Anda di halaman 1dari 18

TEORI AKUNTANSI

IMPLEMENTASI KERANGKA KONSEPTUAL DALAM PELAPORAN


AKUNTANSI PADA PT. UNILEVER Tbk

DOSEN PENGAMPU:
Siti Samsiah, S.E., M.Ak

DI SUSUN OLEH :
Devi Nila Anjani (210301008)
Silviana Aulia Putri (210301018)
Mega Sari Indah Yani (210301066)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH RIAU
PEKANBARU
2023
ABSTRAK
BAB I
PENDAHULUAN

Teori akuntansi merupakan hal yang sangat penting dalam dunia praktik dalam
penyusunan dan pengembangan serta perbaikan menuju praktik yang sehat., teori akuntansi
juga menjadi landasan untuk memecahkan masalah-masalah akuntansi secara beralasan atau
bernalar serta etis yang dapat dipertanggung jawabkan. Dengan demikian akuntansi dapat
dedifinisikan sebagai proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan,
pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar (bahan
olah akuntansi) yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi, atau kegiatan operasi
suatu unit organisasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi
pihak yang berkepentingan.
Akuntansi juga memiliki peran yang nyata jika informasi yang dihasilkan oleh
akuntansi dapat mengendalikan perilaku pengambil keputusan ekonomik untuk bertindak
menuju ke suatu pencapaian tujuan sosial dan ekonomik negara. Pelaporan keuangan
akuntansi sebagai sistem nasional harus direkayasa dengan saksama untuk pengendalian
alokasi tersebut secara automatis melalui mekanisme pasar yang berlaku.
Pelaporan keuangan (Financial reporting) adalah semua cara yang digunakan oleh
perusahaan untuk menyampaikan informasi keuangan perusahaan tersebut. Dalam SFAC
No.1, FASB (1980) menyebutkan bahwa tujuan pelaporan keuangan tidak terbatas pada isi
dari laporan keuangan (financial statement). Dengan kata lain, cakupan pelaporan keuangan
(financial reporting) adalah lebih luas dibandingkan laporan keuangan (financial statement).
FASB (1980) menyebutkan: Pelaporan keuangan mencakup tidak hanya laporan keuangan
tetapi juga media pelaporan informasi lainnya, yang berkaitan langsung atau tidak langsung,
dengan informasi yang disediakan oleh sistem akuntansi yaitu informasi tentang sumber-
sumber ekonomi, hutang, laba periodik dan lain lain.
Salah satu model kerangka konseptual yang banyak dikenal saat ini adalah kerangka
konseptual yang dikembangkan oleh Financial Accounting Standards Board (FASB).
Kerangka kerja konseptual memberikan adaptasi sistematik dalam standar akuntansi bagi
lingkungan bisnis yang terus berubah. FASB menggunakan kerangka kerja konseptual untuk
membekali perkembangan standar akuntansi yang baru secara terorganisasi dan konsisten.
Disamping itu, mempelajari kerangka kerja konseptual FASB akan memudahkan seseorang
untuk mengerti dan mengantisipasi standar masa depan. Kerangka kerja konseptual
menyebutkan tujuan dari pelaporan keuangan dan karakteristik dari informasi akuntansi yang
baik,
Implementasi kerangka kerja konseptual dalam pelaporan akuntansi pada PT.
Unilever Tbk ini akan membantu dalam memenuhi tujuan pelaporan keuangan, serta
menyediakan informasi-informasi yang akan digunakan nantinya bagi para pengambil
keputusan di dalam dunia bisnis. Selain itu, Implementasi kerangka kerja konseptual juga
akan membantu dalam meningkatkan pemahaman pemakai laporan keuangan dan
meningkatkan keyakinan terhadap keputusan akhir.
Laporan keuangan bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan kepada
pengguna untuk digunakan dalam proses pengambilan keputusan.” Untuk membantu
sebagian besar pembaca laporan membuat keputusan ekonomi dan menunjukkan
akuntabilitas manajemen atas penggunaan sumber daya yang dipercayakan kepada mereka,
laporan keuangan dimaksudkan untuk memberikan informasi tentang status keuangan,
kinerja, dan arus kas Perusahaan.

