Anda di halaman 1dari 6

OPINI

Sumber: aangar.blogspot.com

PENANGGULANGAN KEMISKINAN
Sebuah Perspektif Terkini
Oleh: Agussalim *)

Realitas kemiskinan di Indonesia saat ini menyisakan menurunkan angka kemiskinan secara signifikan?;
banyak pertanyaan: mengapa penurunan angka mengapa keterlibatan lembaga-lembaga donor
kemiskinan berjalan sangat lamban ditengah kinerja secara intens dalam program pemberantasan
makro-ekonomi yang terus membaik?; mengapa kemiskinan tidak memberi manfaat yang setara?
secara absolut jumlah penduduk miskin masih
menembus angka sekitar 30 juta orang padahal Keseluruhan realitas di atas tampaknya menegas-
garis kemiskinan yang digunakan ekuivalen dengan kan perlunya diinjeksi perspektif dan pendekatan
harga karcis sekali masuk jalan tol (Rp 8.000 pe baru dalam penanganan kemiskinan. Perspektif dan
orang per hari atau hanya setara US$1,2/PPP). pendekatan baru dimaksud antara lain:
Mengapa di tengah upaya yang gencar untuk
Pergeseran paradigma. Pertumbuhan ekonomi
memerangi kemiskinan, justru jumlah penduduk
konvensional (kenaikan PDRB riil) tampaknya tidak
miskin di beberapa wilayah malah bertambah?;
bisa lagi sepenuhnya diandalkan untuk menurunkan
mengapa anggaran pengentasan kemiskinan yang
angka kemiskinan. Hubungan korelasional antara
sangat fantastis (dari APBN saja menembus angka
pertumbuhan ekonomi konvensional di satu
di atas Rp 80 triliun, belum termasuk APBD provinsi
sisi dan pengentasan kemiskinan, perbaikan
dan kabupaten/kota) tidak bekerja efektif untuk

