam perundingan bipartit mencapai kata sepakat mengenai
penyelesaiannya maka para pihak membuat perjanjian bersama yang kemudian
didaftarkan pada PHI setempat. Namun apabila dalam perundingan tidak mencapai kata
sepakat, maka para pihak yang berselisih harus melalui prosedur penyelesaian
Perundingan Tripartit.
 Perundingan Tripartit
Perundingan antara pekerja, pengusaha dengan melibatkan pihak ketiga sebagai
fasilitator dalam penyelesaian PHI diantara pengusaha dan pekerja. Perundingan
tripartit bisa melalui mediasi, konsiliasi dan arbitrase.
 Mediasi
Penyelesaian melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang atau lebih
mediator dari pihak Depnaker, yang antara lain mengenai perselisihan hak,
kepentingan, PHK dan perselisihan antar serikat buruh dalam satu perusahaan.
Dalam mediasi, bilamana para pihak sepakat maka akan dibuat perjanjian
bersama yang kemudian akan didaftarkan di PHI.
Namun bilamana tidak ditemukan kata sepakat, maka mediator akan
mengeluarkan anjuran secara tertulis. Jika anjuran diterima, kemudian para
pihak mendaftarkan anjuran tersebut ke PHI. Di sisi lain, apabila para pihak atau
salah satu pihak menolak anjuran maka pihak yang menolak dapat mengajukan
tuntutan kepada pihak yang lain melalui PHI.
 Konsiliasi
Penyelesaian melalui musyawarah yang ditengahi oleh seorang konsiliator (yang
dalam ketentuan UU PHI adalah pegawai perantara swasta bukan dari Depnaker
sebagaimana mediasi) yang ditunjuk oleh para pihak. Seperti mediator,
Konsiliator berusaha mendamaikan para pihak, agar tercipta kesepakatan antar
keduanya. Bila tidak dicapai kesepakatan, Konsiliator juga mengeluarkan produk
berupa anjuran.
 Arbitrase
Penyelesaian perselisihan di luar PHI atas perselisihan kepentingan dan
perselisihan antar serikat buruh dalam suatu perusahaan dapat ditempuh
melalui kesepakatan tertulis yang berisi bahwa para pihak sepakat untuk
menyerahkan perselisihan kepada para arbiter. Keputusan arbitrase merupakan
keputusan final dan mengikat para pihak yang berselisih, dan para arbiter
tersebut dipilih sendiri oleh para pihak yang berselisih dari daftar yang
ditetapkan oleh Menteri Tenaga Kerja.

Anda mungkin juga menyukai