Anda di halaman 1dari 9

Nama : Maulidinah Bahri Londo

NIM : 10011281924066
Kelas : IKM B 2019
Mata Kuliah : Manajemen Bencana
Dosen Pengampu : Dwi Septiawati, S.KM., M.KM

TOPIK: PENANGANAN KEBAKARAN DI TEMPAT KERJA


Indonesia hanya memiliki dua musim, yaitu musim kemarau dan musim penghujan.
Salah satu bencana yang sering terjadi di musim kemarau yaitu bencana kebakaran.
Kebakaran adalah suatu peristiwa timbulnya api yang tidak terkendali dan dapat
membahayakan keselamatan jiwa maupun harta benda. Kebakaran dapat terjadi dimana
saja baik di kantor, perumahan, pusat perbelanjaan, jalan raya, hutan, area persawahan,
dan kebun selama terdapat unsur-unsur terjadinya kebakaran.

A. Unsur-unsur Terjadinya Kebakaran


1) Adanya bahan bakar atau bahan yang mudah terbakar seperti minyak tanah,
bensin, spiritus, LPG dll.
2) Adanya sumber pemantik api yang diklasifikasikan menjadi beberapa jenis
yaitu faktor alam (panas gunung api dan petir), energi panas listrik (konsleting
dan arus pendek), energi panas kimia, nuklir, dan panas matahari.
3) Adanya oksigen di udara untuk mendukung pembakaran. Semakin besar
kandungan oksigen dalam udara maka nyala api akan semakin besar.

B. Pencegahan Kebakaran di Tempat Kerja


1) Pemeliharaan dan pemeriksaan instalasi listrik yang efektif
2) Hindari menumpuk beban listrik yang berlebih pada satu stop kontak
3) Gunakan pemutus arus listrik sesuai daya yang tersambung
4) Dilarang merokok di tempat kerja
5) Menjauhkan sumber api dari barang yang mudah terbakar
6) Gunakan peralatan elektronik sewajarnya dan sesuai prosedur

C. Penanggulangan kebakaran di tempat kerja


1) Menyediakan alat pemadam kebakaran dan fire blanket di tempat kerja.
Sediakan karung goni yang dibasahi sebagai pengganti fire blanket untuk
memadamkan api.
2) Memasang detektor yang terhubung dengan sistem alarm sebagai peringatan
dini adanya kebakaran
3) Segera evakuasi diri keluar bangunan melalui rute penyelamatan seperti pintu
atau tangga darurat
4) Hubungi pemadam kebakaran sesegera mungkin

D. Penyelamatan Diri saat terjadi Kebakaran


1) Keluarlah dari pintu atau jendela terdekat menuju ke tempat yang aman.
Pastikan bahwa pintu maupun jendela dapat dibuka dengan cepat pada kondisi
darurat
2) Membuat rencana penyelamatan diri bersama dengan menentukan sedikitnya
dua jalur keluar dari setiap ruangan melalui pintu atau jendela darurat
3) Apabila terjebak api, lindungi tubuh dengan selimut tebal yang dibasahi. Ini
hanya dilakukan sebagai alternatif terakhir jika tidak ada jalan keluar
menerobos kobaran api
4) Saat terjadi kebakaran, merangkaklah atau menunduk di bawah, tutup mulut
dan hidung dengan kain yang dibasahi
TOPIK: PENANGANAN ANGIN TOPAN
Angin topan merupakan pusaran angin kencang dengan kecepatan 120 km/jam atau
lebih yang terjadi di khatulistiwa. Angin topan disebabkan oleh perbedaan tekanan
dalam suatu sistem cuaca. Angin paling kencang yang terjadi umumnya berpusar pada
radius ratusan kilometer di sekitar daerah sistem tekanan rendah yang ekstrim, dengan
kecepatan sekitar 20 km/jam.

A. Ciri-ciri Angin Topan


1) Terjadinya peningkatan suhu yang drastis
2) Adanya angin dengan kecepatan tinggi
3) Burung atau hewan lain akan menjauhi laut
4) Terligat gumpalan awan gelap, besar, dan tinggi
5) Munculnya petir atau kilat yang cukup kuat
6) Ketika angin topan terbentuk, uap air akan terangkat dari lautan dan
membentuk dinding awan yang tebal

B. Penanganan Angin Topan


• Pra Bencana
1) Membuat bangunan dengan pondasi yang dalam dan kuat
2) Pelatihan mitigasi bencana angin topan
3) Tidak mendirikan bangunan di tempat yang rawan angin topan
4) Memasang alat pendeteksi terjadinya angin topan
5) Perlunya penerapan aturan standar bangunan yang memperhitungkan beban
angin khususnya di daerah yang rawan angin topan
6) Penempatan lokasi pembangunan fasilitas pada daerah yang terlindung dari
serangan angin topan
7) Kesiapsiagaan dalam menghadapi angin topan sepertiedukasi terkait cara
penyelamatan diri

