Kejahatan Internet - Dimas
Kejahatan Internet - Dimas
MAKALAH
DISUSUN OLEH
Arfah Nabila Zahra (22106171)
Afrah Chairunnisa (22106439)
Gabriella Manurung (22106461)
Desti kristiani purba (22106269)
Sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas pada Mata Kuliah Etika
Bisnis
MANAJEMEN SORE C
SEMESTER 1
SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI SULTAN AGUNG
PEMATANG SIANTAR
2023
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Alloh Swt yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, maka pada hari ini makalah yang berjudul “KASUS
KEJAHATAN INTERNET YANG PERNAH TERJADI” dapat diselesaikan.
Secara garis besar, makalah ini berisi tentang kejahatan di dunia Internet
serta kasus-kasus yang pernah terjadi di Indonesia. Secara garis besar lingkup
makalah ini terdiri dari tiga bab, yaitu: Bab I yaitu pendahuluan, yang berisikan
latar belakang penulisan, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan. Bab II
merupakan bagian pembahasan dari masalah yang dikaji yaitu Kejahatan di
Internet, dan Bab III merupakan penutup yang berisikan kesimpulan dan saran
Penulis mengucapkan terima kasih kepada berbagai pihak yang telah
mendukung penyusunan makalah ini. Oleh karena itu, saran dari berbagai pihak
sangat diharapkan demi kemajuan selanjutnya.
Pematang Siantar, Januari 2023
Penyusun,
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.3.1 Modus Pencurin data dengan File “APK” Undangan Pernikahan (2023)..........7
2.3.6 Tiket.com dan Citilink Rugi Milyaran Rupiah Akibat Penyusup (2017).........11
2.3.10 Kejahatan kartu kredit yang dilakukan lewat transaksi online di Yogyakarta13
3.1 KESIMPULAN......................................................................................................14
3.2 SARAN..................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................15
2
BAB I
PENDAHULUAN
I.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Kehadiran teknologi komunikasi modern seperti internet telah membuat
pandangan manusia mengenai kehidupan berubah. Paradigma komunikasi
manusia dalam menjalani aktivitas ekonomi, bisnis, interaksi sosial, dan politik,
menjadi berbeda. Sebelumnya, manusia didominasi oleh aktivitas yang bersifat
fisik, face to face. Manusia dihalangi oleh berbagai keterbatasan. Dengan internet,
ruang, jarak, dan waktu yang membatasi manusia menghilang. Menurut Kenichi
Ohmae (Mahayana, 1999:97), itulah dunia tanpa batas (the borderless world).
Internet merupakan jaringan dari jutaan komputer yang saling
terhubungkan. Dengan internet, setiap orang di seluruh dunia dapat
berkomunikasi hanya dengan menekan keyboard dan mouse di hadapannya.
Informasi apa pun yang dibutuhkan telah tersedia. Karena kemudahan yang
ditawarkan itulah banyak individu yang menggunakannya. Dibandingkan radio
dan televisi, penetrasi internet di kalangan masyarakat, termasuk yang paling
cepat. Untuk mencapai pengguna sebanyak 50 juta orang, internet hanya
membutuhkan waktu 5 tahun, sementara radio membutuhkan waktu 38 tahun dan
televisi 13 tahun (Temporal & Lee, 2002:7). Saat ini, diperkirakan pengguna
internet telah mencapai 220 juta orang.
Dengan menggunakan internet, user berkesempatan untuk berpetualang,
berkelana, berselancar menelusuri cyberspace, sebuah dunia komunikasi berbasis
komputer (computer mediated communication). Realitas yang ditawarkan adalah
realitas virtual, kehadirannya tidak dapat ditangkap atau dipegang tangan, tetapi
dikonstruksikan secara sosial oleh orang-orang yang menggeluti teknologi
komunikasi dan informasi. Realitas cyberspace adalah kenyataan yang melampaui
dan artifisial (hyperreal). Menurut Piliang (2001), karena rekayasa sedemikian
rupa, kenyataan (real) ditutupi oleh tanda kenyataan (sign of real) sedemikian
rupa, sehingga antara tanda dan relitas, antara model dan kenyataan, tidak lagi
dapat dibedakan.
Cyberspace menawarkan segala hal yang diperlukan manusia, termasuk
kesenangan, keuntungan, dan kemudahan tanpa bersusah payah menggerakkan
badan untuk memeroleh sesuatu. Berbagai informasi gratis dari surat kabar dalam
dan luar negeri dapat diperoleh tanpa membeli. Menikmati musik tanpa harus
membeli kaset. Bagi dosen, berbagai literatur tersaji secara gratis tanpa harus
pergi ke tempat berada. Inilah “zona mabuk teknologi” yang dikemukakan Philips
dan Naisbitt (2001).