LITERATUR TEORI
Pengertian Informasi menurut Jugiyanto (1997) adalah: data signifikan yang telah
diolah menjadi bentuk yang lebih berguna dan lebih berarti yang menggambarkan suatu
kejaian-kejadian yang digunakan sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Jadi, sumber
informasi adalah data atau kenyataan yang terjadi. Informasi digunakan sebagai dasar untuk
bertindak atau mengambil keputusan dan dapat mengurangi ketidak pastian.
Akuntansi adalah pengukuran, penjabaran, atau pemberian kepastian mengenai
informasi yang akan membantu manajer, investor, otoritas pajak dan pembuat keputusan
lain untuk membuat alokasi sumber daya keputusan di dalam perusahaan, organisasi
non-profit, dan Lembaga pemerintah. Bertujuan untuk menyiapkan suatu laporan
keuangan yang akurat agar dapat dimanfaatkan oleh para manajer, pengambil kebijakan,
dan pihak berkepentingan lainnya, seperti pemegang saham, kreditur, atau pemilik.
Fungsi utama dari informasi akuntansi ini diantaranya adalah mengumpulkan dan
menyimpan data mengenai kegiatan serta laporan keuangan bisnis setiap perusahaan. Di
mana data tersebut harus bersifat efisien dan efektif. Selain itu, Laporan keuangan juga
merupakan salah satu alat pertanggungjawaban dan komunikasi manajemen kepada pihak-
pihak yang membutuhkan, dapat juga menyediakan informasi yang berguna sebelum
mengambil suatu keputusan oleh pihak manajemen.
Maka dari itu, diperlukannya suatu kerangka konseptual yang dimana memiliki
peranan yang sangat penting terutama di dalam pengembangan sebuah standar akuntansi
yang baru secara terorganisasi dan konsisten atas standar akuntansi yang telah diberlakukan
sebelumnya. Ketika seorang akuntan harus berhadapan dengan tantangan baru yang belum
terdapat standar akuntansi yang jelas, kerangka kerja konseptual ini adalaah solusinya.
Kerangka konseptual ini diharapkan dapat memberikan sebuah acuan atau referensi untuk
menganalisis dan memecahkan masalah-masalah akuntansi yang terkini dsn juga dimasa
mendatang.
Implementasi kerangka kerja konseptual dalam pelaporan akuntansi pada PT.
Unilever Tbk ini akan membantu dalam memenuhi tujuan pelaporan keuangan, serta
menyediakan informasi-informasi yang akan digunakan nantinya bagi para pengambil
keputusan di dalam dunia bisnis. Selain itu, Implementasi kerangka kerja konseptual juga
akan membantu dalam meningkatkan pemahaman pemakai laporan keuangan dan
meningkatkan keyakinan terhadap keputusan akhir.

PENGERTIAN KERANGKA KONSEPTUAL


Kerangka konseptual akuntansi adalah konsep yang menjadi dasar penyusunan dan
penyajian laporan keuangan bagi stakholder eksternal. Konsep ini mengidentifikasi tujuan
dan sasaran akuntansi, serta memberikan pedoman tentang jenis, fungsi dan batasan
akuntansi keuangan dan pelaporan keuangan. Kerangka konseptual ini merupakan struktur
teori akuntansi yang didasarkan pada logika penalaran yang menjelaskan realitas yang terjadi
menjelaskan apa yang harus dilakukan jika ada fakta atau fenomena baru, kerangka
konseptual ini disusun dengan tujuan sebagai kerangka kerja yang akan dijadikan dasar untuk
pembentukan standard an aturan akuntansi yang koheren, serta sebagai referensi dasar teori
akuntansi untuk menyelesaikan masalah-masalah praktik pelaporan keuangan yang muncul.
Kerangka kerja konseptual memberikan adaptasi sistematik dalam standar Akuntansi
bagi lingkungan bisnis yang terus berubah, FASB menggunakan kerangka kerja konseptual
untuk membekali perkembangan standar akuntansi yang baru secara terorganisasi dan
konsisten. Disamping itu, mempelajari kerangka kerja konseptual FASB akan memudahkan
pengguna laporan keuangan untuk mengerti dan mengantisipasi standar masa depan.
Jadi, kerangka kerja konseptual tidak hanya membantu profesi akuntansi dalam
memahami praktik-praktik yang ada tetapi juga memberikan arahan (pedoman) untuk
menangani praktik-praktik akuntansi di masa yang akan datang. Kerangka kerja konseptual
memberikan dasar/landasan yang konsisten dan memadai bagi para penyusun
standar akuntansi, penyusun laporan keuangan, pengguna laporan keuangan,dan pihak-pihak
lainnya yang turut terlibat dalam proses pelaporan keuangan. Kerangka kerja konseptual
memang tidak akan dapat memecahkan seluruh problem akuntansi, tetapi juga digunakan
secara konsisten, maka kerangka kerja ini seharusnya dapat membantu memperbaiki
pelaporan keuangan.
Tanpa kerangka konseptual sebagai dasar penyusunan laporan keuangan maka akan
sangat sulit bagi penyusun laporan keuangan untuk mengevaluasi argumen bahwa perlakuan
akuntansi tertentu lebih baik dalam menggambarkan realitas ekonomi atau untuk menilai
bahwa perlakuan akuntansi yang lebih efektif dari perlakuan yang lain dalam rangka
mencapai tujuan sosial atau ekonomik dalam suatu bisnis, serta tidak akan bisa
terbentuk sebuah pelaporan keuangan yang nantinya akan menjadi konsep sebagai dasar
penyusunan laporan keuangan.

