Anda di halaman 1dari 9

JURNAL SWABUMI, Vol.6 No.2 September 2018, pp.

165~173
ISSN: 2355-990X
E-ISSN: 2549-5178 165

Penerapan Metode AHP Pada Pemilihan Kosmetik Yang


Tepat Untuk Siswi SMA

Fajar Agustini1

1AMIK BSI Karawang


e-mail: fajar.fgt@bsi.ac.id

Abstrak
Perkembangan industri kosmetik yang terus meningkat menyebabkan beragamnya produk
kosmetik yang beredar di pasaran, baik dari segi merek, fasilitas, jenis, harga maupun varian
lainnya yang terkandung dalam produk tersebut. Kulit wajah adalah bagian terpenting dari
penampilan seorang wanita untuk menjaga agar kulit selalu terlihat halus dan sehat. Komposisi
kosmetik merupakan salah satu hal yang penting diperhatikan saat memilih kosmetik, salah
satu kebijakan dan peraturan yang di rancang untuk melindungi dan memudahkan konsumen
adalah kewajiban produsen untuk mencantumkan semua bahan-bahan komposisi dari kosmetik
tersebut, komposisi pada kosmetik bias berperan sebagai media informasi bagi konsumen
untuk memperoleh kepercayaan terhadap produk kosmetik tersebut. Berdasarkan hal tersebut,
penulis merancang sistem penerapan metode Analytical Hierarchy Process (AHP) dan software
Expert Choice di SMA Taman Harapan. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa sistem yang di
bangun mampu memberikan hasil perhitungan secara otomatis sesuai dengan hasil
perhitungan yang dilakukan secara manual. Diharapkan dengan metode ini dapat membantu
pengambilan keputusan yang bersifat objektif dan pada proses pemilihan kosmetik yang tepat
yang lebih efisien.
Kata Kunc: Kepuasan, Konsumen, Kualitas, Produk, AHP

Abstract
The increasing development of the cosmetic industry has caused a variety of cosmetic products
on the market, both in terms of brands, facilities, types, prices and other variants contained in
the product. Facial skin is the most important part of a woman's appearance to keep the skin
looking smooth and healthy. Cosmetic composition is one of the important things to consider
when choosing cosmetics, one of the policies and regulations designed to protect and facilitate
consumers is the manufacturer's obligation to list all the ingredients of the cosmetics, the
composition of cosmetics can act as a medium of information for consumers to gain trust in
these cosmetic products. Based on this, the authors designed a system for applying the
Analytical Hierarchy Process (AHP) method and Expert Choice software at Taman Harapan
High School. The results of this study indicate that the system in the wake is able to give the
results of calculations automatically in accordance with the results of calculations performed
manually. It is expected that this method can help make decisions that are objective and in the
process of selecting the best cosmetics that are more efficient.
Keywords: Satisfaction, Consumer, Quality, Product, AHP

1. Pendahuluan penting untuk kesehatan kulit wajah.


Kosmetik merupakan salah satu (Penelitian & Pengaruh, 2013)
kebutuhan manusia yang sudah ada dan Kulit wajah adalah bagian terpenting
semakin berkembang dari waktu ke waktu, dari penampilan seorang wanita. Untuk
perkembangan ilmu kosmetik serta menjaga agar kulit selalu terlihat putih, halus,
industrinya baru di mulai secara besar- dan sehat ada banyak cara. Gaya hidup kini
besaran pada abad ke 20 dan kosmetik yang terjadi pada masyarakat baik
menjadi salah satu bagian dari dunia usaha. masyarakat kota maupun desa, tidak hanya
Kecantikan dan keindahan wajah merupakan dikalangan anak remaja tetapi juga
dambaan dan daya Tarik tersendiri bagi dikalangan orang dewasa. Hal tersebut
setiap orang. Selain untuk membuat membuat para produsen kosmetik berlomba-
penampilan menarik, perawatan wajah juga lomba mempromosikan produknya, salah
satunya melalui iklan. (Permata et al., 2017)

