Anda di halaman 1dari 6

Analisis SWOT Pada Praktik E-Negotiation

Oleh : Sofyan Ashari Nur

1. Latar Belakang
Perkembangan zaman menuntut perkembangan disetiap aspek kehidupan
termasuk aspek bisnis. Perkembangan dalam dunia bisnis memang sangat pesat, saat
ini bisnis tidak harus mensyaratkan bertemuya penjual dan pembeli serhingga jarak
sudah tidak menjadi kendala lagi dalam hubungan bisnis baik antara produsen dengan
suplyer maupun prosud=en dengan konsumen. Perubahan ruang bisnis tersebut
berpindah dari dunia nyata ke dunia maya yang sering disebut dengan istilah e-
commerce. Sebuah laporan oleh Hurwitz Group mengklaim bahwa "80%
perdagangan dilakukan melalui negosiasi perdagangan (Benyoucef & Rinderle, 2006).
E-Commerce, atau membeli barang atau jasa secara elektronik melalui
Internet, memiliki dampak besar pada mode perdagangan tradisional (Hobson, 1999).
Hadirnya e-commerce membuat cakupan bisnis menjadi semakin luas dan persaigan
semakin ketat. Aspek-aspek penting dalam bisnis juga harus mengikuti pergeseran
gaya bisnis saat ini termasuk salah satunya adalah dalam bernegosiasi. Dalam
beberapa tahun terakhir, telah terjadi peningkatan minat terhadap negosiasi yaitu
melaui e-bisnis otomatis (Li, Su, & Lam, On Automated e-Business Negotiations:
Goal, Policy, Strategy, and Plans of Decision and Action, 2006). Sebagian besar pasar
saat ini mendukung satu protokol negosiasi tunggal. Protokol ini biasanya dibangun di
dalam infrastruktur e-market place, oleh karena itu jika yang baru diperkenalkan
maka proses pelaksana yang memakan waktu dan kompleks pun terjadi. (Benyoucef
& Rinderle, 2006)
Negosiasi memainkan peran penting dalam mengkonfigurasi dan mengelola
supply chain. Sebagai Lingkungan e-Business menjadi lebih meresap dan dinamis,
negosiasi antar perusahaan dibutuhkan lebih sering dari sebelumnya (Kim, 2004) akan
tetapi terlepas dari nilai potensinya dan kemajuan dalam penelitian, penerapan sistem
negosiasi lamban dalam praktik (Kim, 2004). Masih banyak hal yang perlu diperbaiki
dalam konsep negosiasi otomatis dan konsep tersebut diyakini akan menjadi tren
bahkan budaya bagi masyarakat beberapa tahu kedepan. Sehingga sangat menarik
untuk membahas tentang analisis SWOT pada implementasi negosiasi otomatis atau
e-negotiation.
2. Rumusan Masalah
Mengingat bahwa bisnis harus selalu berkembang seiring berkembangnya
gaya hidup masyarakat maka saat ini bisnis harus memperluas ruang lingkupnya tidak
hanya didunia nyata tapi juga didunia maya. Karena ruanglingkup bisnis sudha
bergeser maka aspek-aspek lain dalam bisnis juga ikut bergeser dan semakin luas
termasuk dalam bernegosiasi. Saat ini telah muncul sistem negosiasi otomatis yang
tidak mengharuskan pihak yang bernegosiasi untuk saling bertemu, tentu saja hal
tersebut sangat cocok untuk zamain ini dimana masyarakat selalu menginginkan hal-
hal yang bersifat otomatis. Oleh karena itu penulis merumuskan sebuah rumusan
masalah yaitu bagaimana analisis SWOT dalam implementasi negosiasi otomatis atau
e-negotiation?

3. Tinjauan Pustaka
Maraknya sistem perdaganagan berbasis elektronik maka diikuti dengan
banyaknya penelitian yang membahas tentang negosiasi elektronik. Seperti halnya
penelitian pada tahun 2004 yang membahas kerangka kerja negosiasi elektronik
menyatakan bahwa pertama, kerangka kerja untuk e-Negosiasi diusulkan. Kerangka
ini bisa digunakan untuk menganalisis negosiasi kompleks dan protokol negosiasi
desain dan sistem yang mengotomatisasi mereka. Nilai kerangka kerja ini melampaui
disertasi ini karena mengidentifikasi masalah penelitian baru yang belum ditangani
dalam penelitian tradisional mengenai negosiasi.
Kedua, berdasarkan kerangka kerja, negosiasi berbasis lelang dipelajari.
Terutama, mengingat masalah dalam menerapkan lelang kombinatorial terhadap
pengadaan negosiasi, saya mengusulkan sebuah mekanisme negosiasi pengadaan
lelang berbasis lelang baru, yang diberi nama Multi-Component Contingent Auction
(MCCA). MCCA, sebuah superset dari Pelelangan kombinatorial, menyediakan
mekanisme negosiasi berbasis lelang untuk memilih dan mengkoordinasikan
pemasok. Ketiga, infrastruktur e-Business diperiksa dalam konteks negosiasi otomasi.
Secara khusus, aplikasi teknologi Layanan Web dan standar Rosetta Net untuk
otomasi negosiasi dipelajari secara intensif. Akhirnya, pekerjaan tersebut divalidasi
melalui studi kasus desain interior kantor dan pengadaan furnitur, dimana negosiasi,
katalog, dan sistem kolaborasi desain diimplementasikan (Kim, 2004)
Adapun penelitian yang lain pada tahun 2003 membahas tentang kategori dalam
negosiasi elektronik terdapat tiga kategori sistem e-negosiasi (Bichler et al., 2003): (1)
sistem pendukung negosiasi membantu pengguna dalam aktivitas komunikasi dan
pengambilan keputusan; (2) agen perangkat lunak negosiasi menggantikan pengguna
dalam aktivitas komunikasi dan pengambilan keputusan mereka; dan (3) media e-
negosiasi menyediakan platform yang mengimplementasikan protokol negosiasi. Ada
dua kategori media e-negotiation: server yang mengimplementasikan beberapa
protokol, dan aplikasi yang menerapkan satu protokol.

