Anda di halaman 1dari 2

Adab yang zhahir dalam membaca Al-Qur'an itu ada sepuluh.

Pertama, berkaitan langsung dengan


pembacanya. Yaitu, setelah berwudhu' (suci dari hadets dan najis), menghadap ke arah Kiblat tanpa
memperlihatkan sikap angkuh, duduk tenang, dengan kepala menunduk sebagaimana duduknya
seorang murid yang hormat di hadapan gurunya. Cara membaca Al-Qur'anyang paling utama adalah,
pada saat kita berdiri di dalam shalat, yang itu dilakukan di masjid. Sebagaimana Allah Swt. telah
berfirman,

‫الدين يذكرون هللا قياما ً وتعودا وعلى جوهم ويتفكرون في على السماوات واألرض‬.

"Yaitu, orang-orang yang mengingat Allalt sambil berdiri atau duduk, atau dalam keadaan berbaring,
dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit serta bumi," (QS Ali Imran [3]: 191).

Dalam ayat ini diterangkan, bahwa ingat kepada Allah Swt. wajib dilakukan dalam segala keadaan,
dan ada tingkatan-tingkatan keutamaan pada keadaan tersebut. Ingat kepada Allah Swt. sambil
berdiri menduduki tingkatan yang paling utama, kemudian duduk, lalu berbaring.

Sayyidina Ali ra pemah mengatakan, "Siapa saja yang membaca satu bagian dari Al-Qur'an pada saat
berdiri dalam shalat, maka akan dituliskan baginya pahala seratus kebajikan untuk setiap huruf yang
dibacanya. Siapa saja yang membaca Al-Qur'an dalam posisi duduk setelah mendirikan shalat, maka
akan dituliskan baginya lima puluh kebajikan untuk setiap huruf yang dibacanya. Dan, siapa saja yang
membaca Al-Qur'an di luar shalat serta dalam keadaan mempunyai wudhu', maka akan dituliskan
baginya dua puluh lima kebajikan bagi setiap huruf yang dibacanya. Sedangkan bagi siapa yang
membaca Al-Qur'an di luar shalat tanpa mempunyai wudhu', maka baginya dituliskan sepuluh
kebajikan bagi setiap huruf yang dibacanya."

Abu Dzarr al-Ghiffari ra. juga pernah mengatakan, "Memperbanyak sujud dan ibadah pada waktu
malam merupakan bentuk ibadah yang lebih utama."

Kedua, dalam jumlah (kuantitas) Al-Qur'an yang dibaca. Bagi para pembaca Al-Qur'an ada beberapa
kondisi dalam hubungannya dengan jumlah (kuantitas) Al-Qur'an yang dibaca. Semua ini bergantung
pada kebiasaan, kecepatan, dan kesanggupannya. Sebagian mampu mengkhatamkan Al Qur'an
dalam sehari semalam, dan sebagian lainnya justru lebih mampu mengkhatamkan Al-Qur'an dalam
dua atau tiga kali sehari semalam. Atau, ada pula yang hanya memiliki kemampuan mengkhatamkan
Al-Qur'anhanya satu kali dalam waktu satu bulan

Namun, ketentuan utama yang hendaknya diikuti oleh kaum Muslim adalah sabda Rasulullah Saw.
berikut ini,

‫من قرأ القرآن في أقل من ثالث لم يفهمه‬.


"Siapa saja yang berusaha untuk mengkhatamkan bacaan Al-Qur'an dalam waktu kurang dari tiga
hari, sungguh ia tidak akan sanggup memahan pesan yang terkandung di dalamnya. "

Membaca dengan cepat lazimnya tidak mampu memahami apa yang dibaca dengan baik. Ketika
mendengar seorang laki-laki banyak sekali kesalahannya dalam membaca Al-Qur'an karena sikap
terburu-buru, Sayyidah 'Aisyah ra. mengatakan, "Ta tidak membaca Al-Qur'an, dan Al-Qur'an tidak
membekas dalam relung sanubarinya."

Rasulullah Saw. pernah menyarankan kepada 'Abdullah bin Umar ra. untuk mengkhatamkan Al-
Qur'an dalam waktu satu minggu.

Sebagian sahabat Nabi Saw. lainnya kemudian juga mengikuti saran tersebut, di antaranya adalah
'Utsman bin 'Affan, Zaid bin Tsabit, Ibnu Mas'ud, dan Ubai bin Ka'ab Ra. mn. Mereka biasa
mengkhatamkan Al-Qur'an dalam waktu satu minggu, yang diawali pada hari Jum'at. Dengan
demikian, terdapat beberapa cara dalam mengkhatamkan Al-Qur'an. Yaitu, satu kali khatam dalam
sehari semalam, dan ini telah dimakruhkan oleh sebagian ulama. Satu kali khatam dalam satu bulan,
dan ini dipandang terlalu lama. Satu kali khatam dalam tiga hari hingga satu minggu, dan ini adalah
waktu yang ideal menurut kesepakatan ulama.

Ketiga, berkaitan dengan cara pembagian Al-Qur'an. Para sahabat Nabi Saw. dari generasi awal Islam
yang bisa mengkhatamkan Al-Qur'an dalam satu minggu, mereka mengumpulkan surali-surah Al-
Qur'an menjadi tujuh bagian. Dan untuk saat ini, karena telah jelas pembagian atas Al-Qur'an dalam
bentuk kitab, maka cukuplah kiranya membaca Al-Qur'an satu juz sehari, hingga selama tiga puluh
hari (satu bulan) bisa dikhatamkan tiga puluh juz Al-Qur'an.

Keempat, berkaitan dengan penulisan Al-Qur'an. Tujuan awal dari penulisan Al-Qur'an adalah untuk
menjelaskan dan mencegah kesalahan pembacaan pada Al-Qur'an itu sendiri. Untuk kondisi
sekarang, dimana Al Qur'an telah banyak ditulis dan dicetak dengan tulisan yang sangat indah, maka
menuliskannya sebagai catatan pribadi dalam memahami maknanya dipandang sebagai amalan yang
bernilai sunah Dahulu, Al-Qur'an mula-mula tidak ber-i'reb (tanpa tanda fathah, kasvah, dhammah)
seperti sekarang ini.

Imam al-Hasan al-Bashri Rahimahullah pernah mengatakan, "Tidak ada larangan memberi i'rab pada
Al-Qur'an: jika memiliki kemampuan atasnya."

Kelima, cara membaca Al-Qur'an dengan terti dan jelas pelafalan pada hurufnya. Kaum Muslim
dianjurkan untuk membaca Al-Qur'an dengan tartil. Jadi, hukum membacanya dengan tartif adalah
disunahkan. Sebab, membaca dengan benar dan tartil akan lebih membekas di sanubari

Anda mungkin juga menyukai