Diterima April 10, 2018; Revisi Mei 16 , 2018; Disetujui Agustus 15, 2018
166

Komposisi kosmetik merupakan salah karena selain memiliki kemampuan


satu hal yang penting diperhatikan saat untuk memenuhi kebutuhan
memilih kosmetik. Salah satu kebijakan dan mendasar wanita akan kecantikan,
peraturan yang di rancang untuk melindungi seringkali menjadi sarana bagi
dan memudahkan konsumen adalah konsumen untuk memperjelas
kewajiban produsen untuk mencantumkan identitas dirinya secara sosial dimata
semua bahan-bahan komposisi dari kosmetik masyarakat. Seiring perkembangan
tersebut. Komposisi pada kosmetik bisa zaman, kosmetik seolah menjadi
berperan sebagai media informasi bagi kebutuhan primer bagi sebagian
konsumen untuk memperoleh kepercayaan kaum wanita. Produk kosmetik
terhadap produk tersebut. (Fachrurrazi et al.,
sesungguhnya memiliki resiko
n.d.).
pemakaian yang perlu diperhatikan
Metode yang akan dipakai dalam
mengingat kandungan bahan-bahan
pengambilan keputusan pemilihan kosmetik
yang tepat ini adalah Analitical Hierarchy kimia tidak selalu memberi efek yang
Process (AHP). Hal ini di karenakan metode sama untuk setiap konsumen. Definisi
AHP mampu memecah-mecahkan suatu kosmetik dalam Peraturan Menteri
situasi yang kompleks, tak terstruktur ke Kesehatan RI No.
dalam bagian-bagian komponennya, menata 220/MenKes/Per/X/1976 tanggal 6
bagian atau variabel dalam suatu susunan september 1976 yang menyatakan
hirarki, memberi nilai numerik pada bahwa kosmetika adalah bahan atau
pertimbangan subyektif tentang relatif campuran bahan untuk digosokkan,
pentingnya di setiap variabel, dan dilekatkan, dituangkan, dipercikan,
mensintesiskan berbagai pertimbangan ini atau disemprotkan. Tujuan
untuk menetapkan variabel mana yang penggunaan kosmetik ini adalah
memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk merawat kebersihan dan
untuk mempengaruhi pada suatu situasi. kesehatan kulit, kosmetik perawatan
(Handayani, 2016). kulit terdiri dari kosmetik pembersih
2. Metode Penelitian kulit (cleanser), kosmetika pelembab
a. Sistem kulit (moisturizer), kosmetika
Menurut Murdick dalam Ladjamudin pelindung kulit dan kosmetika untuk
(2005) “Sistem sebagai seperangkat menipiskan kulit (peeling), contoh dari
elemen-elemen yang terintegrasi kosmetika perawatan kulit adalah
dengan maksud yang sama untuk sabun, night cream, sunscreen
mencapai suatu tujuan cream, scrub cream. Konsumen
berasama”.Suatu sistem adalah dari produk komestik sangat
jaringan kerja dari prosedur yang beragam. Salah satunya ialah wanita
saling berhubungan, berkumpul muslimah. Namun salah satu kendala
bersama-sama untuk melakukan bagi muslimah ialah kualitas dan
suatu kegiatan atau untuk bahan yang digunakan dari make up
menyelesaikan suatu sasaran yang tersebut, diantaranya unsur kehalalan
tertentu (Jogiyanto, 2005). produk.
Pendekatan sistem yang merupakan c. Penggunaan Kosmetik
jaringan kerja dari prosedur lebih Adapun cara dan penggunaan
menekankan urut-urutan operasi kosmetik itu berbeda-beda. Ada yang
didalam sistem. Prosedur di gosokkan, dipercikkan, atau
didefiniasikan oleh Richard F. disemprotkan pada bagian tertentu.
Neuschel sebagai berikut: suatu urut- Kegunaannya ada yang untuk
urutan operasi klerikal (tulis menulis), membersihkan wajah, untuk
biasanya melibatkan beberapa orang memelihara dan menambah daya
satu atau lebih departemen yang Tarik. Menurut permenkes RI (1976).
diterapkan untuk menjamin Kosmetik adalah bahan atau
penanganan yang seragam dari campuran bahan untuk digosokkan,
transaksi-transaksi yang terjadi. dilekatkan, dituangkan, di percikkan di
b. Kosmetik bagian tertentu. Dalam memakai
Menurut (Rahmawati, 2014) Kosmetik kosmetik, konsumen hendaknya
merupakan sebuah produk yang unik

