Anda di halaman 1dari 2

Nama :Dewita Herzaleha

NIM :2110116120007
Kelas :A-2
Prodi :Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Mata kuliah :Kritik sastra
Dosen pengampu :Dr. Sainul Hermawan, M. Hum.

Menurut saya, diantara banyak cerpen yang cukup layak dibaca berjudul Suatu Malam
ketika Puisi Tak Mampu Ia Tulis Lagi, Bayi Monster, Kematian Puisi, Bunga Ibu, Seribu Bulan,
Musim Berburu telah Dimulai, Hikayat Rumah Lanting, Kisah Ganjil Seorang Penggali Kubur,
Dicari: Pencuri Tiga Telur Angsa, Senja Kuning Sungai Martapura, Perempuan Balian,
Perempuan yang Memburu Hujan, Bulan Buah Semangka, Ziarah. Sementara itu, cerpen yang
tak layak dibaca berjudul Malam Melepas Seekor Sapi, karena cerpen ini cukup bergenre dewasa
untuk seorang anak SMP yang baru memulai masa pubertas dan belum bijak tentang dunia
malam orang dewasa. Beberapa adegan kekerasan, serta beberapa hal yang menjuru pada hal-hal
berbau seksual, dan minum-munuman keras digambarkan secara eksplisit dalam tulisan. Sisa
cerpen yang layak dibaca untuk siswa SMP, mengandung makna dan pesan-pesan moral yang
baik. Gaya penceritaannya menggunkan diksi yang sulit dipahami, tetapi jika para siswa SMP
dituntut untuk lebih kritis dalam memahami makna yang tersirat, akan mendapat lebih banyak
pembelajaran dan pesan moral ada ada di dalamnya. Adegan kekerasan yang ditampilkan pada
cerpen tersebut dibungkus dengan diksi sehingga tidak disimak mentah untuk seorang pemula
seperti siswa SMP yang belum cukup bijak memilah suatu konten yang dapat dijadikan tiruan.
Apalagi berkenaan dengan isu-isu yang ada di masyarakat terselip pada beberapa judul cerpen,
salah satunya cerpen yang berjudul Rumah Lanting. Dalam cerpen yang berjudul Rumah Lanting
seperti sebuah suara keresahan rakyat yang selama ini dipendam akibat keserakahan penguasa
negeri. Selain daripada itu, cerpen berjudul Suatu Malam ketika Puisi Tak Mampu Ia Tulis Lagi
tidak apa-apa jika dibaca untuk siswa SMP dengan usia matang yang sebenarnya sudah memiliki
keterkaitan dengan lawan jenis untuk mencoba mencari tahu sebuah jalinan asmara cinta yang
memiliki berbagai rasa di dalamnya seperti sebuah suka maupun duka. Cerpen judul Bunga Ibu
memberikan sudut pandang lain bagaimana sebuah kematian bagi seorang anak. Sebuah
kematian yang memiliki arti duka dan kehilangan ditulis dengan makna cantik bunga kamboja.
Ini dapat menginspirasi para orang dewasa untuk menjelaskan makna lain sebuah kehilangan
untuk seorang anak yang menganggap kematian adalah hal paling menyeramkan. Beberapa
kejadian yang pernah terjadi di masyarakat yaitu sebuah kekeliruan tentang makna ziarah
seseorang yang dihormati dapat ditemukan langsung pada cerpen yang berjudul Ziarah. Penulis
seolah memberikan kesadaran bahwa orang tua juga sama terhormat untuk diziarahi seperti
makam-makam tuan guru dan para wali. Jebakan yang dibuat untuk memerangkap seorang
pencuri dalam cerpen Dicari: Pencuri Tiga Telur Angsa ditulis dengan bahasa sederhana dan
akan lebih mudah dipahami untuk pembaca pemula seperti siswa SMP, meski begitu tidak
mengurangi pesan dan kelucuan yang terkandung dalam cerita tersebut.
Sandi Firly merupakan pria kelahiran 16 Oktober 1975 Kuala Pembuan, Kalimantan
Tengah. Beliau adalah pemenang Sayembara Novel Aruh Sastra Kalimantan XIV Kandangan
Tahun 2017 dengan novelnya yang berjudul MAY di ajang kompetisi bergengsi tersebut. Selain
itu, beliau juga pernah lolos seleksi Emerging Ubud and Writer Readers Festival di Bali Tahun
2011. Berkat novelnya yang berjudul Rumah Debu. Prestasi lain yang diperoleh yakni karyanya
termuat dalam beberapa antologi bersama Regenerasi dan Panggung Muda Cerpen Indonesia,
Jurnal Cerpen Indonesia 2009 yang didedikasikan kepada penulis muda dengan cerpennya yang
berjudul Kematian Pagi. Adapun, cerpen berjudul Perempuan yang Memburu Hujan adalah
debut buku pertamanya bersama cerpenis, Harie Insani Putra. Pernah menjadi narasumber Kelas
Jurnalistik di Pembekalan Skill LIM IPM Kalimantan Selatan pada Sabtu, 12 Juni 2021. Cerpen
pertamanya dulu pernah lolos di media cetak Banjarmasin Post berjudul Pulang. Kisah nyata
yang dijadikannya sebuah cerpen. Cerpen itu ia kerjakan saat libur semester pertama kuliah.
Honor pertamanya, digunakan untuk nongkrong untuk mengopi hanya seorang diri. Hingga pada
karyanya yang berjudul Suatu Malam ketika Puisi Tak Mampu Ia Tulis Lagi menjadi buku
antologi yang digemari lantaran kisah-kisahnya yang memberikan gambaran yang berkaitan
dengan kehidupan yang ada di masyarakat sekitar. Pada saat SMA, dia menulis cerpen dengan
judul Gosong Buaya yang pada saat itu mendapatkan nilai 9,5. Sandi Firly juga sering diminta
menuliskan surat cinta untuk teman-temannya saat kuliah.

Jika diberikan kesempatan untuk bertanya pada diskusi di forum ini, saya ingin bertanya
hal apa yang memotivasi beliau untuk semangat dalam meningkatkan kualitas menulis hingga
dapat menjadi juara dalam perlombaan? Bagaimana cara menuliskan suatu kisah yang bermakna
mendalam? Serta bagaimana cara untuk terus mengasah imajinasi agar tidak kekurangan ide
dalam menulis?

Anda mungkin juga menyukai