Abstrak
Indonesia adalah negara hukum yang mengakui dan melindungi hak asasi manusia (HAM)
untuk semua individu dan kelompok tanpa memandang ras, agama, suku,ekonomi sehingga
setiap orang berhak atas pelayanan yang sama di hadapan hukum.Permasalahan yang diteliti
adalah implementasi kebijakan Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia Nomor 1
Tahun 2014 tentang Pedoman Pemberian Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu
di Pengadilan Agama Purwakarta , salah satunya dalam bentuk pelaksanaan sidang keliling.
PERMA Nomor 1 Tahun 2014 ini memiliki tujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat di bidang hukum, khususnya masyarakat yang memiliki keterbatasan baik itu
dalam hal biaya, jarak, ataupun waktu dalam memperoleh hak keperdataannya. Metode yang
digunakan yaitu kualitatif dengan pendekatan yuridis normatif dan bersumber dari penjelasan
hakim dan pegawai Pengadilan Agama Purwakarta serta berbagai literarur lainnya. Adapun
kesimpulan hasilnya yaitu Di Pengadilan Agama Purwakarta sidang keliling rutin
dilaksanakan setiap bulannya untuk memudahkan masyarakat pencarikeadilan yang kesulitan
menyelesaikan perkara keperdataannya baik itu disebabkanoleh biaya atau aksesnya yang
sulit untuk datang ke kantor pengadilan. Sidang keliling yang dilakukan di Pengadilan
Agama Purwakarta telah sesuai dengan Peraturan Mahkamah Agung (PERMA), Surat
Keputusan Ketua Muda Mahkamah Agung Republik Indonesia Urusan Lingkungan
Pengadilan Agama (SK TUADA), dan peraturan-peraturan lain yang mengatur tentang sidang
keliling. Pelaksanaan sidang keliling ini dapat dikatakan efektif terbukti dengan banyaknya
perkara yang terselesaikan di sidang keliling dan mempermudah masyarakat tidak mampu
untuk mengakses peradilan.
Kata kunci: Masyarakat, Sidang Keliling, Pengadilan Agama Purwakarta, PERMA No 1
Tahun 2014
Abstract
Indonesia is a constitutional state that recognizes and protects human rights (HAM) for all
individuals and groups regardless of race, religion, ethnicity, economy so that everyone has
the right to equal service before the law. The problem under study is the implementation of
the Republic of Indonesia's Supreme Court Regulation policy. Indonesia Number 1 of 2014
concerning Guidelines for Providing Legal Services for Poor Communities at the
Purwakarta Religious Court, one of which is in the form of holding a circuit court. PERMA
Number 1 of 2014 has the aim of improving services to the community in the legal field,
1
especially people who have limitations both in terms of cost, distance, or time in obtaining
their civil rights. The method used is qualitative with a normative juridical approach and is
sourced from the explanations of judges and employees of the Purwakarta Religious Court
and various other literature. The conclusion of the results is that at the Purwakarta Religious
Court a circuit court is routinely held every month to make it easier for justice seekers who
have difficulty resolving their civil cases either due to costs or difficult access to come to the
court office. The circuit court held at the Purwakarta Religious Court was in accordance
with the Supreme Court Regulations (PERMA), the Decree of the Deputy Chairperson of the
Supreme Court of the Republic of Indonesia for Environmental Affairs of the Religious
Courts (SK TUADA), and other regulations governing circuit courts. The implementation of
this circuit court can be said to be effective, as evidenced by the large number of cases
resolved at the circuit court and making it easier for the poor to access justice.
Keyword: Community, Circuit Court, Purwakarta Religious Court, PERMA No. 1of 2014
1. Pendahuluan
Indonesia adalah negara yang diatur oleh hukum, sudah selayaknya hak atas
perlindungan hukum dengan segala kemudahannya harus menjadi hak yang dapat diterima
oleh seluruh lapisan masyarakat dalam jangka panjang, yaitu. tanpa batas waktu. Identitas
negara Indonesia sebagai negara hukum harus kembali mempertanyakan keberlangsungan
identitas tersebut.