• Saat terjadi Bencana


1) Tutup pintu dan jendela rumah lalu siapkan barang penting yang dibutuhkan
2) Stay di dalam satu ruangan yang paling aman atau di ruang bawah tanah jika ada
3) Matikan segala bentuk aliran listrik, sumber api, dan peralatan elektronik
lainnya
4) Jika terasa petir akan menyambar, segeralah membungkuk dan lindungi diri
5) Jangan tiarap di atas tanah
6) Hindari tempat-tempat seperti rumah dengan dinding kayu/bambu, jembatan,
pohon, atiang listrik, tower, dan gedung tinggi
7) Pastikan tidak ada anggota keluara yang cedera. Bila jatuh korban, segera
berikan pertolongan darurat

• Pasca Bencana
1) Jangan memasuki wilayah yang terkena bencana angin topan sampai dinyatakan
telah aman atau siaga 4.
2) Segera laporkan kepada yang berwenang jika ada kerusakan yang berhubungan
dengan listrik, gas, dll.
3) Tetap waspada dan pantau terus perkembangan situasi terkini terkait adanya
potensi angin topan susulan melalui informasi di media sosial maupun melalui
petugas yang berwenang.
4) Melakukan evaluasi pertolongan pada korban, melakukan koordinasi bahan
bantuan,dan menyediakan posko untuk korban bencana.
5) Mengadakan penghijauan untuk meningkatkan sirkulasi udara sehingga tidak
terjadi perbedaan panas yang dapat menimbulkan adanya angin topan.
TOPIK: PENANGANAN BENCANA POLUSI DAN CEMARAN AIR
Pencemaran air adalah peristiwa masuknya zat atau komponen lain ke dalam
perairan. Pencemaran air merupakan masalah global utama yang membutuhkan evaluasi
dan revisi kebijakan sumber daya air pada semua tingkat (dari tingkat internasional
hingga sumber air pribadi dan sumur). Telah dikatakan bahwa polusi air adalah
penyebab terkemuka di dunia untuk kematian dan penyakit, dan tercatat atas kematian
lebih dari 14.000 orang setiap harinya.

A. Penyebab Pencemaran Air


1) Langsung
Yaitu sumber pencemaran yang secara langsung melepaskan limbah dan produk
sampingan berbahaya ke sumber air terdekat tanpa proses pengolahan. Contoh:
limbah pabrik, fasilitas pengelolaan limbah, kilang dan lain-lain.
2) Tidak Langsung
Yaitu polutan atau bahan pencemar yang masuk ke badan air melalui air tanah,
tanah, atau atmosfer seperti hujan asam.

B. Dampak Pencemaran Air


1) Penyakit
Air yang tercemar dapat menyebabkan penyakit seperti tifus, kolera, hepatitis
dan berbagai penyakit lainnya.
2) Eutrofikasi
Eutrofikasi adalah masuknya bahan kimia dalam badan air yang mendorong
pertumbuhan alga (ganggang). Alga ini membentuk lapisan di atas kolam atau
danau lalu mengurangi oksigen dalam badan air. Akibatnya akan berdampak
pada kehidupan perairan.
3) Kerusakan Ekosistem
Ekosistem sangat dinamis dan merespons perubahan lingkungan bahkan yang
terkecil sekalipun. Polusi air dapat menyebabkan seluruh ekosistem rusak jika
dibiarkan tidak terkendali.

C. Pencegahan Pra Bencana


1) Menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan
2) Melakukan pengolahan limbah dengan baik dan benar
3) Menjauhkan sumber polutan dari sumber air
4) Tidak mendirikan kawasan industri yang dekat dengan sumber air
5) Tidak membuang sampah di sungai atau sumber air lainnya
6) Menggunakan detergen yang ramah lingkungan
7) Tidak menggunakan pestisida dan pupuk kimia secara berlebihan
8) Rutin melakukan upaya pembersihan sumber air
9) Menanam pohon
10) Kelola sampah dengan baik

D. Penanganan Pasca Bencana


1) Melakukan pembersihan air dengan menggunakan klorin atau yodium, bisa
juga dengan mencampur 4 tetes klorin pemutih pakaian tanpa pewangi dalam 2
liter air. Campurkan secara merata lalu biarkan di bawah sinar matahari selama
30 menit.
2) Membangun daerah penampungan air sehingga saat hujan turun masih terdapat
persediaan air bersih yang bisa digunakan.
3) Membuat pagar pembatas sehingga tidak ada kegiatan-kegiatan yang dapat
menyebabkan pencemaran air kembali.
4) Memperbaiki sistem sanitasi agar dampak pencemaran yang terjadi tidak
bertambah luas.
TOPIK: PENANGANAN TUMPAHAN DAN BOCORAN B3
B3 atau Bahan Berbahaya dan Beracun merupakan zat, energi, dan komponen lain
yang sifat, konsentrasi, ataupun jumlahnya dapat mencemari serta membahayakan
lingkungan dan kelangsungan makhluk hidup baik secara langsung maupun tidak
langsung.