60 Simpul Perencana | Volume 17 | Tahun 8 | Desember 2011


distribusi pendapatan, dan perbaikan taraf hidup jauh lebih cepat ketimbang kelompok penduduk
masyarakat di sisi lain, seperti yang dipahami klas bawah. Artinya, distribusi pendapatan semakin
dalam paradigma efek menetes ke bawah timpang di Cina.
(trickle down effect), ternyata juga tidak terbukti.
Pertumbuhan ekonomi konvensional semakin Secara konseptual, pertumbuhan inklusif lebih
diragukan efektifitasnya seiring dengan terjadinya mementingkan indikator-indikator kesejahteraan
divergensi antara pertumbuhan ekonomi dengan (welfare) ketimbang pertumbuhan (growth). Oleh
perbaikan taraf hidup masyarakat klas bawah. Pada karena itu, pertumbuhan ekonomi konvensional
titik ini, kesangsian atas pertumbuhan ekonomi dan pendapatan per kapita, yang selama puluhan
konvensional, termasuk angka statistik yang tahun telah dijadikan sebagai indikator utama
menyertainya, menjadi tak terelakkan. pembangunan, dianggap sudah tidak relevan lagi
dan perlu segera dikoreksi. Sebaliknya, kemampuan
Pertumbuhan ekonomi konvensional yang daya beli dan konsumsi, akses terhadap pangan dan
bertumpu pada variabel makro-ekonomi, terutama pekerjaan, akses terhadap layanan pendidikan dan
arus modal masuk, penanaman modal, dan kesehatan, akses terhadap sumberdaya ekonomi
peningkatan ekspor, memang seringkali tidak dan kepemilikan asset, lingkungan perumahan
memiliki kaitan yang kuat dengan pengentasan dan pemukiman yang sehat, dianggap sebagai
penduduk miskin. Kaitan tersebut menjadi semakin indikator pembangunan yang lebih realistik karena
lemah, ketika arus penanaman modal tersebut lebih lebih mencerminkan kualitas pembangunan yang
banyak bergerak pada usaha padat modal (misalnya, sesungguhnya.
industri telekomunikasi) dan sektor-sektor yang
memiliki elastisitas penyerapan tenaga kerja yang Pergeseran arah studi. Dalam banyak kasus,
rendah (misalnya, sektor lembaga keuangan; hotel kemiskinan selalu dipandang dari perspektif
dan restoran; listrik, air bersih dan gas). makro. Studi-studi kemiskinan pada umumnya
lebih fokus pada aspek relasional antara kebijakan
Oleh karena itu, pertumbuhan inklusif (inclusive makro dan kemiskinan, misalnya dampak subsidi
growth) ataupun pertumbuhan berkualitas (the BBM terhadap kemiskinan, dampak BLT terhadap
quality of growth) ataupun pertumbuhan yang taraf hidup penduduk miskin, dampak kenaikan
berpihak kepada kaum miskin (pro-poor growth), harga beras terhadap angka kemiskinan, dan
sebagai sebuah terminologi baru dalam wacana seterusnya. Hasil studi semacam ini potensial
pembangunan dewasa ini, perlu didorong dan melahirkan debat dan polemik. Kita tidak pernah
diintensifkan, baik pada tingkatan rencana sepenuhnya yakin hasil studi LPEM-UI beberapa
maupun pada tingkatan implementasi. Konsep waktu lalu, yang menyimpulkan bahwa kenaikan
ini lebih mementingkan “dampak” ketimbang harga BBM tidak mempunyai pengaruh signifikan
sekedar angka statistik. Pertumbuhan ekonomi terhadap peningkatan angka kemiskinan. Kita juga
dikatakan inklusif, berkualitas atau berpihak kepada tetap menyangsikan kesimpulan Bank Dunia yang
kaum miskin jika mampu mengurangi angka menyatakan bahwa kenaikan harga beras menjadi
kemiskinan, menurunkan angka pengangguran, penyebab utama terjadinya pembengkakan jumlah
memperbaiki distribusi pendapatan, mengangkat penduduk miskin. Kita bahkan menuduh bahwa
taraf hidup masyarakat klas bawah, dan seterusnya. Bank Dunia telah melakukan simplifikasi yang
Pertumbuhan ekonomi Cina yang fantastik misalnya, berlebihan atas kompleksitas masalah kemiskinan.
ternyata tidak sepenuhnya diapresiasi oleh para
penggiat pembangunan karena dianggap tidak pro- Mengandalkan studi makro memang seringkali
poor. Penyebabnya, karena kelompok penduduk tidak memuaskan. Informasi yang dihasilkan hampir
klas atas mengalami kenaikan pendapatan yang tidak pernah akurat dan valid. Studi semacam ini

Simpul Perencana | Volume 17 | Tahun 8 | Desember 2011 61


Kemiskinan.
Penurunan angka kemiskinan
berjalan sangat lamban ditengah
kinerja makro-ekonomi yang
terus membaik
Sumber: cs.wikipedia.org

tidak pernah sanggup menyediakan informasi terjadi penurunan angka kemiskinan, apa yang
rinci mengenai: (i) dimana persisnya orang miskin menyebabkan penurunan tersebut, upaya-upaya
tersebut bermukim?; (ii) bagaimana karakteristik apa yang signifikan mengurangi angka kemiskinan,
dan profil penduduk miskin?; (iii) faktor-faktor apa bagaimana efektifitas kebijakan dan program yang
menyebabkan mereka miskin?; (iv) bagaimana diimplementasikan, dst.
mengamati perubahan taraf hidup orang miskin
dari waktu ke waktu?; (v) siapa saja orang miskin Perubahan pola penanganan
yang berhasil dientaskan dan siapa saja yang Arus besar (mainstream) penanganan kemiskinan
masih berkutat dengan kemiskinan?; (vi) mengapa secara global, termasuk yang dipraktekkan di
kebijakan, program, dan anggaran tidak bekerja Indonesia, berorientasi pada dua skema: pertama,
efektif bagi kaum miskin; dan seterusnya. Akibatnya, menurunkan atau memperkecil beban pengeluaran
program dan kegiatan pengentasan kemiskinan penduduk miskin. Skema ini muncul dalam
yang tidak tepat sasaran, ketidak-jelasan target, bias bentuk bantuan sosial (misalnya, BLT, Raskin,
ke orang non-miskin, menjadi berita lumrah. dll.), pembebasan biaya (misalnya, pendidikan
dan kesehatan gratis), dan pemberian subsidi
Tentu saja, pertanyaan-pertanyaan di atas hanya (misalnya, pupuk dan sarana produksi lainnya).
bisa ditemukan jawabannya ketika studi kemiskinan Kedua, meningkatkan produktivitas dan pendapatan
dilakukan pada level mikro. Keunggulan studi penduduk miskin. Skema ini muncul terutama dalam
semacam ini adalah keakurasiannya dalam bentuk pembangunan infrastruktur perdesaan
mengindentifikasi karakteristik penduduk miskin, (misalnya irigasi, pasar, jalan desa, dsb), penyediaan
sehingga pada gilirannya sangat memudahkan skim bantuan modal usaha, dll.
dalam implementasi program dan kegiatan
pengentasan kemiskinan serta melakukan evaluasi Selama puluhan tahun, pola penanganan lebih
atas kemajuan yang dicapai dalam berbagai menekankan pada skema pertama. Namun dalam
upaya pengentasan kemiskinan. Dengan studi beberapa tahun terakhir, skema kedua mulai
mikro, para pengambil kebijakan tidak perlu memperoleh porsi yang lebih besar. Ini setidaknya
lagi gagap setiap kali ditanya, dimana persisnya bisa diamati dari Program PNPM yang memberi