JURNAL SWABUMI, Vol.6 No.2 September 2018, pp. 165~173


167

harus teliti dan tahu betul, jangan menjadi nilai kuantitatif. Dengan nilai
sampai keliru, karena jika terjadi kuantitatif tersebut, maka penilaian
kekeliruan nanti berakibat fatal bias di katakan lebih objektif karena
terhadap kulit bahkan mungkin ke menggunakan nilai berdasarkan
organ tubuh yang mestinya di perhitungan metode.
gosokkan sampai di oleskan pada f. AHP
wajah dan seterusnya, sehingga Menurut, (Taufiq & Fahrozi, 2016)
benar-benar memperoleh hasil yang Metode AHP dikembangkan oleh
memuaskan dan sesuai yang Thomas L. Saaty sekitar tahun 1970-
diinginkan. (Indika & Lainufar, 2015). an untuk mengorganisasikan
d. Komposisi Kosmetik informasi dan judgment dalam
Komposisi adalah kandungan zat-zat memilih alternatif yang paling disukai.
serta jumlahnya yang harus terdapat Dengan menggunakan AHP, suatu
di dalam suatu produk (MUI,2001). persoalan yang akan dipecahkan
Tujuan mengetahui komposisi dalam suatu kerangka berpikir yang
kandungan bahan kosmetik dan terorganisir, sehingga memungkinkan
mencermati formulasi bahan tidak lain dapat diekspresikan untuk mengambil
adalah agar terhindar dari reaksi keputusan yang efektif atas persoalan
negatif bahan-bahan kosmetik yang tersebut. Persoalan yang kompleks
berbahaya bagi tubuh. Dasar dapat disederhanakan dan dipercepat
kandungan kosmetik terdiri dari proses pengambilan keputusannya.
bermacam-macam bahan dasar, AHP dapat menyelesaikan masalah
bahan aktif dan bahan pelengkap. multikriteria yang kompleks menjadi
Bahan-bahan tersebut mempunyai suatu hirarki. Masalah yang kompleks
aneka fungsi yaitu sebagai, pelarut, dapat diartikan bahwa kriteria dari
pencampur, pengawet, pelekat, suatu masalah yang begitu banyak
pengencang, penyerap dll. Pada (multikriteria), struktur masalah yang
umumnya 95% dari kandungan belum jelas atau ketidakpastian
kosmetika adalah bahan dasar 5% pendapat dari pengambilan
bahan aktif atau kadang-kadang tidak keputusan, pengambil keputusan
mengandung bahan aktif. Hal ini lebih dari satu orang, serta
mengandung arti bahwa kosmetik ketidakakuratan data yang tersedia.
sifat dan efeknya tidak ditentukan Metode ini adalah sebuah kerangka
oleh bahan aktif tetapi terutama oleh untuk mengambil keputusan dengan
bahan dasar kosmetika tersebut. efektif atas prinsip memecahkan
(Rahmawati, 2014). Berikut yang persoalan dengan AHP, yaitu prinsip
perlu diperhatikan adalah bahan- menyusun hirarki prinsip menentukan
bahan yang berbahaya pada prioritas, dan prinsip mengukur
kosmetik dan sudah mengeluarkan konsistensi. Proses pengambilan
peringatan publik oleh BPOM, yaitu : keputusan pada dasarnya memilih
a. Merkuri suatu alternatif. Peralatan utama AHP
b. Hidrokinon adalah sebuah hirarki fungsional
c. Asam retinoat dengan input utamanya persepsi
d. Bahan pewarna merah manusia. Dengan hirarki, suatu
masalah kompleks dan tidak
terstruktur dipecahkan ke dalam
e. Penerapan Metode AHP kelompok-kelompok. Kemudian
Menurut, (Taufiq & Fahrozi, 2016) kelompok-kelompok tersebut diatur
Penerapan Metode AHP adalah menjadi suatu bentuk hirarki.
metode yang digunakan untuk menilai (Nasional et al., 2013).
sebuah studi kasus yang dalam g. Penelitian Terkait
penyelesaianya lebih mengutamakan Dalam penyusunan skripsi ini, penulis
penilaian relatif. Dengan sedikit banyak terinspirasi dan
menggunakan metode AHP nilai mereferensi dari penelitian-penelitian
relatif tersebut di transformasi juga sebelumnya yang berkaitan dengan

