Sumber: aangar.blogspot.com
PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Sebuah Perspektif Terkini
Oleh: Agussalim *)
Realitas kemiskinan di Indonesia saat ini menyisakan menurunkan angka kemiskinan secara signifikan?;
banyak pertanyaan: mengapa penurunan angka mengapa keterlibatan lembaga-lembaga donor
kemiskinan berjalan sangat lamban ditengah kinerja secara intens dalam program pemberantasan
makro-ekonomi yang terus membaik?; mengapa kemiskinan tidak memberi manfaat yang setara?
secara absolut jumlah penduduk miskin masih
menembus angka sekitar 30 juta orang padahal Keseluruhan realitas di atas tampaknya menegas-
garis kemiskinan yang digunakan ekuivalen dengan kan perlunya diinjeksi perspektif dan pendekatan
harga karcis sekali masuk jalan tol (Rp 8.000 pe baru dalam penanganan kemiskinan. Perspektif dan
orang per hari atau hanya setara US$1,2/PPP). pendekatan baru dimaksud antara lain:
Mengapa di tengah upaya yang gencar untuk
Pergeseran paradigma. Pertumbuhan ekonomi
memerangi kemiskinan, justru jumlah penduduk
konvensional (kenaikan PDRB riil) tampaknya tidak
miskin di beberapa wilayah malah bertambah?;
bisa lagi sepenuhnya diandalkan untuk menurunkan
mengapa anggaran pengentasan kemiskinan yang
angka kemiskinan. Hubungan korelasional antara
sangat fantastis (dari APBN saja menembus angka
pertumbuhan ekonomi konvensional di satu
di atas Rp 80 triliun, belum termasuk APBD provinsi
sisi dan pengentasan kemiskinan, perbaikan
dan kabupaten/kota) tidak bekerja efektif untuk
tidak pernah sanggup menyediakan informasi terjadi penurunan angka kemiskinan, apa yang
rinci mengenai: (i) dimana persisnya orang miskin menyebabkan penurunan tersebut, upaya-upaya
tersebut bermukim?; (ii) bagaimana karakteristik apa yang signifikan mengurangi angka kemiskinan,
dan profil penduduk miskin?; (iii) faktor-faktor apa bagaimana efektifitas kebijakan dan program yang
menyebabkan mereka miskin?; (iv) bagaimana diimplementasikan, dst.
mengamati perubahan taraf hidup orang miskin
dari waktu ke waktu?; (v) siapa saja orang miskin Perubahan pola penanganan
yang berhasil dientaskan dan siapa saja yang Arus besar (mainstream) penanganan kemiskinan
masih berkutat dengan kemiskinan?; (vi) mengapa secara global, termasuk yang dipraktekkan di
kebijakan, program, dan anggaran tidak bekerja Indonesia, berorientasi pada dua skema: pertama,
efektif bagi kaum miskin; dan seterusnya. Akibatnya, menurunkan atau memperkecil beban pengeluaran
program dan kegiatan pengentasan kemiskinan penduduk miskin. Skema ini muncul dalam
yang tidak tepat sasaran, ketidak-jelasan target, bias bentuk bantuan sosial (misalnya, BLT, Raskin,
ke orang non-miskin, menjadi berita lumrah. dll.), pembebasan biaya (misalnya, pendidikan
dan kesehatan gratis), dan pemberian subsidi
Tentu saja, pertanyaan-pertanyaan di atas hanya (misalnya, pupuk dan sarana produksi lainnya).
bisa ditemukan jawabannya ketika studi kemiskinan Kedua, meningkatkan produktivitas dan pendapatan
dilakukan pada level mikro. Keunggulan studi penduduk miskin. Skema ini muncul terutama dalam
semacam ini adalah keakurasiannya dalam bentuk pembangunan infrastruktur perdesaan
mengindentifikasi karakteristik penduduk miskin, (misalnya irigasi, pasar, jalan desa, dsb), penyediaan
sehingga pada gilirannya sangat memudahkan skim bantuan modal usaha, dll.
dalam implementasi program dan kegiatan
pengentasan kemiskinan serta melakukan evaluasi Selama puluhan tahun, pola penanganan lebih
atas kemajuan yang dicapai dalam berbagai menekankan pada skema pertama. Namun dalam
upaya pengentasan kemiskinan. Dengan studi beberapa tahun terakhir, skema kedua mulai
mikro, para pengambil kebijakan tidak perlu memperoleh porsi yang lebih besar. Ini setidaknya
lagi gagap setiap kali ditanya, dimana persisnya bisa diamati dari Program PNPM yang memberi
Tahapan berikutnya adalah implementasi strategi- orang miskin”. Asset perseorangan dan sosial meru-
kebijakan-program-kegiatan. Dalam tahapan ini ha- pakan potensi penting yang dimiliki kaum miskin,
rus betul-betul bisa dipastikan bahwa strategi-kebi- dan oleh karena itu, penanganan kemiskinan harus
jakan-program-kegiatan tersebut sungguh-sungguh diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas as-
fokus ke kelompok sasaran, tidak bias ke non-miskin, set tersebut.
tidak terjadi kebocoran anggaran, benar-benar ses-
uai dengan kebutuhan penduduk miskin, dst. Di kalangan para pengambil kebijakan dewasa
ini, muncul persepsi yang kuat bahwa pendidikan
Tahapan terakhir adalah monitoring dan evaluasi. dan kesehatan merupakan upaya cerdas untuk
Tahapan ini diperlukan untuk memastikan bahwa memperbaiki “asset” kaum miskin. Diyakini bahwa
strategi-kebijakan-program-kegiatan dan anggaran dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas
kemiskinan benar-benar efektif bekerja bagi kaum ”asset” tersebut akan sanggup memperbaiki
miskin. Tahapan ini juga diperlukan untuk memberi taraf hidup mereka dalam jangka panjang.
umpan balik (feed back) bagi pengambil kebijakan Mengalokasikan pengeluaran pemerintah untuk
dalam rangka merevisi, memperbaharui, dan mer- pendidikan dan kesehatan dengan proporsi yang
ekonstruksi penanganan kemiskinan di masa yang memadai, dianggap sebagai salah satu strategi
akan datang. terbaik untuk mereduksi kemiskinan. Dengan
strategi ini diharapkan pengeluaran kaum miskin
Perubahan metodologi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dapat
Kerangka konseptual dan metodologi pengukuran dikurangi, misalnya dengan cara menyediakan
kemiskinan seyogyanya tidak melihat orang miskin biaya pendidikan dan kesehatan secara gratis
sebagai orang yang serba tidak memiliki, melainkan dan meningkatkan akses penduduk miskin
orang yang memiliki potensi (sekecil apa pun po- terhadap fasilitas sosial dan ekonomi. Dalam
tensi itu), yang dapat digunakan dalam mengatasi jangka panjang, upaya seperti ini diharapkan akan
kemiskinannya. Cara pandang baru ini tidak lagi mampu meningkatkan produktivitas penduduk
melihat “apa yang tidak dipunyai orang miskin” me- miskin sehingga pada gilirannya mereka mampu
lainkan lebih menekankan pada “apa yang dimiliki melepaskan diri dari jeratan kemiskinan. Namun