Tujuan Kerangka Konseptual


Tujuan keseluruhan dari pelaporan keuangan adalah untuk memberikan informasi yang
berguna bagi investor dan kreditor dalam pengambilan keputusan investasi dan kredit. Jenis
keputusan yang dibuat oleh pengambil keputusan sangatlah beragam, begitu juga dengan
metode pengambilan keputusan yang mereka gunakan dan kemampuan mereka untuk
memproses informasi.
Sementara itu kerangka konseptual mendeskripsikan tujuan dari konsep pelaporan
keuangan bertujuan umum. Tujuan Kerangka Konseptual adalah untuk:
1. membantu Dewan Standar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia (DSAK
IAI) dalam mengembangkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) yang berdasarkan
konsep yang konsisten.
2. membantu penyusun laporan keuangan untuk mengembangkan kebijakan akuntansi
yang konsisten ketika tidak ada standar yang berlaku untuk transaksi tertentu atau
peristiwa lain atau ketika standar memberikan pilihan kebijakan akuntansi.
3. membantu semua pihak untuk memahami dan menginterpretasikan Standar.
Kerangka kerja konseptual menyebutkan tujuan dari pelaporan keuangan dan
karakteristik dari informasi akuntansi yang baik, mendefinisikan dengan tepat istilah- istilah
yang biasa digunakan seperti asset dan pendapatan serta menyediakan petunjuk untuk
pengakuan, pengukuran, dan pelaporan keuangan yang tepat. Dengan adanya Standard
Akuntansi Keuangan (SAK) yang baru, memberikan petunjuk-petunjuk dan aturan-aturan
pelaporan keuangan yang berbeda dari sebelumnya. Sehingga diperlukan adanya publikasi
kepada seluruh pelaku akuntansi di Indonesia agar menyesuaikan dengan peraturan baru yang
berlaku.
Sebagai suatu kesatuan konsep-konsep koheren yang menetapkan sifat dan fungsi
pelaporan keuangan, Kam (1990) menguraikan manfaat-manfaat kerangka konseptual
sebagai berikut:
1. Memberi pengarahan atau baru kepada badan yang bertanggung jawab dalam
penyusunan / penetrasi standar akuntansi.
2. Menjadi acuan dalam memecahkan masalah-masalah akuntansi yang dijumpai
dalam praktik yang perlakuannya belum diatur dalam standar atau pedoman
spesifik.
3. Menentukan batas-batas pertimbangan dalam penyusunan statemen keuangan.
4. Meningkatkan pemahaman pemakai statemen keuangan dan meningkatkan
keyakinan terhadap statemen keuangan.
5. Meningkatkan keterbandingan statemen keuangan antar perusahaan.
BAB II
PEMBAHASAN
PT Unilever Indonesia Tbk (“Perusahaan”) didirikan pada tanggal 5 Desember 1933
dengan nama Lever's Zeepfabrieken N.V.23 M.Ah. van Ophuijsen, notaris di Batavia,
disetujui oleh Gubernur Generaal van Nederlandsch-Indie dengan nomor 14 tanggal 16
Desember 1933, didaftarkan di Raad van Justitie di Batavia dengan nomor 302 pada tanggal
22 Desember 1933 dan diterbitkan dalam Lampiran No. 3 Javasche Courant tanggal 9 Januari
1934.
Nama perusahaan diubah menjadi "PT Unilever Indonesia" sesuai akta notaris Ny. Kartini
Muljadi SH No. 171 tanggal 22 Juli 1980. Setelah itu, nama perusahaan diubah pada “PT
Unilever Indonesia Tbk” dibuat berdasarkan surat Tuan Mudofir Hadi SH No. 92 tanggal 30
Juni 1997.

1. Tata Kelola Usaha


Unilever berkomitmen untuk menerapkan standar tata kelola perusahaan tertinggi di
seluruh operasional Perseroan. Tujuan tata kelola perusahaan adalah terciptanya komitmen
Unilever Indonesia terhadap manajemen yang bertanggung jawab, tidak hanya terhadap
bisnis namun juga terhadap dampak lingkungan secara fisik dan sosial, hal ini sebagai salah
satu nilat utama yang dijunjung dan merupakan komponen penting dalam membangun
kepercayaan antara Perseroan, para investor dan pemangku kepentingan.
Struktur tata kelola sesuai dengan ketentuan Undang-Undang No. 40 tahun 2007 tentang
Perseroan Terbatas ("Undang-Undang Perseroan') dan Anggaran Dasar Perseroan, Perseroan
memiliki tiga organ pokok korporasi; Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), Dewan
Komisaris dan Direksi. Dewan Komisaris dan Direksi, bersama-sama dengan Sekretaris
Perusahaan dan Komite-Komite di bawah Dewan Komisaris, memimpin implementasi dari
tata kelola perusahaan yang baik. Dengan demikian, terdapat pembagian tugas dan tanggung
jawab yang jelas antara masing-masing organ independen ini.
Disamping itu perusahaan Unilever memiliki tata kelola usaha dalam hal hubungan
antara Dewan Komisaris dan Direksi, Komite-Komite, Sekretaris Perusahaan dan Hubungan
Investor yang meliputi Sekretaris Perusahaan dan Hubungan Investor, Etika Korporasi.
Manajemen risiko Direksi bertanggung jawab untuk mengidentifikasi dan menilai risiko yang
dihadapi Perseroan dan memastikan bahwa risiko-risiko tersebut dikelola secara efektif.
Direksi didukung oleh Komite Manajemen Risiko Korporasi, yang mengatur desain,
implementasi dan pemutakhiran sistem manajemen yang efektif secara teratur Komite ini
terdiri atas Group Audit Manager, Financial Controller, Commercial Manager Business
System Manager dan Sekretaris Perusahaan, dan diketuai oleh Chief Financial Officer.