Kehidupan virtual yang disajikan cyberspace telah memunculkan bentuk
aktivitas baru untuk mencapai kepuasan, seperti teleshopping, teleconference,
virtual gallery, virtual museum, e-commerce, namun juga memunculkan
penyimpangan-penyimpangan seperti kejahatan dengan memanfaatkan internet
atau cybercrime.
3
Cybercrime adalah tidak criminal yang dilakukan dengan menggunakan
teknologi computer sebagai alat kejahatan utama. Cybercrime merupakan
kejahatan yang memanfaatkan perkembangan teknologi computer khusunya
internet. Cybercrime didefinisikan sebagai perbuatan melanggar hukum yang
memanfaatkan teknologi computer yang berbasasis pada kecanggihan
perkembangan teknologi internet.
4
BAB II
PEMBAHASAN
II.1 Pengertian Kejahatan Internet (Cybercrime)
Dalam beberapa literatur, cybercrime sering diidentikkan sebagai
computer crime. The U.S. Department of Justice memberikan pengertian
computer crime sebagai:”…any illegal act requiring knowledge of computer
technology for its perpetration, investigation, or prosecution”. Pengertian lainnya
diberikan oleh Organization of European Community Development, yaitu: “any
illegal, unethical or unauthorized behavior relating to the automatic processing
and/or the transmission of data”. Hamzah (1989) mengartikan: “kejahatan di
bidang komputer secara umum dapat diartikan sebagai penggunaan komputer
secara ilegal”.
Dari beberapa pengertian di atas, Wisnubroto (1999) merumuskan
computer crime sebagai perbuatan melawan hukum yang dilakukan dengan
memakai komputer sebagai sarana/alat atau komputer sebagai objek, baik untuk
memperoleh keuntungan ataupun tidak, dengan merugikan pihak lain. Secara
ringkas, computer crime didefinisikan sebagai perbuatan melawan hukum yang
dilakukan dengan menggunakan teknologi komputer yang canggih. Selanjutnya,
disebabkan kejahatan itu dilakukan di ruang cyber melalui internet, muncul istilah
cybercrime.
Menurut Raharjo (2002:29), sebagai sebuah gejala sosial, kejahatan telah
ada sejak awal kehidupan manusia di dunia, namun kemajuan teknologi
komunikasi membuat kejahatan dalam bentuk primitif berubah menjadi sebuah
kejahatan yang lebih maju (modern). Kejahatan konvensional di dunia nyata
muncul dalam dunia maya (virtual) dengan wajah kejahatan yang telah diperhalus
sedemikian rupa. Kehalusan kejahatan virtual atau cybercrime membuat
masyarakat luas, khususnya di negara berkembang yang memiliki kesenjangan
digital seperti Indonesia, tidak merasakannya sebagai sebuah bentuk kejahatan.
Padahal, sudah begitu banyak korban (victim) dan kerugian moril dan materil
akibat cybercrime. Korbannya dapat berupa netizen (penduduk dunia
virtual/penghuni cyberspace) dan masyarakat luas yang awam.
5
4. Modus kejahatan
5. Jenis kerugian yang ditimbulkan
10
apapun yang terkena peretasan dan menyatakan bahwa dokumen dari BIN
terenskripsi secara berlapis.
Sebagian besar masyarakat Indonesia penasaran dengan Identitas
seorang hacker Bjorka, Hacker sendiri adalah orang yang memahami
komputer dan menganalisis, meneliti, memodifikasi, dan melakukan teknik
untuk membobol sistem atau program jaringan computer (Andrea Adelheid,
2013). Dalam rentang sebulan terakhir ini Bjorka penuh dengan sensasi
politik di Indonesia dengan cara mengacak-acak berbagai data milik
perusahaan, lembaga pemerintahan negara, termasuk data korespondensi (surat
menyurat) presiden jokowi dengan BIN (Badan Intelejen Negara), juga data-data
pejabat pemerintah bahkan sampai data-data para buzzer. Mengapa ia begitu
intens melakukan peretasan, menggangu, meledek, dan mengisengi Indonesia. Hal
itu selalu menjadi diskusi para teknokrat Indonesia
II.3.3 Perusakan Database Kejaksaan Agung RI (2021)
Peretas selalu punya alasan untuk mendorong situs web yang rentan.
