Anda di halaman 1dari 4

BUKU JAWABAN TUGAS MATA KULIAH

TUGAS 3

Nama Mahasiswa : DICKY BOBSON SIANTURI

Nomor Induk Mahasiswa/ NIM : 051014918

Kode/Nama Mata Kuliah : ADPU4335/Administrasi Pertanahan

Kode/Nama UPBJJ : 16/UT Pekanbaru

Masa Ujian : 2023/2024 Ganjil (2023.2)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
1. Siapa saja yang berhak menjadi PPAT?
Berdasarkan Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok
Agraria (UUPA) dan Peraturan Pemerintah Nomor 37 Tahun 1998 tentang Peraturan Jabatan
Pejabat Pembuat Akta Tanah (PPAT), berikut adalah syarat-syarat untuk menjadi PPAT:
1) Warga Negara Indonesia;
2) Bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa;
3) Berpendidikan serendah-rendahnya Sarjana Hukum atau Diploma IV bidang hukum;
4) Telah mengikuti pendidikan dan pelatihan PPAT yang diselenggarakan oleh Kementerian
Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN);
5) Berumur paling rendah 25 (dua puluh lima) tahun dan paling tinggi 65 (enam puluh lima)
tahun;
6) Sehat jasmani dan rohani;
7) Tidak pernah dihukum penjara karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan
pidana penjara paling singkat 5 (lima) tahun;
8) Tidak pernah diberhentikan sebagai PPAT;
9) Tidak pernah dicabut haknya sebagai Advokat;
10) Tidak sedang menjalani sanksi administratif berupa pencabutan sementara izin PPAT; dan
11) Tidak sedang menjalani sanksi pidana.
Apakah anggota PPAT dapat diberhentikan?
Ya, anggota PPAT dapat diberhentikan oleh Kepala Kantor Wilayah Badan Pertanahan Nasional
(Kanwil BPN) atas nama Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(ATR/BPN) berdasarkan rekomendasi Majelis Pengawas Daerah (MPD) PPAT setempat.
Pemberhentian anggota PPAT dapat dilakukan karena alasan-alasan berikut:
1) Meninggal dunia;
2) Telah mencapai usia 65 (enam puluh lima) tahun;
3) Mengajukan permohonan pengunduran diri;
4) Dijatuhi hukuman penjara karena melakukan tindak pidana yang diancam dengan pidana
penjara paling singkat 5 (lima) tahun;
5) Diberhentikan sebagai Advokat;
6) Dijatuhi sanksi administratif berupa pencabutan sementara izin PPAT; atau
7) Diberhentikan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Badan Pertanahan Nasional
(ATR/BPN) karena alasan lain yang berdasarkan pertimbangan dan keputusan Majelis
Pengawas Pusat (MPP) PPAT.
Lembaga apa yang sekarang menentukan bentuk resmi akta yang dibuat oleh PPAT?
Berdasarkan Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional
Nomor 12 Tahun 2022 tentang Bentuk Akta Pejabat Pembuat Akta Tanah, bentuk resmi akta
yang dibuat oleh PPAT ditentukan oleh Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan
Pertanahan Nasional (ATR/BPN). Bentuk akta tersebut harus memuat unsur-unsur yang
meliputi:
1) Nama dan tempat kedudukan PPAT;
2) Hari, tanggal, bulan, dan tahun pembuatan akta;
3) Nama dan tempat tinggal para pihak;
4) Nama dan alamat objek tanah;
5) Isi akta;
6) Tanda tangan para pihak;
7) Tanda tangan PPAT; dan
8) Cap PPAT.

2. Solusi dari kasus ingkar janji dalam perjanjian jual beli tanah :
1) Pemutusan perjanjian. Jika salah satu pihak tidak memenuhi janjinya, maka pihak yang lain
dapat memilih untuk memutuskan perjanjian tersebut. Pemutusan perjanjian dapat dilakukan
secara sepihak oleh pihak yang dirugikan.
2) Pemaksaaan pemenuhan perjanjian. Jika pihak yang dirugikan tidak ingin memutuskan
perjanjian, maka pihak tersebut dapat menuntut pihak yang ingkar janji untuk memenuhi
perjanjiannya. Tuntutan ini dapat dilakukan melalui jalur hukum, yaitu dengan mengajukan
gugatan ke pengadilan.
Hubungan dengan hukum barat :
Dalam hukum barat, kasus ingkar janji dalam perjanjian jual beli tanah juga dapat dituntut di
pengadilan. Hal ini diatur dalam Pasal 1242 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata
(KUHPerdata) yang berbunyi: “Tiap-tiap perikatan, yang dilahirkan dengan suatu persetujuan,
harus dipenuhi dengan itikad baik.”
Berdasarkan pasal tersebut, setiap perjanjian yang dibuat oleh para pihak harus dipenuhi dengan
itikad baik. Jika salah satu pihak tidak memenuhi janjinya, maka pihak yang lain dapat menuntut
pemenuhan janji tersebut atau ganti rugi.