2. Saham perseroan pertama kali ditawarkan kepada masyarakat pada tahun 1981 dan
Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan ringkasan dari suatu proses pencatatan transaksi-
transaksi keuangan yang terjadi selama tahun buku pada laporan keuangan yang
dibuat oleh manajemen dengan tujuan untuk mempertanggungjawabkan tugas-tugas
manajer yang dibebankan oleh para pemilik perusahaan. Di samping itu laporan
keuangan digunakan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang lain, yaitu sebagai laporan
kepada pihak luar perusahaan.
Agar pembaca laporan keuangan memperoleh gambaran yang jelas, maka
laporan keuangan disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang lazim. Di Indonesia
prinsip akuntansi disusun oleh Ikatan Akuntan Indonesia.
Menurut (IAI,2002:1) laporan keuangan yang disusun oleh manajemen terdiri
dari:
a) Neraca (laporan posisi keuangan) adalah laporan yang sistematis tentang aktiva,
hutang, serta modal dari suatu perusahaan pada suatu saat tertentu.
b) Laporan laba rugi merupakan suatu laporan operasi perusahaan selama periode
tertentu.
c) Laporan perubahan ekuitas menggambarkan peningkatan atau penurunan aktiva
bersih atau kekayaan selama periode yang bersangkutan berdasarkan prinsip
pengukuran tertentu yang dianut dan harus diungkapkan dalam laporan keuangan.
Laporan perubahan ekuitas untuk perubahan yang berasal dari transaksi dengan
pemegang saham seperti setoran modal dan pembayaran deviden, menggambarkan
jumlah keuntungan dan kerugian yang berasal dari kegiatan perusahaan selama
periode yang bersangkutan.
d) d. Laporan arus kas melaporkan arus kas selama periode tertentu dan diklasifikasikan
menurut aktiva operasi, investasi dan pendanaan.
e) e. Catatan atas laporan keuangan meliputi penjelasan naratif atau rincian jumlah yang
tertera dalam neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan
ekuitas serta informasi tambahan seperti kewajiban kontijensi dan komitmen.
Catatan atas laporan keuangan mengungkapkan:
a) Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang
dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting
b) Informasi yang diwajibkan dalam PSAK tetapi tidak disajikan di neraca, laporan laba
rugi, laporan arus kas dan laporan perubahan ekuitas.
c) Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi rangka
penyajian secara wajar.
Laporan keuangan setidaknya disajikan secara tahunan. Apabila tahun diperlukan dalam
buku perusahaan berubah dan laporan keuangan tahunan disajikan untuk periode yang lebih
panjang atau lebih pendek dari periode satu tahun makasebagai tambahan terhadap periode
cakupan laporan keuangan. Perusahaan harus mengungkapkan:
a) Alasan penggunaan periode pelaporan selain periode satu tahun.
b) Fakta bahwa jumlah komparatif dalam laporan keuangan dalam laporan laba rugi,
laporan perubahan ekuitas, laporan arus kas dan catatan atas laporan keuangan yang
tidak dapat dibandingkan.
3. Ikhtisar Laporan Keuangan

Berikut adalah ikhtisar data keuangan PT Unilever Indonesia Tbk (UNVR) per 31
Desember 2022 dan 2021 (dalam jutaan Rupiah, kecuali dinyatakan lain):

Ukuran 31 Desember 2022 31 Desember 2021

Penjualan bersih 46.840,2 43.903,5

Laba kotor 10.093,5 9.225,9

Laba usaha 5.978,4 5.266,4

Laba sebelum pajak 6.804,1 5.864,8

Laba bersih 5.674,6 4.996,7

Aset lancar 41.749,2 38.707,7

Aset tidak lancar 39.200,8 36.755,3

Ekuitas 31.120,4 28.970,6

Penjualan bersih Unilever Indonesia meningkat 6,6% dari Rp43.903,5 miliar pada
tahun 2021 menjadi Rp46.840,2 miliar pada tahun 2022. Kenaikan ini terutama disebabkan
oleh pertumbuhan penjualan di segmen Home Care (8,3%), Personal Care (6,4%), dan Foods
& Refreshment (4,2%). Laba bersih Unilever Indonesia meningkat 14,0% dari Rp4.996,7
miliar pada tahun 2021 menjadi Rp5.674,6 miliar pada tahun 2022. Kenaikan ini terutama
disebabkan oleh pertumbuhan laba usaha sebesar 12,2%. Pada tahun 2022, Unilever
Indonesia membagikan dividen tunai sebesar Rp2.250 per saham, atau total Rp10,7 triliun.
Dividen ini setara dengan 38,5% dari laba bersih tahun 2022. Unilever Indonesia
menargetkan pertumbuhan penjualan bersih sebesar 5%-7% pada tahun 2023. Pertumbuhan
ini akan ditopang oleh pertumbuhan di segmen Home Care, Personal Care, dan Foods &
Refreshment.

Kinerja keuangan Unilever Indonesia pada tahun 2022 menunjukkan pertumbuhan


yang positif. Hal ini didukung oleh pertumbuhan penjualan di semua segmen bisnis.
Pertumbuhan laba bersih yang lebih tinggi dari pertumbuhan penjualan bersih menunjukkan
bahwa Unilever Indonesia berhasil meningkatkan efisiensi operasionalnya. Prospek Unilever
Indonesia pada tahun 2023 juga terlihat positif. Perusahaan menargetkan pertumbuhan
penjualan bersih sebesar 5%-7%. Pertumbuhan ini akan didukung oleh pertumbuhan di
segmen Home Care, Personal Care, dan Foods & Refreshment.