62 Simpul Perencana | Volume 17 | Tahun 8 | Desember 2011


perhatian signifikan pada dimensi pemberdayaan “ Pendekatan terkini
dan peningkatan produktivitas masyarakat, misalnya dalam perencanaan
melalui penguatan kelembagaan masyarakat,
perbaikan infrastruktur sosial ekonomi masyarakat,
pembangunan lebih
penyediaan skim bantuan modal usaha mikro dan menekankan pada
kecil, dll. efisiensi dan efektifitas.

Meskipun demikian, salah satu catatan paling Perencanaan tidak lagi


krusial terkait program ini adalah grand design- bertumpu pada “apa
nya masih sangat sentralistik, meskipun dikatakan yang akan dilakukan”
bahwa program ini sudah menggunakan
melainkan “apa yang mau
dan mempraktekkan pendekatan partisipatif.
Pendekatan yang cenderung sentralistik, dicapai”
menyimpan sedikitnya empat masalah, yaitu:
pertama, memperlakukan karakteristik kemiskinan Pembaharuan desain perencanaan
secara seragam dan mengasumsikan tipologi Pendekatan terkini dalam perencanaan pembangu-
kemiskinan cenderung serupa untuk semua wilayah nan lebih menekankan pada efisiensi dan efektifitas.
dan daerah; kedua, memungkinkan terjadinya Perencanaan tidak lagi bertumpu pada “apa yang
tupang tindih (over lapping) penanganan antar akan dilakukan” melainkan “apa yang mau dicapai”.
berbagai tingkatan pemerintahan, baik dari segi Dalam ranah perencanaan, ini disebut dengan “per-
program maupun anggaran; ketiga, pemahaman encanaan berbasis sasaran”, atau biasa juga disebut
pemerintah pusat atas kondisi masyarakat lokal “perencanaan berbasis kinerja (performance based
relatif terbatas, setidaknya jika dibandingkan dengan planning)”.
pemerintah daerah; dan keempat, inisiatif dan kreasi Cara kerja pendekatan ini, pertama kali, menetap-
pemerintah dan masyarakat lokal sulit bertumbuh di kan sasaran-sasaran terukur yang ingin dicapai.
dalam era sentralisasi. Dalam konteks kemiskinan, sasaran dimaksud dapat
berupa, misalnya, jumlah penduduk miskin menurun
Lalu, apakah penangangan kemiskinan yang sebesar 10.000 orang, pendapatan penduduk miskin
desentralistik merupakan pilihan terbaik? Mungkin meningkat sebesar 25 persen, 100 rumah tangga
tidak, namun pendekatan ini masih jauh lebih miskin memulai usaha mikro keluarga, 50 persen
baik bila dibandingkan dengan penanganan penduduk miskin memiliki rumah yang layak huni,
yang sentralistik. Argumentasi penting dibalik dsb. Tentu saja, sasaran-sasaran terukur ini hanya
usulan ini, antara lain, pemerintah daerah memiliki bisa ditetapkan jika perencana memiliki pemahaman
pemahaman yang relatif baik tentang kondisi yang utuh dan informasi yang akurat mengenai kon-
masyarakat lokal; ruang bagi masyarakat miskin disi penduduk miskin.
untuk menyampaikan preferensinya relatif
semakin luas; proses dan mekanisme penanganan Setelah sasaran yang ditetapkan sudah clear, lang-
(perencanaan, implementasi, koordinasi, monitoring, kah berikutnya adalah merancang bentuk intervensi
dan evaluasi) relatif lebih mudah, singkat, dan dan upaya untuk mencapai sasaran. Dalam dunia
sederhana; keterlibatan dan partisipasi masyarakat perencanaan, bentuk intervensi dimaksud diformu-
dalam perumusan agenda penanganan relatif lebih lasi ke dalam bentuk strategi-kebijakan-program-
mudah dibangun; tumpang tindih program dan kegiatan. Namun perumusan strategi-kebijakan-pro-
anggaran antar berbagai tingkatan pemerintahan gram-kegiatan dimaksud sebaiknya dilakukan secara
dapat dieliminasi; dsb. partisipatif dengan melibatkan berbagai pemangku
kepentingan (stakeholder), termasuk kaum miskin.

