Anda di halaman 1dari 36

LABORATORIUM KONVERSI ENERGI ELEKTRIK

JURUSAN TEKNIK ELEKTRO


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS LAMPUNG
2022
LEMBAR ASISTENSI PRAKTIKUM ELEKTRONIKA DAYA
Judul Percobaan : Buck-Boost Converter
Nama Asisten : M. Alvian Rivaldo (1815031015)
Nama Praktikan : Aymanul Fadillah (2015031011)
Kelompok :3

No Keterangan Tanggal Tanda Tangan

Bandar Lampung, 2022


Asisten,

NPM.
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

I. JUDUL PERCOBAAN

BUCK-BOOST CONVERTER

II. TUJUAN PERCOBAAN

Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai berikut.

1. Memahami prinsip pengaturan tegangan dengan menggunakan Buck-

Boost DC-DC Converter

III. TEORI DASAR

Buck-boost converter adalah konverter tegangan DC yang bekerja dengan

memadukan prinsip buck-converter dan boost converter. Buck-boost

converter memiliki keunggulan-keunggulan buck-converter dan boost-

converter. Ia diperlukan manakala tegangan keluaran yang diinginkan tetap

berada pada level yang telah ditentukan meskipun tegangan masukan

(misalnya dari baterai) telah merosot hingga ke level yang tidak efektif lagi

untukkinerja sebuah rangkaian konverter. Dengan diterapkannya buck-boost

converter berkurangnya level tegangan masukan menjadi dapat lebih ditolerir

atau (dengan kata lain) range tegangan input menjadi lebih lebar lagi dari

sebelumnya. Dengan begitu efisiensi penggunaan baterai sebagai sumber

tegangan masukan menjadi lebih baik.


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Ada beberapa model buck-boost converter dengan metode kerja yang

berbeda, salah satu di antaranya yang cukup populer dan menjadi dasar buck-

boost converter adalah sebagaimana yang dipaparkan berikut ini :

Di dalam rangkaian buck-boost converter terdapat sirkit buck-converter dan

boost converter. Sebagaimana telah disinggung di dalam tulisan sebelumnya

bahwa sebuah rangkaian buck-converter memerlukan tegangan masukan yang

lebih tinggi beberapa Volt (biasanya 3V atau lebih) dari tegangan

keluarannya. Apabila tegangan masukan (V+in) berkurang levelnya hingga di

bawah itu maka sebuah buck-converter tidak akan akurat lagi menghasilkan

tegangan keluaran yang tepat atau tegangan keluaran menjadi tidak stabil.

Pada saat seperti itulah diperlukan boost-converter agar tegangan yang telah

turun itu dapat kembali dinaikkan kepada level yang diinginkan sehingga

beban (load) di sirkit keluaran tetap mendapatkan suplai tegangan

sebagaimana mestinya.

Gambar 3.1 Rangkaian Buck-Boost Converter


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Pada gambar diperlihatkan rangkaian dasar buck-boost converter.

T1, D1 dan L1 membentuk rangkaian buck-converter, sedangkan T2, L1 dan

D2 membentuk rangkaian boost-converter. Di sini L1 berperan ganda, yaitu

sebagai induktor bagi buck-converter ataupun bagi boost-converter.

Jika level tegangan masukan normal, buck-converter akan bekerja

sebagaimana mestinya sedangkan boost-converter tidak bekerja. Hanya saja

tegangan keluaran akan sedikit lebih kecil karena terambil oleh tegangan

maju D2, sebab dioda ini menghantar. Dengan demikian untaian ‘fly-wheel’

di sini mencakup L1, D2, C1 dan D1. Ketika sirkit buck-converter bekerja,

basis T1 mendapatkan denyut-denyut tegangan positif dari generator

sinyal/osilator. Jika tegangan masukan merosot hingga ke level tertentu maka

buck converter tetap bekerja karena basis T1 masih mendapatkan denyut-

denyut tegangan, namun level tegangan keluaran sudah akan ikut menurun

juga. Pada saat itulah boost-converter mulai bekerja menaikkan tegangan

yang sedianya akan menurun. Basis T2 lalu mulai mendapatkan denyut-

denyut tegangan positif sebagaimana T1. Sementara itu tegangan keluaran

diregulasi agar tetap berada pada level stabil yang telah ditentukan.

T1 dan T2 lalu ON dan OFF secara serempak. Apabila basis kedua transistor

sedang mendapatkan denyut tegangan positif maka T1 menghantarkan

tegangan masukan V+in ke titik x sehingga tegangan di titik x itu akan nyaris

sama dengan tegangan V+in. Tegangan ini dilewatkan/diluluskan oleh

induktor (L1) ke titik y. Akan tetapi di saat yang bersamaan T2 juga ON dan

meng-ground-kan titik y sehingga di titik itu praktis tegangan menjadi nol

Volt. Mengalirlah arus maksimal melalui L1 karena adanya perbedaan


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

potential antara titik x dan y. Pada saat inilah energi listrik tersimpan di L1.

