GEORGE SIMMEL
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Teori Sosiologi Klasik Dosen
Pengampu: Dr. Kustana, M.Si., CSP.
Disusun oleh:
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat,
taufik serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat
waktu. Sholawat serta salam semoga selalu tercurah limpahkan kepada baginda alam,
yakni Nabi Muhammad saw. Tak lupa kepada keluarganya, para sahabatnya, serta
kepada kita semua selaku umatnya hingga akhir zaman nanti.
Adapun tujuan dari makalah ini disusun untuk memenuhi tugas dari bapak Dr.
Kustana, M.Si., CSP. pada mata kuliah Teori Sosiologi Klasik. Selain itu, kami
berharap makalah ini dapat menambah wawasan serta pengetahuan tentang “George
Simmel” bagi kami sendiri selaku penulis maupun orang yang membacanya. Tidak
lupa kami ucapkan terima kasih kepada Dr. Kustana, M.Si., CSP. selaku dosen
pengampu mata kuliah Teori Sosiologi Klasik yang telah membimbing kami, dan
terima kasih kepada rekan-rekan sekalian yang telah dalam pembuatan makalah ini,
sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik dan rapih.
i
DAFTAR ISI
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
dalam pemikiran tentang masyarakat, terlebih dahulu dia menjelaskan tentang individu.
Namun perlu diingat bahwa Simmel juga dipengaruhi oleh ilmu-ilmu yang
dipelajarinya seperti filsafat, psikologi, politik, maupun ekonomi. Dalam hidupnya dia
menaruh perhatian dalam bidang-bidang itu, baik dalam studi, pengajaran, maupun
dalam tulisannya. Hal ini membuat pemikiran sosiologinya juga lebih kompleks
menyangkut ilmu-ilmu lain.
1.3 Tujuan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Georg Simmel lahir tahun 1858 di pusat kota Berlin. Ayahnya seorang
pedagang Yahudi kaya, yang masuk agama Kristen, dan meninggal ketika Georg masih
sangat kecil, dan hubungan dengan ibunya agak jauh. Sesudah kematian ayahnya,
seorang teman keluarga itu diminta untuk menjaga Georg, dan kekayaan berupa uang
yang ditinggalkan oleh pengasuhnya itu memungkinkan dia kemudian untuk
mempertahankan suatu gaya hidup borjuis yang enak, meskipun selama karirnya dia
tidak berhasil memperoleh uang.
Simmel menerima gelar doktor dari Universitas Berlin tahun 1881 dan mulai
mengajar di sana tahun 1885. Dia merupakan seorang guru yang cemerlang, peka,
sangat dalam pengetahuannya mengenai berbagai macam hal. Kuliahnya berhasil
sehingga tidak hanya mahasiswa saja yang menghadirinya tetapi juga kaum elit
intelektual di berlin.
Meskipun pengetahuannya luas, kecemerlangan kuliahnya yang diakui dan
banyaknya serta mutu tulisannya, pengakuan profesional yang diberikan kepada
Simmel selama kehidupan profesionalnya itu sangatlah sedikit. Selama lima belas
tahun dia tetap sebagai dosen-privat (Privatdozent, yakni dosen yang tidak dibayar
yang gajinya berdasarkan pembayaran mahasiswa). Kemudian dia menerima gelar
"Profesor Luar Biasa", tetapi hanya merupakan kehormatan belaka tanpa kompensasi
uang, Simmel akhirnya meninggalkan Universitas Berlin tahun 1914, untuk menerima
posisi sebagai profesor penuh pada Universitas Strasbourg, namun malang kehidupan
akademisnya segera terhenti karena pecah perang.
3
Meskipun pengakuan profesional yang resmi kurang, keahlian simmel dalam
memberikan kuliah menghasilkan banyak pengagum, dan persahabatannya dengan
kalangan intelektual akademis, menyenangkan dia. Bersama dengan Tonnies dan
weber, Simnel mengharapkan untuk mendirikan perkumpulan German Society for
sociology. Weber berusaha supaya simmel dipromosikan lebih cepat, namun tidak
berhasil. simmel tentu bukan berasal diluar lingkungan akademis seperti halnya dengan
comte diprancis di awal abad itu, namun statusnya jelas bersifat marginal.
