Anda di halaman 1dari 12

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

( PEMERINTAHAN DAN HUBUNGAN SIPIL )


Dibuat Untuk Memenuhi Tugas Pada
Mata Kuliah PPKN

Dosen Pengampu : KADRI BANCIN,M.si

Disusun oleh :

ADINDA ARYANI 2114480010


NURUL SAPUTRI 2113470002

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM PANCA BUDI


PERDAGANGAN – SIMALUNGUN
2021-2022
PENDAHULUAN

Pembukaan UUD 1945 Alinea IV menyatakan bahwa kemerdekaan kebangsaan


Indonesia itu disusun dalam suatu Undang-Undang Dasar Negara Indonesia yang
terbentuk dalam suatu susunan negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat.
Berdasarkan Pasal 1 Ayat 1 UUD 1945, Negara Indonesia adalah negara kesatuan yang
berbentuk republik. Berdasarkan hal itu dapat disimpulkan bahwa bentuk negara
Indonesia adalah kesatuan, sedangkan bentuk pemerintahannya adalah republik.
Selain bentuk negara kesatuan dan bentuk pemerintahan republik, Presiden Republik
Indonesia memegang kekuasaan sebagai kepala negara dan sekaligus kepala
pemerintahan. Hal itu didasarkan pada Pasal 4 Ayat 1 yang berbunyi, “Presiden
Republik Indonesia memegang kekuasaan pemerintahan menurut Undanag-Undang
Dasar.” Dengan demikian, sistem pemerintahan di Indonesia menganut sistem
pemerintahan presidensial.
Istilah sistem pemerintahan berasal dari gabungan dua kata system dan
pemerintahan. Kata system merupakan terjemahan dari kata system (bahasa Inggris)
yang berarti susunan, tatanan, jaringan, atau cara. Sedangkan Pemerintahan berasal dari
kata pemerintah, dan yang berasal dari kata perintah. Dan dalam Kamus Bahasa
Indonesia, kata-kata itu berarti:

a. Perintah adalah perkataan yang bermakna menyuruh melakukan sesuatau


b. Pemerintah adalah kekuasaan yang memerintah suatu wilayah, daerah, atau, Negara.
c. Pemerintahan adalaha perbuatan, cara, hal, urusan dalam memerintah

Maka dalam arti yang luas, pemerintahan adalah perbuatan memerintah yang
dilakukan oleh badan-badan legislatif, eksekutif, dan yudikatif di suatu Negara dalam
rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara. Dalam arti yang sempit, pemerintaha
adalah perbuatan memerintah yang dilakukan oleh badan eksekutif beserta jajarannya
dalam rangka mencapai tujuan penyelenggaraan negara.

(2)
Sistem pemerintaha diartikan sebagai suatu tatanan utuh yang terdiri atas
berbagai komponen pemerintahan yang bekerja saling bergantungan dan memengaruhi
dalam mencapaian tujuan dan fungsi pemerintahan.
Kekuasaan dalam suatu Negara menurut Montesquieu diklasifikasikan menjadi
tiga, yaitu Kekuasaan Eksekutif yang berarti kekuasaan menjalankan undang-undang
atau kekuasaan menjalankan pemerintahan, kekuasaan Legislatif yang berarti kekuasaan
membentuk undang-undang, dan kekuasaan Yudikatif yang berate kekuasaan mengadili
terhadap pelanggaran atas undang-undang. Komponen-komponen tersebut secara garis
besar meliputi lembaga eksekutif, legislative dan yudikatif. Jadi, system pemerintaha
negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga negara, hubungan antarlembaga
negara, dan bekerjanya lembaga negara dalam mencapai tujuan pemerintahan negara
yang bersangkutan.
Tujuan pemerintahan negara pada umumnya didasarkan pada cita-cita atau
tujuan negara. Misalnya, tujuan pemerintahan negara Indonesia adalah melindungi
segenap bangsa Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan
kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan social. Lembaga-lembaga yang berada
dalam satu sistem pemerintahan Indonesia bekerja secara bersama dan saling
menunjang untuk terwujudnya tujuan dari pemerintahan di negara Indonesia.
Dalam suatu negara yang bentuk pemerintahannya republik, presiden adalah kepala
negaranya dan berkewajiban membentuk departemen-departemen yang akan
melaksakan kekuasaan eksekutif dan melaksakan undang-undang. Setiap departemen
akan dipimpin oleh seorang menteri. Apabile semua menteri yang ada tersebut
dikoordinir oleh seorang perdana menteri maka dapat disebut dewan menteri/cabinet.
Kabinet dapat berbentuk presidensial, dan kabinet ministrial.