Ketika basis kedua transistor tidak lagi mendapatkan denyut tegangan positif

(waktu kosong denyut) maka kedua transistor tidak lagi ON. Pada saat ini

energy yang tersimpan di L1 dilepaskan dan tegangan di titik y menjadi lebih

tinggi dari titik x. Tingginya tegangan di titik y bahkan menjadi lebih tinggi

dari level tegangan V+in (tegangan masukan) sebab di sini prinsip boost-

converter berlaku. Tentang ini telah dijelaskan sebelumnya dalam : Boost-

converter . D2 lalu menghantarkan tegangan ini untuk mengisi muatan C1

dan mengaliri arus ke beban (load). Ini berlangsung sesaat, yaitu ketika basis

kedua transistor sedang tidak mendapatkan denyut tegangan positif.

Ketika kedua transistor kembali mendapatkan denyut tegangan positif maka

T1 dan T2 kembali ON secara serempak. T1 menghantarkan tegangan V+in

ke titik x dan T2 meng-ground-kan titik y. Titik y kembali menjadi praktis nol

Volt. Pada saat ini pun kembali terjadi penyimpanan energi di L1. Meskipun

titik y praktis menjadi nol Volt, namun beban tetap teraliri arus karena C1

yang sebelumnya telah terisi muatan kini membuang muatannya ke beban.

Muatan C1 hanya terlimpahkan ke beban dan tidak ada aliran arus dari C1 ke

titik y meskipun di titik itu telah menjadi nol Volt, sebab disumbat oleh D2

(ingatlah tentang sifat-sifat dioda). Mulai bekerjanya sirkit buck-converter

dan boost-converter secara bersama-sama adalah ketika tegangan V+in

menurun hingga ke level tertentu dan level ini ditentukan titik rendahnya.

Sebuah sirkit tambahan diadakan untuk menyensor tegangan V+in (sirkit

‘sense’). Sirkit ini akan beraksi menyalurkan denyut-denyut tegangan ke

transistor boost-converter apabila ia telah mendeteksi bahwa tegangan V+in


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

telah turun ke titik rendah yang ditentukan. Buck-boost converter terus

dikembangkan orang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik pada area

penggunaan yang lebih meluas. Pada kelanjutannya muncul beberapa model

buck-boost converter dengan cara kerja yang lebih variatif. Sebagian di

antaranya adalah : Bidirectional buck-boost converter, Forward hybrid

converter, Synchronous buck-boost converter, dan Buck-boost and flyback

converter.

Buck boost converter adalah konverter DC ke DC. Tegangan output konverter

DC ke DC kurang dari atau lebih besar dari tegangan input. Tegangan output

besarnya tergantung pada siklus kerja. Konverter ini juga dikenal sebagai

transformator step up dan trafo step down dan nama-nama ini berasal dari

analog trafo step up dan trafo step down. Tegangan input naik / turun ke

tingkat lebih dari atau kurang dari tegangan input. Dengan menggunakan

energi konversi rendah, daya input sama dengan daya output. Ekspresi berikut

menunjukkan rendahnya konversi.

Daya input (Pin) = Daya output (Pout)

Untuk mode step up, tegangan input kurang dari tegangan output (Vin

<Vout). Ini menunjukkan bahwa arus output kurang dari arus input.

Karenanya buck boost converter adalah mode step up.

Vin <Vout dan Iin> Iout


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Dalam mode step down, tegangan input lebih besar dari tegangan output

(Vin> Vout). Oleh karena itu, arus output lebih besar dari arus input.

Karenanya buck boost converter adalah mode step down.

Bentuk sinyal arus komponen pada Konverter Buck Boost ditunjukan

Gambar 3.5. Sinyal komponen yang terdapat pada Konverter Buck Boost ini

yaitu : induktor, kapasitor, diode, dan saklar.

Gambar 3.2 Bentuk gelombang arus induktor, arus kapasitor, arus dioda dan

arus switching

Buck-boost converter terus dikembangkan orang untuk mendapatkan hasil

yang lebih baik pada area penggunaan yang lebih meluas. Pada kelanjutannya

muncul beberapa model buck-boost converter dengan cara kerja yang lebih

variatif. Sebagian di antaranya adalah : Bidirectional buck-boost converter,

Forward hybrid converter, Synchronous buck-boost converter, dan Buck-

boost and flyback converter.