4. Pembahasan
Secara formal, strategi negosiasi adalah pemetaan fungsional dari seperangkat
nilai tujuan ke serangkaian peraturan keputusan yang menerapkan taktik negosiasi.
Aturan keputusan-tindakan yang dipilih kemudian dapat digunakan untuk
mengendalikan pelaksanaan sistem negosiasi otomatis, yang melakukan negosiasi atas
nama sebuah organisasi bisnis (Li, Su, & Lam, On Automated e-Business
Negotiations: Goal, Policy, Strategy, and Plans of Decision and Action, 2006)
Melihat luasnya manfaat negosiasi elektronik dalam dunia bisnis maka
selanjutnya dalam paper ini akan dibahas analisis SWOR dalam implementasi e-
negosiasi yaitu sebagai berikut:

4.1 Strength
Salah satu alasan yang pertama kali muncul ketika ditanya tentang kelebihan
e-negotiation kemungkinan besar adalah lebih simpel atau otomatis. e-
negotiation memang menjadi wadah bagi para negosiator yang melakukan
aktifitas bisnis di dunia maya sehingga hal tersebut memang sebuah tuntutan.
Kemunculan e-commerce yang semakin banyak dan mengudang banyak peminat
menuntut mereka untuk memfasilitasi sistem negosiasi secara elektronik atau
otomatis. Selain sebagai sebuah kebutuhan, e-negotiation memang memiliki
banyak kelebihan. Keunggulan yang pertama yaitu negosiasi elektronik memiliki
pangsa pasar yang luas. Saat ini, sebagian besar perdagangan yang dinegosiasikan
ini terjadi secara elektronik, difasilitasi oleh e-commerce, yaitu proses pembelian
dan penjualan barang dan jasa secara elektronik; dan oleh e-business, yaitu
penggunaan Internet dan teknologi informasi (TI) untuk menjalankan semua
proses bisnis di perusahaan, termasuk e-commerce (Benyoucef & Rinderle, 2006).
Keunggulan yang kedua adalah efisiensi proses dalam bernegosiasi.
Munculnya minat para pelaku bisnis untuk menggunakan e-negotiation
dimotivasi oleh potensinya untuk menyediakan mitra bisnis dengan proses yang
lebih efisien, sehingga memungkinkan mereka mencapai kesepakatan yang lebih
memuaskan dalam waktu yang lebih singkat (Benyoucef & Rinderle, 2006).
Adapun keunggulan yang ketiga adalah negosiasi elektronik dapat
menciptakan bargaining power yang tinggi bagi pihak yang dapat
memanfaatkannya dengan baik. Tidak bertemunya pihak-pihak yang bernegosiasi
memang merupakan satu kekurangan tersendiri bagi pihak yang miskin informasi.
Akan tetapi bagi pihak yang memiliki informasi maka hal tersebut dapat
menciptakan bargaining power yang tinggi (Hobson, 1999).

4.2 Weakness
Tidak hanya keunggulan, negosiasi elektronik juga memiliki beberapa
kekurangan. Salah satunya adalah dalam pendefinisian objek. Objek bisnis umum
telah didefinisikan untuk katalog produk, pesanan pembelian dan badan usaha
lainnya. Namun, tidak ada objek bisnis yang telah ditetapkan dan diterapkan untuk
mendukung negosiasi bisnis otomatis meskipun negosiasi bisnis sudah merupakan
bagian integral dari kegiatan bisnis (Li, Huang, Chunbo, Stanley Y.W, & Higdon,
2002)
Adapun kelemahan negosiasi elektronik yang kedua adalah kompleknya server
yang digunakan dan perlu server yang canggih untuk meminimalisir kesalahan
informasi maupun transaksi. Dalam negosiasi elektronik penjual atau pembeli
dapat menentukan titik target dan titik resistansinya contoh mudah adalah dalam
transasksi jual beli saham lewat software yang telah disediakan oleh sekuritas.
Dalam negosiasi di software tersebut konsumen tinggal memasang harga target
dan jika harga target sudah terpenuhi maka secara otomatis saham terbeli atau kita
memilih sistem alarm atau notifikasi. Hal tersebut memang bagus dan sangat
menguntungkan tapi dari segi teknologi sangat komplek dan membutuhkan server
yang canggih.