(3)
PEMBAHASAN

A. Sejarah Pertumbuhan Pemerintahan


Pada hakikatnya pemerintahan merupakan suatu gambaran tentang bagaimana
pada permulaan pemerintahan setelah terbentuk dan bagaimana pemerintahan itu telah
berkembang melalui perkembangan dari 3 tipe masyarakat yaitu masyarakat setara,
masyarakat bertingkat dan masyarakat berlapis.
Perkembangan pemerintahan itu juga ditentukan oleh perkembangan masyarakatnya
yang disebabkan oleh faktor-faktor lain yang melandasinya seperti pertambahan dan
tekanan penduduk, ancaman atau perang dan penjarahan yang dilakukan oleh suatu
kelompok masyarakat terhadap kelompok masyarakat yang lain dan telah menjadi
faktor-faktor yang memacu perkembangan pemerintahan yaitu penguasaan oleh suatu
pemerintah atau negara.
Pemerintahan di zaman purba ditandai oleh banyaknya sistem pemerintahan dan
sistem yang lebih dikenal adalah polis Yunani. Selain polis Yunani, kerajaan Inka yang
berdiri antara tahun 1200-1500 Masehi telah memiliki sistem pemerintahan yang
despotisme yaitu suatu bentuk pemerintahan yang ditandai oleh kekuasaan sewenang-
wenang dan tak terbatas dari pihak penguasa.
Plato dan Aristoteles lah yang memperkenalkan bentuk-bentuk pemerintahan
yang baik dan buruk dengan alasan pembagian tersebut. Konsep-konsep tentang
pemerintahan yang baik dan buruk menurut Plato dan Aristoteles masih terefleksi
sepanjang sejarah pemerintahan di dunia hingga dewasa ini.Awal pemerintahan
Romawi merupakan suatu wujud dari kombinasi bentuk pemerintahan baik menurut
konsep Plato dan Aristoteles. Pada abad pertengahan pengaruh agama Kristen masuk ke
dalam sistem pemerintahan yang lebih dikenal dengan teori dua belah pedang.
Di zaman baru sekalipun pemerintahan tidak menjadi jelas setelah runtuhnya
polis Yunani serta konflik antara Paus dan Raja berkepanjangan namun pada akhir abad
pertengahan muncul pemerintahan di zaman baru dengan pengalaman perjalanan

(4)
sejarah yang panjang dari masing-masing negara sehingga lahirlah konsep tentang
adanya kemandirian serta kekuatan pemerintahan.Untuk itu Machiavelli muncul dengan
sebelas dalil dalam karyanya Sang Raja yang mengajarkan tentang bagaimana seorang
raja harus mempertahankan serta memperbesar kekuasaan pemerintah sebagai tujuannya
melalui menghalalkan segala cara.
Kameralistik
Awal dari ilmu pemerintahan modern ditandai dengan lahirnya kameralistik
(Ilmu Perbendaharaan) yang telah berkembang di Rusia pada awal abad ke-18. Landas
tolaknya adalah bahwa negara harus mengurusi lapangan pekerjaan dan pangan
sehingga berdasarkan hal itu perlu mengusahakan agar di dalam setiap jabatan yang ada
sebanyaknya orang sebagaimana dibutuhkan untuk kesejahteraan umum.
Dalam hal ini bahan-bahan dari statistik mempunyai nilai yang besar dan dapat
diandalkan.
Dalam abad ke-19 dengan munculnya pemikiran negara hukum maka
merosotlah kameralistik seraya memberikan perkembangan hukum pemerintah.
Hampir di seluruh daratan Eropa Barat perkembangan studi negara dan ajaran negara
menjadi abad ke-19 dan pada abad ke-20 menambahkan nama studi hukum
administrasi.Pada bidang ilmu pemerintahan Burke dan Benthan menganjurkan perlu
diadakan perbaikan terhadap kelalaian dari dinas pemerintah, kelebihan staf, inaktif dan
inkompeten.
Di Amerika Serikat ilmu pemerintahan berkembang sebagai suatu bidang
otonom yang dipelopori oleh Profesor Wodroow Wilson (kemudian menjadi Presiden
Amerika Serikat). Ia menganjurkan adanya studi khusus tentang masalah-masalah yang
berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugas pemerintah yang berhasilguna dan
berdayaguna.
Ilmu pemerintahan dipengaruhi oleh ilmu-ilmu humaniora (sosiologi, psikologi,
psikologi-sosial, antropologi, ekonomi, politikologi).