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

IV. ALAT DAN BAHAN

Adapun alat dan bahan yang digunakan adalah sebagai berikut.

1. Kapasitor Modul

2. Induktor

3. Kapasitor

4. Resistor

5. Power Supply DC

6. MOSFET

7. PWM Controlled Generator

8. Multimeter

9. Osiloskop

10. Kabel dan konektor penghubung

V. RANGKAIAN PERCOBAAN

Adapun rangkaian percobaan yang digunakan adalah sebagai berikut.

5.1 Rangkaian buck-boost converter

Gambar 5.1 Rangkaian Buck-boost Converter


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

VI. PROSEDUR PERCOBAAN

Adapun prosedur percobaan adalah sebagai berikut.

6.1 Percobaan buck-boost converter

1. Menyiapkan komponen, modul dan alat yang akan digunakan.

2. Merangkai rangkaian seperti pada gambar 5.1

3. Merangkai sistem pensaklaran, untuk komponen pensaklaran digunakan

IGBT/Mosfet modul sedangkan pembangkit pulsa digunakan PWM

controlled generator.

4. Memastikan bahwa rangkaian sudah terpasang dan tersusun dengan baik

untuk menghindari kesalahan dan kerusakan akibat hubung singkat.

5. Memasang osiloskop pada Vo.

6. Menghidupkan power supplai pada rangkaian buck-boost dan PWM

controlled.

7. Mengatur frekuensi PWM controlled sesuai yang diinginkan

8. Mengatur besaran duty cycle (D) dengan mengatur tegangan referensi

pada PWM cotrolled.

9. Mencatat dan lihat besaran dan gelombang arus dan tegangan yang

dihasilkan untuk setiap perubahan duty cycle (D) dan frekuensi PWM

controlled.
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

VII. DATA HASIL PERCOBAAN

Adapun data hasil percobaan pada praktikum ini yaitu:

VII.1 Perubahan Duty Cycle Vin= 15 Volt

Tabel 7.1 Perubahan Duty Cycle Vin= 15 Volt

Tegangan
Duty
Vin (V) Cycle F (kHz) Percobaan Perhitungan ΔI (mA) ΔV (mV)
(%)

15 30 10 0,5 6,428 0,12 9x10-6


15 40 12 8,10 10 0,20 1x10-5
15 50 10 12,21 15 0,468 1,5x10-5
15 60 10 17,8 22,5 0,841 1,8x10-5
15 70 26 27,5 35 1,531 2,1x 10-5

VII.2 Perubahan tegangan denan duty cycle 70% dan frekuensi 10 kHz

Tabel 7.2 Perubahan tegangan denan duty cycle 70% dan frekuensi 10 kHz

Duty Tegangan
ΔV
Vin (V) Cycle F (kHz) Percobaan Perhitungan ΔI (mA)
(mV)
(%)
10 70 12 6 23,333 1,020 1,4x10-5
15 70 10 36,6 35 1,5311 2,1x10-5
20 70 10 48,7 46,666 2,041 2,8x10-5
25 70 10 59 58,333 2,552 3,5x10-5
30 70 12 12,55 11,666 0,51 7x 10-6
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

VII.3 Perubahan frekuensi

Tabel 7.3 Perubahan frekuensi

Duty Tegangan
ΔI
Vin (V) Cycle F (kHz) Percobaan Perhitungan ΔV (mV)
(mA)
(%)
15 70 10 21,4 35 1,531 2,1x10-5
15 70 20 37,6 35 0,765 1,05x10-5
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

VIII. ANALISA DAN PEMBAHASAN

Adapun Analisa dan pembahasan pada percobaan ini yaitu:

VIII.1 Perhitungan

Diketahui:

L = 50mH

Vs = 15 V

C = 16uF

R = 180Ω

Ditanya:

V0 =………?

ΔV =………?

ΔI =………?

8.1 Perubahan Duty Cycle

a. Saat Duty Cycle 30%

V0 = -Vs ¿)

= -15 ¿)

= 6,428 V

V 0.D
ΔV =
R .C . f

6,248 .0,3
=
180. 16 x 10−6 .1 0 x 10−3

= 0,12 mV

V s. D
ΔI =
L. f
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

15 .0,3
= −3
50 .10 x 10

= 9 X 10-6 mA

b. Saat Duty Cycle 40%

V0 = -Vs ¿)

= -15 ¿)

= 10 V

V 0.D
ΔV =
R .C . f

10 . 0 , 4
= −6 −3
180. 16 x 10 .1 2 x 10

= 0,20 mV

Vs . D
ΔI =
L.f

15 . 0 , 4
= −3
50 .2 x 10

= 1 X 10-5 mA

c. Saat Duty Cycle 50%

V0 = -Vs ¿)

