Anda di halaman 1dari 15

PENGETIAN ALQURAN

 Menurut para ahli ushul fiqh dalam al-Tibyan Fi Ulum Quran karya Muhammad


Ali al-Subhani, pengertian Alquran adalah kalam Allah yang mengandung
mukjizat (sesuatu yang luar biasa yang melemahkan lawan), diturunkan
kepada penutup para Nabi dan Rasul (yaitu Nabi Muhammad), melalui
Malaikat Jibril, tertulis pada mushaf, diriwayatkan kepada kita secara
mutawatir, membacanya dinilai ibadah, dimulai dari surah Al-Fatihah dan
diakhiri dengan surah An-Nas.
Pengertian Menghafal
Al-Qur’an
Menurut Sa’adullah, Menghafal Al-Qur’an adalah
 suatu proses mengulang-ngulang bacaan Al-Qur’an
baik dengan cara membaca maupun dengan cara
mendengar, sehingga bacaan tersebut dapat melekat
pada ingatan dan dapat diucapkan atau diulang
kembali tanpa melihat mushaf Al-Qur’an.
Dalil / Dasar Hukum Menghafal Al-Qur’an
QS. Al-Fatir Ayat 32
 Kemudian kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang Menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan diantara mereka ada (pula) yang lebih
dahulu berbuat kebaikan dengan izin Allah. yang demikian itu adalah karunia yang
Amat besar.
 QS. Al-A’laa Ayat 6-7
 Kami akan membacakan (Al Quran) kepadamu (Muhammad) Maka kamu tidak akan
lupa. Kecuali kalau Allah menghendaki. Sesungguhnya Dia mengetahui yang terang dan
yang tersembunyi
Syarat Menghafal Al-Qur’an

Adapun persyaratan-persyaratan menghafal al-Qur’an adalah:


 1. Niat yang ikhlas.
 2. Memiliki tekad yang kuat.
 3. Memiliki keteguhan dan kesabaran.
 4. Disiplin dan istiqamah menambah hafalan.
 5. Talaqqi kepada seorang guru
Langkah Menghafal Al-Qur’an
Langkah-langkah dalam mnghafal alQur’an adalah sebagai berikut:
 Membaca bin nadzor yaitu (membaca dengan melihat mushaf al-Qur’an)
Membaca bin nadzor yaitu dengan menghadap pada seorang guru untuk membaca
ayat yang akan dihafal. Caranya yaitu membaca dengan tartil, tanpa menghilangkan hak-
hak ayat, memerhatikan berhenti dan memulai bacaan.
 Tahfidz (Menghafalkan ayat-ayat al-Qur’an)
Caranya, mulailah dengan menghafal satu per satu ayat sampai betul-betul hafal.
Begitu seterusnya sampai target yang diinginkan bisa tercapai.
 Talaqqi (Setoran kepada guru)
Menyetorkan hafalan kepada guru disebut talaqqi. Diusahakan hafalan yang
disetorkan benarbenar lancar. Setorkan kepada orang yang hafidz al-Qur’an.
 Tikrar (mengulang-ulang hafalan)
Hal ini bisa dilakukan sendiri-sendiri atau disetorkan lagi kepada guru. Hal tersebut
bertujuan agar tambah lancar hafalannya.
Langkah Menghafal Al-Qur’an

 Mudarasah (Pengulangan individu atau kelompok)


Proses ini untuk pembenahan yang mungkin belum baik, dari segi harakat,
waqaf dan makhorijul huruf. Ini bisa dilakukan dua orang atau kelompok, dengan
membaca hafalan yang telah disimak secara bergantian.
 Tsabit (Pemantapan hafalan)
Cara terakhir adalah pemantapan hafalan. Setelah menyelesaikan urutan-
urutan di atas, ulangilah hafalan yang baru dihafal sebanyak tiga sampai lima kali.
Hal ini dilakukan agar hafalan benar-benar telah melekat dalam pikiran dan hati.
Metode Menghafal Al-Qur’an
Berikut beberapa metode menghafal Al-Qur’an:
 Muraja’ah.
Proses menghafal ayat yang dilakukan para murid dengan mengulang materi hafalan yang telah disetorkan, proses ini dilakukan secara
pribadi.
 Takraran (Takrir).
Menyetorkan atau memperdengarkan materi hafalan ayat-ayat sesuai dengan yang tercantum dalam setoran dihadapan guru dalam
rangka memantapkan hafalan dan sebagai syarat dapat mengajukan setoran hafalan yang baru. Takraran tidak hanya dilakukan pada hafalan
ayat-ayat yang tercantum dalam satu setoran, akan tetapi juga dilakukan pada beberapa setoran sebelumnya.
 Talaqqi.
Proses memperdengarkan hafalan ayat Al-Qur’an secara langsung di depan guru. Proses ini dititik beratkan pada bunyi hafalan.
 Musyafahah.
Proses ini memperagakan hafalan ayat Al- Qur’an secara langsung didepan guru. Proses ini dititik beratkan pada hal yang terkait dengan
ilmu tajwid, seperti makharijul huruf. Antara talaqqi dan musyafahah sebenarnya sama dan dilakukan secara bersamaan dalam rangka men-
tahqiq hafalan murid kepada guru.
 Bin-Nazar.
Membaca Al-Qur’an dengan melihat teks, proses ini dilakukan dalam rangka mempermudah proses menghafal Al-Qur’an dan biasanya
dilakukan bagi murid pemula. Kelancaran dan kebaikan membacanya sebagai syarat dalam memasuki proses tahfiz.
Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Menurut Sa’dulloh keutamaan yang didapatkan oleh para penghafal Al-Qur’an


