Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA

KULIAH TUGAS 2

Nama Mahasiswa : Fadil Aulia Anshor

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 048667983

Kode/Nama Mata Kuliah : HKUM4211/Hukum Agraria

Kode/Nama UPBJJ : 24 - Bandung

Masa Ujian : 2022/23.2(2023.1)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Sertifikat ganda atau duplikat sertifikat dapat terjadi karena beberapa
faktor seperti:
 Kesalahan administrasi - kesalahan pada saat penerbitan sertifikat,
seperti kesalahan penulisan nama atau nomor identitas dapat
menyebabkan sertifikat ganda terbit.
 Penipuan - seseorang dapat membuat sertifikat palsu dengan tujuan
untuk mengambil keuntungan yang tidak sah atau untuk memperoleh
akses yang seharusnya tidak dimilikinya.
 Kehilangan - sertifikat hilang atau dicuri dan kemudian dijual atau
digunakan oleh orang lain untuk tujuan yang tidak sah.

Dampak hukum dari sertifikat ganda dapat beragam tergantung pada


konteks dan kasus spesifiknya. Beberapa dampak hukum yang mungkin
timbul akibat adanya sertifikat ganda adalah sebagai berikut:
 Tidak sahnya sertifikat - jika sertifikat asli dan duplikatnya digunakan
secara bersamaan, maka sertifikat asli dapat menjadi tidak sah.
 Tindakan pidana - pembuatan sertifikat palsu atau penggunaan
sertifikat ganda dapat dianggap sebagai tindakan pidana, dan
pelakunya dapat dikenakan sanksi hukum.
 Kehilangan hak - jika sertifikat ganda digunakan untuk tujuan yang tidak
sah, maka pemegang sertifikat tersebut dapat kehilangan hak yang
seharusnya dimilikinya.
 Kerugian finansial - adanya sertifikat ganda dapat menyebabkan
kerugian finansial bagi pihak yang terlibat, seperti perusahaan atau
individu yang mengeluarkan sertifikat.

Oleh karena itu, penting bagi pihak yang terlibat dalam penerbitan dan
penggunaan sertifikat untuk memastikan bahwa proses administrasi dan
pengawasan yang ketat dilakukan untuk mencegah terjadinya sertifikat
ganda. Jika sertifikat ganda ditemukan, langkah-langkah perbaikan dan
perlindungan hukum yang sesuai harus diambil untuk mengurangi dampak
negatifnya.

2. Sejak awal pemerintahan Presiden Joko Widodo, pemerintah Indonesia


telah memperlihatkan komitmen yang cukup besar terhadap upaya
reforma agraria dan landreform. Dalam hal ini, pemerintah telah
mengeluarkan berbagai kebijakan dan program untuk melakukan penataan
ulang struktur penguasaan dan pemilikan tanah di Indonesia.
Beberapa program landreform yang dilakukan pada masa pemerintahan
Presiden Joko Widodo antara lain:
 Program Reforma Agraria Nasional (PRAN)
PRAN merupakan program prioritas pemerintah dalam upaya reforma
agraria dan landreform. Program ini bertujuan untuk memberikan akses
kepemilikan tanah yang lebih adil bagi masyarakat Indonesia,
khususnya petani, nelayan, dan masyarakat adat. Dalam program ini,
pemerintah berupaya untuk meregistrasi tanah yang belum memiliki
sertifikat, melakukan redistribusi tanah, dan memberikan bantuan
pembiayaan untuk mendorong produktivitas pertanian.
 Program Pendaftaran Tanah Sistematis Lengkap (PTSL)
PTSL merupakan program untuk meregistrasi tanah yang belum
memiliki sertifikat, dan memberikan sertifikat tanah secara gratis
kepada pemilik tanah. Program ini diharapkan dapat meningkatkan
akses kepemilikan tanah yang sah bagi masyarakat Indonesia.
 Program Hak Guna Usaha (HGU)
HGU merupakan program yang bertujuan untuk memberikan hak
pengelolaan tanah kepada masyarakat melalui skema kerja sama
dengan pengusaha atau investor. Program ini diharapkan dapat
memberikan akses kepemilikan tanah dan penghasilan bagi
masyarakat, sementara tetap menjaga produktivitas pertanian dan
kelestarian lingkungan.
 Program Satu Juta Hektar Tanah untuk Rakyat
Program ini bertujuan untuk mendistribusikan satu juta hektar tanah
negara yang tidak produktif kepada masyarakat yang membutuhkan.
Program ini dilakukan melalui proses verifikasi dan validasi data pemilik
lahan, serta dilakukan pengembangan infrastruktur pertanian dan
perikanan.