Begitu juga dengan bocah 16 tahun asal Lahat ini. Bosen belajar online sejak
pandemi Corona, MFW alias Gh05t666nero mengisi waktu luangnya dengan
meretas website Kejaksaan Agung RI.
Akibat prank Gh05t666nero, website Kejaksaan Agung RI dibobol,
sehingga tampilannya berubah. Di situs web ada pemberitahuan dengan nada
protes dan segel HACKED merah. Tidak hanya itu, Gh05t666nero juga meng-
hack database kejaksaan dan menjual 3.086.224 data pribadi ke RAID Forums
seharga Rp 400.000.
Kasus ini ditutup setelah MFW diamankan tim Kejaksaan Negeri Lahat
dan Kejaksaan Agung Sumsel. Meski begitu, kejaksaan tetap meminta pengguna
aplikasi internal Kejaksaan untuk mengganti password. Informasi menyebutkan,
ini bukan kali pertama situs Kejagung diretas. Pada tahun 2017, Kejagung juga
dirusak sehingga websitenya menampilkan gambar Harley Queen dan pesan
protes dari seorang hacktivist.
Sumber: Terkini.id
Tim IT DPR RI pun segera menurunkan website dan melakukan
maintenance. Walau akhirnya situs berhasil pulih, web menjadi lebih lemot gara-
gara terimbas serangan virus.
12
untuk scam (penipuan online) dan phising (mengambil alih akun atau sistem).
Mengirim email penipuan, misalnya. Untuk mencegah hal ini, Tokopedia pun
segera menginvestigasi kasus dan menyarankan penggunanya segera mengganti
password secara berkala.
13
Tentara cyber Australia pun tidak tinggal diam. Mereka balik menyerang
dengan membuat down berbagai website penting Indonesia. Seperti situs KPK,
PLN, Garuda Indonesia, Polri, Tempo, dan lain-lain.
14
nasabah itu kebobolan karena menggunakan fasilitas Internet banking lewat situs
atau alamat lain yang membuka link ke Klik BCA, sehingga memungkinkan user
ID dan PIN pengguna diketahui. Namun ada juga modus lainnya, seperti tipuan
nasabah telah memenangkan undian dan harus mentransfer sejumlah dana lewat
Internet dengan cara yang telah ditentukan penipu ataupun saat kartu ATM masih
di dalam mesin tiba-tiba ada orang lain menekan tombol yang ternyata
mendaftarkan nasabah ikut fasilitas Internet banking, sehingga user ID dan
password diketahui orang tersebut. Modus kejahatan ini adalah penyalahgunaan
user_ID dan password oleh seorang yang tidak punya hak. Motif kegiatan dari
kasus ini termasuk ke dalam cybercrime sebagai kejahatan “abu-abu”. Kasus
cybercrime ini merupakan jenis cybercrime uncauthorized access dan hacking-
cracking. Sasaran dari kasus ini termasuk ke dalam jenis cybercrime menyerang
hak milik (against property). Sasaran dari kasus kejahatan ini adalah cybercrime
menyerang pribadi (against person).
15
BAB III
PENUTUP
III.1 KESIMPULAN
Kesimpulan yang diperoleh dari penulisan ini adalah:
III.2 SARAN
Tentunya terhadap penulis sudah menyadari jika dalam penyusunan
makalah di atas masih banyak ada kesalahan serta jauh dari kata sempurna.
16
DAFTAR PUSTAKA
Adelheid, Andrea. (2013). 1 Hari Menjadi Hacker. Jakarta Barat: MediaKita
Mahayana, Dimitri. (1999). Menjemput Masa Depan, Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.
Temporal, Paul, K.C. Lee. 2001. Hi-Tech Hi Touch Branding. Jakarta: Salemba
Empat.
Kurniawan, D. & Syah, A.M. (2022). The Impact Of Bjorka Hacker On The
Psychology Of The Indonesian Society And Government In A
Psychological Perspective. Jurnal Bimbingan Konseling Islam, Vol. 02,
No. 02
Naisbitt, John, Naisbitt, Nana, & Philips, Douglas. 2001. High Tech High Touch.
Bandung: Mizan Pustaka.
Piliang, Yasraf Amir. 2001. Sebuah Dunia yang Menakutkan. Bandung: Mizan
Pustaka.
https://eptik9.wordpress.com/2018/05/22/contoh-kasus-cyber-crime-dan-
penyelesaiannya/
https://www.kompas.com/cekfakta/read/2023/01/28/090100082/waspadai-modus-
pencurian-data-dengan-file-apk-undangan-pernikahan?page=all.
https://www.niagahoster.co.id/blog/kasus-hacking-indonesia/
17