JURNAL SWABUMI, Vol.6 No.2 September 2018, pp. 165~173


168

latar belakang masalah pada skripsi pada masing-masing kriteria-kriteria beserta


ini. Adapun penelitian yang sub-sub kriterianya. Dimulai dari:
berhubungan dengan skripsi ini a. Penentuan tujuan utama “Pemilihan
antara lain yaitu: (Nasional et al., Kosmetik yang tepat”.
2017) Penerapan sistem pendukung b. Kriteria-kriteria “Harga Terjangkau,
keputusan dalam pemilihan televisi Kualitas Produk, Bahan Kosmetik”.
berlangganan dan menggunakan c. Sub-sub kriteria “Harga terjangkau,
metode Analytical Hierarchy Process Memberikan harga promo pada jumlah
yang dikenal dengan AHP diharapkan tertentu, Menyediakan Banyak Varian
mampu memberikan hasil keputusan Kosmetik, Setiap Tahun Mengeluarkan
Produk Terbaru, Sesuai dengan Semua
yang terbaik. Analytical Hierarchy
Jenis Kulit, Tidak Mengandung bahan
Process merupakan suatu proses
Merkuri, Bahan Pewarna Alami, Tidak
mengembangkan suatu score
mengandung bahan Hidrokinon”.
numeric untuk merangkingkan
alternatif keputusan-keputusan yang Alternatif “WARDAH, POND’S,
didasarkan pada bagaimana setiap EMINA” dari strategis penerapan dengan
alternatif tersebut dalam memenuhi menggunakan metode AHP dalam pemilihan
kreteria. (Sanyoto, Handayani, & kosmetik yang tepat. Selanjutnya dilakukan
Widanengsih, 2017) Sistem untuk menjawab rumusan masalah sesuai
pendukung keputusan dirancang yang diajukan berdasarkan proses hirarki
untuk mendukung seluruh tahap analitis.
pengambilan keputusan mulai dari
mengidentifikasi masalah, memilih 3.1. Landasan Kriteria yang menjadi
data yang relevan dan mentukan pertimbangan Pemilihan Kosmetik yang
pendekatan yang digunakan dalam tepat Ditinjau dari Elemen Kriteria dan
proses pengambilan keputusan Sub-kriteria
sampai mengevaluasi pemilihan 1. Berikut ini adalah bobot masing-masing
alternatif-alternatif yang ada. Metode kriteria yang mempengaruhi penentuan
yang digunakan dalam sistem dalam pemilihan kosmetik yang tepat
pendukung keputusan ini adalah AHP dari para responden:
(Analytical Hierarchy Process) untuk
membantusistem pendukung
keputusan ini adalah AHP (Analytical
Hierarchy Process) untuk
membantupemilihan Laptop.
(Handayani & Muzakir, 2018) Gambar 1 Kriteria beserta nilai
Penelitian ini menggunakan metode bobotnya
Sumber : Hasil Penelitian (2018)
analitytical hierarchy process (AHP), 2. Kriteria pertama yang mempengaruhi
sebagai model sistem pendukung penentuan pemilihan kosmetik yang
keputusan dalam penelitian ini. tepat adalah “Harga Terjangkau” (nilai
Dengan menggunakan metode bobot 0,221 atau sebanding dengan
tersebut, hasil akhir yang didapat 22,1% dari total kriteria).
bahwa Karyawan E berbanding 3. Kriteria kedua yang mempengaruhi
dengan Karyawan B , Karyawan A , penentuan pemilihan kosmetik yang
Karyawan C, Karyawan F dan tepat adalah “Kualitas” (nilai bobot 0,319
Karyawan D. Dari beberapa metode atau sebanding dengan 31,9% dari total
pendekatan yang memungkinkan, kriteria).
maka dipilih pendekatan Analytical 4. Kriteria ketiga yang mempengaruhi
Hierarchy Process. Metode ini dipilih penentuan pemilihan kosmetik yang
karena metode ini menentukan nilai tepat adalah “Bahan Kosmetik” (nilai
bobot untuk setiap atribut. bobot 0,460 atau sebanding dengan
46,0% dari total kriteria).
3. Hasil dan Pembahasan
Adapun proses pengolahan, analisa
dan interprestasi data ini didahului dengan 3.2. Prioritas Kepentingan dari Masing-
menentukan elemen-elemen yang signifikan masing Variabel