(5)
Dan ditandai dengan penanganan antar disiplin, dengan pendayagunaan dari teori-teori,
istilah-istilah serta metode-metode dari semua ilmu tadi, selain dipercaya dengan
filsafat.
Lahirlah sebuah teori pemerintahan liberal dari John Locke pada tahun 1690 yaitu
ajaran tentang pemerintahan demokrasi modern. John Locke memandang kekuasaan
legislatif sebagai yang tertinggi dan eksekutif berada di bawahnya.Dia mengatakan
bahwa kekuasaan pemerintahan mesti dibatasi oleh kewajiban menunjang hak-hak azasi
manusia antara lain: hak atas keselamatan pribadi, hak kemerdekaan dan hak milik.
Sementara itu di Inggris pada sekitar tahun 1700 berdirilah pemerintahan
monarki parlementer di mana kedaulatan negara berada di tangan perwakilan rakyat dan
pemerintah bertanggung jawab kepada rakyat.
Revolusi Amerika pada tahun 1776 dan Revolusi Perancis pada tahun 1789
mempercepat proses demokratisasi dan pengakuan terhadap hak-hak azasi manusia.
Terhadap itu semua muncul lagi reaksi konservatisme terutama dari Burke dan Hegel.
Birokrasi lahir di istana raja dan merupakan perwujudan dari orang-orang kepercayaan
yang memerintah bersama raja yang diberikan pembagian tugas satu sama lain
didasarkan pada selera pribadi dan tradisi.
Pemerintahan di Indonesia berawal dengan suatu pembentukan pemerintahan
swasta pada tahun 1602 oleh Belanda yang bernama VOC terutama di pulau Jawa lebih
dikenal dengan Kompeni.VOC kemudian runtuh pada tahun 1795 dan didirikanlah
pemerintahan Hindia Belanda dengan Gubernur Jenderal yang pertama adalah
Deandels.Sejarah modern ilmu pemerintahan dan politik berawal dalam abad ke-19.
Pemerintahan negara berkembang menjadi suatu pemerintahan yang memberikan
pelayanan dan pemeliharaan terhadap para warganya.
Pemerintah lebih banyak mengurusi kesejahteraan dan penghidupan, pendidikan
dan perawatan kesehatan serta kesempatan kerja dan tunjangan sosial atau jaminan
hidup bagi warga yang menganggur.

(6)
Perkembangan pemerintahan secara berawal mulai dari tahap prasejarah hingga tahun
1993, Ilmu pemerintahan telah menjadi ilmu yang multi disiplin dan mono disiplin
dengan penekanan pada umum, organisasi dan pengambilan keputusan, perencanaan
dan pelaksanaan serta prinsip swastanisasi dalam pemerintahan.

Ilmu Pemerintahan sebagai Displin Ilmu


1. Dalam penerapannya Ilmu dapat dibedakan atas Ilmu Murni ( pure science), Ilmu
Praktis ( applied science) dan campuran. Sedangkan dalam hal fungsi kerjanya Ilmu
juga dapat dibedakan atas Ilmu teoritis nasional, Ilmu empiris praktis dan Ilmu teoritis
empiris.
2. Ilmu Pemerintahan adalah Ilmu yang mempelajari bagaimana melaksanakan
koordinasi dan kemampuan memimpin bidang legislasi, eksekusi dan yudikasi, dalam
hubungan Pusat dan Daerah, antar lembaga serta antar yang memerintah dengan yang
diperintah.
3. Pendapat bahwa pemerintahan hanyalah suatu seni dapat ditolerir, yaitu bagaimana
kemampuan menggerakan organisasi-organisasi dalam kharismatis retorika,
administrator dan kekuasaan kepemimpinan, serta bagaimana kemampuan menciptakan,
mengkarsakan dan merasakan surat-surat keputusan yang berpengaruh, atau juga
bagaimana kemampuan mendalangi bawahan serta mengatur lakon yang harus dimiliki
pemerintah sebagai penguasa.
4. Munculnya disiplin ilmu pemerintahan di Eropa yang bersumber dari ilmu politik,
dimulai dari adanya anggapan bahwa meningkatnya perhatian berbagai pihak akan isi,
bentuk, efek dan faktor pemerintahan bertitik berat pada pengambilan kebijaksanaan
pemerintahan yang berusaha untuk menganalisa masalah kebijaksanaan pemerintah
tersebut sebagai bagian dari berbagai proses dalam ilmu politik.
5. Ilmu pemerintahan merupakan ilmu terapan karena mengutamakan segi penggunaan
dalam praktek, yaitu dalam hal hubungan antara yang memerintah (penguasa) dengan
yang diperintah (rakyat).