Simpul Perencana | Volume 17 | Tahun 8 | Desember 2011 63


Kemiskinan.
Penurunan angka kemiskinan
berjalan sangat lamban ditengah
Sumber: http://kangchoen.dagdigdug.com
kinerja makro-ekonomi yang
terus membaik

Tahapan berikutnya adalah implementasi strategi- orang miskin”. Asset perseorangan dan sosial meru-
kebijakan-program-kegiatan. Dalam tahapan ini ha- pakan potensi penting yang dimiliki kaum miskin,
rus betul-betul bisa dipastikan bahwa strategi-kebi- dan oleh karena itu, penanganan kemiskinan harus
jakan-program-kegiatan tersebut sungguh-sungguh diorientasikan pada upaya peningkatan kualitas as-
fokus ke kelompok sasaran, tidak bias ke non-miskin, set tersebut.
tidak terjadi kebocoran anggaran, benar-benar ses-
uai dengan kebutuhan penduduk miskin, dst. Di kalangan para pengambil kebijakan dewasa
ini, muncul persepsi yang kuat bahwa pendidikan
Tahapan terakhir adalah monitoring dan evaluasi. dan kesehatan merupakan upaya cerdas untuk
Tahapan ini diperlukan untuk memastikan bahwa memperbaiki “asset” kaum miskin. Diyakini bahwa
strategi-kebijakan-program-kegiatan dan anggaran dengan memperbaiki dan meningkatkan kualitas
kemiskinan benar-benar efektif bekerja bagi kaum ”asset” tersebut akan sanggup memperbaiki
miskin. Tahapan ini juga diperlukan untuk memberi taraf hidup mereka dalam jangka panjang.
umpan balik (feed back) bagi pengambil kebijakan Mengalokasikan pengeluaran pemerintah untuk
dalam rangka merevisi, memperbaharui, dan mer- pendidikan dan kesehatan dengan proporsi yang
ekonstruksi penanganan kemiskinan di masa yang memadai, dianggap sebagai salah satu strategi
akan datang. terbaik untuk mereduksi kemiskinan. Dengan
strategi ini diharapkan pengeluaran kaum miskin
Perubahan metodologi untuk memenuhi kebutuhan dasarnya dapat
Kerangka konseptual dan metodologi pengukuran dikurangi, misalnya dengan cara menyediakan
kemiskinan seyogyanya tidak melihat orang miskin biaya pendidikan dan kesehatan secara gratis
sebagai orang yang serba tidak memiliki, melainkan dan meningkatkan akses penduduk miskin
orang yang memiliki potensi (sekecil apa pun po- terhadap fasilitas sosial dan ekonomi. Dalam
tensi itu), yang dapat digunakan dalam mengatasi jangka panjang, upaya seperti ini diharapkan akan
kemiskinannya. Cara pandang baru ini tidak lagi mampu meningkatkan produktivitas penduduk
melihat “apa yang tidak dipunyai orang miskin” me- miskin sehingga pada gilirannya mereka mampu
lainkan lebih menekankan pada “apa yang dimiliki melepaskan diri dari jeratan kemiskinan. Namun