Ada beberapa alasan untuk posisi marginalnya simmel ini. Coser dan spylmann
menunjukan bahwa daerah yahudi simmel mungkin merupakan salah satu alasan.
Selain sikap anti-Semit di Jerman, Simmel sendiri memperbesar marginalitasnya
dengan menolak untuk menyesuaikan diri dengan suatu spesialisasi yang sudah diakui
dalam dunia akademis. Minatnya sangat luas, dan dari titik pandangan kaum akademis
yang berkuasa pada waktu itu, hal ini memperlihatkan untuk mengambil suatu bagian
tertentu dalam suatu spesialisasi yang sudah diakui dan untuk mengabdikan dirinya
dalam bidang ilmu pengetahuan secara penuh. Simmel tertarik pada usaha membangun
suatu jenis filsafat atau sosiologi yang komprehensif. Sebaliknya, sepert: Coser
kemukakan," Simmel nampaknya mengikuti dorongan hatinya, mulai dari
epistemologi Kant sampai ke sosiologi mengenai makanan atau mode atan topik apa
saja lainnya yang mungkin muncul dalam fantasinya. Dalam proses itulah dia
mengembangkan sejumlah sketsa yang analitis dan brilian, namun hasil
keselurubannya bersifat fragmen-fragmen saja.
Juga perserikatan Simmel sebagai calon di bidang sosiologi tidak banyak
membantu. kaum historisi Jerman nampaknya menyangkal legitimasi sosiologi ilmu
pengetahuan tersendiri, khususnya seperti yang nampak dalam sistem komprehensif
Comte misalnya. Kaum historisi Jerman menekankan bahwa setiap masyarakat
memiliki etos budayanya sendiri, dan bahwa perilaku individu dan proses sosial harus
dimengerti sebagai suatu manifestasi etos ini. Tambahan pula, cendekiawan Jerman
seperti Wilhelm Dilthey, yang hidup semasa Simmel, mengadakan pembedaan yang
tajam antara dunia alam (nature) dan dunia perilaku manusia dan budayanya serta
4
mengemukakan bahwa hukum deterministil yang universal tidak berlaku untuk dunia
manusia dan budaya. Singkatnya, mereka yang dipengaruhi oleh posisi historisi tidak
menerima ide bahwa sosiologi dapat memberikan suatu penjelasan yang komprehensif
mengenai dunia sosial hukum-hukum deterministik yang universal. Mereka kuatir
bahwa usaha serupa itu akan menyebabkan penyangkalan terhadap kebebasan manusia
dan keunikan individu masyarakat. Simmel tidak setuju dengan pendekatan sistem (ala
Comte), dan gaya kerja simmel menghindari pendekatan seperti ini. Namun demikian,
Simmel sangat setuju bahwa sosiologi itu merupakan suatu disiplin ilmiah tersendiri.
Juga Jesser mengemukakan, kehidupan akademis lebih tertutup dan karena itu
kurang terbuka untuk kritikan-kritikan sosial dan intelektual. Sebagai hasilnya, tipe
kehidupan intelektual yang bebas dan bertentangan dengan kebudayaan muncul
dikalangan orang pinggiran dari dunia akademis itu. Simmel yang termasuk dalam
orang pinggiran ini dengan demikian menambah kesulitan untuk diterima di kalangan
akademis yang sudah mapan.
Bagaimanapun juga, latar belakang Simmel yang kekotaan itu serta status
akademisnya pasti memberikannya kepekaan akan hal-hal yang halus dan tidak kentara
dalam proses sosial yang tercermin dalam tulisannya. Mungkin beberapa dari
pandangan ini tidak muncul kalau Simmel berakar lebih kuat lagi dalam perspektif
intelektualnya dan jadinya kurang obyektif lagi.
5
Sejalan dengan itu, Brinkerhoft dan White (dalam Damsar, 2015:8)
memusatkan perhatiannya pada interaksi manusia dalam kajian sosiologi. Interaksi
sosial yang dimaksud adalah suatu tindakan sosial yang bersifat timbal balik melalui
kontak dan komunikasi dua arah atau lebih. Dalam interaksi sosial, tindakan sosial
memiliki makna atau arti subjektif bagi individu yang dikaitkan dengan orang lain.