= -15 ¿)

= 15 V

V 0.D
ΔV =
R .C . f

15 . 0 ,5
=
180. 16 x 10−6 .10 x 10−3
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

= 0,468 mV

Vs . D
ΔI =
L.f

15 .0 ,5
= −3
50 .10 x 10

= 1,5 X 10-5 mA

d. Saat Duty Cycle 60%

V0 = -Vs ¿)

= -15 ¿)

= 22,5 V

V 0.D
ΔV =
R .C . f

22,5 .0 , 6
= −6 −3
180. 16 x 10 .10 x 10

= 0,841 mV

Vs . D
ΔI =
L.f

15 .0 , 6
= −3
50 .10 x 10

= 1,8 X 10-5 mA

e. Saat Duty Cycle 30%

V0 = -Vs ¿)

= -15 ¿)

= 35 V
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

V 0.D
ΔV =
R .C . f

35 . 0 ,7
=
180. 16 x 10−6 .26 x 10−3

= 1,531 mV

Vs . D
ΔI =
L.f

15 .0 , 7
=
50 .10 x 10−3

= 2,1 X 10-5 mA

VIII.2 Perubahan Tegangan

a. Saat Tegangan 10 Volt

V0 = -Vs ¿)

= -10 ¿)

= 23,333V

V 0.D
ΔV =
R .C . f

23,333. 0 , 7
=
180. 16 x 10−6 .1 2 x 10−3

= 1,020 mV

Vs . D
ΔI =
L.f

1 0 . 0 ,7
=
50 .10 x 103

= 1,4 X 10-5 mA

b. Saat Tegangan 15 Volt

V0 = -Vs ¿)
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

= -15 ¿)

= 35V

V 0.D
ΔV =
R .C . f

35 . 0,7
= −6 3
180. 16 x 10 .1 0 x 10

= 1,531 mV

Vs . D
ΔI =
L.f

1 5 .0,7
=
50 .10 x 103

= 2,1 X 10-5 mA

c. Saat Tegangan 10 Volt

V0 = -Vs ¿)

= -5 ¿)

= 11,666V

V 0.D
ΔV =
R .C . f

11,666 . 0,7
=
180. 16 x 10−6 .12 x 10−3

= 0,51 mV

Vs . D
ΔI =
L.f

5 . 0,7
=
50 .10 x 103

= 2,1 X 10-5 mA
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

VIII.3 Perubahan Frekuensi

a. Saat Frekuensi 10 kHz

V0 = -Vs ¿)

= -15 ¿)

= 35V

V 0.D
ΔV =
R .C . f

35 . 0,7
= −6 −3
180. 16 x 10 .12 x 10

= 1,531 mV

Vs . D
ΔI =
L.f

1 5 .0,7
=
50 .10 x 103

= 2,1 X 10-3 mA

b. Saat Tegangan 15 Volt

V0 = -Vs ¿)

= -15 ¿)

= 35V

V 0.D
ΔV =
R .C . f

35 . 0,7
=
180. 16 x 10−6 .2 0 x 103

= 0,765 mV

Vs . D
ΔI =
L.f

15 . 0,7
=
50 .2 0 x 103
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

= 1,05 X 10-5 mA

8.2 Analisa dan Grafik

8.2.1 Pada Perubahan Duty Cycle

8.2.1.a Pada saat duty cycle 30%

Grafik 8.2.1.a Pada saat duty cycle 30%

8.2.1.b Pada saat duty cycle 40%


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Grafik 8.2.1.b Pada saat duty cycle 40%

8.2.1.c Pada saat duty cycle 50%

Grafik 8.2.1.c Pada saat duty cycle 50%

8.2.1.d Pada saat duty cycle 60%


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Grafik 8.2.1.d Pada saat duty cycle 60%

8.2.1.e Pada saat duty cycle 70%

Grafik 8.2.1.e Pada saat duty cycle 70%


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Berdasarkan grafik 8.2.1.a sampai 8.2.1.e menunjukan hasil keluaran pada

osiloskop. Perubahan nilai gelombang karena perubhana duty cycle. Dengan

percobaan menggunakan Vin = 15 Volt dan f=10kHz dengan percobaa duty cycle

30%; 40%; 50%; 60%; 70% akan menghasilkan tegangan keluaran berturut-turut

adalah 0,5v; 0,10v; 12,21v; 17,8v; dan 27,5v. Grafik dan data tersebut

menunjukan bahwa hubungan antara duty cycle dan tegangan keluaran adalah

berbanding lurus, karena semakin besar nilai duty cycle maka akan semakin besar

pada tegangan keluarannya sedangkan pada perhitungan tegangan keluaran Vout

6,418V; 10V; 15V; 22,5V; dan 35V, pada hasil data perhitungan dan data hasil

percobaan dikarenakan kurang tepatnya saat memberi nilai tegangan input dan

duty cycle-nya.