A. Klasifikasi Limbah B3
1) Limbah B3 dari sumber tidak spesifik.
Limbah ini tidak berasal dari proses utama, melainkan dari kegiatan
pemeliharaan alat, inhibitor korosi, pelarutan kerak, pencucian, pengemasan, dll.
2) Limbah B3 dari sumber spesifik.
Limbah ini berasal dari proses industrial.
3) Limbah B3 dari sumber lain.
Limbah ini berasal dari sumber yang tidak diduga, misalnya produk kadaluwarsa,
sisa kemasan, tumpahan, dan buangan produk yang tidak memenuhi spesifikasi.

B. Dampak Limbah B3
1) Menimbulkan gejala seperti rasa panas pada tangan, pusing, mual bagi orang
yang terpapar limbah B3
2) Menyebabkan kerusakan lingkungan di lokasi pemukiman masyarakat yang
dekat dengan tumpahan limbah B3 sehingga menimbulkan bau menyengat
3) Jika tumpahan terjadi di laut, maka ekosistem laut akan terganggu karena ikan
dan biota laut mati, ikan yang ditangkap nelayan juga berpotensi mengandung
limbah.
4) Masyarakat akan kehilangan sumber pencaharian karena pemulihan lingkungan
yang tercemar membutuhkan waktu lama

C. Penanganan Pra Bencana


1) Pembentukan unit tanggap darurat, pembagian tugas personil, dan mekanisme
tahapan penanggulangan darurat (mandiri, gabungan, dan nasional)
2) Melakukan identifikasi tempat atau jalur rawan keadaan darurat
3) Melakukan identifikasi pos polisi, regu pemadam kebakaran dan pos
kesehatan/RS terdekat.
4) Prosedur pengumuman atau tanda terjadi keadaan darurat
5) Prosedur pengamanan lokasi dan handling B3 sesuai dengan karakteristiknya
6) Prosedur pembersihan lokasi/area terpapar dari kontaminasi lepasan dan emisi B3
7) Melakukan pemeriksaan dan pengujian kimia minimal enam bulan sekali,
pemeriksaan dan pengujian instalasi min. enam bulan sekali, dan pemeriksaan
tenaga kerja minimal setahun sekali.
8) Memanfaatkan teknologi dan mempunyai perencanaan yang matang, pusat
penanggulangan tumpahan bisa menentukan, wilayah-wilayah yang paling
sensitif yang harus dilindungi, serta response time-nya akan diketahui, berapa
lama.
9) Setiap industri wajib memiliki instalansi water treatment sebelum membuang
limbah B3 ke perairan.

D. Tanggap Darurat Bencana


1) Petugas yang pertama mengetahui terjadi kecelakaan B3 melakukan upaya
penghentian sumber lepasan dan emisi B3
2) Apabila tidak dapat dilakukan upaya penghentian sumber maka segera
mengkomunikasikan kepada Unit Tanggap Darurat internal perusahaan
(pemadaman mandiri)/In Plant
3) Apabila penanggulangan mandiri tidak mampu segera melapor ke Pos Polisi
terdekat, regu pemadam kebakaran serta pos kesehatan agar dilakukan koordinasi
gabungan.
4) Dalam hal penanggulangan gabungan tidak mampu segera mengkomunikasikan
ke BNPB untuk dilakukan pengerahan sumber daya nasional.
5) Menunjuk insident commander di lokasi untuk melakukan penanganan terhadap
B3 sesuai karakteristiknya
6) Penggunaan jenis APD yang sesuai kelas hazard

E. Penanganan Pasca Bencana


1) Membersihkan absorben yang terkontaminasi bahan kimia lalu segera bersihkan
TKP dan buang limbah tumpahan tsb ke TPS B3. Untuk mencegah penyebaran
bahan kimia, segera lakukan proses pembersihan (dekontaminasi) terhadap
seluruh peralatan yang terlibat dalam kejadian tersebut misalkan APD, sapu, atau
bahkan forklift.
2) Perbaikan dan pemulihan (rehabilitasi) semua aspek pelayanan publik atau
masyarakat pada wilayah yang terkena dampak bencana tumpahan dan bocoran
B3.

3) Pembangunan kembali semua sarana dan prasarana pada wilayah yang terkena
tumpahan dan bocoran b3

Anda mungkin juga menyukai