JURNAL SWABUMI, Vol.6 No.2 September 2018, pp. 165~173


169

1. Kriteria dalam pemilihan kosmetik yang jenis kulit


tepat Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Dari hasil perhtiungan perbandingan
berpasangan antar variabel dalam 3. Kriteria Aplikasi
memilih Kosmetik yang tepat diperoleh Dari hasil perhitungan perbandingan
prioritas kepentingan dan bobot yang berpasangan antar variabel dalam kriteria
ditunjukkan dalam tabel berikut ini: aplikasi diperoleh prioritas kepentingan
dan bobot yang ditunjukkan dalam tabel
Tabel I Prioritas Kepentingan Kriteria berikut ini:
dalam Pemilihan Kosmetik yang tepat
Kriteria Bobot Prioritas Tabel 4. Prioritas Kepentingan Sub-kriteria
Bahan Kosmetik dalam Pemilihan
Harga terjangkau 0,221 I Kosmetik yang tepat
Sub-kriteria Bobot Prioritas
Kualitas 0,319 II
Tidak mengandung 0,319 I
Bahan Kosmetik 0,460 III bahan Merkuri
Bahan pewarna alami 0,460 II
Sumber: Hasil Pengolahan AHP
Tidak mengandung 221 III
3.3. Sub-kriteria dalam pemilihan aplikasi bahan Hidrokinon
kosmetik yang tepat. Sumber: Hasil Pengolahan AHP
1. Kriteria Harga Terjangkau
Dari hasil perhitungan perbandingan 3.3. Inconsistency Ratio(CR)
berpasangan antar variabel dalam kriteria Inconsistency ratio atau rasio inkonsistensi
biaya premium diperoleh prioritas data responden ahli merupakan parameter
kepentingan dan bobot yang ditunjukkan yang digunakan untuk memeriksa apakah
dalam tabel berikut ini: perbandingan berpasangan telah dilakukan
dengan konsekuen atau tidak. Rasio
Tabel 2.Prioritas Kepentingan Sub-kriteria
inkonsistensi data dianggap baik jika nilai CR-
Harga Terjangkau dalam Pemilihan
nya ≤ 0,1. Untuk memeriksa rasio
Kosmetik yang tepat
inkonsistensi data responden, berikut ini
Sub-kriteria Bobot Prioritas
ditampilkan nilai rasio inkonsistensi pada
Harga Terjangkau 0,250 I masing-masing matriks perbandingan dari sisi
Harga Terjangkau :
Menyediakan 0,250 II
Potongan Harga Tabel 5. Rasio Inkonsistensi
dan Promo dalam perbandingan antara elemen
Jumlah tertentu matriks penggabungan data
Sumber: Hasil Pengolahan AHP responden ahli
No. Matriks Perbandingan Nilai
2. Kriteria Kualitas Pelayanan Elemen CR
Dari hasil perhitungan perbandingan 1. Perbandingan elemen 0,13
berpasangan antar variabel dalam kriteria kriteria level 1 Harga
kualitas diperoleh prioritas kepentingan terjangkau berdasarkan
dan bobot yang ditunjukkan dalam tabel sasaran strategi Pemilihan
berikut ini: Kosmetik yang tepat
2. Perbandingan elemen 0
Tabel 3.Prioritas Kepentingan Sub-kriteria kriteria level 2 berdasrkan
Kualitas dalam Pemilihan Kosmetik yang sasaran kriteria: Strategi
tepat Harga - Harga Terjangkau
Sub-kriteria Bobot Prioritas 3. Perbandingan elemen 0
Menyediakan banyak 0,584 I kriteria level 2 berdasarkan
varian kosmetik sasaran kriteria: Strategi
Setiap tahun 0,135 II Harga Terjangkau –
mengeluarkan produk Menyediakan Potongan
terbaru harga dan promo dalam
Sesuai dengan semua 0,281 III jumlah tertentu