4.3 Opportunity
Seperti yang telah siutarakan sebelumnya bahwa "80% perdagangan dilakukan
melalui negosiasi perdagangan (Benyoucef & Rinderle, 2006) dan tentu saja hal
tersebut merupakan peluang besar bagi negosiasi elektronik untuk mendapatkan
pangsa pasar yang luas. Dapat dikatakan bahwa hampir setiap perdagangan pasti
menggunakan negosiasi dan perdagangan merupakan kunci perekonomian
sehingga negosiasi menjadi sangat penting untuk difasilitasi dengan baik karena
memiliki peluang pasar yang sangat tinggi.
Terlebih lagi E-Commerce, atau membeli barang atau jasa secara elektronik
melalui Internet, memiliki dampak besar pada mode perdagangan tradisional
(Hobson, 1999). Begitupula dengan negosiasi akan bergeser prakteknya dari
dunia nyata menuju dunia maya. Sebagian besar pasar saat ini mendukung satu
protokol negosiasi tunggal. Protokol ini biasanya dibangun di dalam infrastruktur
emarketplace, oleh karena itu jika yang baru diperkenalkan maka proses
pelaksana yang memakan waktu dan kompleks pun terjadi. (Benyoucef &
Rinderle, 2006)

4.4 Treatment
Keuntungan selalu berbanding lurus dengan resiko. Begitu pula dalam
negosiasi elektronik tentusaja terdapat beberapa ancaman yang perlu diantisipasi.
Masalah utama dalam mendesain media e-negosiasi tetaplah kurangnya
pendekatan yang sistematis. Memang, sampai hari ini, desain telah menjadi proses
trial-and-error akan tetapi masih belum ditemukan hasil yang maksimal
(Benyoucef & Rinderle, 2006).
Negosiasi elektronik memang kebanyakan dilakukan dalam proses negosiasi
distributif seperti jual beli, sewa dan lain-lain. Akan tetapi kurang dapat
memfasiltasi proses dnegosiasi integratif. Hal tersebut merupakan tantangan bagi
pengembang negosiasi elekronik agar dapat memfasilitasi negosiasi integratif.
Ancaman yang lain bagi negosiasi elektronik adalah tentang etika negosiasi.
Dengan fasilitas negosiasi elektronik tentuk para negosiator kotor memiliki
peluang lebih besar untuk melakukan tindakan-tindakan yang tidak beretika
seperti penyembunyian informasi, kebohongan bahkan penipuan.

5. Kesimpulan
E-Commerce, atau membeli barang atau jasa secara elektronik melalui
Internet, memiliki dampak besar pada mode perdagangan tradisional (Hobson, 1999).
Hadirnya e-commerce membuat cakupan bisnis menjadi semakin luas dan persaigan
semakin ketat. Aspek-aspek penting dalam bisnis juga harus mengikuti pergeseran
gaya bisnis saat ini termasuk salah satunya adalah dalam bernegosiasi. Banyak
kelebihan yang dimiliki oleh negosiasi elektronik seperti pangsa pasar yang luas,
efisiensi proses dan bentuk yang aplikatif dan simpel sehingga dari kelebihan tersebut
dapat menciptakan peluang yang cukup tinggi. Akan tetapi negosiasi elektronik juga
memiliki kekurangan yaitu proses yang komlek, server yang rumit dan rentan terjadi
penyelewengan etika dalam negosiasi sehingga masih perlu banyak perbaikan dan
pengembangan dalam negosiasi elektronik atau e-negotiation.

6. Daftar Pustaka

Benyoucef , M., & Rinderle, S. (2006). Modeling e-Negotiation Processes for a Service
Oriented Architecture. Group Decision and Negotiation, 449–467.

Hobson, C. (1999). E-Negotiations: Creating a Framework for Online Commercial


Negotiations. Negotiation Journal, 201-218.

Kim, J. (2004). Automation of Negotiations in e-Business Framework, Protocol, and System.


Industrial Engineering and Operations Research.

Li, H., Su, S., & Lam, H. (2006). On Automated e-Business Negotiations: Goal, Policy,
Strategy, and Plans of Decision and Action. Journal of Organizational Computing
and Electronic Commerce; Mahwah, 1-30.

Li, H., Huang, Chunbo, Stanley Y.W, & Higdon. (2002). Design and Implementation of
Business Objects for Automated Business Negotiations. Group Decision and
Negotiation; Dordrecht, 23-24.

Anda mungkin juga menyukai