4. Tujuan Laporan Keuangan


Tujuan laporan keuangan menurut PSAK paragraph 12-14 halaman 14 adalah
penyediaan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja serta perubahan posisi
keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam
pengambilan keputusan ekonomi (IAI,2002).
Laporan keuangan yang disusun untuk tu uan ini memenuhi kebutuhan bersama bagi
pemakai. Namun demikian laporan keuangan ini tidak menyediakan semua informasi yang
mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi, karena secara umum
menggambarkan pengaruh keuangan dari kejadian masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk
menyediakan informasi non keuangan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen atau
pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang dipercayakan kepadanya. Pemakai
yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau pertanggungjawaban manajemen, sehingga
pemakai dapat membuat keputusan ekonomi, keputusan ini mencakup, misalnya keputusan
untuk menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali (IA1,2002:3).
Tujuan laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk adalah sebagai berikut:
 Memberikan informasi yang relevan dan andal kepada para pengguna laporan
keuangan, termasuk pemegang saham, investor, kreditur, dan pemerintah. Informasi
ini dapat digunakan untuk menilai kinerja keuangan perusahaan, posisi keuangan, dan
arus kas perusahaan.
 Memenuhi persyaratan peraturan perundang-undangan yang berlaku, termasuk
Peraturan OJK No. 53/POJK.03/2017 tentang Laporan Keuangan Emiten atau
Perusahaan Publik.
 Membantu manajemen perusahaan dalam pengambilan keputusan. Laporan keuangan
dapat digunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan, menetapkan strategi, dan
membuat keputusan investasi.
Secara spesifik, laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk bertujuan untuk:
 Memberikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan, termasuk penjualan
bersih, laba bersih, dan arus kas.
 Memberikan informasi tentang posisi keuangan perusahaan, termasuk aset,
kewajiban, dan ekuitas.
 Memberikan informasi tentang arus kas perusahaan, termasuk arus kas dari aktivitas
operasi, investasi, dan pendanaan.
Laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk terdiri dari empat laporan utama, yaitu:
 Laporan laba rugi
 Laporan posisi keuangan
 Laporan arus kas
 Catatan atas laporan keuangan
Laporan laba rugi menyajikan informasi tentang kinerja keuangan perusahaan selama satu
periode akuntansi. Laporan posisi keuangan menyajikan informasi tentang posisi keuangan
perusahaan pada akhir periode akuntansi. Laporan arus kas menyajikan informasi tentang
arus kas perusahaan selama satu periode akuntansi. Catatan atas laporan keuangan
memberikan penjelasan dan informasi tambahan yang diperlukan untuk memahami laporan
keuangan.
Laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk tersedia di situs web perusahaan. Laporan
keuangan ini dapat diakses oleh publik secara gratis.

5. Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan


Karakteristik kualitatif dijabarkan menjadi karakteristik kualitatif fundamental
(fundamental qualitative characteristic) dan karakteristik kualitatif peningkat (enhancing
qualitative characteristic). Karakteristik kualitatif fundamental terdiri dari relevansi dan
penyajian jujur (paragraf QC5) dan karakteristik kualitatif peningkat terdiri dari
komparabilitas, verifiabilitas, ketepatan waktu, dan keterpahaman (paragraf QC19).
Karakteristik kualitatif laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk dapat dianalisis
berdasarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 1, Penyajian Laporan
Keuangan. PSAK No. 1 menyatakan bahwa laporan keuangan harus memenuhi lima
karakteristik kualitatif berikut:
1. Relevansi, Laporan keuangan harus relevan, yaitu memiliki nilai informasi untuk
pengguna dalam proses pengambilan keputusan. Relevansi suatu informasi ditentukan
oleh manfaatnya untuk pengguna dalam menilai peristiwa masa lalu, masa kini, atau
masa depan, menegaskan atau mengoreksi estimasi mereka tentang peristiwa masa lalu,
atau membantu mereka membuat keputusan. Laporan keuangan PT Unilever Indonesia
Tbk relevan karena menyajikan informasi yang penting bagi pengguna untuk menilai
kinerja keuangan, posisi keuangan, dan arus kas perusahaan. Informasi ini dapat
digunakan untuk menilai potensi keuntungan perusahaan, risiko yang dihadapi
perusahaan, dan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan arus kas di masa depan.
2. Andal, Laporan keuangan harus andal, yaitu bebas dari kesalahan material dan bias,
sehingga dapat dipercaya oleh pengguna. Keandalan suatu informasi ditentukan oleh
ketepatannya, kelengkapannya, dan kejelasan penyajiannya. Laporan keuangan PT
Unilever Indonesia Tbk andal karena disusun sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia (PSAK) dan diawasi oleh auditor independen. Laporan
keuangan ini juga disajikan secara lengkap dan jelas, sehingga pengguna dapat
memahami informasi yang disajikan.
3. Ketepatan waktu, Laporan keuangan harus tepat waktu, yaitu tersedia bagi pengguna
dalam waktu yang cukup untuk pengambilan keputusan. Laporan keuangan PT
Unilever Indonesia Tbk tepat waktu karena diterbitkan dalam waktu yang tepat, yaitu
satu bulan setelah akhir periode akuntansi.
4. Kepatuhan, Laporan keuangan harus mematuhi prinsip akuntansi yang berlaku umum
di Indonesia (PSAK). Laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk mematuhi PSAK
karena disusun sesuai dengan ketentuan PSAK yang berlaku.
5. Kejelasan, Laporan keuangan harus disajikan secara jelas dan mudah dipahami oleh
pengguna. Laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk disajikan secara jelas dan
mudah dipahami karena menggunakan bahasa yang sederhana dan tidak menggunakan
jargon yang sulit dipahami.
6. Kelengkapan, Laporan keuangan harus lengkap, yaitu menyajikan semua informasi
yang relevan untuk pengguna dalam membuat keputusan. Laporan keuangan PT
Unilever Indonesia Tbk lengkap karena menyajikan semua informasi yang relevan
untuk pengguna, termasuk informasi tentang kinerja keuangan, posisi keuangan, dan
arus kas perusahaan.
7. Keterbandingan, Laporan keuangan harus dapat dibandingkan dengan laporan
keuangan periode sebelumnya dan laporan keuangan perusahaan lain, sehingga
pengguna dapat menilai perubahan kinerja keuangan perusahaan dari waktu ke waktu
dan membandingkan kinerja keuangan perusahaan dengan perusahaan lain. Laporan
keuangan PT Unilever Indonesia Tbk dapat dibandingkan dengan laporan keuangan
periode sebelumnya dan laporan keuangan perusahaan lain karena disajikan
menggunakan format yang sama dan menggunakan standar akuntansi yang sama.
8. Konsistensi, Laporan keuangan harus konsisten, yaitu menggunakan metode akuntansi
yang sama dari periode ke periode, sehingga pengguna dapat membandingkan kinerja
keuangan perusahaan dari waktu ke waktu, Laporan keuangan PT Unilever Indonesia
Tbk konsisten karena menggunakan metode akuntansi yang sama dari periode ke
periode.
Karakteristik kualitatif laporan keuangan PT Unilever Indonesia Tbk secara keseluruhan
dapat dikatakan baik. Laporan keuangan tersebut relevan, andal, tepat waktu, dan mematuhi
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan keuangan tersebut juga disajikan secara jelas
dan mudah dipahami, serta lengkap, dapat dibandingkan, dan konsisten.