Lalu kontak sosial dikatakan sebagai tahap awal terjadinya interaksi sosial. Kontak
sosial identik dengan sentuhan langsung, namun seiring berkembangnya peradaban,
pada zaman modern kontak sosial dapat terjadi melalui media komunikasi yang
tersedia. Interaksi sosial tidak akan terjadi apabila tidak ada komunikasi yang berarti
adanya pemberitahuan atau penyampaian informasi yang telah ada dalam benak pikiran
manusia.
Manusia mempelajari arti dan simbol dalam interkasi sosial di mana manusia
menggunakan nalar untuk dapat terbentuk dalam proses interaksi. Manusia dikatakan
sebagai makhluk yang kreatif disamping manusia sosial, karena mampu mengolah arti
dan simbol yang digunakan dalam tindakan dan interaksi sosial berdasarkan penafsiran
terhadap situasi saat interaksi berlangsung. Lalu melalui pola tindakan sosial dan
interaksi sosial yang saling terkait akan membuat suatu kelompok dan masyarakat.
6
memungkinkan suatu interaksi langsung dan bertahan pada masyarakat. Peningkatan
jumlah manusia dalam interaksi sosial, akan berpengaruh pada pola interaksi dan
menimbulkan bentuk pengelompokan sosial serta keterlibatan sosial.
Interaksi sosial berdasarkan tipe yang diungkapkan oleh Simmel dibagi menjadi
interaksi antarindividu, interaksi individu dengan kelompok, dan interaksi kelompok
dengan individu. Bentuk sosial berdasarkan tipe mempunyai hubungan timbal balik
dan bersifat saling mempengaruhi
7
Interaksi sosial bersifat saling mempengaruhi, seperti halnya interaksi
antara kelompok dengan individu. Contoh sederhana yaitu pada demonstrasi
yang dilakukan mahasiswa kepada rektor pada kampus. Sekelompok
mahasiswa menuntut penurunan uang kuliah karena tidak sebanding dengan
kinerja dosen yang mengajar. Demo ditujukan kepada rektor sebagai
pemimpin tertinggi kampus agar mereka mengambil solusi. Kasus demikiran
kelompok mahasiswa mempengaruhi individu yaitu rektor kampus agar
menindak lanjut permasalahan. Syarat interaksi sosial tidak pula hilang dalam
kondisi demikian.
8
antara pandangan nominalis (yang percaya hanya individu yang riil) dan pandangan
realis atau teori organik (yang mengemukakan bahwa kenyataan sosial itu bersifat
independen dari individu yang membentuknya). Seperti Spykmann kemukakan,
Simmel dapat dihargai sebagai orang yang mengalihkan perhatiannya dalam bidang
sosiologi dari filsafat tentang masyarakat ke suatu ilmu tentang asosiasi. Sebagai suatu
disiplin ilmiah, sosiologi harus memiliki, sebagai tujuan utamanya, identifikasi dan
analisa mengenai berbagai bentuk yang berulang dalam interaksi timbal-balik melalui
mana masyarakat itu muncul.
Jadi, untuk memahami perspektif Simmel, kita harus menjelaskan dua konsep
yang dia bedakan, yakni bentuk dan isi. Secara kasarnya, pembedaan ini sejajar dengan
pembedaan dalam filsafat Kant antara kategori-kategori pemikiran yang bersifat a
priori dan isi empirisnya. Khususnya, Simmel tertarik untuk mengisolasikan bentuk
atau pola di mana proses interaksi itu dapat dibedakan dari isi kepentingan, tujuan atau
maksud tertentu yang sedang dikejar melalui interaksi itu. Sebagai suatu analogi,
Simmel menggagaskan dalam suatu bayangan mengenai geometri kehidupan sosial,
dengan mengidentifikasi bentuk-bentuk yang dapat diabstraksikan dari proses interaksi
yang berlangsung terus dan dianalisa secara terlepas dari isinya. Pembedaan bentuk
dan isi interaksi dapat dilihat dalam beberapa hal sebagai berikut:
9
a. Sosiabilita
Sosiasi atau interaksi itu dipisahkan isinya sendiri atau isi yang tidak ada
hubungannya dengan itu, maka bentuk yang dihasilkan adalah sosiabilita. Dalam
beberapa hal semua interaksi bersifat sosiabel, atau sekurang-kurangnya bersifat sosial.