Pengadilan Agama merupakan salah satu lembaga peradilan khusus diIndonesia yang
berwenang dan bertugas memeriksa, menyelesaikan, dan memutus perkara-perkara perdata
tingkat pertama. Menurut Roihan A Rasyid (2016: 5-6) dikatakan peradilan khusus karena
Pengadilan Agama merupakan lembaga peradilan bagi orang-orang islam yang berwenang
menyelesaikan perkara-perkara perdata islam tertentu.
Dalam bukunya, Cik Hasan Bisri (1997: 36) menerangkan bahwa perkara- perkara
tertentu yang dapat diselesaikan di Pengadilan Agama yaitu berdasarkan pasal 49 Undang-
undang Nomor 3 Tahun 2006 adalah perkara perdata islam dalam bidang perkawinan,
kewarisan, wasiat, hibah, wakaf, zakat, infaq, shadaqah, dan yang terakhir ekonomi syari’ah.
Dalam pelaksanaannya, Pengadilan Agama menggunakan hukum acarayang berlaku
pada lingkungan peradilan umum serta yang telah diatur secara khususdalam Undang-undang
Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama yang hinggasaat ini telah mengalami dua kali
perubahan yaitu Undang-undang No 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua Undang-undang No
50 Tahun 2009.
2
Para pihak harus memberikan pelayanan hukum secara optimal. Pelaksanaan peradilan
agama tanpa mempertimbangkan kemampuan masyarakat dalam hal pembayaran Pengadilan
Agama (PA) Purwakarta adalah sebuah lembaga Pengadilan Tingkat Pertama memiliki
yurisdiksi untuk menyidangkan kasus-kasus seperti itu pengadilan agama tingkat pertama.
Berinteraksi langsung dengan masyarakat di wilayah hukum Kabupaten Purwakarta. Dan
dalam hal ini, sehubungan dengan pernyataan di atas, yang tidak dimiliki semua orang yang
terlibat dalam kasus ini kemampuan untuk membayar layanan ini, kinerja organisasi di
pengadilan Agama (PA) Purwakarta juga harus diperhatikan agar tidak menimbulkan
Pecundang. Karyawan harus menyadari posisi mereka dalam organisasi organisasi publik
nirlaba . Pada prinsipnya, organisasi publik tidak berorientasi pada keuntungan menjadi arah
kepentingan organisasi.
Hingga saat ini masih banyak masyarakat yang bermasalah dalam halkeperdataannya,
hal tersebut disebabkan oleh beberapa alasan salah satunya letak pengadilan yang cukup jauh
dari kediaman juga faktor biaya yang mengakibatkan masyarakat menyelesaikan masalahnya
diluar pengadilan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut . Mahkamah Agung mengeluarkan
peraturan mengenai pelayanan terpadu, dimana didalamnya terdapat pelayanan sidang keliling.
Dalam Peraturan Mahkamah Agung (PERMA) No 1 Tahun 2014menyebutkan bahwa sidang
keliling adalah Sidang diluar gedung peradilan yang dilaksanakan secara tetap, berkala atau
sewaktu-waktu oleh Pengadilan disuatu tempat yang ada di wilayah hukumnya tetapi diluar
tempat kedudukan gedung Pengadilan dalam bentuk sidang keliling. Sidang keliling sangat
membantu masyarakat dalam memperjuangkan keadilan yang hakiki, disaat masyarakat
membutuhkan penegak hukum untuk menyelesaikan perkara yang membutuhkan putusan
untuk memperkuat kekuatan hukumnya tetapi terhalang oleh hambatan- hambatan yang
mungkin tidak mampu dijangkau oleh mereka, maka disaat itulah proses sidang keliling sangat
membantu dan dibutuhkan.