JURNAL SWABUMI, Vol.6 No.2 September 2018, pp. 165~173


170

4. Perbandingan elemen 0,13 Bahan Kosmetik adalah kriteria yang


kriteria level 1 Kualitas mendapat prioritas utama oleh para
berdasarkan sasaran responden ahli dalam menentukan Pemilihan
Strategi Pemilihan Kosmetik yang tepat dengan mendapatkan
kosmetik yang tepat nilai bobot tertinggi dari kriteria-kriteria yang
5. Perbandingan elemen 0 ada sebesar 0.532 atau sebanding dengan
kriteria level 2 berdasarkan 53,2% dari total kriteria.
sasaran kriteria: Strategi Selain itu sub-sub kriteria yang
Kualitas – Menyediakan mendapat prioritas utama dalam Penerapan
banyak varian kosmetik Metode AHP Pada Pemilihan Kosmetik yang
6. Perbandingan elemen 0 tepat Untuk Siswi Muslimah pada SMA
kriteria level 2 berdasarkan Taman Harapan adalah sub-kriteria Potongan
sasaran kriteria: Strategi Harga dan promo dengan nilai bobot 0,750
Kualitas – Setiap tahun atau setara dengan 75,0% dari total sub-
mengeluarkan produk kriteria yang ada, selanjutnya sub-kriteria
terbaru Sesuai dengan semua jenis kulit juga
7. Perbandingan elemen 0 mendapat prioritas utama dengan nilai bobot
kriteria level 2 berdasarkan 0,600 atau setara dengan 60,0% dari total sub
sasaran kriteria: Strategi kriteria yang ada. Kemudian sub-sub kriteria
Kualitas – Sesuai dengan terakhir yang mendapat prioritas utama
semua jenis kulit adalah Bahan pewarna alami dengan nilai
8. Perbandingan elemen 0,13 bobot 0,460 atau setara dengan 46,0% dari
kriteria level 1 Bahan total sub-kriteria yang ada. Dengan demikian
Kosmetik berdasarkan dari hasil pengolahan data diatas dapat
sasaran strategi Pemilihan diambil informasi bahwa (H1) diterima.
kosmetik yang tepat
10. Perbandingan elemen 0,35 3.5. Hipotesa 2
kriteria level 2 berdasarkan Berdasarkan informasi yang diperoleh dari
sasaran kriteria: Strategi pengolahan data menunjukkan secara
Bahan kosmetik– Tidak keseluruhan bahwa alternatif Pemilihan
mengandung merkuri Kosmetik yang tepat “WARDAH” adalah
11. Perbandingan elemen 0,05 alternatif yang tepat dengan pilihan yang
kriteria level 2 berdasarkan mendapat prioritas utama dalam menentukan
sasaran kriteria: Strategi Pemilihan Kosmetik yang tepat dengan bobot
Bahan kosmetik – Bahan sebesar 0,532 atau sebanding dengan 53,2%
pewarna alami dari total alternatif yang ada. Dengan
12. Perbandingan elemen 0,05 demikian dapat ditarik kesimpulan bahwa (H2)
kriteria level 2 berdasarkan diterima.
sasaran kriteria: Strategi
Bahan kosmetik – Tidak 3.5. Perhitungan Manual – Kriteria
mengandung bahan Menggunakan Metode AHP
Hidrokinon Melakukan perhitungan manual dengan
Sumber: Hasil Pengolahan AHP langkah-langkah sebagai berikut:
a. Kriteria yang menjadi penentuan yaitu,
Dapat disimpulkan bahwa perbandingan Harga Terjangkau, Kualitas dan Bahan
berpasangan yang diberikan responden ahli Kosmetik.
memiliki rasio inkonsistensi yang lebih kecil b. Menyusun kriteria-kriteria pemilihan
dari 0,1 sebagai batas maksimum nilai rasio pemilihan kosmetik yang tepat dengan
inkonsistensi. Dengan demikian hasil matriks perbandingan berpasangan.
perhitungan geometrik gabungan data Masukan awal adalah menentukan nilai
responden cukup konsisten. kriteria.
3.4. Hipotesa 1 Tabel 6. Matrik Perbandingan
Berdasarkan hasil Kuesioner yang Berpasangan
telah disebarkan Penerapan Metode AHP
Kriteria Harga Kualitas Bahan
dalam menetukan Pemilihan Kosmetik yang
kosmetik
tepat pada Siswi SMA Taman Harapan
dengan menggunakan pendekatan AHP, Harga
1,00 3,00 5,00
maka di peroleh informasi bahwa kriteria