Tetapi sosiabilita sebagai suatu bentuk yang murni, merupakan interaksi yang terjadi
demi interaksi itu sendiri dan bukan untuk tujuan lain. Contoh sosiabilita ada banyak,
yang paling jelas adalah interaksi dalam suatu silaturahmi. Harapan dari diadakannya
silaturahmi adalah bahwa orang akan berinteraksi, tetapi interaksi mereka tidak terbatas
pada masalah praktis sehari-hari. kantor Dalam beberapa hal, percakapan mengenai
hal-hal yang terjadi setiap hari sebenernya dianggap kurang menarik. Misalnya, orang
bisa bekerja sama dalam kantor bertahun-tahun lamanya dan mempunyai kepentingan
yang sama, tetapi pada silaturahmi saat lebaran, orang mengerti bahwa mereka tidak
akan membicarakan bisnis. Orang yang selalu cukup memasukkan masalah-masalah
pekerjaan sehari-hari dalam percakapan, mungkin cukup membosankan, seperti
seorang pertapa yang duduk di sudut jalan dan tidak mau bergaul.
Pemisahan isi materil atau yang praktis dari bentuk sosiabilita yang murni dapat
juga diamati dalam interaksi antara orang-orang asing. Mereka tidak memiliki "isi"
kehidupan sehari-hari yang sama; hubungan mereka satu-satunya adalah kehadiran
mereka bersama yang sementara sifatnya. Mereka mungkin saling bersikap acuh tak
acuh, tetapi kalau mereka memulai berinteraksi, maka interaksinya itu akan mungkin
mencerminkan bentuk sosiabilita yang murni. Jadi mungkinmerekabersenda-gurau
mengenai cuaca, meskipun mereka tidak saling membutuhkan informasi, dan mereka
mengetahui hal itu. Pokok pembicaraan tidak sepenting kenyataan yang menjadi dasar
bagi bentuk sosiabilita.
10
b. Hubungan Seksual
Pembedaan bentuk dan isi memungkinkan kita untuk melihat konsepsi Simmel
mengenai pokok permasalahan dalam sosiologi sebagai suatu ilmu yang terpisah dari
ilmu-ilmu sosial lainnya. Sosiologi bukan merupakan suatu studi ensiklopedik
mengenai segala sesuatu yang bersifat sosial (seperti nampaknya bagi Comte); juga
bukan merupakan suatu filsafat umum mengenai sejarah atau sebagai suatu studi
mengenai tingkat kehidupan sosial yang murni subyektif. Sebaliknya, sosiologi
membuat abstraksi dari kesatuan kompleks keseluruhan kenyataan sosial menurut
pusat perhatiannya sendiri. Menurut Simmel, itu adalah bentuk sosiasi dan interaksi
timbal-balik, termasuk "identifikasi, pengaturan sistematis, penjelasan psikologis, dan
perkembangan sejarah tentang bentuk-bentuk sosiasi yang murni".
11
Simmel menyajikan sejumlah sketsa sosiologis di mana bentuk-bentuk tertentu
diidentifikasi, dianalis, kadang-kadang dibagi menjadi lebih kecil atau dibandingkan
dengan bentuk-bentuk yang berhubungan secara kontras, dan digambarkan dengan
contoh-contoh yang kongkret dari satuan-satuan yang luas. Tujuan umumnya adalah
untuk memperlihatkan bagaimana bentuk yang sama itu dapat dimanifestasikan dalam
pelbagai konteks budaya atau sejarah (atau dengan pelbagai isinya). Banyak bagan ini
merupakan analisa sosiologis yang sangat cemerlang dan merangsang, tetapi tidak ada
hubungan sistematis dan tidak membentuk suatu teori yang komprehensif.
12
perkembangan sejarah. Bisa termasuk di dalamnya analisa tentang perkembangan
ekonomi, struktur politik, kreativitas budaya, atau pola-pola sejarah lainnya sebagai
akibat dari kegiatan-kegiatan kelompok tertentu atau masyarakat di mana tipe-tipe pola
interaksi tertentu itu ada. Bisa juga lainnya yang meliputi studi mengenai perubahan
masyarakat secara bertahap dari individu yang sederhana yang memiliki struktur yang
tidak berdiferensiasi yang bersifat homogen ke struktur individu yang heterogen
dengan lebih kompleks dan sangat berdiferensiasi, yang terintegrasi melalui saling
ketergantungan yang semakin tinggi.