6. Elemen Dasar Conceptual Framework PT Unilever Tbk


1. Customer Segments
PT Unilever Indonesia Tbk menargetkan semua segmen pelanggan, mulai dari
anak-anak hingga orang dewasa. Perusahaan juga menargetkan berbagai segmen
pelanggan berdasarkan jenis kelamin, usia, pendapatan, dan gaya hidup.
2. Value Propositions
PT Unilever Indonesia Tbk menawarkan berbagai produk dan layanan yang
memberikan manfaat kepada pelanggannya, seperti:
 Manfaat fungsional: Produk-produk Unilever membantu pelanggan untuk
memenuhi kebutuhan fungsional mereka, seperti membersihkan tubuh,
mencuci pakaian, dan memasak makanan.
 Manfaat emosional: Produk-produk Unilever membantu pelanggan untuk
meningkatkan rasa percaya diri, kenyamanan, dan kebahagiaan.
 Manfaat sosial: Produk-produk Unilever membantu pelanggan untuk
berkontribusi terhadap masyarakat, seperti mengurangi dampak lingkungan
dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
3. Channels
PT Unilever Indonesia Tbk menggunakan berbagai saluran untuk menjangkau
pelanggannya, seperti:
 Saluran distribusi: Produk-produk Unilever dijual melalui berbagai saluran
distribusi, seperti toko ritel, supermarket, dan toko online.
 Saluran komunikasi: Unilever menggunakan berbagai saluran komunikasi
untuk mengkomunikasikan produk-produknya kepada pelanggan, seperti iklan,
media sosial, dan program promosi.
4. Customer Relationships
PT Unilever Indonesia Tbk membangun berbagai jenis hubungan dengan
pelanggannya, seperti:
 Hubungan transaksional: Unilever menawarkan hubungan transaksional
dengan pelanggannya, di mana pelanggan membeli produk Unilever dan
membayarnya secara tunai atau kredit.
 Hubungan loyalitas: Unilever menawarkan program loyalitas untuk
pelanggannya, seperti kartu member dan program diskon.
 Hubungan komunitas: Unilever membangun komunitas pelanggan untuk
meningkatkan interaksi dengan pelanggannya.
5. Revenue Streams
PT Unilever Indonesia Tbk memperoleh pendapatan dari penjualan produk
dan layanannya. Perusahaan juga memperoleh pendapatan dari royalti, sewa, dan jasa
lainnya.
6. Key Resources
PT Unilever Indonesia Tbk memiliki berbagai sumber daya yang dibutuhkan untuk
menjalankan bisnisnya, seperti:
 Merek: Unilever memiliki portofolio merek yang kuat, yang merupakan aset
penting bagi perusahaan.
 Kapabilitas manufaktur: Unilever memiliki fasilitas manufaktur yang tersebar di
berbagai negara.
 Kapabilitas pemasaran: Unilever memiliki tim pemasaran yang berpengalaman
dan terampil.
7. Key Activities
PT Unilever Indonesia Tbk melakukan berbagai aktivitas untuk menjalankan
bisnisnya, seperti:
 Pengembangan produk: Unilever terus mengembangkan produk-produk baru
untuk memenuhi kebutuhan pelanggannya.
 Produksi: Unilever memproduksi produk-produknya di fasilitas manufakturnya
sendiri atau dengan mitra manufaktur.
 Distribusi: Unilever mendistribusikan produk-produknya melalui berbagai
saluran distribusi.
 Pemasaran: Unilever melakukan pemasaran produk-produknya melalui berbagai
saluran komunikasi.
8. Key Partnerships
PT Unilever Indonesia Tbk membangun kemitraan dengan berbagai pihak, seperti:
 Pemasok: Unilever bekerja sama dengan pemasok untuk mendapatkan bahan
baku dan komponen yang dibutuhkan untuk memproduksi produk-produknya.
 Distributor: Unilever bekerja sama dengan distributor untuk mendistribusikan
produk-produknya.
 Media: Unilever bekerja sama dengan media untuk mempromosikan produk-
produknya.