8.2.2 Pada Perubahan Tegangan

8.2.2.a Pada saat tegangan 10V

Grafik 8.2.2.a Pada saat tegangan 10V


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

8.2.2.b Pada saat tegangan 15V

Grafik 8.2.2.b Pada saat tegangan 15V

8.2.2.c Pada saat tegangan 20V

Grafik 8.2.2.c Pada saat tegangan 20V

8.2.2.d Pada saat tegangan 25V


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Grafik 8.2.2.d Pada saat tegangan 25V

8.2.2.e Pada saat tegangan 30V

Grafik 8.2.2.e Pada saat tegangan 30V

Berdasarkan grafik 8.2.2.1 sampai 8.2.2.5 menunjukan hasil keluaran

teganganpada layar osiloskop. Dapat diketahui bahwa nilai gelombang karena

perubahantegangan input.Pada percobaan yang dilakukan menggunakan duty


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

cycle 70 % danfrekuensi 10 kHIz dan nilai tegangan masukan yang berbeda. Pada

saat teganganinput 10 Volt menghasilkan tegangan output 6 Volt dan hasil

perhitungan 23,333Volt. Pada saat tegangan input 15 Volt menghasilkan tegangan

output 36,6 Voltdan hasil perhitungan 35 Volt. Pada saat tegangan input 20 Volt

menghasilkantegangan output 48,7 Volt dan hasil perhitungan 46,67 Volt.Pada

saat teganganinput 25 Volt menghasilkan tegangan output 59 Volt dan hasil

perhitungan 58,33Volt. Pada saat tegangan input 5 Volt menghasilkan tegangan

output 12,55 Voltdan hasil perhitungan 11,67 Volt.Berdasarkan data hasil

percobaan danperhitungan terdapat perbedaan hal ini dikarenakan kurang tepat

dalam membaca nilai,saat mengatur dury cycle dan terdapat sedikit rugi-rugi pada

alat.Berdasarkangrafik tersebut dapat disimpulkan bahwa hubungan antara

tegangan masuk (Vin)dan tegangan keluar(Vou)adalah berbanding lurus,karena

pada saat nilai teganganmasuk(Vin) dinaikan nilai tegangan keluar (Voul)

semakin besar.
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

8.2.3 Perubahan frekuensi

8.2.3.a Pada saat frekuensi 10kHz

Grafik 8.2.3.a Pada saat frekuensi 10kHz


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

8.2.3.b Pada saat frekuensi 20kHz

Grafik 8.2.3.b Pada saat frekuensi 20kHz

Berdasarkan grafik 8.2.3.1 dan grafik 8.2.3.2 menunjukan hubungan antara

frekuensi den tegangan output.Pada percobaan yang dilakcukan menggunakan

duty cycle 70%,tegangan masukan 15 Vol dan frekuensi yang berbeda.Pada saat

frekuensi 10 kHz diperoleh tegnn keluaran(Voul) 21,4 Volt dan hasil perhitungan

35 Volt.Pada saat frekuensi 20 kHz diperolch tegangan keluaran (Vout) 37,6 Volt

dan hasil perhitungan 35 Volt. Berdasurkan data hasil percobaan dan perhitungan

terdapat perbedaan hal ini dikarenakan kurang tepat dalam membaca nilai,saat

mengatur duty cycle dan terdapat sedikit regi-rugi pada alat. Berdasarkan grafik

tersebut dapat disimpulkan bahwa pada percobaan alat hubungan antara frekuensi

dan tegangan keluar (Vou) adalah berbanding lurus, karena pada saat nilai

frekuensi dinaikan nilai tegangan keluar (Vout) semakin besar. Pada perhitungan

hubungan antara frekuensi dan tegangan keluar (Vout) adalah konstan, karena

pada saat nilai frekuensi dinaikan nilai tegangan keluar (Vout) tetap pada 35 Volt.
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

8.3 Pembahasan

Buck-boost converter adalah konverter tegangan DC yang bekerja dengan

memadukan prinsip buck-converter dan boost converter. Buck-boost converter

memiliki keunggulan-keunggulan buck-converter dan boost-converter. Ia

diperlukan manakala tegangan keluaran yang diinginkan tetap berada pada level

yang telah ditentukan meskipun tegangan masukan (misalnya dari baterai) telah

merosot hingga ke level yang tidak efektif lagi untukkinerja sebuah rangkaian

konverter. Dengan diterapkannya buck-boost converter berkurangnya level

tegangan masukan menjadi dapat lebih ditolerir atau (dengan kata lain) range

tegangan input menjadi lebih lebar lagi dari sebelumnya. Dengan begitu efisiensi

penggunaan baterai sebagai sumber tegangan masukan menjadi lebih baik.