(7)
Hubungan pemerintahan horisontal adalah hubungan menyamping kiri kanan
antara pemerintah dengan rakyatnya, di mana pemerintah dapat saja berlaku sebagai
produsen sedangkan rakyat sebagai konsumen karena rakyatlah yang menjadi pemakai
utama barang-barang yang diproduksi oleh pemerintahnya sendiri. Misalnya : negara-
negara komunis. Sebaliknya, rakyat yang menjadi produsen sedangkan pemerintah
menjadi konsumennya, karena seluruh industri raksasa milik rakyat dipakai sendiri oleh
pemerintahan sendiri. Misalnya Jepang.

B. Pemerintahan Sipil
Menurut CF Strong dalam bukunya yang berjudul Modern Political Construction
diterbitkan pada tahun 1960 dikemukakan bahwa pemerintahan itu dalam arti luas
meliputi kekuasaan eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Pemerintah juga bertugas
memelihara perdamaian dan keamanan. Oleh karena itu pemerintah harus memiliki
kekuasaan militer, kekuasaan legislative, dan kekuasaan keuangan.
Sedangkan menurut SE Filner dalam bukunya yang berjudul Comparative Government
diterbitkan pada tahun 1974, istilah pemerintahan memiliki 4 arti yaitu :
• Kegiatan / proses pemerintahan
• Masalah-masalah kenegaraan
• Pejabat yang dibebani tugas untuk memerintah
• Cara, metode, dan system yang dipakai oleh pemerintah untuk memerintah

Adapun dalam melaksanakan pemerintahan, sejarah mengenal pula bentuk


pemerintahan sipil dan militer. Pembagian bentuk pemerintahan ini berdasarkan kriteria
gaya dan sifat memerintah sebuah pemerintah.
Pemerintahan Sipil, yakni pemerintahan di mana gaya pengambilan keputusan
diambil dengan gaya sipil. Sebelum sebuah keputusan menjadi perintah, keputusan itu
dibicarakan terlebih dahulu, dimusyawarahkan dan kalau perlu diputuskan lewat
pemungutan suara (referendum).

(8)
Setelah itu pun sebuah keputusan harus menunggu pengesahan terlebih dahulu
dari lembaga negara yang berwenang lewat sebuah sidang.Sedangkan Sayidiman
Suryohadiprojo menyatakan bahwa Perkataan Sipil merupakan satu pengertian yang
menyangkut kewarganegaraan. Atau dapat dikatakan bahwa Sipil adalah segala sesuatu
yang bersangkutan dengan masyarakat, atau warga negara pada umumnya.

Karakteristik Pemerintahan Sipil


3 bentuk pemerintahan sipil menurut Eric Nordlinger:
1. Pemerintahan Sipil Tradisional
Bentuk pemerintahan sipil ini terjadi karena tidak adanya perbedaan antara sipil
dan militer, tanpa perbedaan maka tidak akan timbul konflik yang serius diantara
mereka. dengan demikian tidak terjadi campur tangan militer.
Bentuk pemerintahan sipil tradisional begitu berpengaruh di bawah sistem pemerintahan
kerajaan pada abad ke-17 dan 18, mereka cenderung untuk tidak menganggap diri
mereka sebagai politisi, walaupun ketika sedang memerintah mereka telah dicekoki
dengan ciri-ciri sikap politik yang sama, yang ternyata kurang dikembangkan oleh elit
sipil
2. Pemerintahan Sipil Liberal
Pemerintahan liberal didasarkan pada pemisahan para elit berkenaan keahlian
dan tanggung jawab masing-masing pemegang jabatan tinggi di dalam pemerintahan.
Tapi sejalan Model liberal akan menutup kemungkinan militer untuk menekuni arena
dan kegiatan politik. Didalam tindakan dan pelaksanaannya, pemerintah menghargai
kedudukan, kepakaran, dan netralitas pihak militer.
3. Pemerintahan Sipil Serapan
Dalam model serapan ini, pemerintahan sipil memperoleh pengabdian dan
kesetiaan dengan cara menanamkan ide untuk menyatakan ideologi, dan para ahli
politik ke dalam tubuh angkatan bersenjata mereka. Model serapan ini telah digunakan
secara meluas dalam rezim-rezim komunis. Militer dipisahkan dari bidang sipil karena
keahlian profesionalnya, tetapi sejalan dari segi ideologi.