7. Asumsi Dasar
1. Pelanggan adalah pusat dari bisnis.
Asumsi ini menunjukkan bahwa Unilever berfokus pada pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan. Perusahaan melakukan riset dan pengembangan untuk
menciptakan produk dan layanan yang sesuai dengan kebutuhan dan keinginan
pelanggan. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan dan
mendorong mereka untuk terus menggunakan produk dan layanan perusahaan.
2. Nilai adalah kunci kesuksesan.
Asumsi ini menunjukkan bahwa Unilever menawarkan nilai tambah kepada
pelanggannya melalui produk dan layanannya. Nilai tambah tersebut dapat berupa
manfaat fungsional, emosional, atau sosial. Manfaat fungsional adalah manfaat yang
memenuhi kebutuhan fungsional pelanggan, seperti membersihkan tubuh, mencuci
pakaian, dan memasak makanan. Manfaat emosional adalah manfaat yang
meningkatkan rasa percaya diri, kenyamanan, dan kebahagiaan pelanggan. Manfaat
sosial adalah manfaat yang berkontribusi terhadap masyarakat, seperti mengurangi
dampak lingkungan dan meningkatkan kesehatan masyarakat.
3. Saluran adalah penting untuk menjangkau pelanggan.
Asumsi ini menunjukkan bahwa Unilever menggunakan berbagai saluran untuk
menjangkau pelanggannya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan pelanggan untuk
mengakses produk dan layanan perusahaan. Unilever menggunakan saluran distribusi,
saluran komunikasi, dan saluran penjualan langsung untuk menjangkau pelanggannya.
4. Hubungan pelanggan adalah penting untuk membangun loyalitas.
Asumsi ini menunjukkan bahwa Unilever membangun hubungan yang kuat dengan
pelanggannya melalui berbagai program dan aktivitas. Hal ini dilakukan untuk
meningkatkan loyalitas pelanggan dan mendorong mereka untuk terus menggunakan
produk dan layanan perusahaan. Unilever melakukan berbagai program dan aktivitas
untuk membangun hubungan dengan pelanggannya, seperti program loyalitas,
program komunitas, dan program CSR.
5. Pendapatan adalah sumber daya penting.
Asumsi ini menunjukkan bahwa Unilever memperoleh pendapatan dari penjualan
produk dan layanannya. Perusahaan menggunakan pendapatan tersebut untuk
membiayai kegiatan operasional dan investasi. Unilever menggunakan pendapatannya
untuk memproduksi produk, mendistribusikan produk, memasarkan produk, dan
mengembangkan produk baru.
6. Sumber daya adalah penting untuk menjalankan bisnis.
Asumsi ini menunjukkan bahwa Unilever memiliki berbagai sumber daya yang
dibutuhkan untuk menjalankan bisnisnya, seperti merek, kapabilitas manufaktur, dan
kapabilitas pemasaran. Sumber daya-sumber daya tersebut digunakan untuk
menciptakan nilai bagi pelanggan dan meningkatkan efisiensi dan efektivitas
operasional perusahaan.
7. Aktivitas adalah penting untuk menciptakan nilai.
Asumsi ini menunjukkan bahwa Unilever melakukan berbagai aktivitas untuk
menciptakan nilai bagi pelanggannya. Aktivitas-aktivitas tersebut meliputi
pengembangan produk, produksi, distribusi, dan pemasaran. Aktivitas-aktivitas
tersebut dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan keinginan pelanggan,
menawarkan nilai tambah, dan menjangkau pelanggan.
8. Kemitraan adalah penting untuk meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
Asumsi ini menunjukkan bahwa Unilever membangun kemitraan dengan berbagai
pihak, seperti pemasok, distributor, dan media. Kemitraan tersebut dilakukan untuk
meningkatkan efisiensi dan efektivitas operasional perusahaan. Kemitraan tersebut
dapat membantu perusahaan untuk mendapatkan akses ke sumber daya yang
dibutuhkan, mengurangi biaya operasional, dan meningkatkan daya saing.
8. Penerapan Conseptual Framework dalam Pelaporan Akuntansi di PT. Unilever
Tbk
PT Unilever Indonesia Tbk (Unilever) adalah salah satu perusahaan multinasional yang
bergerak di bidang barang konsumen yang berkantor pusat di Indonesia. Perusahaan ini telah
menerapkan Conceptual Framework dalam pelaporan akuntansinya. yaitu Kerangka
Konseptual Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) yang dikeluarkan oleh Ikatan
Akuntan Indonesia (IAI). Kerangka konseptual ini merupakan landasan bagi penyusunan dan
penyajian laporan keuangan yang relevan, andal, dan dapat diperbandingkan. Unilever telah
menerapkan kerangka konseptual ini dalam penyusunan laporan keuangannya sejak tahun
2012.
Implementasi Conceptual Framework (Kerangka konseptual) dalam pelaporan akuntansi
Unilever dapat dilihat dari beberapa aspek, yaitu yang pertama adalah Tujuan laporan
keuangan, unilever telah mencantumkan tujuan laporan keuangannya dalam laporan tahunan
perusahaan. Tujuan laporan keuangan Unilever adalah untuk memberikan informasi yang
bermanfaat bagi para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan ekonomi.
Informasi tersebut meliputi posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan
perusahaan.
Yang kedua yaitu Prinsip dasar akuntansi, Unilever telah menerapkan prinsip dasar
akuntansi yang tercantum dalam Conceptual Framework, yaitu : Prinsip biaya historis,
Prinsip pendapatan, Prinsip konservatisme, Prinsip konsistensi dan Prinsip pengungkapan
penuh. Kemudian pada aspek Metode pengukuran, Unilever telah menerapkan metode
pengukuran yang sesuai dengan prinsip dasar akuntansi yang telah ditetapkan. Misalnya,
untuk mengukur aset, Unilever menggunakan metode biaya historis. Untuk mengukur
pendapatan, Unilever menggunakan metode pendapatan secara penuh.
Lalu pada aspek Kualitas informasi akuntansi, Unilever telah berupaya untuk menyajikan
informasi akuntansi yang berkualitas. Informasi akuntansi yang berkualitas harus memiliki
karakteristik yang Relevan, Dapat dipercaya, Dapat dibandingkan, Tepat waktu dan Lengkap.
Implementasi Conceptual Framework dalam pelaporan akuntansi Unilever telah
memberikan manfaat bagi perusahaan, yaitu:
 Laporan keuangan Unilever menjadi lebih informatif dan bermanfaat bagi para
pengguna laporan keuangan.
 Laporan keuangan Unilever menjadi lebih konsisten dan dapat dibandingkan dengan
laporan keuangan perusahaan lain.
 Laporan keuangan Unilever menjadi lebih transparan dan dapat
dipertanggungjawabkan.
Beberapa contoh penerapan Conceptual Framework dalam pelaporan akuntansi Unilever,
yaitu pada Pengukuran asset menggunakan metode biaya historis. Kemudian, Pengukuran
pendapatan menggunakan metode pendapatan secara penuh, lalu Unilever menerapkan
prinsip konservatisme dalam pengakuan pendapatan dan beban. Dan yang terakhir, Unilever
mengungkapkan semua informasi yang material dalam laporan keuangannya.
Secara keseluruhan, implementasi Conceptual Framework dalam pelaporan akuntansi
Unilever telah berjalan dengan baik. Hal ini menunjukkan bahwa Unilever telah berkomitmen
untuk menyajikan informasi akuntansi yang berkualitas dan bermanfaat bagi para pengguna
laporan keuangan.