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Ada beberapa model buck-boost converter dengan metode kerja yang berbeda,

salah satu di antaranya yang cukup populer dan menjadi dasar buck-boost

converter adalah sebagaimana yang dipaparkan berikut ini :

Di dalam rangkaian buck-boost converter terdapat sirkit buck-converter dan boost

converter. Sebagaimana telah disinggung di dalam tulisan sebelumnya bahwa

sebuah rangkaian buck-converter memerlukan tegangan masukan yang lebih

tinggi beberapa Volt (biasanya 3V atau lebih) dari tegangan keluarannya. Apabila

tegangan masukan (V+in) berkurang levelnya hingga di bawah itu maka sebuah

buck-converter tidak akan akurat lagi menghasilkan tegangan keluaran yang tepat

atau tegangan keluaran menjadi tidak stabil. Pada saat seperti itulah diperlukan

boost-converter agar tegangan yang telah turun itu dapat kembali dinaikkan

kepada level yang diinginkan sehingga beban (load) di sirkit keluaran tetap

mendapatkan suplai tegangan sebagaimana mestinya.

Gambar 8.3.1 Rangkaian Buck-Boost Converter


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Pada gambar diperlihatkan rangkaian dasar buck-boost converter.

T1, D1 dan L1 membentuk rangkaian buck-converter, sedangkan T2, L1 dan D2

membentuk rangkaian boost-converter. Di sini L1 berperan ganda, yaitu sebagai

induktor bagi buck-converter ataupun bagi boost-converter.

Jika level tegangan masukan normal, buck-converter akan bekerja sebagaimana

mestinya sedangkan boost-converter tidak bekerja. Hanya saja tegangan keluaran

akan sedikit lebih kecil karena terambil oleh tegangan maju D2, sebab dioda ini

menghantar. Dengan demikian untaian ‘fly-wheel’ di sini mencakup L1, D2, C1

dan D1. Ketika sirkit buck-converter bekerja, basis T1 mendapatkan denyut-

denyut tegangan positif dari generator sinyal/osilator. Jika tegangan masukan

merosot hingga ke level tertentu maka buck converter tetap bekerja karena basis

T1 masih mendapatkan denyut-denyut tegangan, namun level tegangan keluaran

sudah akan ikut menurun juga. Pada saat itulah boost-converter mulai bekerja

menaikkan tegangan yang sedianya akan menurun. Basis T2 lalu mulai

mendapatkan denyut-denyut tegangan positif sebagaimana T1. Sementara itu

tegangan keluaran diregulasi agar tetap berada pada level stabil yang telah

ditentukan. T1 dan T2 lalu ON dan OFF secara serempak. Apabila basis kedua

transistor sedang mendapatkan denyut tegangan positif maka T1 menghantarkan

tegangan masukan V+in ke titik x sehingga tegangan di titik x itu akan nyaris

sama dengan tegangan V+in. Tegangan ini dilewatkan/diluluskan oleh induktor

(L1) ke titik y. Akan tetapi di saat yang bersamaan T2 juga ON dan meng-ground-

kan titik y sehingga di titik itu praktis tegangan menjadi nol Volt. Mengalirlah

arus maksimal melalui L1 karena adanya perbedaan potential antara titik x dan y.

Pada saat inilah energilistriktersimpandiL1.Ketika basis kedua transistor tidak lagi


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

mendapatkan denyut tegangan positif (waktu kosong denyut) maka kedua

transistor tidak lagi ON. Pada saat ini energy yang tersimpan di L1 dilepaskan dan

tegangan di titik y menjadi lebih tinggi dari titik x. Tingginya tegangan di titik y

bahkan menjadi lebih tinggi dari level tegangan V+in (tegangan masukan) sebab

di sini prinsip boost-converter berlaku. Tentang ini telah dijelaskan sebelumnya

dalam : Boost-converter . D2 lalu menghantarkan tegangan ini untuk mengisi

muatan C1 dan mengaliri arus ke beban (load). Ini berlangsung sesaat, yaitu

ketika basis kedua transistor sedang tidak mendapatkan denyut tegangan positif.