2. Metodologi Penelitian
Tabel 1. Capaian Kinerja Layanan Hukum Bagi Masyarakat Tidak Mampu di Pengadilan
Agama Purwakarta Tahun 2021
Semua orang dapat mengajukan perkaranya untuk diselesaikan melalui pelayanan sidang
keliling yang dilakukan oleg pengadilan yang beradad di daerah hukumnya. Berdasarkan
Surat Keputusan Ketua Muda Mahkamah Agung Republik Indonesia Urusan Lingkungan
Pengadilan Agama Nomor 01/SK/TUADA-AG/I/2013 Tentang Pedoman Sidang Keliling di
Lingkungan Peradilan Agama menerangkan bahwa pendaftaran perkara sidang keliling
dilakukan di Pengadilan setempat sesuai prosedur pada umumnya. Namun bagi daerah-
daerah yang tidak memungkinkan untuk mendaftar langsung ke pengadilan dapat
mendaftarkan perkaranya langsung kepada petugas yang telah di tugaskan untuk itu di tempat
sidang keliling dilaksanakan, dan petugas tersebut melaporkan adanya pendaftaran perkara
baru ke Pengadilan yang bersangkutan melalui media komunikasi supaya perkara tersebut
dapat diproses ke register perkara dan mendapatkan nomor perkara.
Pendaftaran perkara pada sidang keliling di Pengadilan Agama Purwakarta pada dasarnya
sama seperti pendaftaran perkara pada biasanya. Dalam sidang keliling ini pihak yang
berperkara bisa mendaftarkan perkaranya secara langsung data ke Pengadilan Agama
Purwakarta atau bisa langsung mendaftarkan perkaranya di tempat sidang keliling Pengadilan
Agama Purwakarta sebelum sidang dilaksanakan pada petugas administrasi yang telah
ditentukan.
Namun pada kenyataannya, pendaftaran perkara dalam sidang keliling di Purwakarta
dilakukan dengan dikolektifkan kepada salah satu aparat pemerintah setempat yang dipercaya
7
untuk itu, sehingga yang menemui pihak pengadilan untukmendaftarkan perkara-perkara para
pihak hanya oleh orang yang telah dipercaya tersebut.
Berdasarkan pengamatan penulis pada tanggal 10 Agustus 2022, lokasi persidangan di
luar gedung Pengadilan Agama Purwakarta bertempat di Kecamatan Cibatu, di mana para
pihak langsung mendaftarkan diri ke pejabat Penegak administrasi yang kebetulan adalah
Eros Rosita yang menjabat sebagai jurusita pengganti di PA Purwakarta dan menjadi petugas
pendaftaran pada sidang keliling waktu itu. Beliau memaparkan bahwa kebanyakan para
pihak mendaftar secara langsung di lokasi sidang keliling, dengan alasan lebih dekat dari
kediaman para pihak yang ingin mendaftarkan perkaranya sehingga menghemat biaya
transportasi. Jumalah pihak yang mengajukan pelayanan sidang keliling pada Pengadilan
AgamaPurwakarta di bulan Agustus 2022 yaitu sebanyak 32 sehingga perkara yang masuk
pada bulan agustus 2022 ini 32 perkara,
4.Simpulan
Referensi
Cik Hasan Bisri. Peradilan Islam dalam Tatanan Masyarakat Indonesia. Bandung:
Remaja Rosda Karya. 1997.
Salma Siti Safira, dan Shindu Irwansyah. Implementasi Sidang Keliling diPengadilan
Agama Garut Menurut Maslahah Mursalah. Unisba Press: Jurnal Riset Hukum Keluarga
Islam (JRHKI), Vol 2, No 1, Juli 2022
https://journals.unisba.ac.id/index.php/JRHKI/article/view/717/733
9
Eneng Nuraeni, dan Dewi Mayaningsih. Implikasi Sidang Keliling Pengadilan Agama
Ciamis Terhadap Peningkatan Kesadaran Penyelesaian Perkara. Core: eJournal UIN Sunan
10