JURNAL SWABUMI, Vol.6 No.2 September 2018, pp. 165~173


171

Kualitas cara membagi masing-masing jumlah


0,25 1,00 3,00 baris dengan jumlah elemen atau
Bahan jumlah kriteria, sehingga nilai prioritas
kosmetik 0,5 0,33 1,00 masing-masing kriteria dapat dihitung
Jumlah 1,75 4,33 9,00 sebagai berikut:
Sumber: Pengolahan Manual AHP Nilai prioritas Harga :
c. Menjumlahkan nilai elemen setiap kolom (0,57+0,75+0,33)/3=0,55
dari nilai elemen matrik kriteria diatas, Nilai prioritas Kualitas:
maka jumlah elemen setiap kolom adalah: (0,14+0,19+0,50)/3=0,27
Harga : 1.00+0,25+0.5=1,75 Nilai prioritas Bahan kosmetik:
Kualitas: 3.00+1.00+0.33=4,33 (0,29+0,06+0,17/3=0,17
Bahan Sehingga jika dalam bentuk persen
kosmetik : 5.00+3.00+1.00=9.00 dapat dilihat pada tabel IV.8 sebagai
d. Membagikan setiap elemen pada kolom berikut:
dengan jumlah perkolom yang sesuai dari Tabel 8. Nilai Bobot Kriteria
nilai-nilai elemen matriks tabel IV.6 dan Kriteria Bobot Presentase
jumlah masing-masing kolom diatas, maka
dapat dihitung matriks normalisasinya Harga 0,55 55%
dengan cara membagi setiap elemen pada
kolom dengan jumlah perkolom yang Kualitas 0,27 27%
sesuai, sebagai berikut:
Tabel 7. Matriks Normalisasi Bahan 0,17 17%
Kriteria kosmetik
Sumber: Hasil Pengolahan Manual
AHP
f. Menguji konsistensi dengan cara
Kriteria Perkalian Hasil
menghitung mengalikan matriks
Harga (1,00x0,55)+(3,00x 2,11 perbandingan berpasangan awal dengan
0,27)+(5,00x0,17) bobot prioritas kriteria, setelah itu
menghitung nilai lamda maksimum dengan
Kualitas (0,33x0,55)+(1,00x 0,71
rumus, sebagai berikut:
0,27)+(3,00x0,17)
Tabel 9. Perhitungan Rasio Konsistensi
Bahan (0,20x0,55)+(0,33+ 0,31
Mengalikan Matriks Awal dengan Bobot
kosmetik 0,27)+(1,00x0,17)
Kriteria Harga Kualitas Bahan Sumber: Data Pengolahan Manual AHP
kosmetik
Harga Setelah dikalikan matriks awal dengan bobot
0,57 0,75 0,33
lalu di bagi jumlah baris dengan bobot.
Kualitas
0,14 0,19 0,50
Bahan Tabel 10. Perhitungan Rasio
kosmetik 0,29 0,06 0,17 Konsistensi – Membagi Jumlah
baris dengan Bobot
Jumlah
1,00 1,00 1,00 Kriteria Jumlah Bobot Hasil
Sumber: Pengolahan Manual AHP Baris Bagi
e. Setelah matriks normalisasi didapatkan,
langkah selanjutnya menunjukkan tiap Harga 2,11 0,67 3,17
baris pada matriks tersebut. Jumlah
masing-masing baris pada tabel IV.7 harus Kualitas 0,71 0,23 3.27
1,00 dan dapat dihitung dengan cara
Bahan 0,31 0,10 3,02
sebagai berikut:
kosmetik
Harga : 0,57+0,14+0,29= 1,00
Average/Lambda 3,09
Kualitas: 0,75+0,19+0,06=1,00
Bahan kosmetik:
Sumber: Hasil Pengolahan Manual AHP
0,33+0,50+0,17=1,00
g. Menghitung indeks konsistensi
Setelah didapatkan jumlah pada
(Consistency Index) dengan menggunakan
masing-masing baris, jumlahkan
kembali baris selanjutnya dan  max−𝑛
rumus: 𝐶𝐼 =
dihitung nilai prioritas kriteria dengan n−1