(9)
C. Pemerintahan Militer
Adapun yang dimaksud dengan pemerintahan militer adalah pemerintahan yang
lebih mengutamakan kecepatan pengambilan keputusan, keputusan diambil oleh pucuk
pimpinan tertinggi, sedang yang lainnya mengikuti keputusan itu sebagai perintah yang
wajib diikuti, konsekuensi rantai komando dalam militer. Sebuah undang-undang dalam
sebuah pemerintahan militer dibuat oleh pucuk pimpinan tertinggi, tanpa menyerahkan
rancangannya kepada parlemen.
Pemerintahan militer lebih merujuk ke arah gaya pemimpin suatu
organisasi/institusi/ negara. Dimana kepemimpinan itu sendiri memiliki hubungan yang
erat antara seorang dan sekelompok manusia, karena adanya kepentingan bersama;
hubungan itu ditandai tingkah laku yang tertuju dan terbimbing daripada manusia yang
seorang itu; manusia atau orang ini biasanya disebut yang memimpin atau pemimpin,
sedangkan manusia yang mengikutinya disebut yang dipimpin.
Jika sejauh ini ABRI terkesan tidak suka dan selalu mengelak adanya dikotomi
sipil-militer di Indonesia, sikap semacam itu tidak lepas dari penafsiran diri ABRI
dalam konteks sejarah Indonesia. ABRI juga mudah curiga kepada cendekiawan,
seniman, aktivis LSM dan kalangan intelektual lain yang memang selalu sangat antusias
memperbincangkan hubungan sipil-militer, yang selalu melemparkan isu-isu
demokratisasi, kebebasan berpendapat dan HAM.
Namun, benar juga bahwa hal ini lalu membuat penafsiran terhadap batas-batas
antara ranah politik dan perang, antara tugas-tugas sipil dan militer, makin tidak jelas.
Antara perang dan politik ibarat dua sisi pada sekeping mata uang. Perang adalah jalan
lain dari politik. Ini lah yang terjadi pada awal pembentukan Indonesia.
Sejak awal kelahirannya ABRI tidak pernah mempersoalkan presiden dari
kalangan sipil dan tidak mendesakkan tampilnya pimpinan nasional dari kalangan
militer. Dalam sejarahnya Panglima Besar Soedirman memberikan keteladanan dalam
membentuk sikap TNI yang mengakui pemerintahan di tangan sipil. Untuk itu
dibuktikan oleh Panglima Besar Soedirman ketika kembali ke Yogyakarta dari medan
perjuangan bergerilya, TNI tetap mengakui kekuasaan tertinggi berada di tangan
Presiden Soekarno.

( 10 )
KESIMPULAN

Sistem pemerintahan negara menggambarkan adanya lembaga-lembaga yang bekerja


dan berjalan saling berhubungan satu sama lain menuju tercapainya tujuan
penyelenggaraan negara. Lembaga-lembaga negara dalam suatu sistem politik meliputi
empat institusi pokok, yaitu eksekutif, birokratif, legislatif, dan yudikatif. Selain itu,
terdapat lembaga lain atau unsur lain seperti parlemen, pemilu, dan dewan menteri.
Perubahan pemerintah di negara terjadi pada masa genting, yaitu saat perpindahan
kekuasaan atau kepemimpinan dalam negara. Perubahan pemerintahan di Indonesia
terjadi antara tahun 1997 sampai 1999. Hal itu bermula dari adanya krisis moneter dan
krisis ekonomi.
Dalam melaksanakan pemerintahan, sejarah mengenalpula bentuk pemerintahan sipil
dan militer. Pembagian bentuk pemerintahan ini berdasarkan kriteria gaya dan sifat
memerintahsebuah pemerintah.
Pemerintahan Sipil adalah suatu bentuk pemerintahan yang menggunakan gaya sipil
dalam menjalankan kehidupan pemerintahannya, sedangkan pemerintahan militer
adalah suatu pemerintahan yang dipimpin oleh penguasa diktator yang mengandalkan
gaya militer yang sarat dengan disiplin dan kental dengan ketentaraan.
Hubungan antara Sipil dan Militer dalam sejarah lebih diungkapkan dalam bentuk
ekstrim karena kegagalan pemerintahan sipil yang menyebabkan terjadinya kudeta-
kudeta, dan ketidakstabilan rezim militer yang tidak punya opsi memerintah lebih baik
dari pemerintahan sipil. Sehingga pada akhirnya kedua hal tersebut tidak dapat
berkembang sesuai dengan tujuan yang dimilikinya
Pergulatan politik antara ranah sipil dan militer telah menghasilkan supremasi di antara
kedua bentuk pemerintahan tersebut, maka seyogyanya untuk menghindari hal tersebut
diperlukan langkah perubahan ke arah yang positif sehingga akan memunculkan
hubungan yang baik antara sipil dan militer dan dapat menunjang kepada terciptanya
ketahanan nasional.

( 11 )

Anda mungkin juga menyukai