9. Hambatan dan Tantangan dalam Penerapan Conseptual Network dalam Pelaporan


Akuntansi di PT Unilever Tbk
Penerapan Conceptual Framework dalam pelaporan akuntansi pada PT. Unilever
memiliki beberapa hambatan dan tantangan, yaitu yang pertama, Kompleksitas Conceptual
Framework, Conceptual Framework merupakan dokumen yang kompleks dan komprehensif.
Hal ini dapat menjadi hambatan bagi perusahaan dalam memahami dan menerapkannya.
Yang kedua, Ketidakjelasan dalam beberapa aspek, sehingga dapat menimbulkan interpretasi
yang berbeda-beda oleh perusahaan. Ketiga, Perubahan lingkungan bisnis, Lingkungan
bisnis yang terus berubah dapat menimbulkan tantangan bagi perusahaan dalam menerapkan
Conceptual Framework. Hal ini karena Conceptual Framework mungkin tidak selalu dapat
mengakomodasi perubahan-perubahan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa contoh hambatan dan tantangan penerapan Conceptual
Framework dalam pelaporan akuntansi pada PT. Unilever:
1. Kompleksitas konsep substansi mengungguli bentuk. Konsep substansi mengungguli
bentuk merupakan konsep yang kompleks dan sulit diterapkan dalam praktik. Hal ini
dapat menjadi hambatan bagi Unilever dalam menyajikan informasi keuangan yang
sesuai dengan konsep tersebut.
2. Ketidakjelasan dalam penerapan prinsip konservatisme. Prinsip konservatisme
merupakan prinsip yang relatif tidak jelas dalam penerapannya. Hal ini dapat
menimbulkan interpretasi yang berbeda-beda oleh Unilever dan perusahaan lain.
3. Perubahan dalam regulasi akuntansi. Regulasi akuntansi di Indonesia terus mengalami
perubahan. Hal ini dapat menjadi tantangan bagi Unilever dalam menyesuaikan
penerapan Conceptual Framework dengan perubahan regulasi tersebut.
Untuk mengatasi hambatan dan tantangan tersebut, Unilever dapat melakukan beberapa
hal, antara lain:
1. Meningkatkan pemahaman dan penerapan Conceptual Framework, Unilever perlu
meningkatkan pemahaman dan penerapan Conceptual Framework oleh seluruh
karyawan yang terkait dengan pelaporan keuangan. Hal ini dapat dilakukan melalui
pelatihan dan sosialisasi.
2. Melakukan interpretasi yang konsisten. Unilever perlu melakukan interpretasi yang
konsisten terhadap aspek-aspek yang belum jelas dalam Conceptual Framework. Hal
ini dapat dilakukan dengan berkonsultasi dengan auditor atau profesional akuntansi
lainnya.
3. Melakukan penyesuaian terhadap perubahan lingkungan bisnis. Unilever perlu
melakukan penyesuaian terhadap penerapan Conceptual Framework agar tetap sesuai
dengan perubahan lingkungan bisnis. Hal ini dapat dilakukan dengan berkoordinasi
dengan regulator dan pemangku kepentingan lainnya.
Dengan mengatasi hambatan dan tantangan tersebut, PT. Unilever dapat meningkatkan
kualitas penerapan Conceptual Framework dalam pelaporan akuntansinya.

Anda mungkin juga menyukai