Ketika kedua transistor kembali mendapatkan denyut tegangan positif maka T1

dan T2 kembali ON secara serempak. T1 menghantarkan tegangan V+in ke titik x

dan T2 meng-ground-kan titik y. Titik y kembali menjadi praktis nol Volt. Pada

saat ini pun kembali terjadi penyimpanan energi di L1. Meskipun titik y praktis

menjadi nol Volt, namun beban tetap teraliri arus karena C1 yang sebelumnya

telah terisi muatan kini membuang muatannya ke beban. Muatan C1 hanya

terlimpahkan ke beban dan tidak ada aliran arus dari C1 ke titik y meskipun di

titik itu telah menjadi nol Volt, sebab disumbat oleh D2 (ingatlah tentang sifat-

sifat dioda). Mulai bekerjanya sirkit buck-converter dan boost-converter secara

bersama-sama adalah ketika tegangan V+in menurun hingga ke level tertentu dan

level ini ditentukan titik rendahnya. Sebuah sirkit tambahan diadakan untuk

menyensor tegangan V+in (sirkit ‘sense’). Sirkit ini akan beraksi menyalurkan

denyut-denyut tegangan ke transistor boost-converter apabila ia telah mendeteksi

bahwa tegangan V+in telah turun ke titik rendah yang ditentukan. Buck-boost

converter terus dikembangkan orang untuk mendapatkan hasil yang lebih baik

pada area penggunaan yang lebih meluas. Pada kelanjutannya muncul beberapa
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

model buck-boost converter dengan cara kerja yang lebih variatif. Sebagian di

antaranya adalah : Bidirectional buck-boost converter, Forward hybrid converter,

Synchronous buck-boost converter, dan Buck-boost and flyback converter.

Pada buck boost converter terdapat beberape komponen utama dalam

systemoperasinya yaitu:

 Sumber tegangan sebagai tegangan input dalam rangkaian.

 MOSFET sebagai switch pengatur tegangan untuk open sircuit atau

closesircuit yang dapat diatur oleh generator pulsa atau PWM.

 Induktor sebagai untuk menyimpan arus listrik dalam medan

magnet,menjadifilter pada rangkaian resonansi dan bisa menahan arus bolak-

balik.

 Kapasitor sebagai menyimpan muatan listrik, selain itu kapasitor juga

dapatdigunakan sebagai penyaring frekuensi.

 Diode sebagai menghantarkan arus listrik ke satu arah tetapi menghambat

aruslistrik dari arah sebaliknya.

 Resistor sebagai hambatan dalam tegangan kelurannya.

 Generator pulsa sebagai pengatur duty cycle sebagai pengaturan MOSFET.

Berikut adalah kurva drain MOSFET yang menampilkan karakteristik arus drain

(ID) terhadap tegangan drain-source (VDS) dengan beberapa kondisi tegangan

gate-source (VGS).
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Gambar 8.3.2 Kurva Karakteristik MOSFET

Dengan karakteristik seperti dapat dilihat dalam kurva drain diatas, maka dapat

lihat bahwa muncul beberapa daerah kerja dari MOSFET. Daerah-daerah tersebut

adalah sebagai berikut:

A. Daerah Ohmic

Daerah ini disebut juga daerah resistansi konstan. Daerah ini berada di sebelah kiri

garis batas (threshold) VGS – VGS(th) = VDS.

B. Daerah Saturasi (jenuh)

Daerah ini juga disebut dengan daerah arus konstan. Daerah ini berada di sebelah

kanan garis batas (threshold) VGS – VGS(th) = VDS dan diatas daerah aktif.

C. Daerah Cut-off (putus)

Daerah ini terletak dibawah VGS1. Disebut daerah cut-off, karena pada daerah ini

nilai tegangan gate-source lebih kecil tegangan gate-source batas/threshold (VGS

< VGS(th)).
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Berdasarkan jurnal yang berjudul “Perancangan Buck Boost Converter