Meskipun telah dilakukan berbagai program landreform, tantangan masih


ada dalam implementasi program tersebut. Beberapa tantangan antara lain
masalah akses data tanah yang tidak lengkap, ketidaksiapan sejumlah
instansi dalam melakukan reforma agraria, serta resistensi dari pihak-pihak
yang kehilangan hak atas tanah. Namun, upaya pemerintah dalam
melakukan landreform pada masa pemerintahan Presiden Joko Widodo
patut diapresiasi dan terus diperjuangkan untuk mencapai akses
kepemilikan tanah yang lebih adil bagi masyarakat Indonesia.
3. Pengadaan tanah untuk kepentingan umum merupakan suatu tindakan
yang sangat penting bagi pembangunan nasional. Namun, pengadaan
tanah ini juga seringkali menimbulkan permasalahan dan konflik di
masyarakat, terutama bagi pemilik tanah yang terdampak oleh proyek
pembangunan tersebut. Beberapa permasalahan yang sering timbul akibat
pengadaan tanah untuk kepentingan umum antara lain:
 Ganti rugi yang tidak adil
Salah satu permasalahan utama dalam pengadaan tanah untuk
kepentingan umum adalah besaran ganti rugi yang tidak adil bagi
pemilik tanah. Terkadang, pemilik tanah hanya diberikan ganti rugi
yang rendah oleh pemerintah, sehingga tidak mencukupi untuk
memenuhi kebutuhan hidup mereka.
 Kompensasi yang tidak memadai
Selain ganti rugi, pemilik tanah yang terdampak pengadaan tanah juga
seringkali tidak mendapatkan kompensasi yang memadai dari
pemerintah. Hal ini terutama terjadi ketika pemilik tanah tidak dapat
mengevaluasi nilai tanah mereka secara tepat, sehingga pemerintah
dapat memanfaatkan situasi ini untuk memberikan kompensasi yang
rendah.
 Tidak terjaminnya hak kepemilikan tanah
Proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum seringkali
menimbulkan konflik mengenai hak kepemilikan tanah, karena pemilik
tanah yang terdampak proyek pembangunan merasa bahwa hak
kepemilikannya tidak terjamin oleh pemerintah. Hal ini dapat terjadi
karena adanya ketidakjelasan mengenai hak kepemilikan tanah atau
karena ketidaksiapan pemerintah dalam memberikan jaminan atas hak
kepemilikan tanah.
 Gangguan terhadap mata pencaharian
Pengadaan tanah untuk kepentingan umum juga seringkali berdampak
pada mata pencaharian pemilik tanah yang terdampak. Misalnya, jika
lahan pertanian yang dimiliki oleh pemilik tanah diambil untuk
pembangunan jalan tol, maka pemilik tanah tersebut kehilangan
sumber penghasilan mereka.
 Konflik sosial
Akibat dari permasalahan-permasalahan yang disebutkan di atas,
seringkali terjadi konflik sosial antara pemerintah dan masyarakat yang
terdampak oleh proyek pembangunan tersebut. Konflik ini dapat
berdampak pada keterlambatan atau bahkan pembatalan proyek
pembangunan, yang pada akhirnya akan berdampak negatif pada
pembangunan nasional.

Anda mungkin juga menyukai