64 Simpul Perencana | Volume 17 | Tahun 8 | Desember 2011


tetap penting dicatat bahwa cara pandang ini masih unrest), konflik vertikal dan horizontal, perampasan,
menyimpan kelemahan karena masih melihat kriminalitas, dan seterusnya. Di sisi lain, semangat
kemiskinan sebagai kemiskinan individu dan kurang individualistik dan kehidupan hedonisme, semakin
memperhatikan kemiskinan struktural. Sistem menemukan bentuknya. Akibatnya, solidaritas sosial
pengukuran dan indikator yang digunakannya dan sikap empati menjadi sesuatu yang mahal dan
terfokus pada kondisi atau keadaan kemiskinan langka. Semangat saling membantu dan gotong-
berdasarkan faktor-faktor ekonomi yang dominan. royong hanya tinggal sejarah. Hubungan sosial
Pendekatan ini juga belum menjangkau variabel- dibungkus rapi oleh ikatan kepentingan.
variabel yang menunjukkan dinamika kemiskinan.
Di tengah situasi seperti itu, solusinya adalah
Pergeseran cara pandang menumbuh-kembangkan sikap hidup sosial yang
Semakin kuat disadari bahwa masalah lebih egaliter, sebuah sikap yang lebih menghargai
kemiskinan tidak akan pernah selesai hanya persamaan dan distribusi pendapatan yang
karena menggunakan cara pandang ekonomi lebih merata antar lapisan masyarakat. Dalam
dan sosial. Dimensi moral penting digunakan konteks ini, yang diperlukan adalah bagaimana
dalam memandang persoalan kemiskinan. Proses membangun sebuah mekanisme yang mampu
pembangunan yang berlangsung selama ini telah menumbuhkan keinginan masyarakat untuk
melahirkan fenomena kemiskinan dengan ciri sosial- ”menyerahkan” sebagian dari total pendapatannya
moral yang amat kental, misalnya keterbelakangan, guna mewujudkan distribusi pendapatan yang
keterpencilan, ketidakberdayaan dan ketersisihan. lebih egaliterian. Dalam pandangan egalitarian
Ciri ini, bahkan seringkali dianggap sebagai derivasi income distribution yang diperkenalkan oleh Sir
paling buruk dari fenomena kemiskinan. Ciri ini Hugh Dalton, seorang profesor keuangan publik di
hanya bisa dieliminasi jika dimensi moral lebih London School of Economics, seluruh masyarakat
dikedepankan dalam memandang persoalan sesungguhnya menghendaki pemerataan,
kemiskinan. persamaan hak, dan keadilan sosial yang lebih baik
guna mewujudkan kehidupan sosial yang lebih
Ketika kemiskinan dilihat dari perspektif moral, harmonis.
defenisi kemiskinan juga mengalami perluasan.
Kemiskinan didifenisikan sebagai suatu keadaan Untuk beralih ke perspektif dan pendekatan seperti
ketika seseorang kehilangan harga diri, terbentur dikemukakan di atas, mungkin dibutuhkan waktu
pada ketergantungan, terpaksa menerima satu-dua dekade atau mungkin satu-dua generasi.
perlakuan kasar dan hinaan, serta tak dipedulikan Tapi mari kita, tanpa kecuali, mulai mengayunkan
ketika sedang mencari pertolongan. Ciri ini, langkah. Kita tidak ingin hari-hari kita dipenuhi
seringkali dianggap sebagai derivasi paling buruk dengan berita kematian yang memilukan akibat
dari fenomena kemiskinan. Dengan demikian, derita kemiskinan.
kemiskinan bukan lagi sekedar soal pendapatan,
asset, pekerjaan, makanan, pendidikan, kesehatan, *) Penulis adalah Ketua Program Magister
dst. Ekonomi Perencanaan dan Pembangunan
Fakultas Ekonomi Universitas Hasanuddin
Bagaimanapun, proses pembangunan yang terlalu dan Peneliti pada Pusat Penelitian dan
ekonomi-sentris seperti yang dipraktekkan selama Pengembangan Kebijakan dan Manajemen
ini, telah menyebabkan rapuhnya nilai-nilai sosial (P3KM) Universitas Hasanuddin, Makassar.
(social values) dan memudarnya kohesi sosial (social
cohesion) dalam masyarakat. Kita dengan mudah
dapat menyaksikan berbagai kerusuhan sosial (social

Simpul Perencana | Volume 17 | Tahun 8 | Desember 2011 65

Anda mungkin juga menyukai