Ada tiga jenis subordinasi yang menurut Simmel dapat menjelaskan fenomena
ini. Subordinasi tersebut adalah subordinasi di bawah seorang individu, subordinasi
di bawah lebih dari satu individu, dan subordinasi terhadap prinsip umum.
13
Subordinasi di bawah seorang individu menunjukkan dominasi seorang
pemimpin dan ketaatan terhadapnya. Hal ini dapat dilihat dalam sebuah keluarga
yang mempunyai banyak pelayan. Majikan mereka memiliki pelayan yang biasa
membantu urusan rumah tangga, yang mengantar jemput sang majikan, dan yang
mengurus kebun. Subordinasi seperti ini cenderung menyatukan pihak subordinat.
Perasaan senasib dan satu tujuan membuat subordinat merasa setara. Hal tersebut
menjadikan superordinat, dalam hal ini majikan, mudah mengarahkan
subordinatnya. Ini bisa berarti positif ataupun negatif karena bisa saja subordinat
bersatu untuk menentang pemimpinnya itu. Saat gaji seorang pelayan tidak dipenuhi
misalnya, para pelayan yang sudah kompak akan melakukan mogok kerja bersama
pada majikannya. Namun, perilaku ini bisa lebih kompleks dalam masyarakat yang
heterogen sifatnya. Penentangan terhadap pemimpin bisa saja tidak terjadi karena
sebagian besar subordinat merasa takut. Akhirnya, permusuhan tersebut mereka
belokkan ke anggota-anggota lainnya. Hal ini, menurut Simmel, bisa diatasi kalau
pemimpin tersebut memberikan suatu ikatan bersama di antara subordinatnya.
Simmel pun membedakan macam-macam subordinasi:
14
3. Subordinasi terhadap salah satu dari anggota mereka sendiri. Para anggota
yang ada dalam pihak subordinat, taat kepada salah satu dari anggota
subordinat tersebut. Misalnya kaum bangsawan yang menginginkan posisi raja
hanya berasal dari kalangan mereka sendiri.
4. Subordinasi terhadap seseorang dari luar. Biasanya hal ini terjadi pada
kelompok yang statusnya rendah, baik itu status ekonomi, sosial, maupun
politik. Sekelompok buruh angkut mungkin akan mengangkat preman sekitar
yang lebih kuat dan kaya dari mereka untuk menjadi pemimpin. Mereka
kurang percaya pada kemampuan buruh lain yang ada dalam kelompok
tersebut meskipun mereka masih ada dalam satu kelompok.
15
para superordinat. Satu hal lagi yang perlu digarisbawahi adalah hubungan interaksi
yang terjadi diantara para superordinat turut memengaruhi pula keadaan subordinat.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Meski sangat sedikit orang yang menganut pemikiran Simmelian, Simmel acap
diakui sebagai seorang “innovator gagasan dan tolok ukur teoritis”. Konsekuensinya,
Simmel sering kali dipandang sebagai sumber alami wawasan yang harus digali bagi
hipotesis empiris ketimbang sebagai satu kerangka kerja koheren bagi analis teoretis.
17
DAFTAR PUSTAKA
Doyle, P. J. (1994). Teori Sosiologi: Klasik dan Modern. Jakarta: Gramedia Pustaka
Utama.
Ritzer, George. 2021. Teori Sosiologi; Dari Sosiologi Klasik Sampai Perkembangan
Terakhir Postmodern. Pustaka Pelajar. Yogyakarta.
Simmel, Georg, Georg Simmel on individuality and Social Forms, edited by Donald N.
Levine, Chicago: University of Chicago Press, 1971.
Aini, Ela Nur. 2019. “Interaksi Sosial Dalam Novel Suraya Karya Nafi’ah Al Ma’rab
(Kajian Teori Georg Simmel)” dalam Interaksi Sosial dalam Novel Karya
Nafi’ah Al Ma’rab (Kajian Teori Georg Simmel (hlm. 1-11). Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas Negeri
Surabaya
18