diantaranya adalah:
 1. Para penghafal Al-Qur’an mendapatkan keutamaan yang sangat besar kelak di
akhirat, karena akan menjadi warga Allah yang dihormati dengan penghoramatan yang
sempurna.
 2. Al-Qur’an akan mengangkat derajat seseorang apabila dia mau mengamalkannya.
Dan sebaliknya, jika Al-Qur’an dijadikan bahan tertawaan atau bahkan disepelekan
maka kelak di akhirat dia akan mendapatkan siksa.
 3. Orang-orang yang mau menghafal Al-Qur’an akan dimasukkan dalam deretan
malaikat, hal ini bergantung pada cara seseorang mempelajari dan mengamalkannya
Keutamaan Menghafal Al-Qur’an

Sedangkan menurut Qomariyah dan Irsyad, keutamaan yang didapatkan oleh para penghafal Al-Qur’an diantaranya adalah:

1. Mendapatkan kedudukan yang tinggi disisi Allah SWT


2. Memiliki peluang besar untuk menjadi seorang pemimpin, karena orang yang hafal Al-Qur’an adalah yang paling berhak menjadi
seorang pemimpin
3. Merupakan golongan manusia yang tinggi derajatnya, yang tergantung dengan banyaknya hafalan Al-Qur’an
4. Kelak di hari kiamat, para penghafal Al-Qur’an akan mendapatkan syafa’at
5. Para penghafal Al-Qur’an dijadikan keluarga Allah di Surga nanti
6. Menjadi penolong bagi ayah dan ibu di akhirat nanti
7. Menjadikan para penghafalnya sebaik-baik insan
8. Dalam kehidupannya selalu didampingi oleh malaikat
9. Selalu dianugrahi rahmat oleh Allah SWT.
10. Mendapatkan banyak kebaikan baik di dunia maupun di akhirat 11. Hatinya selalu kuat dan tentram

PENGERTIAN DAN PENTINGNYA MEMBACA , MENGHAFAL ALQURAN DAN HADIS


PENGERTIAN HADIS

1. Pengertian Al-Hadits
 Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu
yang dekat atau waktu yang singkat. Hadits juga berarti berita yaitu
sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan dipindahkan dari
seorang kepada orang lain.
 Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang datang dari Rasulullah
SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir). Berikut ini
adalah penjelasan mengenai ucapan, perbuatan, dan perkataan.
PEMBAGIAN HADIS

1. Hadits Qauliyah ( ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW, yang


diucapkannya dalam berbagai tujuan dan persuaian (situasi).
2. Hadits Fi’liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW,
seperti  pekerjaan melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya
dan rukun-rukunnya, pekerjaan menunaikan ibadah hajinya dan
pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan sumpah dari pihak
penuduh.
PEMBAGIAN HADIS

3. Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan oleh Nabi
SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar itu adakalanya dengan
cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik terhadap perbuatan itu, sehingga dengan
adanya ikrar dan persetujuan itu. Bila seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan
suatu ucapan dihadapan Nabi atau pada masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu
dan mampu menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya, maka hal itu
merupakan pengakuan dari Nabi. Keadaan diamnya Nabi itu dapat dilakukan pada dua bentuk :
Pertama, Nabi mengetahui bahwa perbuatan itu pernah dibenci dan dilarang oleh Nabi. Dalam hal ini
kadang-kadang Nabi mengetahui bahwa siapa pelaku berketerusan melakukan perbuatan yag
pernah dibenci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini tidaklah menunjukkan bahwa
perbuatan tersebut boleh dilakukannya. Dalam bentuk lain, Nabi tidak mengetahui berketerusannya
si pelaku itu melakukan perbuatan yang di benci dan dilarang itu. Diamnya Nabi dalam bentuk ini
menunjukkan pencabutan larangan sebelumnya.
Kedua, Nabi belum pernah melarang perbuatan itu sebelumnya dan tidak diketahui pula haramnya.
Diamnya Nabi dalam hal ini menunjukkan hukumnya adalah meniadakan keberatan untuk
diperbuat. Karena seandainya perbuatan itu dilarang, tetapi Nabi mendiamkannya padahal ia
mampu untuk mencegahnya, berarti Nabi berbuat kesaahan; sedangkan Nabi bersifat terhindar dari
kesalahan.
DALIL DALIL DARI ALQURAN DAN
HADIS
DALIL DALIL DARI ALQURAN DAN
HADIS
DALIL DALIL DARI ALQURAN DAN
HADIS

Anda mungkin juga menyukai