Menggunakan Fuzzy Logic Control Sinyal Pulse Width Modulation pada Panel

Surya” - Buck-boost Converter adalah jenis konverter DCDC yang memiliki

magnitudo tegangan keluaran yang lebih besar dari atau kurang dari besarnya

tegangan masukan. Ini setara dengan konverter flyback menggunakan induktor

tunggal dan bukan transformator. Buck-boost Converter dengan kontroler logika

fuzzy menggunakan sinyal Pulse Width Modulation. Dalam penelitian ini,

penggunaan panel surya terintegrasi dalam desain buck-boost converter dengan

kontrol logika fuzzy sinyal Pulse Width Modulation atau PWM. Mikrokontroler

yang mengukur input dan output tegangan dari sistem dan melakukan percobaan

dimana ditentukan ketika pembacaan tegangan panel surya lebih dari 14 V sampai

maksimal 18 V, mode buck dioperasikan. Ketika pembacaan tegangan panel surya

setidaknya 6 V sampai dengan 13 V, mode boost dioperasikan. Dari percobaan

yang telah dilakukan, pada saat Output Positif (OP) di-set 35 dan Output Negatif

(ON) -20 sistem memasuki rise time pada saat 17 s dan segera memasuki settling

time sesuai dengan setpoint. Pengujian rangkaian driver buck-boost conveter ini

dilakukan dengan mengubah nilai tegangan output dari panel surya menggunakan

input pwm Microcontroller Atmega32 dengan mengatur duty cycle. Berikut akan

ditampilkan tabel perubahan tegangan pada panel surya yang telah diambil

berdasarkan perubahan nilai output tegangan output dari Microcontroller

Atmega32. Pengujian metode fuzzy logic control untuk pengisian aki yang

digunakan ini dilakukan dengan memasukkan setiap membership function yang

telah dirancang pada bab sebelumnya. Hal ini bertujuan untuk mengetahui apakah

metode fuzzy logic ini dapat mengendalikan tegangan untuk pengisian aki dengan
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

baik dan efektif. Untuk pengujian tanpa beban, tidak perlu menghubungkan

terminal load ke baterai, sedangkan untuk pengujian dengan menggunakan beban,

perlu menghubungkan terminal load ke terminal baterai. Dari hasil perancangan

dan pengujian yang telah dilakukan, dapat diambil kesimpulan bahwa kendali

buckboost untuk panel surya telah berhasil dibuat dan bekerja dengan baik, dan

berikut ini adalah kesimpulan lain yang didapatkan: Dengan

mengimplementasikan metode Fuzzy Logic Control pada buck-boost untuk

pengisian baterai VRLA atau aki dari panel surya mampu bekerja sesuai dengan

setpoint yang ditentukan. Menyesuaikan tegangan aki, set point 14 volt untuk

membatasi tegangan jika aki sudah full, sebelum mencapai set point 14 volt aki

akan terus diisi oleh output tegangan buck-boost dari panel surya. Saat sistem

belum dibebani, set point akan langsung tercapai 14 volt. Akan tetapi ketika

dibebani dengan aki, tegangan belum mencapai set point dikarenakan pengisian

aki bergantung pada waktu pengisian aki dan tegangan yang dihasilkan mengikuti

tegangan beban aki, jika aki sudah full setpoint akan tercapai

IX. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan pada percobaan ini yaitu:

1. Berdasarkan data hasil percobaan didaptkan bahwa hubungan antara

perubahan nilai duty cycle dengan nilai ΔV (mV) adalah berbanding lurus

karena dapat diketahui Ketika nilai duty cycle semakin besar maka nilai ΔV

(mV) juga akan semakin besar.

2. Berdasarkan data hasil percobaan didaptkan bahwa hubungan antara

perubahan nilai duty cycle dengan nilai ΔI (mA) adalah berbanding lurus
LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

karena dapat diketahui Ketika nilai duty cycle semakin besar maka nilai ΔI

(mA) juga akan semakin besar.

3. Berdasarkan data hasil percobaan didaptkan bahwa hubungan antara

perubahan nilai tegangan baik pada percobaan maupun perhitungan dengan

nilai ΔV (mV) adalah berbanding terbalik karena dapat diketahui Ketika nilai

tegangan baik pada percobaan maupun perhitungan semakin besar maka nilai

ΔV (mV) akan semakin kecil.

4. Berdasarkan data hasil percobaan didaptkan bahwa hubungan antara

perubahan nilai tegangan baik pada percobaan maupun perhitungan dengan

nilai ΔI (mA) adalah relative berbanding lurus karena dapat diketahui Ketika

nilai tegangan baik pada percobaan maupun perhitungan semakin besar maka

nilai ΔI (mA) juga akan semakin besar.

5. Berdasarkan data hasil percobaan didaptkan bahwa hubungan antara

perubahan frekuensi dengan ΔI (mA) adalah berbanding terbalik, hal ini

dikarenakan semakin besar nilai perubahan pada frekuensi, maka akan

semkain kecil nilai ΔI (mA) yang didaptkan.

DAFTAR PUSTAKA

[1] Putri, S. D. D., & Aswardi, A, “Rancang Bangun Buck-Boost Converter

menggunakan Kendali PID”. JTEV (Jurnal Teknik Elektro dan

Vokasional), 6(2), 258-272, 2020.

[2] Hidayat, S. M, “Rancang Bangun Buck-Boost Converter”, Jakarta.

Universitas Indonesia, 2010.

[3] Budiman, F. N, “Rancang Bangun Konverter Buck Boost dengan Sistem

Monitoring Berbasis Labview”, 2018.


LABORATORIUM Nomor :
KONVERSI ENERGI ELEKTRIK Edisi / Revisi :
PRAKTIKUM ELEKTRONIKA Tanggal Berlaku : Oktober 2022
DAYA Halaman :

Anda mungkin juga menyukai