3. Arti sosial positif dari konsolidasi tanah, antara lain:


1) Konsolidasi tanah dapat meningkatkan produktivitas tanah dengan cara memperbaiki tata
guna tanah, sehingga tanah dapat digunakan secara lebih efisien dan optimal. Hal ini dapat
meningkatkan produksi pertanian, perkebunan, dan perindustrian.
2) Konsolidasi tanah dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan cara memberikan
kepastian hukum dan hak atas tanah kepada masyarakat. Hal ini dapat meningkatkan akses
masyarakat terhadap sumber daya alam dan modal, sehingga dapat meningkatkan
pendapatan dan taraf hidup masyarakat.
3) Konsolidasi tanah dapat meningkatkan keadilan sosial dengan cara mengurangi ketimpangan
penguasaan dan penggunaan tanah. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memberikan tanah
kepada masyarakat yang tidak memiliki tanah atau memiliki tanah dalam jumlah yang
sedikit.
4) Konsolidasi tanah dapat meningkatkan ketahanan pangan dengan cara meningkatkan
produksi pangan. Hal ini dapat dilakukan dengan cara memperbaiki tata guna tanah untuk
pertanian, sehingga dapat meningkatkan ketersediaan pangan.
5) Konsolidasi tanah dapat meningkatkan kualitas lingkungan dengan cara mengurangi alih
fungsi lahan dan meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Hal ini dapat dilakukan
dengan cara memberikan kepastian hukum dan hak atas tanah kepada masyarakat, sehingga
masyarakat memiliki motivasi untuk menjaga dan melestarikan lingkungan.
Arti sosial negatif dari konsolidasi tanah, antara lain:
1) Menyebabkan konflik social, terutama jika tidak melibatkan partisipasi masyarakat secara
aktif. Konflik sosial ini dapat terjadi karena masyarakat merasa dirugikan, misalnya karena
kehilangan tanah atau karena tidak mendapatkan ganti rugi yang adil.
2) Meningkatkan eksploitasi sumber daya alam, terutama jika dilakukan oleh perusahaan-
perusahaan besar. Hal ini dapat menyebabkan kerusakan lingkungan dan merugikan
masyarakat lokal.
3) Memperkuat penguasaan tanah oleh segelintir orang, terutama jika dilakukan oleh
pemerintah atau perusahaan-perusahaan besar. Hal ini dapat menyebabkan ketimpangan
penguasaan tanah dan merugikan masyarakat kecil.

4. Kelemahan sistem pengarsipan elektronik di zaman sekarang :


1) Keamanan merupakan salah satu kelemahan utama dari e-filing. Arsip elektronik lebih rentan
terhadap serangan malware, virus, dan hacker. Hal ini dapat menyebabkan arsip hilang,
rusak, atau diubah secara tidak sah.
2) Ketersediaan arsip elektronik juga menjadi masalah. Arsip elektronik hanya dapat diakses
jika perangkat keras dan perangkat lunak yang digunakan untuk menyimpannya masih
tersedia. Jika perangkat keras atau perangkat lunak tersebut rusak atau tidak dapat diakses,
maka arsip elektronik juga akan hilang.
3) Kompatibilitas antar perangkat keras dan perangkat lunak juga menjadi masalah. Arsip
elektronik yang dibuat di satu perangkat keras atau perangkat lunak mungkin tidak dapat
dibuka di perangkat keras atau perangkat lunak lain. Hal ini dapat menyebabkan kesulitan
dalam mengakses arsip elektronik.
4) Biaya untuk mengimplementasikan dan memelihara sistem e-filing juga cukup mahal. Hal
ini karena diperlukan perangkat keras, perangkat lunak, dan sumber daya manusia yang
memadai.
5) Pengguna sistem e-filing harus memiliki keahlian dalam menggunakan komputer dan
teknologi informasi. Hal ini karena sistem e-filing menggunakan perangkat keras dan
perangkat lunak yang kompleks.

Anda mungkin juga menyukai