JURNAL SWABUMI, Vol.6 No.2 September 2018, pp. 165~173


172

3,09 − 3 a) Menyediakan banyak varian kosmetik


𝐶𝐼 = = 0,04
2 b) Setiap tahun mengeluarkan produk
h. Menghitung Index Random (RI) dengan terbaru
menggunakan rumus: c) Sesuai dengan semua jenis kulit
3,09(n − 2) c. Berdasarkan Kriteria Bahan Kosmetik,
𝑅𝐼 =
n “Sub-kriteria” yang diperlukan untuk
0,04(3 − 2) menentukan alternatif strategi pemilihan
𝑅𝐼 = = 0,66
3 kosmetik yang tepat
i. Menghitung rasio konsistensi (Consistency a) Tidak mengandung merkuri
Ratio) dengan rumus: b) Bahan pewarna alami
CI c) Tidak mengandung bahan Hidrokinon
𝐶𝑅 =
RI d. Berdasarkan ketiga kriteria Harga,
RI adalah nilai indeks random dengan nilai Kualitas, Bahan Kosmetik yang diperlukan
0,66 karena pada kasus ini mempunyai untuk menentukan alternatif strategi
ukuran matriks 3, sehingga nilai dari CR dapat pemilihan kosmetik yang tepat .
dihitung dengan cara sebagai berikut: a) Wardah
0,04
𝐶𝑅 = = 0,07 Karena nilai rasio konsistensi b) Pond’s
0,66
≤0,1 dan hasilnya 0,07 maka matriks c) Emina
dikatakan konsisten. Berdasarkan rasio Harga, Kualitas
Produk, dan Bahan Kosmetik, Wardah
4. Kesimpulan kosmetik merupakan prioritas utama dari
Output yang diharapkan dari penelitian ini alternatif strategis yang diambil sebagai
adalah peringkat prioritas alternatif strategis penerapan Pemilihan Kosmetik yang tepat
penentuan pemilihan-pemilihan kosmetik yang dibuktikan melalui pengolahan data
yang tepat pada SMA Taman Harapan. Selain responden disusul urutannya berikut, Wardah,
itu diperoleh gambaran analisa dari tingkah Pond’s, Emina. Dengan dilakukannya
pengaruh masing-masing kriteria terhadap penelitian ini maka straregi Pemilihan
sub-kriteria dan tingkat pengaruh sub-kriteria Kosmetik Ternaik dengan menggunakan
terhadap alternatif yang diberikan pada sisi metode AHP menggunakan software Expert
kriteria pendidikan, serta analisa dari tingkat Choice 11 dapat diterapkan di SMA Taman
pengaruh masing-masing kriteria terhadap Harapan dan hasil akhirnya adalah pemilihan
alternatif yang diberikan. Kosmetik Wardah sebagai prioritas utama dari
Pengolahan data dilakukan dengan alternatif strategis yang diambil.
penelitian AHP, dikarenakan keunggulan yang
dimiliki teknik analisa ini yaitu, kesatuan
Referensi
model tunggal yang mudah dimengerti,
Fachrurrazi, S., Informatika, T., Informasi, S.,
mampu memecahkan persoalan yang
Malikussaleh, U., Utara, A., Langsat, K.,
komplek, serta dapat. Saling ketergantungan
… Kosmetik, H. (n.d.). Jurnal Sistem
elemen-elemen dalam sistem dan tidak
Informasi ISSN : 2598-599X Sistem
memaksakan pemikiran yang linear.
Pendukung Keputusan Pemilihan
Setelah dilakukan pengolahan data
Perempuan Indonesia Menggunakan
menggunakan software Expert Choice.11
Jurnal Sistem Informasi ISSN : 2598-
maka diperoleh kesimpulan penentuan
599X, 97–126.
pemilihan kosmetik yang tepat dengan
Handayani, R. I. (2016). Sistem pendukung
menggunakan Analytical Hierarchy Process
keputusan pemilihan laptop untuk
dari sisi kriteria, Harga, Kualitas Produk, dan
karyawan pada pt . Indotekno dengan
Bahan Kosmetik sebagai berikut :
menggunakan metode analitycal
a. Berdasarkan Kriteria Harga, “Sub-kriteria”
hierarchy process, 2(1), 5–10.
yang diperlukan untuk menentukan
Handayani, R. I., & Muzakir, A. (2018). Sistem
alternatif strategi pemilihan kosmetik yang
Pendukung Keputusan Penerimaan
tepat yaitu:
Karyawan Dengan Menggunakan
a) Harga yang terjangkau
Metode Analytical Hierarchy Process
b) Potongan harga dan promo dari jumlah
(Ahp) Studi Kasus : Pt. Virtus
tertentu
Venturama. Jurnal Pilar Nusa Mandiri,
b. Berdasarkan Kriteria Kualitas Produk,
14(1), 43–48. Retrieved from
“Sub-kriteria” yang diperlukan untuk
http://ejournal.nusamandiri.ac.id/ejurnal/i
menentukan alternatif strategi pemilihan
ndex.php/pilar/article/view/734/pdf
kosmetik yang tepat .

JURNAL SWABUMI, Vol.6 No.2 September 2018, pp. 165~173


173

Indika, D. R., & Lainufar, S. (2015). Eksplorasi


sikap konsumen terhadap kosmetik halal
(studi kasus:wardah), 55–64.
Nasional, K., Sosial, I., Tjipta, H., Wasiyanti,
S., Berprestasi, P. K., & Rijayana, M.
(2017). Metode Analytical Hierarchy
Process ( Ahp ), 1(2), 361–367.
Penelitian, L., & Pengaruh, A. A. (2018).
Jurnal Riset Sains Manajemen, 2, 1–8.
https://doi.org/10.5281/zenodo.1236827
Permata, B. I., Prihatini, A. E., Advertisement,
Y., Loyalty, C., Technology, P., Youtube,
P., … Diponegoro, U. (2017)..
Rahmawati, V. (2014). Pengaruh Atribut
Produk dan Label Halal Sebagai
Variabel Moderating Terhadap
Keputusan Pembelian Produk Kosmetik
Wardah di Kota Semarang.
Sanyoto, G. P., Handayani, R. I., &
Widanengsih, E. (2017). Sistem
Pendukung Keputusan Pemilihan Laptop
Untuk Kebutuhan Operasional Dengan
Metode Ahp (Studi Kasus: Direktorat
Pembinaan Kursus Dan Pelatihan
Kemdikbud). Jurnal Pilar Nusa Mandiri,
13(2), 167–174.
Taufiq, R., & Fahrozi, N. F. (2016).
Perancangan Sistem Pendukung
Keputusan ( SPK ) Pemilihan Kendaraan
Alat Berat Tambang Batubara dengan
Metode Analytical Hierarchy Process (
AHP ). Scientium, 3, 94–107.

JURNAL SWABUMI, Vol.6 No.2 September 2018, pp. 165~173

Anda mungkin juga menyukai